LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL MODUL 3 INFEKSI MENULAR SEKSUAL BLOK 10 DEWASA
Disusun oleh : Kelompok 6 Ervila Miyalni
(1510015017)
Siti Musfira
(1510015019)
Thersia Yuliana Manibuy
(1510015020)
Nur Annisa Farizah
(1510015048)
Mildawati
(1510015049)
Yedial Dwi Putra S
(1510015065)
Zakaria Sodiq
(1510015066)
Natiara Khalid
(1510015072)
Arina Dini
(1510015074)
Tutor : dr. Vera Madona L.Toruan, MKes, SpDV
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Karena atas limpahan rahmat serta hidayahNya kami dapat meyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Jangan-jangan “ Jangan-jangan”. ”. Ini tepat waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini , antara lain :
dr. Vera Madona L.Toruan, L.Toruan, MKes, SpDV selaku tutor
kelompok 6 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
Teman-teman kelompok 6 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) kelompok kelompok 6. 6.
Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2015 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan atu per satu. Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu , kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.
Samarinda, 23 Februari 2017
Penyusun
Kelompok VI
i
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2 015
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 3 1.2 Tujuan Pembelajaran ......................................................................................................... 3 1.3 Manfaat Pembelajaran ....................................................................................................... 3
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Skenario
................................................................................................................. 4
2.2. Identifikasi Istilah/ konsep ............................................................................................ 4 2.3. Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 4 2.4. Analisa Masalah ............................................................................................................. 5 2.5. Peta Konsep .................................................................................................................... 6 2.6. Identifikasi Tujuan Belajar ............................................................................................. 7 2.7. Belajar Mandiri............................................................................................................... 7 2.8. Sintesis ........................................................................................................................... 7 2.8.1. Definisi ................................................................................................................ 7 2.8.2. Etiologi ................................................................................................................ 8 2.8.3. Faktor resiko ........................................................................................................ 9 2.8.4. Patogenesis .......................................................................................................... 9 2.8.5. Manifestasi Klinis dan Komplikasi ..................................................................... 11 2.8.6. Diagnosis ............................................................................................................. 18 2.8.7. Diagnosis Banding .............................................................................................. 21 2.8.8. Penatalaksanaan ................................................................................................... 22 2.8.9. Pencegahan ........................................................................................................... 23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 24 3.2 Saran ................................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA…………. .................................................................................... 25
ii
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2 015
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Infeksi menular seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Cara hubungan seksual tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, akan tetapi juga secara oro-genital, atau anogenital, sehingga menyebabkan infeksi menular seksual juga terdapat pada daerah ekstragenital. Cara penularan juga dapat melalui kontak langsung dengan alat seperti handuk, thermometer. Juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan. Infeksi menular seksual juga dapat bersifat asymptomatic ataupun baru menimbulkan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.
1.2
Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang penyakit infeksi menular seksual salah satunya penyakit Gonorrhoeae mencakup definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding , penatalaksanaan dan pencegahan
1.3
Manfaat
Dari laporan diskusi kelompok kami ini diharap pembaca dapat mendapat manfaat, pengetahuan baru tentang penyakit infeksi menular seksual salah satunya penyakit Gonorrhoeae, proses terjadinya hingga hal yang dapat meningkatkan resiko serta pencegahannya. Manfaat laporan ini juga sebagai bahan presentas i kelompok kami dalam pleno.
3
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
BAB II PEMBAHASAN DAN ISI
2.1 Skenario Jangan-jangan................
Nyonya S, seorang ibu muda yang cantik, berusia 28 tahun datang ke dokter keluarga untuk konsultasi. Dokter : Selamat malam bu, ada yang bisa saya bantu Nyonya S : Begini dok, saya mau diperiksa.....hmmm...... Dokter : Keluhan Ibu? Apa ada yang Ibu rasa tidak nyaman atau sakit? Nyonya S : Tidak ada sih Dok. Tapi gini....minggu lalu suami saya berobat ke dokter karena
kesakitan waktu BAK, dan mengeluarkan nanah dari alat kelaminnya. Sesudah diperiksa dokter dan di cek juga di laboratorium, kata dokter suami saya terkena penyakit GO. Dokter itu juga bilang GO dapat ditularkan melalui hubungan suami-istri. Dokter : Suami Ibu sudah diobati? Nyonya S : Dia sih sudah dikasih obat dan sudah sembuh dok. Tapi, saya gimana
dok..jangan-jangan saya....... Dokter : ya Ibu, saya paham Ibu khawatir bahwa ibu juga sudah terkena penyakit tersebut
ya... Nyonya S : betul dok....karena kadang saya ada keputihan juga... Dokter : Kalau begitu kita akan melakukan beberapa pemeriksaan terkait dengan hal tersebut
ya bu.....
2.2.Identifikasi Istilah
Keputihan : Sekret vagina normalnya berwarna bening
2.3 Identifikasi Masalah
1. Mengapa suami merasa sakit saat BAK dan mengeluarkan nanah? 2. Apakah Keputihan tanda penyakit Gonore? 3. Apakah penularan gonore hanya melalui hubungan suami-istri? 4. Pemeriksaan apa yang dilakukan dokter untuk mendiagnosa penyakit gonore? 5. Pemeriksaan apa yang dilakukan pada istri? 6. Apa pengobatan yang diberikan ke suaminya? 4
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
7. Apa pencegahan gonore?
2.4 Analisa Masalah
1. Mengapa suami merasa sakit saat BAK dan mengeluarkan nanah? -
Terjadi karena adanya inflamasi dimana tanda-tanda dari inflamasi nyeri. Bernanah karena adanya peradangan yang disebabkan sel darah putih. mikroorganisme masuk tebentuk nanah
2. Apakah Keputihan tanda penyakit Gonore? -
Keputihan untuk mengeluarkan sel-sel mati dalam vagina tetapi keputihan bukan tanda dari gonore.
Fisiologi keputihan: jernih, tidak berbau
Patologis keputihan: kental, kehijauan, berbau
3. Apakah penularan gonore hanya melalui hubungan suami-istri? -
Umumnya menular secara hubungan kelmin yaitu genito-genital, ano-genital, orogenital. Tetapi bisa tertular melalui handuk, alat-alat, termometer. Secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital
4. Pemeriksaan apa yang dilakukan dokter untuk mendiagnosa penyakit gonore? -
Anamnesis: riwayat hubungan seksual pasien, pernah berganti pasangan atau tidak.
Pemeriksaan fisik: ada tidaknya kemerahan, sekret, nyeri tekan.
Pemeriksaan penunjang: sediaan langsung, kultur jaringan.
5. Pemeriksaan apa yang dilakukan pada istri? -
Mengetahui riwayat sesorang terlebih dahulu apakah ada penyakit ims. Pada ibu hamil dianjurkan cesar karena kalau pervaginam dapat menularkan ke anak.
6. Apa pengobatan yang diberikan ke suaminya? -
Tanpa obat: dilakukan pemeriksaan pada pria dan wanita
Obat: penicilin, menggunakan antibiotik agar bakteri hilang
7. Apa pencegahan gonore?
5
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
-
A bstinensi (puasa hubungan seksual)
Be faithful (setia pada pasangan)
Condom (pakai alat pengaman)
Drugs (mengobati pasangan)
Education (memberi edukasi mengenai ims)
2.5 Strukturisasi Konsep
Nyeri BAK
Nanah pada genital
Pemeriksaan fisik Dan Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Faktor Resiko (Hubungan Seksual)
Gonore
Penatalaksanaan Dan Pencegahan
6
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
2.6 Identifikasi Tujuan Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Gonore meliputi: a. Definisi b. Etiologi c. Patogenesis d. Faktor Resiko e. Manifestasi Klinis dan komplikasi f.
Diagnosis dan DD
g. Penatalaksanaan h. Pencegahan
2.7 Belajar Mandiri
Masing-masing anggota diskusi melakukan proses belajar mandiri sehubungan dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam terhadap materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil
(DKK) 2 dengan
mempergunakan referensi yang telah tersedia dan mengembangkan apa yang anggota kelompok pahami dari pembelajarannya tersebut.
2.8 Sintesis Masalah
Setelah DKK 1, masing-masing anggota kelompok belajar mandiri dan hasilnya akan didiskusikan dalam DKK 2
2.8.1 Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore, infeksi epitel kolumner dan transisional disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, adalah penyakit menular yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat.Tempat anatomik yang dapat terinfeksi langsung oleh gonokokus adalah uretra, rectum, konjungtiva, faring dan endoserviks.Penyulit local adalah endometritis, salpingitis, peritonitis dan bartolinitis pada perempuan dan abses periuretra dan epididimitis pada laki – laki.Manifestasi sistemik pada gonokoksemia adalah arthritis, dermatitis, endokarditis, dan meningitis serta mioperikarditis dan hepatitis.
7
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
2.8.2 Etiologi
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae atau disebut juga gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Neisseria dikenal ada 4 spesies yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitis yang bersifat patogen dan N.catarrhalis dan N.pharingitis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi. Gonokok termasuk golongan Diplokok, berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 μ dan panjang 1,6 μ, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif, ditemukan diluar dan dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39° C, dan tidak tahan zat desinfektan. Morfologi gonokokkus terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Struktur permukaan N. gonorrhoeaemeliputi : a. Pili Pili adalah anggota badan yang seperti rambut yang menjulur keluar beberapa u mikrometer dari permukaan gonokokus. Struktur ini berfungsi untuk menempel pada sel pejamu dan resistan fagositosis. Struktur ini tersusun atas tumpukan protein pilin. Rangkain asam amino bagian tengah berperan dalam perlekatan organisme ke sel pejamu dan kurang berperan pada respon imun. b. Por Por menjulur dari membran sel gonokokkus. Struktur ini muncul dalam trimers untuk membentuk pori – pori pada permukaan, tempat beberapa nutrien memasuki sel. c. Opa Protein ini berfungsi pada adhesi gonokokus di dalam koloni dan pada perlekatan gonokokus ke sel pejamu. Suatu strain gonokokus dapat mengekspresikan satu, dua, kadang – kadang tiga tipe Opa atau tidak sama sekali, meskipun setiap strain mempunyai sepuluh atau lebih gen untuk Opa yang berbeda. d. RMP RMP berhubungan dengan Por dalam pembentukan pori – pori pada membran sel. e. Lipooligasakarida Dalam meniru bentuk molekulnya, gonokokus membentuk molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel glikosfingolipid manusia. Adanya struktur tersebut 8
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
pada permukaan gonokokus yang struktur permukaannya sama dengan manusia membantu gonokokus agar tidak dikenali oleh sistem imun.
2.8.3 Faktor resiko
Faktor resikonya antara lain
Hubungan seksual baik malui vaginal, oral, dan anal
Alat yang terkontaminasi seperti handuk
Narkoba faktor psikologi seseorang yang tidak stabil sehingga dalam berhubungan seksual tanpa memikirkan keadaan kesehatan. Misalnya melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom / pil kontrasepsi.
Bergonta-ganti pasangan
latar belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual.
2.8.4 Patogenesis
Virulensi dari N.gonorrhoeae ditentukan dari keberadaan pili yang memediasi penempelan, serta kemampuan untuk bertahan dari kekuatan aliran hidrodinamik pada uretra, dimana hal ini juga menghambat pengambilan oleh fagosit. Invasi dan multiplikasi terjadi pada sel kolumnar non-silia penghasil mucus pada eitel tuba Fallopi. Strain dengan pili lebih banyak menempel pada permukaan sel mukosa manusia, dan lebih virulen dibandingkan dengan strain yang tidak ber-pili. Penempelan ini merupakan awal dari endositosis dan transport melewati sel mukosa kedalam ruang intraseluler dekat membrane basal atau langsung ke jaringan subepitelial. Tidak dapat toksin khusus yang dihasilkan oleh N.gonorrhoeae namun komponen lipoligosaccharide dan peptidoglycan berperan dalam menghambat fungsi silia dan menyebabkan inflamasi. Komponen pepridoglycan selain antigen pili, termasuk juga , Porin, Opacityassociated protein serta protein lain. Porin (sebelumnya dikenal sebagai protein I) protein terbanyak pada permukaan N.gonorrhoeae menginisiasi proses endositosis dan invasi. , Opacity-associated protein (Opa sebelumnya dikenal dengan protein II) berperan penting pada penempelan ke sel epitel, dan sel PMN yang akan menekan proliferasi sel T limfosit CD4+.Protein lainnya termasuk H-8,suatu lipoprotein yang terdapat pada semua strain N.gonorrhoeae, berguna sebagai target untuk diagnostic yang berdasar antibodi.Bakteri 9
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
ini juga memproduksi suatu IgA 1 protease, yang melindungi bakteri dari respon imun IgA mukosa individu. Antibodi terhadap Rmp (sebelumnya dikenal sebagai protein III,PIII) mencegah ikatan terhadap komplemen sehingga dapat memblokade efek bakterisidal terhadap porin dan lipooligosaccharide. Antigen pili memegang peranan penting pada kompetensi darn transformasi genetik, yang memungkinkan transfer material genetik antar bakteri in vivo.Antigen pili bersama Porin dan lipooligosaccharide bertanggung jawab terhadap variasi antigenetik yang menyebabkan infeksi berulang dalam periode waktu yang singkat. Gonococcal Lipooligosaccharide (LOS),berperan dalam aktifasi endotoksik dan berkontribusi pada efek toksik local pada tuba Fallopi. LOS juga memodulasi respon sistem imun, dimana modulasi kea rah respon Th2 akan mengurangi kemampuan bersihan infeksi gonokokal. Selain itu faktor individu inang juga berperan pentingd dalam memediasi masuknya bakteri ke dalam sel. Pelepasan diacylglycerol dan ceramide dibutuhkan untuk masuk ke dalam sel epitel. Akumulasi ceramide dalam sel akan menginduksi apoptosis dimana akan mengganggu integritas epitel dan memfasilitasi masuknya bakteri ke jaringan subepitelial. Dilepaskannya faktor kemotaksis hasil dari aktivasi komplemen juga akan menyebabkan inflamasi. Strain yang menyebabkan penyakit infeksi gonokokal diseminata (strain PorB.1A) telah dibuktikan lebih sulit dimatikan oleh serum manusia,dimana lebih tidak kemotaksis,
10
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
2.8.5 Manifestasi Klinis dan Komplikasi
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki umumnya bervariasi antara 2 – 5 hari, kadang-kadang lebih lama karena penderita telah mengobti diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhtikan olehpenderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Gambaran klinis dan komplikasi gonore erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Infeksi pada laki - laki
Infeksi
Komplikasi
simptomatik
Lokal
1. Uretritis
Ascendens
2. Tysonitis
1. Prostatitis
3. Parauretritis
2. Vesikulitis
4. Litriasis
3. Vas deferentitis/funkulitis
11
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
5. Cowperitis
4. Epididimitis 5. Trigonitis
Infeksi pada perempuan
Komplikasi
Infeksi Pertama
Lokal
Ascendens
1. Uretritis
1. Salpingitis
2. Servisitis
1. Parauretritis
2. P.I.D (Pelic Inflammatory
2. Bartholinitis
Diseases)/ Penyakit Radang Panggul
Komplikasi diseminata pada laki-laki dan perempuan
1. Artritis 2. Miokarditis 3. Endokarditis 4. Perikarditis 5. Meningitis
1.
Pada Laki – laki
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior/distal, bersifat akut dan dapat menjalar ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, ascendens dan diseminata. Komplikasi lokal, yaitu tisonitis, parautretritis, litretis dan cowperitis. Komplikasi
asendens
yaitu
prostatitis,
vesikulitis,
vas
deferentitis/funikulitis,
epididimitis, trigonitis, orkitis. Keluhan subyektif
berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar
orifisium uretra eksternum. Kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari oroficium uretra eksternum yang kadang disertai darah dan rasa nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaaan tampak orifisuium uretra eksternum tampak merah, edema dan ektropion. Pada ebebrapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar etah bening inguinal medial unilateral atau bilateral.
12
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015 Uretritis Gonore.1,2 Tampak duh tubuh uretra purulen
a. Komplikasi lokal pada pria a. Tysonitis Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada pasien dengan prepusium yang panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis didasarkan pada ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten.
Tysonitis.2
b. Parauretritis Sering terjadi pada hipospadia (orifisium uretra eksternum terbuka). Infeksi pada duktus disertai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
c. Radang kelenjar Littre/Littritis Tidak ada gejala khusus. Pada pemeriksaan urin di temukan benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komplikasi ditegakkan dengan pemeriksaan uretroskopi.
d. Cowperitis Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala, sdangakan infeksi yang mengenai kelenjar Cowper, dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan benjolan di daerah perineum di sertai rasa penuh dan panas, nyeri saat defekasi dan disuria. Jika tidak diobati abses dapat pecah melalui kulit perineum uretra dan rektum dan menyebabkan proktitis. 13
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
b. Komplikasi asendens a. Prostatitis Prostatitis akut ditandai perasaan tidak nyaman didaerah perineum dan suprapubis, malaise dan demam, disuri sampai hematuri, spasme otot uretra hingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, konstripasi sampai obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat, dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan adanya fluktuasi bila terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum yang mengakibatkan proktitis. Bila prostatitis berlanjut menjadi kronik, gejala kadang ringan dan intermiten tapi kadang sampai menetap. Rasa tidak enak diperineum bagian dalam saat duduk lama. Prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
b. Vesikulitis Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut dan epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala prostatitis akut seperti demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri saat ereksi dan ejakulasi. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan
mengeras
seperti
sosis
memanjang
di
atas
prostat.
Ada
kalanya
sulit
menentukanbatas kelenjar prostat yang membesar.
c. Funikulitis/ vas deferentis Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
d. Epididimitis Epididimitis akut biasanya unilateral sering disertai vas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan salah pengelolaan pengobatan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas juga testis sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat mengakibatkan sterilitas. Gejala yang hampir sama bila mengenai testis yang disebut dengan Orkitis. 14
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
e. Trigonitis Infeksi acendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejala berupa poliuria, disuria terminalis dan hematuria.
2.
Pada Perempuan
Gambaran klinik dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dengan lkailaki karena perbedaaan anatomi dan fisiologi genitalnya. Pada perempuan baik akut maupun kronis, jarang ada keluhan subyektif dan hampir tidak pernah ada kelainan obyektif. Pada umumnya perempuan datang mencari pengobatan,
bila sudah terjadi
komplikasi. Sebagian besar kasus ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan Keluarga Berencana. Wanita mengalami tiga masa perkembangan: 1. Masa Prapubertas: epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga dapat terjadi vaginitis gonore. 2. Masa Reproduksi: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, tebal dan banyak glikogen serta basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen sehingga suasana menjadi asam yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok. 3. Masa Menopouse: selaput lendir vagina menjadi atropi, kadar glikogen menurun, dan basil
Doderlein
berkurang, sehingga
suasana
asam
berkurang dansuasana
ini
memudahkan pertumbuhan kuman gonokok.
Pada perempuan dewasa, infeksi umumnya mengenai serviks uteri. Duh tubuh mukopurulen, kadang-kadang disertai darah, serta mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra, duktus parauretra, kelenjar bartholin, rektum dan dapat juga menjalar ke atas sampai pada daerah indung telur.
Uretritis yang terjadi, gejala utama berupa disuria, kadang-kadang poliuri. Pada pemeriksaan, orifisium uretra eksternum tampak merah, edematous dan ada sekret mukopurulen.
a. Komplikasi a. Parauretritis/skenitis 15
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Pada komplikasi, kelenjar parauretra dapat terkena namun jarang mengakibatkan abses.
b. Bartolinitis Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak merah, dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien kurang sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
c. Salpingitis
Bartolinitis.1 Kelenjar bartholin membengkak dan
Peradangan dapat bersifat akut, subakut dan kronis. Faktor predisposisi yaitu: -
masa puerpurium
-
setelah tindakan dilatasi dan kuretase,
-
pemakaian IUD, tindakan pemasangan AKDR
Cara infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovarium, sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul yang berisiko terjadi kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% perempuan dengan servisitis gonore akan berakhir dengan PRP. Gejala berupa nyeri di daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan diluar kandungan, apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional dan divertikulitis. Penegakan diagnosis dilakukan dengan pungsi kavum douglasi, dan dilanjutkan kultur mikroorganisme atau dengan laparoskopi.
16
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Infeksi non genital
a. Proktitis Proktitis umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan anogenital seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan dari pria. Berupa rasa terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edematosa dan tertutup pus mukopurulen.
b. Orofaringitis Orofaringitis sebagai akibat hubungan seksual orogenital, sering bersifat asimtomatik. Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan sampai sedang.
c. Konjungtivitis Konjungtivitis dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan berupa fotofobia, konjungtiva bengkak dan merah, serta keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati, dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis sampai timbul kebutaan.
Konjuntivitis gonore bilateral pada orang dewasa. 1 Tampak konjungtiva edema disertai sekret purulen.
d. Gonore Diseminata
17
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Sekitar 1% gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak didapat
pada
penderita
dengan
gonorrhea
asimptomatik
sebelumnya,
terutama
perempuan. Gejala yang timbul berupa astritis (terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis dan meningitis.
2.8.6 Diagnosis Pemeriksaan FIsik
Infeksi gonokolal dapat dikenali melalui tanda dan gejala khas, namun pada saat penyakit diseminata atau traktus reproduksi di atas terjadi, mukosa tempat infeksi primer dapat tampak normal dan pasien tidak mengalami tanda dan gejala lokal. Pada infeksi orofaring, dapat ditemukan gambaran faringitis ringan. Pada infeksi rektal, ditemukan discharge yang mukopurulen. Pada infeksi okuler, biasanya berasal dari autoinoculation dari injeksi genital. Infeksi di daptkan pembengkakan jelas kelopak mata, hyperemia hebat dan kemosis, dan discharge yang banyak dan purulen. Konjungtiva yang terinflamasi mungkin menutupi kornea dan limbus, bisa di dapatkan ulserasi kornea dan kadang terja di perforasi. Pemeriksaan fisis juga di anjurkan mencari tanda dari infeksi menular seksual lain nya ( herpes simpleks, sifilis chanchroid, lymphogranuloma venerum, dan kutil genital ).
Pria :
DIscharge purulen atau mukopurulen uretra, di dapatkan dengan melakukan teknik milking
Pemeriksaan epididmitis : nyeri dan edema epididimal unilateral
Wanita :
Discharge vaginal purulen atau mukopurulen, atau discharge servikal.
Perdarahan vagina, vulvovaginitis kerapuhan serviks ( tendensi perdarahan saat manipulasi )
Nyeri gerakan serviks saat pemeriksaan palpasi bimanual Rasa penuh dan/ tenderness pada adneksa, unilateral maupun bilateral Nyeri/ tenderness pada abdominal bawah, dengan atau tanpa rebound tenderness
Kemungkinan nyeri punggung ( terutama bila PID )
Tenderness kuadran kanan atas ( bila perihepatitis ) 18
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Infeksi Gonokokal Diseminata ( DIG )
Demam ( biasanya < 39 0C saat pemeriksaan )
Kulit : Rash makulopopular, pustular, nekrotik atau vesikular, terutama pada daerah badan, anggota gerak, telapak tangan dan kaki. Rash biasanya tidak mengenai wajah, kulit, kepala dan mulut. Lesi hemoragis, eritema nodusum, urtikaria, dan eritema multiforme jarang terjadi. Lesi kulit biasanya berbeda stadium pada saat presentasi.
Sendi : Pada umum nya penderita mengalami poliartraglia dengan joint tenderness penurunan lingkup gerak sendi, dan eritema ; lebih jarang ditemukan artritis purulenta yang mengenai sendi tunggal dengan nyeri hebat, tenderness edema dan penurunan lingkup gerak sendi.
Tenosinovitis : Eritema dan tenderness lokal sepanjang tendon sheath, dengan nyeri pada gerakan aktif maupun pasif. Tenosinovitis sering terjadi pada tangan, namun dapat di temukan juga pada ekstremitas bawah.
Sistem saraf pusat : Dapat di temukan meningismus dan penurunan kesadaran.
Jantung ( endokarditis ) : Dapat ditemukan murmur baru, takikardia dan demam ; lesi emboli dapat juga ditemukan.
Otot : Pembentukan abses pada jaringan lunak berupa tenderness lokal, edema dan nyeri saat bergerak
Pemeriksaan Penunjang
A. Sediaan Langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok gram negatif, intraselular dan ekstraselular,. Bahan duh tubuh pada laki-laki di ambil dari daerah fossa navikularis, sedangkan pada perempuan diambil dari uretra, muara kelenjar bartolin, serviks , dan untuk pasien dengan anamnesis beresiko melakukan kontak seksual anogenital dan orogenital, maka pengambilan vahan duh dilakukan di faring dan rektum. Sensitivitas pemeriksaan ini bervariasi, pada laki-laki bisa mencapai 90- 95 %, sedangkan dari spesimen endoserviks hanya berkisar antara 45-65 %, dengan spesifitas yang tinggi yaitu 90-99%.
B. Kultur
19
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat digunakan: 1.
Media transport Contoh:
- Media Stuart
merupakan media untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan - Media transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk dan N.meningitidis ,dapat bertahan selama 96 jam dan merupakan gabungan meida transport dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan Trimetoprim untuk mematikan Proteus sp p. 2.
Media pertumbuhan Contoh :
- Mc Leods Chocolate agar
Merupakan media non selektif. Berisi agar coklat, agar serum dan hidrokel. Selain kuman N.gonorrhoeae, kuman lain juga dapat tumbuh. - Media Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi N.gonorrhoeae . Mengandung Vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif. Kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. - Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambahkan Trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus spp. 3. Tes identifikasi presumtif dan konfirmasi (definitif) - Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni dari semula bening menjadi merah muda sampai merah lembayung. - Tes Fermentasi.
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa dan sukrosa. N.gonorrhoeae hanya meragikan glukosa.
20
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
4. Tes beta laktamase Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192 yang mengandung cromogenik cephalosporin akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase .
5. Tes Thomson Tes ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Syarat yang perlu diperhatikan
- Sebaiknya dilakukan setelah bangun tidur pagi - Urin dibagi dalam dua gelas - Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung urin paling sedikit 80-100 ml. Jika urin kurang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.
Hasil Pembacaan
Gelas I
Gelas II
Arti
Jernih
Jernih
Tidak ada infeksi
Keruh
Jernih
Infeksi uretritis anterior
Keruh
Keruh
Panuretritis
Jernih
Keruh
Tidak mungkin
Serologi test Belum ada tes serologi yang spesifik untuk Gonore. Semua
pasien diharapkan
dilakukan tes serologi untuk sifilis dan HIV.
2.8.7 Diagnosis Banding
Uretritis dan servisitis gonokokal harus di bedakan dengan uretritis non - gonokokal, servisitis atau vaginitisis akibat Chlamydia trachomatis, Gardnerella vaginalis, Trichomonas, Candida, dan patogen lain nya yang berhubungan dengan infeksi menular seksual; penyakit inflamasi pelvis, artritis, proktitis, dan lesi kulit. Seringkali beberapa
21
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
patogen terdapat bersamaan pada seorang penderita. Artritis reaktif ( uretritis, konjungtivitis astritis ) dapat menyerupai gonorrhea atau terjadi bersamaan.
2.8.8 Penatalaksanaan
Manajemen terhadap infeksi gonokokal telah banyak berubah pada dekade terakhir. Beberapa faktor termsuk resitensi terhadap penisili, ko-infeksi gonokokal dengan Chlamydia, dan lokasi anatomis infeksi berpengaruh terhadap pendekatan terapi.
1. Infeksi gonokokal pada serviks,uretra,rektum tanpa komplikasi :
Ceftriaxone,250 mg IM dosis tunggal ATAU,BILA BUKAN PILIHAN Cefixime 400 mg oral dosis tunggal ATAU Dosis tunggal injeksi cephalosporin DITAMBAH Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal ATAU Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari 2. Infeksi gonokokal pada faring :
Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal DITAMBAH Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal ATAU Doxycycline 2x100 mg oral selama 7 hari
3. Infeksi gonokokal konjungtiva :
Ceftriaxone 1 gram IM dosis tunggal Pertimbangkan lavase pada mata yang terinfeksi dengan larutan salin
4.Infeksi gonokokal diseminata (GDI) :
Ceftriaxone 1 gram IM atau IV tiap 24 jam
Cefotaxime 1 gram IV tiap 8 jam ATAU 22
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Ceftizoxime 1 gram IV tiap 8 jam
5. Infeksi gonokokal meningitis dan endokarditis :
Ceftriaxone 1-2 gram I V tiap 12 jam
6. Infeksi gonokokus pediatrik :
Bayi : Seftriakson 25 – 50mg/kg sekali sehari ATAU Seftriakson, 25 mg/kg dua kali sehari Lama terapi biasanya 2 hari
2.8.9 Pencegahan
Kondom, jika benar digunakan, memberikan perlindungan yang efektif terhadap transmisi dan akuisisi gonore serta infeksi lain yang ditularkan ked an dari permukaan mukosa genitalina, serta melalui pendidikan kesehatan masyarakat, konseling penderita, dan modifikasi perilaku, individu yang aktif secara seksual,t erutama remaja, harus ditawarkan skrinning untuk PMS. Untuk pria ,pemeriksaan NAAT dari urin atau swab uretra,dapat digunakan untuk skrinning. Belum ada vaksin yang efektif untuk infeksi gonokokal, tetapi upaya untuk menguji beberapa kandidat sedang berlangsung.
23
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Infeksi menular seksual tidak hanya ditularkan melalui kontak seksual tapi juga dapat ditularkan melaui tansplasenta dan organ nongenital yang lainnya. Penularan penyakit menular seksual dapat dicegah dengan cara melakukan tidak berganti-ganti pasangan serta juga menggunakan alat pelindung. Untuk diagnosis dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pada penderita IMS dapat menentukan diagnosis kedepannya nanti selain dengan pemeriksaan penunjang yang dilakukan bila pemer iksaan fisik belum mendapatkan diagnosis pastinya, hal ini dilakukan untuk menentukan juga diagnosis banding dari penyakit ims yg didertia pasien, diagnosis pasti dari penyakit gonorrhoeae adalah dengan pewarnaan negative gram dan juga biakan. Dulu pilihan utama pengobatan gonore adalah dengan penisilin dan probenesid. Sedangkan sekarang, pengobatan gonore dibagi berdasarkan klasifikasi infeksi
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa belajar lebih dalam tentang materi pada modul ini, mencari tambahan ilmu lebih banyak lagi dan terus diulang-ulang sehingga tetap melekat sepanjang hayat. Mahasiswa diharap memahami dengan baik jenis-jenis penyakit yang telah dibahas.
24
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015
Daftar Pustaka
Sumber bahan: Ismanoe, G. 2015. Gonore dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Jilid I edisi VI Daili, S.F.2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta Ed. 7 : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Jawetz, M. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Ed. 23. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Holmes, K. 2015. Harrison’s Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Vol. 2 Ed. 13 . Jakarta : EGC
Sumber gambar: 1. Daili, S.F., B. Makes, W.I., Zubier F. 2014. Infeksi Menular Seksual Edisi Keempat . Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. 2. Siregar, R.S. 2014. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 3. Diunduh dari : http://images.slideplayer.com/1/220211/slides/slide_44.jpg
25
Laporan Diskusi Kelompok Kecil 6 ANGKATAN 2015