LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGANTAR USAHA TANI
Dosen Pengampu
: Fitria Dina Riana, SP
Assisten Praktikum : 1. Fitria 2. Nurul
Oleh :
YOHANES TRI AGUNG
115040200111134 115040200111134
WIDDI PRASETYA
115040201111162 115040201111162
YOANITA FADLILAH IRIANI
115040201111167 115040201111167
WAHYU NITA PRATIWI
115040201111181 115040201111 181
YOGI PRADHANA T
115040207111015 115040207111015
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
1
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan Usaha Tani ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Pengantar Usaha Tani ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan penyempurnaan Laporan kami selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
2
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Laporan Usaha Tani ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Pengantar Usaha Tani ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan penyempurnaan Laporan kami selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
2
Daftar Isi
Halaman sampul…………………………………………………….. sampul…………………………………………………….... ..………….i ………….i Kata pengantar ……………………………………………………………………ii ……………………………………………………………………ii Daftar isi………………………………………………………………………… isi………………………………………………………………………….iii .iii BAB I. Pendahuluan 1.1 LatarBelakang…………………… LatarBelakang…………………….. ..…………………………………….……. …………………………………….…….5 5 1.2 Tujuan ……………………………………………………… ………………………………………………………..………………..6 ………………..6 1.3 Manfaat………………………… Manfaat…………………………... ...…………………………….…………… …………………………….……………6 6 BAB II. Tunjauan pustaka 2.1 Sejarah usaha tani …………………..…………………….……… …………………..…………………….……….. ..………… ………….7 .7 2.2 Transek desa………………………………………………….……………..… desa ………………………………………………….……………..…8 8 2.3 Profil usaha tani……………………………… tani………………………………... ...……….……… ……….……….. ..…………… ……………8 8 2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia Indonesia……..... …….......………………...8 ………………...8 2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Komoditas Pertanian……………….…………………… Pertanian……………….…………………….11 .11 2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani Usahatani (beserta (beserta rumus dan kurva)…………………………… kurva)……………………………..…………….………............. …………….………............. 14 2.5 Analisis Kelayakan Kelayakan Usahatani…………………………….…...… Usahatani…………………………….…...…............. .............… …19 2.5.1 R/C Ratio…………………………………….……….………... Ratio…………………………………….……….……….............19 ..........19 2.5.2BEP (Break Even Point)…………………………….……… Point) …………………………….………... ...……… ……….19 .19 BAB III. Hasil dan pembahasan 3.1 Sejarah Usahatani………………………………………….………….. Usahatani………………………………………….…………...........24 .........24 3.2 Transek Desa………………………………………………..………………. Desa………………………………………………..……………….24 24 3.3 Profil Petani dan Usahatani…………………… Usahatani……………………... ...………..………………… ………..…………………25 25 3.4 Analisis Biaya, Penerimaan Penerimaan dan Keuntungan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani…….. Usahatani……..27 27 3.5 Analisis Kelayakan Kelayakan Usahatani………………………… Usahatani…………………………... ...………….……… ………….……….27 .27 3.5.1 R/C Ratio…………………………………………………....………. Ratio…………………………………………………....………..27 .27 3.5.2 BEP ( Break Even Point )……………………….……….…………… ……………………….……….…………….24 .24 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian……………………………………………….… Pertanian……………………………………………….…24 24 3.7 Kelembagaan Petani………………………………………………… Petani…………………………………………………............29 ............29 3.8 Kendala Usahatani………………………………………………… Usahatani…………………………………………………..……….31 ……….31 BAB IV. Penutup
3
4.1 Kesimpulan…………… Kesimpulan…………….. ..…………………………… ……………………………..……..………………33 ……..………………33 4.2 Saran………………………………………………… Saran…………………………………………………..…….……………….33 …….……………….33 Lampiran …………………………….… …………………………….…..…………………………..……………iv Daftar Pustaka…………………………….…………………..…………………..v Pustaka…………………………….…………………..…………………..v
4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki luas 5.176.797 km 2 yang terdiri dari 1.919.440 km 2 daratan dan 3.257.357 km 2 lautan (Sepudin, 2011). Letak Indonesia sangatlah setrategis sehingga Indonesia memiliki iklim tropis yang sangat mendukung kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, dari situlah Indonesia disebut negara agraris karena memiliki banyak sumberdaya alam dan disebut juga sebagai negara maritim karena Indonesia memiliki lautan yang sangat luas juga terdapat banyak varietas di dala mnya. Luas lahan dan iklim strategis yang dimiliki Indonesia sangatlah mendukung adanya keanekaragaman hayati yang berragam, baik di darat maupun dilaut. Pada keadaan tersebut menjadikan pertanian mempunyai kontribusi penting, baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, mulai dari keanekaragaman jenis fauna sampai dengan jenis floranya. Dari sabang sampai merauke bisa dijumpai tanaman-tanaman tropis asli dari indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan tanaman pertaniannya. Sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian karena lahan pertanian yang cukup berlimpah. Namun dalam pengolahannya, pertanian kita masih jauh tertinggal oleh negara-negara maju dibelahan Eropa dan Amerika yang hanya memiliki lahan pertanian yang relatif kecil.Tapi pada dasarnya Negara kita memiliki sumber daya yang lebih dapat dikembangkan dari hanya sekedar tanamn sereal,pada dasarnya Indonesia memiliki struktur pengolahan lahan yang mampu dikembangkan lebih konssten dari sebelumnya dengan tahapan panca usaha
tani
ataupun
ekstensifikasi
serta
intensifikasi
lahan
dengan
intensif,sedangkan pengolahan itu sendiri.memerlukan tahapan yang lebih modern
daripada
hanya
sekedar
pengembangan
ekstensifikasi
dan
intensifikasi lahan.
5
Dalam aspek pertanian, Indonesia seharusnyi sekedar menjadi negara ekspor penghasil produk pangan terbesar di Asia Tenggara. Kenyataannya, justru Indonesia menjadi negara impor produk pangan yang cukup besar. Kemampuan petani-petani dalam hal ini tentu akan mempengaruhi nilai per kapita Indonesia sebagai negara agraris. Tidak hanya itu, berbagai masalah dalam bidang pertanian akan berpengaruh bagi penduduk di Indonesia. Usahatani merupakan suatu kegiatan yang berkitan erat dengan pertanian Indonesia. Mengetahui kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, tentunya hal ini dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Kegiatan usahatani dimulai tidak hanya pada kegiatan bercocok tanam. Namun juga hingga analisis usahatani yang dihasilkan oleh petani.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.
Untuk mengetahui sejarah Usaha Tani komoditas padi di karangploso
Untuk mengetahui profil petani dan usaha tani yang dijalankan
Untuk menghitung analisis biaya , penerimaan , dan keuntungan usaha tani
Untuk menghitung analisis kelayakan usaha tani
Untuk mengetahui pemasaran dari usaha tani yang dikembangkan
Untuk mengetahui fungsi kelembagaan di lingkup kerja petani
Untuk mengetahui kendala dalam dalam berusaha tani padi
1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan survei lapang pengantar usahaani antara lain adalah mampu menganalisis usahatani secara riil.
6
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Pengertian usahatani menurut Mubyarto (1987) adalah lebih ke pertanian rakyat. Pertanian dibedakan dalam arti luas dan arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup: (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit, (2) perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), (3) kehutanan, (4) peternakan dan (5) perikanan (perikanan darat dan laut). Dan dapat berupa usaha bercocok tanam dan memelihara ternak. (mubyarto,1987) Moshar (1968) memberikan definisi usahatani (farm) adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang ada ditempat itu yang dierlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah dan air itu sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah itu dan sebagainya. Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Menurut Vink (1984) ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Menurut Prawirokusumo (1990) ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau
7
menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut.
2.2 Transek Desa Transek desa merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sember-sumber daya dengan cara berjalan menelusuri
wilayah desa dengan mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati (Heru,2010). Menurut Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995 Teknik penelusuran lokasi / transek adalah teknik pra untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepa-kati . Transek (Penelusuran Desa) merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumbersumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik transek, diperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahan perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam diagram transek atau 'gambaran irisan muka bumi (Hasan I. 2002). Teknik penelusuran lokasi (transek) desa merupakan sebuah teknik dalam melihat kenampakan alam dengan pengamatan kondisi fisik desa secara langsung. Hal ini biasanya dilakukan dengan menelusuri desa dengan mengikuti lintasan tertentu yang memperlihatkan kenampakan bentang alam dengan kondisi fisik desa (Supriharyono, 2000)
2.3 Profil Usahatani 2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting diantara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti
8
tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta
keadilan
terwujudnya
social
bagi
kesejahteraan
seluruh rakyat
rakyat
dan
Indonesia.
keadilan
Dengan
social
secara
menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1)
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
2)
Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah
3)
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
4)
Kurang
memperoleh
pelayanan
kesehatan,
pendidikan
dan
pelayanan lainnya Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani
9
kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil adalah: a.
Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun
b.
Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
c.
Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d.
Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil
adalah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal. Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil, sehingga tiap-tiap usaha petani tersebut mempunyai sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan. Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang unik, juga agroekosistemnya, suatu kombinasi sumber daya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan.
10
Dengan mengalokasikan sumber daya tersebut, petani melakukan proses produksi agar dapat terus menghasilkan produk baik berupa fisik maupun uang. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain
itu,
masih
ditambah
lagi
dengan
permasalahan-
permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia (Anonymous, 2012)
2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian Lima puluh tahun lalu, usaha tani padi di Indonesia dinilai masih bersifat usaha subsisten, dilakukan secara manual, masih menggunakan varietas lokal atau unggul lama (150-180 hari), dan menggunakan pupuk organik. Mulai tahun 2010, usaha tani padi telah
11
berubah menjadi usaha komersial, 90 % petani menanam varietas unggul (110 – 120 hari), mulai menggunakan pupuk anorganik dan alat dan mesin pertanian. Walaupun produktivitas lahan meningkat, tetapi pemilikan lahan per petani menurun, jumlah petani tanpa lahan naik dari kurang 5% pada tahun 1960 menjadi 40% diberbagai kabupaten. Usaha tani Padi tadah hujan(gogo) memiliki prospek yang sangat baik terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturutturut 4-8 bulan. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata baru mencapai 3,0-4,0 ton/ha sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah mencapai 6,5-7,5 ton/ha. Teknologi padi sawah tadah hujan yang tepat diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi gogo. Olah tanah 2 kali yaitu: (1) pada saat musim kemarau atau setelah terjadinya hujan; (2) saat menjelang tanam. Olah tanah dengan traktor dengan cara singkal, setelah hujan turun olah lahan untuk menghaluskan tanah kemudian ratakan. Sambil menunggu curah hujan yang cukup, pada setiap petak sawah perlu dibuat saluran keliling dan pada petakan yang luas perlu ditambah pembuatan semacam bedengan dengan lebar sekitar 5 m. Saluran ini sangat diperlukan untuk membuang kelebihan air atau akan berfungsi sebagai saluran drainase. Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/dekade (10 hari). Gunakan sistem tanam Jajar Legowo (20x10) x 30 cm atau (20x10) x 40 cm, 4-5 butir per lubang. Dengan seperti ini, populasi tanaman mencapai 400.000 rumpun/ha atau 330.000 rumpun/ha. Pelaksanaan penanaman dibantu dengan alat semacam caplakan untuk padi sawah. AAlat tersebut mempunyai 4 (empat) titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm atau 20 cm dan 40 cm, dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm atau 20 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah banyak kemudahan dalam pemeliharaan tanaman terutama penyiangan, penyemprotan dan pemupukan secara larikan.
12
Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an-organic pada lahan sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau pupuk kandang sekitar 3-5 ton/ha/tahun. Aplikasi pupuk organic sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah pertama, dan diharapkan pada pengolahan tanah kedua pupuk organic akan tercampur dengan rata. Pada pemupukan I dilakukan pada umur (10-15) HST berikan 50 kg urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCL/ha. Pemupukan susulan I 35-40 HST dengan dosis pupuk 75 kg/ha. Pemupukan susulan II yaitu: pada saat primordial dengan takaran 75 kg/ha. Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang adalah lalat bibit dan penggerek batang. Pada pertumbuhan lanjut, hama penggerek batang, pemakan dan penggullung daun juga sering menyerang. Pada beberapa lokasi juga ada kemungkinan hama wereng coklat
dan
wereng
hijau
penular
penyakit
tungro
menyerang
pertanaman. Bila tanaman sudah keluar malai, hama kepik hijau dan walang sangit juga sering menyerang. Selain adanya serangan hama, penyakit utama usahatani ini adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pycularia grisea dan penyakit bercak daun coklat Helminthosporium oryzae dan berc ak daun bergaris Cercospora orizae. Cara pengendalian penyakit yang paling efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan, seperti varietas Tukad Petanu untuk penyakit Tungro dan varietas Ciherang yang tahan wereng coklat biotipe 2.. Pemberian pupuk organik N, P dan K yang berimbang selain meningkatkan produksi juga dapat menekan keparahan penyakit bercak daun. Bahkan dengan pengembalian jerami dan pemberian pupuk kandang dapat mengurangi kerugian oleh penyakit ini (Suparyono et al., 1992). Sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas juga bisa ditempuh untuk mengurangi penyebaran penyakit dalam waktu singkat. Gangguan lain yang sering muncul di lapangan adalah adanya kompetisi dengan tumbuhan pengganggu atau gulma. Bila pertumbuhan gulma padat, tanaman pokok padi akan sangat menderita karena kalah
13
bersaing dalam mendapatkan air dan hara. Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama gan kedua dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan kored. Penyiangan ini sekaligus sebagai cara pembumbunan tanaman. Masa panen apabila padi sudah melebihi umur masak dilihat dari 95% gabah telah menguning. Umumnya umur panen 110-130 hst.
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta rumus dan kurva)
2.4.1. Biaya dapat dikatakan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan oleh pihak produsen untuk bisa menghasilkan sebuah produk. Terdapat berbagai macam pengertian dari biaya. Pengertian – pengertian tersebut berasal dari berbagai macam sumber yang berbeda pula. Dibawah
merupakan
contoh
pengertian
dari
biaya
tersebut,
antaralain: Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan
atau
digunakan
dalam
rangka
memperoleh
penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai
setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber
daya
atau
nilai
ekuivalen
kas
yang
dikorbankan
untuk
14
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.
Menurut Mulyadi (2005:13), Biaya digolongkan sebagai berikut; 1. Menurut Objek Pengeluaran Penggolongan
ini
merupakan
penggolongan
yang
paling
sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya Produksi , yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya Pemasaran , adalah biaya biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll. 3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibia yai Ada 2 golongan, yaitu: (1). Biaya Langsung ( direct cost ), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (2). Biaya Tidak Langsung ( indirect cost ), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. 4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
15
Biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap ( fixed cost ), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost ), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya Biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal ( Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2). Pengeluaran Pendapatan ( Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan
manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1993). Menurut Harnanto (1993) biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran dari
sumber
ekonomi
yang
dikorbankan
atau
diserahkan
untuk
mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut Sudarsono (1998), biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk menyediakan barang yang siap dipakai konsumen. Ada empat unsure pokok dalam definisi biaya yaitu: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan uang 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
16
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Biaya tetap ( Fixed Cost ) Biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit. 2. Biaya tidak tetap (Variable cost ) Biaya tidak tetap yang sifatnya berubahubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter William, 2009). Biaya dalam kegiatan usahatani dikeluarkan oleh petani dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan pendapatan yang setinggi tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang dan jasa (Horngren Charles, Srikant Datar, dan George Foster, 2008). Biaya merupakan pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisir dan melakukan proses produksi. Didalamnya termasuk memplot uang untuk input dan pelayanan yang digunakan dalam produksi. Dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang nemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. 2.4.2. Penerimaan Usahatani Dalam pengolahan usahatani, petani mengupayakan agar hal yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang di keluarkan dapat menghasilkan produksi maksimal. Sehingga pada akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut akan meningkat. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Perkalian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
17
TR = P x Q Keterangan : TR = Penerimaan Total ( Rp) P = Harga Produk (Rp/unit) Q = Jumlah roduksi unit
2.4.2. Keuntungan / Pendapatan Usahatani Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha meningkatkan hasil – hasil produksiagar memperoleh peningkatan pendapatan
dengan
memaksimalkan
input-input
faktor
yang
mempengaruhi (Soekartawi, 1995). Menurut Harnanto (1993), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu: a. Pendapatan kerja petani (operator labor income); diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan. b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai. c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan hasil balas jasa dari petani dan anggota keluarga. d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber. Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan perdapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi Pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani. Sedangkan dari luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilahan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang
18
dikeluarkan dan penerimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani.
Dimana: I = Pendapatan (Income) TR = Total Revenue (Penerimaan) TC = Total Cost (Total biaya) 2.5 Analisis Kelayakan Usahatani 2.5.1 R/C Ratio Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut : R/C = PQ x Q / (TFC+TVC) Keterangan : R
= Penerimaan
C
= Biaya
PQ
= Harga Output
Q
= Output
TFC
= Biaya Tetap (Fixed Cost)
TVC
= Biaya Variabel (Variable Cost)
Ada tiga criteria dalam R/C ratio, yaitu :
2.5.2
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan.
R/C rasio = 1, maka usaha tersebut BEP.
R/C rasio < 1, maka usaha tersebut tidak efesien atau merugikan.
BEP (Break Even Point) Beberapa pengenrtian Break Even Point (BEP) :
19
Titik Break Even Point (BEP) atau titik potong peluang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan= total biaya). (S. Munawir, 2002)
Analisis Break Even Point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting Analisis Break Even Point (BEP) bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
Penetapan seberapa jauhkah menurunya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi. (Abdullah, 2004)
Break Even Point (BEP) suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutpi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variable) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. (Harahap, 2004) Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan
suatu
analisis
yang
digunakan
untuk
mempelajari
keterkaitan antara biaya tetap, biaya variable, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain memberikan
informasi
mengenai
keterkaitan
antara
biaya
dan
pendapatn, diagram ini juga menunujukan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besrnya penerimaan pada saat titik balik modal, yitu yang menunjukan suatu
20
proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian. Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagai berikut :
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubunganya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
Analisis Break Even Point (BEP) berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variable dan biaya tetap.
Besarnya biaya variable secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variable per unitnya adalah tetap.
Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahab volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
Jumlah unit produksi yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan.
Analisis Break Even Point (BEP) juga dapat digunakan oleh usahawan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
Jumlah minimal
produk yang harus terjual agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
21
Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu :
a)
Break Even Point (BEP) Produksi (Unit)
Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut : BEP unit =
TFC P-TVC/Q
Keterangan : BEP
= Break Even Point (Titik Impas)
Q
= Quantities (Produksi)
TFC
= Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC
= Total Variable Cost (Biaya Variabel)
P
= Harga Produk
b) Break Even Point (BEP) Penerimaan (Rupiah)
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP. BEP penerimaa (Rp) =
TFC 1-TVC/TR
Keterangan :
c)
BEP
= Break Even Point (Titik Impas)
TR
= Total Revenue (Penerimaan)
TFC
= Total Fixed Cost (Biaya Tetap)
TVC
= Total Variable Cost (Biaya Variabel)
Break Even Point (BEP) Harga (Rupiah)
Break Even point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada saat BEP. Atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan produk (ATC/Average Total Cost) BEP Harga (Rp) = TC / Q
22
Keterangan : BEP
= Break Even Point (Titik Impas)
Q
= Quantities (Produksi)
TC
= Total Cost (Biaya Total)
Penentuan Break Even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya Break Even Point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya Break Even Point dalam rupiah.
Kurva BEP
23
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Usahatani Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau Mas 2, Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang. Kami mendapatkan informasi tentang awal mula kepemilikan lahan tersebut. Lahan yang di gunakan Bapak Sudiro sebelum dibeli juga digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan yang digunakan sekarang sudah bukan menjadi lahan sewaan namun sudah menjadi milik Bapak Sudiro karena adanya proses jual beli antar pemilik yang dulu. Bapak Sudiro membeli tanah sewaan yang digunakan beberapa tahun sebelum dibelinya sekitar tahun 1980. Luas lahan yang dimilikinya sekarang sekitar 6300 m2. Dari luas tanah tersebut termasuk rumah yang ditempatinya, luas yang digunakan sebagai rumah seluas 1500 m 2. Lahan yang digunakan sebagai budidaya pertanian berada didepan rumah dan belakang rumah. Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam padi gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu sengon. Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung. 3.2 Transek Desa
24
Keterangan :
Rumah Bapak Sudiro
Rumah Tetangga Bapak Sudiro
Masjid
Jembatan
Pohon
Sungai
Sawah milik Bapak Sudiro
Pohon Kelapa
Transek Lahan
Keterangan : Padi Gogo
25
3.3 Profil Petani dan Usahatani Petani yang kami wawancarai bernama bapak Sudiro, beliau berusia 67 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh bapak Sudiro adalah Sekolah Dasar (SD). Petani merupakan pekerjaan utama, meskipun terkadang bekerja sampingan sebagai sopir jika ada yang memintanya untuk mengantar.Bapak Sudiro memiliki tiga orang anak, namun ketiganya sudah berumah tangga, sehingga beliau hanya tinggal dengan seorang istri yang bernama ibu Sumarmi. Ibu Sumarmi bekerja sebagai petani di lahan yang mereka garap sendiri. Lahan yang mereka tanami merupakan lahan milik mereka sendiri, dengan jenis lahan sawah seluas 2.000 m 2, tegal/kebun seluas 2.800 m 2, serta pekarangan seluas 1.500 m2, sehingga total luas lahan milik bapak Sudiro adalah 6.300 m 2. Seperti petani Indonesia pada umumnya, selain bertani bapak Sudiro juga beternak hewan ternak, dulu beliau beternak kambing, namun sudah dijual, kini beliau beternak 20 ekor ayam dan 15 ekor entok. Bapak Sudiro memiliki beberapa petak lahan yang letaknya terpisah satu sama lain, beliau memilih membudidayakan tanaman padi gogo yang bergantung pada air hujan, dengan alasan perawatannya mudah dan hasil yang menjanjikan. Kegiatan bercocok tanam dimulai dengan penyemaian benih padi selama 25 hari, sambil menunggu penyemaian, beliau mempersiapkan lahan yang akan ditanami padi gogo. Setelah tiba waktu untuk menanam benih padi ke
lahan,
maka
perawatan
penyemprotan pestisida.
dimulai,
seperti
pemberian
pupuk
dan
Pupuk yang digunakan oleh bapak Sudiro
merupakan campuran antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah kotoran sapi yang diaplikaikan sebelum lahan ditanami, sedangkan pupuk kimia sintetis yang digunakan adalah pupuk dengan merk dagang Urea, Phonska, TSP diaplikasikan 15 hari setelah tanam. Pestisida kimia sintetis yang digunakan bapak Sudiro adalah Phospit untuk mengatasi masalah hama tikus, dan curakol untuk mengatasi masalah hama belalang hijau.
26
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani No. Keterangan 1
2
Harga (P)
Kuantitas (Q)
Jumlah
Sewa Lahan
Rp 500.000
1000 m2
Rp 500.000,00
Cangkul
Rp. 10.000,00
5 buah
Rp 50.000,00
Rp. 85.000,00
4 kantong
Rp 340.000,00
Urea
Rp.92.000,00
1 sak
Rp 92.000,00
Phonska
Rp.4.000,00
80 kg
Rp 320.000,00
TSP
Rp.3.000,00
25 kg
Rp 75.000,00
Sekor (kecil)
Rp.40.000,00
1 pcs
Rp 40.000,00
Curakol
Rp.28.000,00
1 pcs
Rp 28.000,00
Mencangkul
Rp.20.000,00
2 orang
Rp 40.000,00
Menanam
Rp.15.000,00
4 orang
Rp 60.000,00
Pemeliharaan
Rp.15.000,00
4 orang
Rp 60.000,00
Panen
Rp.25.000,00
2 orang
Rp 50.000,00
Biaya pembajakan
Rp.180.000,00 1 kali
Rincian Baya Tetap (FC)
Rincian Biaya Variabel
Bibit
Pupuk
Pestisida
Tenaga kerja
Total biaya (TC) = (TFC+TVC) 3
Penerimaan (TR)
4
Keuntungan (π) = TR – TC
Rp.490.000,00 5 kuintal
Rp 180.000,00 Rp. 1.535.000,00 Rp. 2.450.000,00 Rp. 915.000,00
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani 3.5.1 R/C Ratio R/C Ratio = R/C Ratio = R/C Ratio = 1,6 (layak) Jadi , setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh bapak sudiro maka akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,6 %
27
3.5.2 BEP ( Break Even Point) BEP UNIT BEP= BEP= BEP= BEP = 1,08 Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi maka harus menjual gabah sebanyak 1,08 kwintal , dengan harga per kwintalnya Rp.490.000,00 BEP RUPIAH BEP= BEP= BEP= BEP= BEP=520.833 Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi maka dengan jumlah gabah 5 kwintal maka harus menjual dengan harga 520.833 per kwintalnya
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian Hasil panen padi gogo milik bapak Sudiro biasanya dijual ke tengkulak dalam bentuk gabah. Alasan beliau menjual dalam bentuk gabah dikarenakan beliau ingin segera menjual sehingga lebih cepat mendapatkan hasil/uang yang akan digunakan untuk keperluan yang lain. Hal inilah yang umumnya terjadi dalam usahatani skala kecil petani Indonesia. Selain dijual kepada tengkulak dengan sistem timbangan, tak jarang bapak Sudiro menjual padi gogonya dengan sistem tebasan. Sistem tebasan dianggap lebih
28
menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem timbangan. Pembelian gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat menaksir harga yang disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah di sawah. Kalau sampai tak pandai menaksir, maka tentunya kerugian akan menghadang di depan mata. Menjual gabah dengan sistem tebasan biasanya terpaksa dilakukan petani yang keadaannya kepepet kebutuhan. Misalnya karena terdesak ditagih hutang atau kebutuhan lainnya.
3.7 Kelembagaan Petani Petani yang kami wawancarai merupakan anggota dari Gabungan Kelompok Tani Sari Bumi. Lembaga yang beranggotakan 44 orang petani di Desa Wringinanom ini rutin menyelenggarakan pertemuan setiap tanggal lima, dan bertempat di sebuah warung. Dalam kegiatan rutin tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai hama penyakit tanaman budidaya mereka, saling bercerita mengenai permasalahan yang terjadi di lahan pertanian mereka masing-masing. Bapak Sudiro mengaku mendapatkan banyak sekali kemudahan semenjak bergabung dengan Kelompok Tani Sari Bumi, diantaranya mendapatkan banyak pengetahuan yang sebelumnya belum pernah beliau dapatkan, melalui kegiatan rutin beliau mendapatkan tambahan pengetahuan yang disampaikan oleh penyuluh yang disediakan oleh Kecamatan. Keuntungan yang lain adalah dapat menikmati kemudahan untuk peminjaman alat pertanian. Beliau menyampaikan bahwa Kelompok Tani Sari Bumi mendapatkan bantuan dari Pak De Karwo, Gubernur Jawa Timur, berupa handtractor , diesel air, dan mesin perontok padi, alat-alat tersebut yang digunakan para anggota Kelompok Tani Sari Bumi untuk menunjang kegiatan usahatani me reka. Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Nasution (2002), kelembagaan mempunyai pengertian
sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat
29
aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal. Kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung” bagi kelangsungan hidup komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolong-menolong, gotongroyong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya. Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan “energi sosial” yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani (Gapoktan). Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi dari output tersebut. Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun
30
diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian.
3.8 Kendala Usahatani Dalam berusahatani, pasti akan ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian. Itu pula yang dirasakan oleh Bapak Sudiro, hama dan penyakit tanaman menurut beliau merupakan salah satu kendala serius dalam berusahatani. Hama berupa walang sangit dan tikus dianggap sangat merugikan karena intensitas serangannya yang tinggi. Bapak Sudiro mengatasi masalah ini dengan cara membuat jebakan berupa ketela rebus yang kemudian dicampur dengan phosphit untuk menanggulangi hama tikus, sedangkan untuk walang sangit, beliau menggunakan pestisida kimia. Cara yang digunakan bapak Sudiro memang sudah benar, namun ada baiknya untuk dilakukan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan sehingga keseimbangan agroekosistem lebih terjaga. Tanpa menggunakan bahan-bahan kimia (pestisida), maka keberagaman fauna akan melimpah, musuh alami tidak akan mati, sehingga musuh alami yang akan memangsa hama-hama seperti tikus dan walangsangit, dan ledakan hama tidak akan terjadi. Harapan beliau terhadap kendala terbesar ini adalah adanya penyuluhan dari penyuluh untuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara mengatasi permasalahan hama penyakit tanaman budidaya yang seakan tidak pernah ada habisnya, tentunya dengan bantuan teknologi maupun penemuan penemuan baru mengenai cara pengelolaan hama secara terpadu dan berkelanjutan. Menyadari akan manfaat dan kelemahan pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida, maka perlu upaya pengendalian yang efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, sejak tahun 1997/1998 pemerintah mengintroduksikan program PHT pada tanaman perkebunan rakyat. Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas. Tujuan penerapan PHT adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani melalui pemberdayaan perangkat pemerintah yang terkait dan kelompok tani.
31
Sesuai dengan UU No. 12 tahun 1992, tentang Sistem Budidaya Tanaman dan PP No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menerapkan sistem PHT yang pelaksanaannya menjadi tanggungjawab petani atas bimbingan pemerintah. Upaya mendukung penyelenggaraan PHT, pemerintah menyelenggarakan pelatihan Sekolah Lapang bagi petugas dan petani. Menurut Direktorat Perlindungan Perkebunan (2001), tujuan kegiatan pelatihan tersebut adalah agar petugas dan petani memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan 4 prinsip PHT, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pelestarian musuh alami, (3) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan (4) petani menjadi ahli PHT dan manajer di lahannya. Menurut Wahyudi (2003), bahwa implementasi dan pengembangan PHT sejalan dengan konsep sustainable agriculture, walaupun konsep ini perlu digarap secara sistematik dan terpadu untuk memperoleh manfaat optimal. Upaya ini perlu segera dikembangkan terutama untuk menolong petani dalam mengentaskan diri dari kemiskinan.
32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau Mas 2, Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang. Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam padi gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu sengon. Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung. Bapak Sudiro biasanya menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan sistem tebasan. Sistem tebasan dianggap lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem timbangan. Pembelian gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat menaksir harga yang disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah di sawah. Dan Bapak Sudiro tergabung dalam kelompok tani Sari Bumi. Di kelompok tani ini selalu melakukan kegiatan rutin, dalam kegiatan rutin tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai hama penyakit tanaman budidaya mereka, saling bercerita mengenai permasalahan yang terjadi di lahan pertanian mereka masing-masing. Dalam berusahatani, pasti akan ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian. Itu pula yang dirasakan oleh Bapak Sudiro, hama dan penyakit tanaman menurut beliau merupakan salah satu kendala serius dalam berusahatani
4.2 Saran
33
BAB V LAMPIRAN
5.1 Transek Desa dan Peta Desa
Permasalahan yang dihadapi : Tidak ditemukan masalah
34
Transek Lahan
Padi Gogo
35
5.2 Lampiran foto hasil pengamatan lapang
36
37
38
5.3 Kalender Musim Tanam
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Keterangan : Padi Gogo Jagung Kacang Tanah
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Faisal.M.
2004.
Dasar-dasar
Manajemen
Keuangan.
Penerbit.
Universitas Muhammadiah Malang, Malang. Anonymous,
2012.
Kondisi
Pertanian
Indonesia
Saat
Ini.
http://paskomnas.com/id/berita/Kondisi-Pertanian-Indonesia-saat-ini berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php Anonymous,
2013.
Kurva
BEP.
http://jejakteknikindustri.blogspot.com/2013/06/analisis-dan-estimasi biaya.html. Diakses tanggal 28 Nopember 2013 Anonymous,
2013.
Profil
Usahatani
Padi
gogo\
http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/budidaya-padi-sawah-tadah hujan-1.html Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo . Hasan I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, 260 : Jakarta. Heru, dkk., 2010. Modul Usahatani, Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES. Nasution, Muslimin. 2002.
Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan
Untuk Agroindustri. Bogor: IPB Press.tidak dipublikasikan. Rangkuti, Freddy. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. S. Munawir, 2002. “Akuntansi Keuangan Dan Manajemen”. Edisi Revisi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
40