Asuhan Keperawatan Thypoid Aplikasi NIC, NIC, NOC, NANDA A. Masalah Yang lazim muncul pada klien 1. Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa 2. Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh 3.Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare. 4.Gangguan pola defeksi : diare b/d proses peradangan pada dinding usus halus 5.Perubahan pola defeksi : konstipasi b/d proses peradangan pada dinding usus halus, 6.Resiko tinggi trauma fisik b/d gangguan mental, delirium/psikosis
B. Discharge Planning 1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tngkat perkembangan dan kondisi fisik anak 2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping 3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
4.
Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan No
1
Diagnosa keperawatan
Hipertemia b/d proses infeksi salmonella thyposa Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal Batasan Karakteristik: kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal serangan atau konvulsi (kejang) kulit kemerahan pertambahan RR takikardi saat disentuh tangan terasa hangat
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC
: Thermoregulation Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
Intervensi
NIC :
Fever treatment Monitor suhu sesering mungkin Monitor IWL Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Kolaborasi pemberian anti piretik Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam Selimuti pasien Lakukan tapid sponge Kolaboraikan dengan dokter mengenai pemberian cairan intravena sesuai program
Faktor faktor yang berhubungan : penyakit/ trauma peningkatan metabolisme aktivitas yang berlebih pengaruh medikasi/anastesi ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat terpapar dilingkungan panas dehidrasi pakaian yang tidak tepat
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation Monitor suhu minimal tiap 2 jam Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu Monitor TD, nadi, dan RR Monitor warna dan suhu kulit Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring onitor TD, nadi, suhu, dan RR atat adanya fluktuasi tekanan darah onitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri uskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan onitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas onitor kualitas dari nadi onitor frekuensi dan irama pernapasan onitor suara paru onitor pola pernapasan abnormal onitor suhu, warna, dan kelembaban kulit onitor sianosis perifer
onitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) entifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2
Resiko defisit volume cairan b/d pemasukan yang kurang, mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh
NOC:
3
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat
NOC :
Fluid management Fluid balance Timbang popok/pembalut jika diperlukan Hydration Nutritional Status : Food Pertahankan catatan intake dan output yang akurat and Fluid Intake Monitor status hidrasi ( Kriteria Hasil : Mempertahankan urine kelembaban membran mukosa, Definisi : Penurunan cairan output sesuai dengan nadi adekuat, tekanan darah intravaskuler, interstisial, ortostatik ), jika diperlukan usia dan BB, BJ urine dan/atau intrasellular. Ini Monitor vital sign normal, HT normal mengarah ke dehidrasi, Monitor masukan makanan / Tekanan darah, nadi, suhu kehilangan cairan dengan cairan dan hitung intake kalori tubuh dalam batas harian pengeluaran sodium normal Lakukan terapi IV Batasan Karakteristik : Tidak ada tanda tanda Monitor status nutrisi Kelemahan dehidrasi, Elastisitas Berikan cairan Haus turgor kulit baik, Berikan cairan IV pada suhu Penurunan turgor kulit/lidah membran mukosa ruangan Membran mukosa/kulit kering lembab, tidak ada rasa Dorong masukan oral Peningkatan denyut nadi, haus yang berlebihan Berikan penggantian nesogatrik penurunan tekanan darah, sesuai output penurunan volume/tekanan Dorong keluarga untuk membantu nadi pasien makan Pengisian vena menurun Tawarkan snack ( jus buah, buah Perubahan status mental segar ) Konsentrasi urine meningkat Kolaborasi dokter jika tanda Temperatur tubuh meningkat cairan berlebih muncul meburuk Hematokrit meninggi Atur kemungkinan tranfusi Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third Persiapan untuk tranfusi spacing) Faktor-faktor yang berhubungan: Kehilangan volume cairan secara aktif Kegagalan mekanisme pengaturan
Nutritional Status : food and Fluid Intake Kriteria Hasil :
Nutrition Management aji adanya alergi makanan olaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Definisi : Intake nutrisi tidak Mampu mengidentifikasi cukup untuk keperluan kebutuhan nutrisi metabolisme tubuh. Tidak ada tanda tanda malnutrisi Batasan karakteristik : Tidak terjadi penurunan Berat badan 20 % atau lebih berat badan yang berarti mual, muntah, anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
di bawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah Luka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makanan Pembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktif Kurangnya informasi, misinformasi
njurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe njurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C erikan substansi gula akinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi erikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) jarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. onitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori erikan informasi tentang kebutuhan nutrisi aji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring B pasien dalam batas normal onitor adanya penurunan berat badan onitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan onitor interaksi anak atau orangtua selama makan onitor lingkungan selama makan adwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan onitor kulit kering dan perubahan pigmentasi onitor turgor kulit onitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah onitor mual dan muntah onitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht onitor makanan kesukaan onitor pertumbuhan dan perkembangan onitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva onitor kalori dan intake nuntrisi atat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
atat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Faktor-faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. 4
Gangguan pola defeksi : NOC: NIC : Bowel elimination diare b/d proses Diarhea Management Evaluasi efek samping pengobatan peradangan pada Fluid Balance terhadap gastrointestinal dinding usus halus Hydration Electrolyte and Acid base Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare Balance Instruksikan pasien/keluarga Kriteria Hasil : untukmencatat warna, jumlah, Feses berbentuk, BAB frekuenai dan konsistensi dari sehari sekali- tiga hari feses Menjaga daerah sekitar Evaluasi intake makanan yang rectal dari iritasi masuk Tidak mengalami diare Identifikasi factor penyebab dari Menjelaskan penyebab diare diare dan rasional Monitor tanda dan gejala diare Observasi turgor kulit secara rutin tendakan Mempertahankan turgor Ukur diare/keluaran BAB Hubungi dokter jika ada kenanikan kulit bising usus Instruksikan pasien untukmakan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan Instruksikan untuk menghindari laksative Ajarkan tehnik menurunkan stress Monitor persiapan makanan yang aman
5
Resiko tinggi trauma NOC: fisik b/d gangguan Knowlwdge mental, delirium/psikosis safety
NIC :
:
personel Environmental Management safety Sediakan lingkungan Safety behavior : falls yang aman untuk pasien Prevention Safety Behavior : Falls Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan Occurance fisik dan fungsi Safety behavior : Physical kondisi kognitif pasien dan riwayat injury penyakit terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan) Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien. Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan barangbarang yang dapat membahayakan Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
6
Perubahan pola defeksi : NOC: konstipasi b/d proses Bowel elimination peradangan pada Hydration dinding usus halus, Kriteria Hasil : Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
NIC:
Constipation/ Impaction Management onitor tanda dan gejala konstipasi onior bising usus onitor feses: frekuensi, konsistensi dan volume onsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus itor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis elaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien entifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi ukung intake cairan olaborasikan pemberian laksatif
KONSEP DASAR PENYAKIT1 Defenisi Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan kondisi yang tidak terlihatsecara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan penyakitnya. Penyakit ini ditandai denganpeningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas,pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapatmenjadi penyakit ber at yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dangagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun1891. Awalnya PH diklasifikasikan menjadi hipertensipulmonal idiopatik (IPAH, atau hipertensipulmonal primer) dan Hipertensi pulmonalsekunder.a. Hipertensi pulmonal Primer Merupakan hipertensi pulmonal yang tidakdiketahui penyebabnya. Keadaan ini palingsering terjadi pada usia 20 tahun sampai 40tahun. Dan biasanya fatal dalam 5 tahundiagnosis. Hipertensi pulmonal primer lebihsering didapatkan pada perempuan denganperbandingan 2:1, angka kejadian pertahunsekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampaitimbulnya gejala sekitar 2-3 tahun.b. Hipertensi Pulmonal Sekunder Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau jantung yang dideritaoleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi pulmonal sekunder adalah konstriksi ar teripulmonar akibat hipoksia karena penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dankelainan neuromuskular. 2 Etiologi a. Hipertensi pulmonal pasif Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena pulmonalis, maka tekandalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiapkenaikan tekanan dalam vena pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikelkiri yang hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.b. Hipertensi pulmonal reaktif Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada beberapa penderita terjadivasokonstriksi arteriol pulmonal yang aktif. Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi terhadappengaliran darah melalui paru bertambah besar dan tekanan dalam arteri pulmonalis meningkat, misalpada penderita dengan stenosis mitral yang berat dan kadang-kadang pada penderita denganinsufisiensi mitral atau dengan gagal jantung kiri. Faktor penyebab ini dihubungkan pula dengan faktor
familial.c. Aliran darah dalam paru yang meningkatPeningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi pembuluh darah paru danterbukanya lubang saluran yang sebelumnya telah menutup, maka dapat berlangsung tanpa terjadipeningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya sampai lebih3 kali yang normal, maka akan diperlukan tekanan
yang lebih besar dalam paru agar pengaliran darahdapat berlangsung.d. Vaskularisasi paru yang berkurang Bila dua pertiga atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi maka diperlukan peningkatantekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada aliran yang adekuat, misalnya pada kelainandengan embolus paru yang berulang-ulang sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru. Padapenyakit paru yang luas seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan pada hipertensi pulmonalidiopatik. 3 Manifestasi Klinis .Sesak nafas yang timbul secara bertahap , ntuk meningkatkan secara bertahap atau mendadak nafasdan kebutuhan udara bagi tubuh, pasien mengalami nafas pendek dan haus udara. Terjadihiperventalasi (napas cepat dan dalam) , kelemahan, batuk tidak produktif, Pasien mengeluhberkunang-kunang, telinganya mendenging atau sering pingsan. Munculnya memar-memar menunjukkan episode sinkop. Wajah pasien merah panas dan merasa lemah lesu , kemudian terjadiedema perifer yaitu pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki , terutama pada pagi haridan sore hari mengalami perbaikan.Pada pasien Hipertensi pulmonal, juga terjadi k elainan hepatomegali karena peningkatan kerja jantung kanan untuk memompakan darah ke paru me lalui resistensi arteri pulmonal yang meningkat,sehingga terjadi hipertrofi dan dilatasi dari ventrikel kanan . Karena pada hipertensi pulmonal, curah jantung berkurang maka terjadi penimbunan darah yang abnormal dalam ventrikel kanan sehinggakemungkinan untuk mengalami gagal jantung kanan dapat terjadi setiap saat. Kelelahan, dispnoe,angina pektoris, kejang dan sinkop merupakan gejala yang umumnya ditemukan. Edema biasanyaterlihat pada keadaan yang lanjut, sedangkan hemoptisis terjadi akibat adanya infark atau robeknyapembuluh darah yang abnormal dalam paru. Pada pemeriksaan fisis ditemukan anggota gerak yangdingin, sianosis perifer, nadi dengan amplitudo yang kecil, tekanan vena jugularis meningkat, aktivitasdaerah jantung kanan bertambah, komponen pulmonal bunyi jantung II mengeras, terdengar pula“ pulmonary ejection click” dan bising sistolik ejeksi, bising pansistolitik pada daerah tricuspid, bisingmid-diastolik pada sisi tulang sternum sebelah kiri dan terdapatnya irama derap atrium pada daerahtricuspid. 4 Patofisiologi Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam paru.Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan pembuluh darahyang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan tekanan dalam pembuluhdarah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kananmembesar sehingga menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatukeadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normaluntuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas 5 Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Non Invasif Pertama kali mencurigai klinis hipertensi pulmonal, harus melakukan pemeriksaan konfirmasi danpemeriksaan untuk mengeklusi tipe lain penyebab hipertensi pulmonal,di samping untuk menentukanberatnya atau prognosis.Baru-baru ini suatu konsensus merekomendasikan
pemeriksaan untukhipertensi pulmonal.1) Ekokardiograf Pada pasien yang se cara klinis dicurigai hipertensi pulmonal, untuk diagnosis sebaiknya dilakukanekokardiografi. Ekokardiografi dapat mendeteksi kelainan katup, disfungsi ventrikel kiri, shunt jantung.Untuk menilai tekanan sistolik ventrikel kanan dengan ekokardiografi harus ada regurgitasi trikuspid.
Bila pada pasien dengan hipertensi pulmonal tidak ada regurgitasi trikuspid untuk menilai tekananventrikel kanan secara kuantitatif, dapat dipakai nilai kualitatif. Tanda-tanda kualitatif tersebut yaitupembesaran atrium dan ventrikel kanan serta septum yang cembung atau rata. Adanya efusi perikardmenunjukkan beratnya penyakit dan prognosis yang kurang baik.2) Tes berjalan 6 menitPemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal untuk keterbatasan fungsional klien hipertensipulmonal adalah dengan tes ketahanan berlajan 6 menit (6WT). Ini digunakan sebagai pengukur kapasitas fungsional klien dengan sakit jantung, memiliki prognostik yang signifikan dan telahdigunakan secara luas dalam penelitian untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal yang diterapi. 6WTtidak memerlukan ahli dalam penilaian.3) Tes fungsi paruPengukuran kaasitas vital paksa (FVC) saat istirahat, volume ekspirasi paksa 1 detik (FEV1), ventilasivolunter maksimum (MW), kapasitas difusi karbon monoksida, volume alveolar efektif, dan kapasitasparu total adalah komponen penting dalam pemeriksaan Hhipertensi pulmonal, yang dapatmengidentifikasi secara significan obstruksi saluran atau defek mekanik sebagai faktor kontribusihipertensi pulmonal. Tes fungsi paru juga secara kuantitatif menilai gangguan mekanik sehubungandengan penurunan volume paru pada HP.4) Radiografi Torak (Ro Torak)Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu diagnosis ataumembantu menemukan penyakit lain yang me ndasari hipertensi pulmonal. Gambaran khas foto torakspada hipertensi pulmonal ditemukan bayangan hilar, bayangan arteri pulmonalis dan pada foto torakslateral pembesaran ventrikel kanan.5) ElektrokardiografiGambaran tipikal EKG pada klien HP sering menunjukkan pembesaran atrium dan ventrikel kanan,terkadang dapat memperkirakan tekanan arteri pulmonal, strain ventrikel kanan ,dan pergeseranaksis ke kanan, yang juga memliki nilai prognostik. Elektrokardiogram menunjukkan perubahanhipertrofi ventrikel kanan (panah panjang) dengan regangan pada pasien dengan hipertensi pulmonalprimer. Deviasi sumbu kanan (pendek panah), peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II(panah hitam), dan tidak lengkap blok cabang berkas kanan (panah putih) yang sangat spesifik t etapitidak memiliki kepekaan untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel kanan.6) CT Scan Resolusi TinggiCT Scan dilakukan hanya untuk membedakan apakah termasuk hipertensi pulmonal primer atauhipertensi pulmonal sekunder. Tanpa zat kontras untuk menilai parenkim paru seperti bronkiektasi,emfisema, atau penyakit interstisial. Dengan zat kontras untuk mendeteksi dan melihat penyakittromboemboli paru.b. Pemeriksaan Invasif 1) Kateterisasi jantungKateterisasi jantung dapat mengukur dengan tepat tekanan di ventrikel kanan dan mengukur resistensipembuluh darah di paru. Tes vasodilator dengan obat kerja singkat (seperti : adenosin, inhalasi nitricoxide atau epoprosteno) dapat dilakukan selama kateterisasi, respons vasolidatif positif biladidapatkan penurunan tekanan arteri pumonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya 20% daritekanan awal.2) Tes vasodilator Vasoreaktivitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi klien hipertensi pulmonal, klien yangrespon dengan v asodilator terbukti memperbaiki survival dengan
mengunakan blok kanal kalsium(CCB) jangka panjang. Definisi respon adalah penurunan rata -rata tekanan arteri pulmonal < 10mmHg dengan penignkatan kardiak output. Tujuan primer tes vasodilator adalah untuk menentukanapakah klien bisa diterapi dengan CCB oradenganzl.3) Biopsi paruJarang dilakukan karena riskan pada klien hipertensi pulmonal, biopsi paru di indikasikan bila klienyang diduga hipertensi pulmonal primer dengan pemer iksaan standar tidak kuat untuk diagnosisdefinitif 6 Penatalaksanaan
a. PengobatanPengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri denganmenggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau dengan caramemperbaiki katup jantung mitral
atau katup aorta (pembuluh darah utama). Pada hipertensi pulmonalpengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik, antikoagulan dan terapi oksigen merupakan suatuterapi yang lazim dilakukan, tetapi berdasar dari penelitian terapi tersebut belum per nah dinyatakanbermanfaat dalam mengatasi penyakit tersebut.b. Obat-obatan vasoaktif Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis reseptor endotelial,PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanandalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan PDE5 inhibitor yang mendapatpersetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi hiperte nsi pulmonalc. Terapi bedahPembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat menghubungkan antaraserambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada jantung kanan tetapi kerugian dariterapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah (hipoksia). Transplantasi paru dapatmenyembuhkan hipertensi pulmonal namun komplikasi terapi ini cukup banyak dan angka harapanhidupnya kurang lebih selama 5 tahun.d. Transplantasi paru-paruHipertensi pulmonal primer biasanya progresif dan akhirnya berakibat fatal. Tranplantasi paru adalahsuatu pilihan pada beberapa pasien lebih muda dari 65 tahun yang memiliki hipertensi pulmonal yangtidak merespon manajemen medis. Menurut AS tahun 1997 transplantasi laporan registri, 24 penerimatransplantasi paru-paru dengan hipertensi pulmonal primer memiliki tingkat ketahanan hidup dari 73persen pada satu tahun, 55 persen di tiga tahun dan 45 perse n pada lima tahun. Penguranganlangsung tekanan arteri paru-paru dikaitkan dengan perbaikan dalam fungsi ventrikel kanan.Kambuhnya hipertensi pulmonal primer setelah transplantasi paru-paru belum dilaporkan B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU 1. Pengkajian a. IdentitasNama, tempat tanggal lahir, umur, jenis ke lamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa yangdigunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan dengan klien.b. Keluhan utamaDispnea, nyeri dada substernalc. Riwayat kesehatan sekarangSering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Dispnea saat aktivitas, fatique dan sinkop.d. Riwayat kesehatan dahuluGagal jantung kiri, HIV, peny autoimun,
sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan, peny tiroid,PPOK, peny paru intert isial, sleep apnea , emfisemae. Pemeriksaan FisikBerdasarkan surve umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi kerusakan organ.· Otak – sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas, enchepalopati,hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma)· Mata – retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akanmenunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur · Jantung – gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)· Ginjal – penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan, penambahanberat badan tiba-tiba, dan edema.f. Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal· Pernafasan B1 (breath)Sesak nafas yang timbul secara bertahapKelemahanBatuk tidak produktif Gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis
Nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)· Kardiovaskular B2 (blood)Tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah tergangguGagal jantung kananOksigen yang kurang dari normalEdema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)Distensi vena jugularisHepatomegali· Persyarafan B3 (brain)Pusing· Perkemihan B4 (bladder)Normal· Pencernaan B5 (bowel)Normal· Muskuloskeletal/integument B6 (bone)Penurunan toleransi dalam melakukan aktivitasKelemahan 2. Diagnosa Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada hipertensi pulmonal antara lain:a. Gangguan pertukaran gas b.d kerusakan jaringan parub. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan paruc. Kelebihan volume cairan b.d edema perifer 3. IntervensiNODIAGNOSANOCNIC
Gangguanpertukarangas b/dkerusakan jaringan paru NOC : v Respiratory Status : Gas exchangev Respiratory Status : ventilationv Vital Sign Status Kriteria Hasil : v Mendemonstrasikan peningkatanventilasi dan oksigenasi yang adekuatv Memelihara ke bersihan paru paru danbebas dari tanda tanda distresspernafasanv Mendemonstrasikan batuk efektif dansuara nafas yang bersih, tidak adasianosis dan dyspneu (mampumengeluarkan sputum, mampu bernafasdengan mudah, tidak ada pursed lips)v Tanda tanda vital dalam rentangnormal NIC ·
Airway Management - Buka jalan nafas, guanakanteknik chin lift atau jaw thrust bilaperlu- Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilasi- Identifikasi pasien perlunyapemasangan alat jalan nafasbuatan- Pasang mayo bila perlu- Keluarkan sekret denganbatuk atau suction- Lakukan suction pada mayo- Be rika bronkodilator bial perlu- Monitor respirasi dan statusO2· Respiratory monitoring - Monitor rata – rata,kedalaman, irama dan usaharespirasi- Monitor pola nafas :bradipena, takipenia, kussmaul,hiperventilasi, cheyne stokes, biot- Catat lokasi trakea- Auskultasi suara nafas, catatarea penurunan / tidak adanyaventilasi dan suara tambahan- Tentukan kebutuhan suctiondengan mengauskultasi crakles danronkhi pada jalan napas utama- Uskultasi suara paru set elahtindakan untuk mengetahui hasilnya
Nyeriberhubungandengankerusakan jaringan paru NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahupenyebab nyeri, m ampu menggunakantehnik nonfarmakologi untuk menguranginyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurangdengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan t anda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelahnyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal NIC :Pain Management
Lakukan pengkajian nyerisecara komprehensif termasuklokasi, karakter istik, durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dariket idaknyamanan
Gunakan teknik komunikasiterapeutik untuk mengetahuipengalaman nyeri pasien
Kontrol lingkungan yang dapatmempengaruhi nyeri sepert i suhuruangan, pencahayaan dankebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganannyeri (farmakologi, non farmakologidan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untukmenentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
Berikan analgetik untukmengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrolnyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeritidak berhasil
Monitor penerimaan pasiententang manajemen nyeri Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,kualitas, dan derajat nyeri sebelumpemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukanatau kombinasi dari analgesik ketikapemberian lebih dari satu
Tentukan analgesik pilihan, rutepemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secar ateratur
Monitor vital sign sebelum dansesudah pemberian analgesikpertama kali
Berikan analgesik tepat waktuterutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik,tanda dan gejala (efek samping)
kelebihanvolumecairan b/dedemaperiver NOC :
Electrolit and acid base balance
Fluid balance
Hydration Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema, efusi,anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak adadyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena jugularis,reflek hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena sentral,tekanan kapiler paru, output jantung danvital sign dalam batas normal NIC :Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intakedan output yang akurat
Pasang urin kateter jikadiperlukan
Monitor hasil lAb yangsesuai dengan retensi cairan (BUN ,Hmt , osmolalitas urin )
Monitor status hemodinamiktermasuk CVP, MAP, PAP, danPCWP
Monitor vital sign
Monitor indikasi retensi /kelebihan cairan (cracles, CVP ,edema, distensi vena le her, asites)
Kaji lokasi dan luas edema
Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kaloriharian
Berikan diuretik sesuaiinteruksi
Batasi masukan cairanpada keadaan hiponatrermi dilusidengan serum Na < 130 mEq/l
Kolaborasi dokter jika tandacairan berlebih muncul memburuk Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlahdan tipe intake cairan dan eliminaSi
Tentukan kemungkinanfaktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (Hipertermia,terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati,dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektroliturine
Monitor serum danosmilalitas urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darahorthostatik dan perubahan irama jantung
Monitor adanya distensileher, rinchi, eodem perifer danpenambahan BB
Monitor tanda dan gejaladari odema
Beri obat yang dapatmeningkatkan output urinJangan Lupa Baca artikel lainya juga :D tentang laporan pendahulan dan askep aplikasi nada nic noc..Laporan Pendahuluan dan Askep CHRONIC KIDNEY DISEASE aplikasi nanda nic noc Laporan Pendahuluan dan Askep CONGESTIVE HEART FAILURE ( CHF ) aplikasi nanda nic noc