AUDIT MATERNAL PERINATAL SUGENG SUG ENG RIY RIYANTO.SKM ANTO.SKM.M.Ked .M.Ked..Trop
1.PENGERTIAN ●
Adalah penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaann penatalaksanaannya,dengan ya,dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok terkait,untuk terk ait,untuk mendapatkan m endapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dilakuk an dalam upay upaya a peningkatan kualitas pelayanan pelay anan KIA disuatu wilay wilayah. ah.
●
AMP merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan kesakitan dan kematian di masa yang akan datang,penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan faktor penyebab yg dapat dicegah dari kesakitan dan kematian yg terjadi
●
Dari kegiatan ini dapat ditentukan : a. sebab a. sebab dan faktor terkait terkait dalam kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. b. Dimana b. Dimana dan da n mengapa berbagai sistem dan program gagal dalam mencegah kesakitan dan kematian. c. Jenis c. Jenis intervensi dan pembinaan yg diperlukan
●
AMP juga dapat berfungsi sebagai alat AMP juga pemantauan dan evaluasi sistem rujukan,agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik,maka diperlukan : a. pengisian a. pengisian rek rekam am medis yg lengkap dan benar disemua tingkat pelayanan pelayanan kesehatan.
b. pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara autopsi verbal,yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yg mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yg diperoleh sebelum penderita meninggal,sehingga dapat diketahui perkiraan sebab kematian.
2. TUJUAN AMP a. Tujuan umum. Meningkatkan mutu pelayanan KIA diseluruh wilayah suatu kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
b. Tujuan khusus. 1.Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan,yg dilakukan oleh dinas kabupaten/kota,RS pemerintah/swasta dan puskesmas,RB,BPS,di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten / kota/propinsi
2. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yg diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yg ditemukan dalam pembahasan kasus. 3. Mengembangkan mekanisme kordinasi antara dinas kesehatan kab/kota,RS pemerintah dan swasta,puskesmas,RB,BPS dalam perencanaan,pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yg disepakati.
3.MANFAAT AMP I.Mengidentifkasi faktor medik yg berpengaruh kepada kesakitan dan kematian ibu dan anak. Faktor medik tersebut adalah faktor risiko kematian ibu dan anak,antara lain : a. Usia ibu pd waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20 thn) atau terlalu tua (lebih dari 35 thn)
b. jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang). c. jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Selain itu beberapa komplikasi,kehamilan persalinan dan nifas yg merupakan penyebab langsung kesakitan dan kematian ibu dan anak : a. perdarahan pervaginam,khususnya pd kehamilan trimester ketiga,persalinan dan pasca persalinan.
b. infeksi c. pre eklamsi/eklamsi d. komplikasi akibat partus lama e. trauma persalinan. Beberapa keadaan dan gangguan yang akan memperburuk derajat kesehatan ibu selama hamil dan ikut berperan dalam kesakitan dan kematian ibu dan perinatal,antara lain :
a. penyakit – penyakit kronis yg menyertai kehamilan. b. kekurangan gizi dan anemia c. bekerja (fisik) berat selama kehamilan yg akan berdampak pada kehamilan yg kurang baik spt BBLR dan prematuritas. d. kardiovaskuler.
II. Mengidentifikasi faktor non medik yg berpengaruh kepada kesakitan dan kematian ibu dan perinatal,antara lain : a.kurangnya kesadaran ibu,suami,dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan antenatal. b.terbatasnya pengetahuan ibu,suami,dan keluarga tentang bahaya kehamilan risiko tinggi.
c. Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil dalam pengambilan keputusan untuk dirujuk. d. ketidakmampuan sebagian ibu hamil ,suami dan keluarga untuk membayar biaya tranport dan perawatan di RS. e. sistem transportasi yg sulit.
III. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan yg berpengaruh kepada kesakitan dan kematian ibu dan perinatal,antara lain: a. Cakupan pelyn KIA yg belum memadai : 1.belum tersedianya fasilitas kesehatan yg bermutu dan mudah terjangkau. 2. belum mantapnya jangkauan pelyn KIA dan penanganan kelompok risiko.
3. masih rendahnya ( sekitar 60 % ) cakupan pelyn persalinan oleh nakes. 4. masih adanya pertolongan persalinan oleh DK yg tidak mengetahui tanda-tanda bahaya. 5. Belum mantapnya sistem pelyn gawat darurat obstetri neonatal di puskesmas dan RSUD. 6. Belum meratanya pelyn gawat darurat bebas biaya bagi gakin ditingkat pelyn dasar dan rujukan.
b. Aspek manajemen yg belum menunjang,al : 1. belum semua kab/kota memberikan prioritas yg memadai untuk program KIA. 2. kurangnya komunikasi dan kordinasi antara dinkes,RSUD/TNI/POLRI dan swasta ,puskesmas,RB,BPS dalam upaya kesehatan ibu dan perinatal. 3. belum mantapnya mekanisme rujukan dari puskesmas,RS dan BPS ke RS pemerintah/swasta/kab/kota atau sebaliknya.
c. Keterampilan pemberi pelyn KIA masih rendah,al : 1. belum diterapkannya prosedur tetap penanganan kasus gawat darurat kebidanan dan perinatal secara konsisten. 2. kurangnya pengalaman bides yg baru ditempatkan dalam mendeteksi dan menangani ibu/bayi risiko tinggi.
3. Belum terampilnya bidan di puskesmas dan BPS untuk ikut aktif dalam jaringan rujukan saat ini. 4. Terbatasnya keterampilan dokter puskesmas dalam menangani kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal .
5. Kurangnya upaya alih teknologi tepat guna (yg sesuai dengan permasalahan setempat) dari dokter spesialis RS kab/kota kepada dokter/bidan puskesmas. 6. Belum mantapnya pengaturan penanganan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal di RS
IV. Para pengelola program KIA dan para pemberi pelyn KIA dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor-faktor yg mempengaruhi kematian ibu dan perinatal.
D. KEBIJAKSANAAN DAN STRATEGI AMP UU no 36 Th 2009 ttg kesehatan dan peraturan pemerintah No 32 th 1996,menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standart profesi dan menghormati hak pasien.
●
●
Kebijakan Indonesia sehat sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah : a. Peningkatan mutu pelyn KIA dilakukan secara terus menerus melalui program jaga mutu di puskesmas,disamping upaya perluasan jangkauan pelayanan.Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara lain dilakukan dengan kegiatan AMP
b. Peningkatan fungsi kab/kota sebagai unit efektif yg mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yg ada untuk meningkatkan pelyn KIA di seluruh wilayahnya. c. Peningkatan kesinambungan pelyn KIA ditingkat pelyn dasar (PKM dan jajarannya) dan ditingkat rujukan primer(RS dan Kab/kota)
d. peningkatan kemampuan kab/kota dalam perencanaan program KIA dengan memanfaatkan hasil kgt AMP mampu mengatasi masalah kesehatan setempat. e. Peningkatan kemampuan manajerial dan teknis dari pengelola dan pelaksana program KIA melalui kgt analisis manajemen dan pelatihan klinis.
●
Strategi yg diambil dalam menerapkan kegiatan AMP adalah : a. semua kab/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelyn program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu,yang antara lain dilakukan melalui AMP di wilayahnya ataupun diikutsertakan kab/kota lain.
b. Dinas kesehatan kab/kota berfungsi sebagai kordinator fasilitator yg bekerjasama dengan RS kab/kota dan melibatkan puskesmas dan unit pelyn KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu di wilayah kab/kota c. Di tingkat kab/kota perlu dibentuk team AMP yg selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus,membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kgt audit.
d. perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan kgt audit,sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat. e. pembinaan dilakukan oleh dinkes kab/kota bersama sama RS kab/kota (untuk aspek teknis medis ) dilaksanakan langsung pada saat audit atau acara rutin dalam bentuk yg disepakati oleh team AMP.
5.LANGKAH LANGKAH DAN KEGIATAN AMP a. Pembentukan team AMP b. penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP c. Menyusun renc kegiatan AMP d. Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP. e. Pelaksanaan AMP f. penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kgt audit oleh dinkes kab/kota bekerjasama dengan RS.
g. Pemantauan dan evaluasi. I. kegiatan tingkat kabupaten/kota 1. menyampaikan informasi dan menyamakan persepsi dgn pihak terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP di kab /kota.
2. menyusun tim AMP di kab/kota yg susunannya disesuaikan dgn situasi dan kondisi setempat,sec umum susunan tim disarankan sebagai berikut : Pelindung
: Bupati/walikota
Ketua
: Kadinkes.
Wkl ketua
: Direktur RS kab/kota.
Sekertaris
: dr sp Obgen dan anak
Team ahli
: Spog,SpA, dr ahli lainnya
Anggota
: a. Kabid dan kasi KIA b. Kabid yankes dasar dan rujukan. c. dr umum dibag kand dan anak. d. wakil unit pelyn KIA
3. Melaksanankan AMP sec berkala . 4. Melaksanakan kgt AMP lintas batas kab/kota/propinsi. 5. Melaksanakan kgt tindak lanjut yg disepakati dalam pertemuan tim AMP 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi kgt audit serta tindak lanjutnya dan melaporkan hasil kgt ke dinkes propinsi untuk memohon dukungan. 7. Memanfaatkan hasil kgt untuk meningkatkan kualitas dan pengelolaan program KIA sec berkelanjutan.
II. Kegiatan tingkat puskesmas. 1. Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai peningkatan kualitas pelyn KIA melalui kgt AMP. 2. Melakukan pencatatan kesakitan dan kematian ibu serta perinatal dan penanganan atau rujukan ,untuk kemudian dilaporkan kedinkes kab/kota
3. Mengikuti pertemuan AMP dikab/kota 4. Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal selambat lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. 5. mengikuti/melaksanakan kgt peningkatan kualitas pelyn KIA sebagai tindak lanjut dari pertemuan kgt audit. 6. Membahas kasus pertemuan AMP di kab/kota. 7. Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan LS terkait.
III. Kegiatan Tingkat Propinsi a.Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh kab/kota b.Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kgt pengembangan kendali mutu pelyn KIA bersama kab/kota yg akan difasilitasi secara intensif.
c. Membantu dan mengevaluasi pelaksanaan kgt di kab/kota. d.Memberikan dukungan teknis dan menejerial kepada kab/kota sesuai kebutuhan. e. merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan tindak lanjut temuan dari kgt audit yg berkaitan dgn sektor diluar kesehatan. f. Memfasilitasi kgt AMP lintas batas kab/kota propinsi
F. METODE AMP 1. Penyelenggaraan pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinkes kab/kota bersama RS kab/kota,persentasi dilakukan oleh dokter/bidan kab/kota atau puskesmas terkait ,tergantung dimana kasus ditangani.
2. Kasus yg dibahas dapat berasal dari RS kab/kota atau puskesmas,semua kasus kesakitan /kematian ibu dan perinatal harus diaudit. 3. Audit yg dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari : a. timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga/nakes di rumah.
b. proses rujukan yg terjadi c. siapa saja yg memberi pertolongan dan apa saja yg telah dilakukan. d. sampai akhirnya meninggal atau dapat dipertahankan,dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/kelemahannya dalam penanganan kasus.
4. pertemuan ini bersifat pertemuan penyelesaian masalah dan tidak bertujuan menyalahkan atau memberikan sanksi salah satu pihak. 5. Membuat rencana tindak lanjut yg akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yg akan datang. 6. RS kab/kota dan puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu dan perinatal ke dinkes kab/kota dgn memakai format yg disepakati.
7. PENCATATAN DAN PELAPORAN 1. Tingkat puskesmas Selain menggunakan rekam medis yg sudah ada di puskesmas harus ditambah dengan : a. Form R (formulir rujukan maternal dan perinatal) formulir ini dipakai oleh bidan di desa atau bidan swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal
b. Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal), form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil,bersalin,nifas yg meninggal,sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yg meninggal.
2. RS kabupaten/kota.Formulir yg di pakai : a. Form MP(formulir maternal dan perinatal),mencatat data dasar semua ibu bersalin/nifas dan perinatal yg masuk RS,pengisian bs dilakukan oleh bidan/perawat.
b. Form MA (formulir maternal medical audit),dipakai utk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal .Yang mengisi formulir ini adalah dokter yg bertugas di bag kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal)
8. PEMANTAUAN DAN EVALUASI AMP 1. Propinsi ke kabupaten /kota. a. Pelaporan dari kab/kota.Laporan triwulan dari kab/kota diolah dan dianalisis ,kemudian digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program KIA. b. Fasilitas kekab/kota.Bila ada keterbatasan tenaga,dana,sarana,maka suvervisi dilakukan sec acak,suvervisi bertujuan membahas halhal yg perlu diselesaikan bersama dan memberikan bantuan teknis.
c. Tim propinsi datang saat audit dan memberikan bantuan teknis sebagai nara sumber baik untuk tatalaksana klinik maupun manajerial program.Tim propinsi terdiri dari Dinkes,dokter SpOg,dokter SpA dan ikatan bidan Indonesia.
2. Kabupaten/kota ke puskesmas. a. Pelaporan dari puskesmas,laporan bulanan dari puskesmas diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program KIA.
b. Pertemuan konsultasi rutin di kab/kota. pertemuan dihadiri oleh kepala puskesmas,ini dilakukan sebulan sekali sehingga dapat dipakai untuk saling tukar informasi ,mengenai upaya peningkatan kualitas pelyn dan pengelolaan program KIA
c. Suvervisi ke puskesmas.Bila ada keterbatasan tenaga,dana dan sarana maka suvervisi dilakukan secara acak disesuaikan dengan permasalahan atau peluang yg ada di puskesmas,suvervisi ini bertujuan memberikan bimbingan teknis dan nilai tentang : 1.Pelaksanaan rujukan (sistem administrasi dan teknis misal dengan memakai form R,persiapan terhadap pasien untuk dirujuk dan tatalaksana kasus di lapangan 2.Pelaksanaan proses,misalnya pelaksanaan OV
●
Evaluasi AMP hendaknya dilakukan setahun sekali di tingkat propinsi dan kemudian dilaporkan ketingkat administrasi yg lebih atas dan kepada pihak terkait,evaluasi dilakukan dengan memakai indikator : a.CFR dari tiap jenis komplikasi/gangguan ibu dan perinatal yg dipantau.