ANATOMI SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paruparu paru beser beserta ta pemb pembun ungk gkus usny nyaa ( pleu pleura ra)) dan dan rong rongga ga dada dada yang yang meli melind ndun ungi giny nya. a. Di dalamrongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
Hidung = Naso = Nasal Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( caum nasi), nasi), dipisa dipisahka hkann oleh oleh sekat sekat hidung hidung ( septu septum m nasi). nasi). Didal Didalam am terdap terdapat at bulu-b bulu-bulu ulu yang yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. !agian luar dinding terdiri dari kulit. "apisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang ra#an. "apisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah $ buah% •
konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah) 1
•
konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
•
konka nasalis superior(karang hidung bagian atas). Diantara konka-konka ini terdapat $ buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian ba#ah). &eatus-meatus inilah yang dile#ati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhub berhubung ungan an dengan dengan bebera beberapa pa rongga rongga yang yang disebut disebut sinus sinus paranas paranasali alis, s, yaitu yaitu sinus sinus maksi maksilar laris is pada pada rongga rongga rahang rahang atas, atas, sinus sinus fronta frontalis lis pada pada rongga rongga tulang tulang dahi, dahi, sinus sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis. 'ada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. 'ada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. 'ada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nerus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditia eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran
air
mata
disebut
tu b a
lakminaris.
ungsi hidung, terdiri dari . bekerj bekerjaa sebagai sebagai salur saluran an udara udara pernaf pernafasa asann *. sebagai sebagai penyaring penyaring udara udara pernafasa pernafasann yang dilakuk dilakukan an oleh bulu-bul bulu-buluu hidung $. dapat menghangatk menghangatkan an udara udara pernafa pernafasan san oleh oleh mukosa mukosa +. memb membun unuh uh kuma kumann-ku kuma mann yang yang masu masuk, k, bers bersam ama-s a-sam amaa udar udaraa pern pernaf afas asan an oleh oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
Tekak=Faring &erupa &erupakan kan tempat tempat persi persimpa mpanga ngann antara antara jalan jalan pernap pernapasa asann dan jalan jalan makana makanan. n. erdapat diba#ah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan 2
•
konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
•
konka nasalis superior(karang hidung bagian atas). Diantara konka-konka ini terdapat $ buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian ba#ah). &eatus-meatus inilah yang dile#ati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhub berhubung ungan an dengan dengan bebera beberapa pa rongga rongga yang yang disebut disebut sinus sinus paranas paranasali alis, s, yaitu yaitu sinus sinus maksi maksilar laris is pada pada rongga rongga rahang rahang atas, atas, sinus sinus fronta frontalis lis pada pada rongga rongga tulang tulang dahi, dahi, sinus sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis. 'ada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. 'ada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. 'ada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nerus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditia eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran
air
mata
disebut
tu b a
lakminaris.
ungsi hidung, terdiri dari . bekerj bekerjaa sebagai sebagai salur saluran an udara udara pernaf pernafasa asann *. sebagai sebagai penyaring penyaring udara udara pernafasa pernafasann yang dilakuk dilakukan an oleh bulu-bul bulu-buluu hidung $. dapat menghangatk menghangatkan an udara udara pernafa pernafasan san oleh oleh mukosa mukosa +. memb membun unuh uh kuma kumann-ku kuma mann yang yang masu masuk, k, bers bersam ama-s a-sam amaa udar udaraa pern pernaf afas asan an oleh oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.
Tekak=Faring &erupa &erupakan kan tempat tempat persi persimpa mpanga ngann antara antara jalan jalan pernap pernapasa asann dan jalan jalan makana makanan. n. erdapat diba#ah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan 2
ruas tulang leher. leher. Hubungan Hubungan faring faring dengan dengan organ-organ organ-organ lain keatas keatas berhubungan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. e depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. e ba#ah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Diba#ah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. 'erkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat * buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada #aktu menelan makanan. Rongga tekak dibagi dalam $ bagian% .
!agi !agian an seb sebel elah ah atas atas yan yangg sama sama tin tingg ggin inya ya den denga gann koan koanaa yang yang dis diseb ebut ut nas nasof ofar arin ing. g.
*.
!agi !agian an ten tenga gahh yang yang sam samaa ting tinggi giny nyaa deng dengan an ist istmu muss faus fausiu ium m dise disebu butt orof orofar arin ingg
$.
!agi !agian an ba# ba#ah seka sekalili dina dinama maka kann lari laring nggo gofa fari ring ng..
Pangkal Tenggorokan(Laring) &erupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian ertebra serikalis dan masuk ke dalam trakea diba#ahnya diba#ahnya.. 'angkal 'angkal tenggorokan tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah sebuah empang empang tenggorok tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang ra#an yang berfungsi pada #aktu kita menelan makanan menutupi laring. "aring terdiri dari tulang ra#an antara lain% .
artil artilago ago tiroid tiroid ( buah buah)) depan depan jakun jakun sang sangat at jela jelass terl terliha ihatt pada pada pria pria..
*.
art artililag agoo arit aritea eano noid id (* (* buah buah)) yang yang ber berben bentu tukk beke bekerr
$.
art artililag agoo kri kriko koid id ( ( buah buah)) yan yangg ber berben bentu tukk cin cinci cinn
+.
arti artila lago go epigl piglot otiis ( ( bbuuah). ah). "aring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
oleh sel epiteliumnberlapis. 'roses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara rong rongga ga mulu mulut, t, rong rongga ga hidu hidung ng,, lari laring ng,, lida lidahh dan dan bibir bibir.. 'erb 'erbed edaa aann suar suaraa sese seseor oran angg
3
tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. 'ita suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara #anita.
Batang Tenggorokan (Trakea) &erupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh /-*0 cincin yang terdiri dari tulang-tulang ra#an yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar. 'anjang trakea 1- cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. 2ang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
a!ang Tenggorokan ( Bronkus) !ronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( $ lobus) dan bronkus lobaris kiri ( * bronkus). !ronkus lobaris kanan terbagi menjadi 0 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 1 bronkus segmental. !ronkus segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki% arteri, limfatik dan saraf bronkiolus
•
!ronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. !ronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
•
!ronkiolus terminalis !ronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai kelenjar lendir dan silia)
•
!ronkiolus respiratori
4
!ronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. !ronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. •
Duktus
aleolar
dan
sakus
aleolar
!ronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus aleolar dan sakus aleolar. Dan kemudian menjadi alioli.
Al"eoli &erupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. erdapat sekitar $00 juta yang
jika
bersatu
membentuk
satu
lembar
akan
seluas
30
m*.
erdiri atas $ tipe% •
Sel-sel aleolar tipe 4 % sel epitel yang membentuk dinding aleoli.
•
Sel-sel aleolar tipe 44% sel yang aktif secara metabolik dan mensekresikan surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah aleolar agar tidak kolaps)
•
Sel-sel aleolar tipe 444% makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
Paru # $aru &erupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. erletak dalam rongga dada atau toraks. edua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi $ lobus dan fisura interlobaris. 'aru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi * lobus. "obus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
Pleura 5
&erupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. erbagi menjadi 'leura
*% perietalis
yaitu
yang
melapisi
rongga
dada.
'leura iseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. 5uga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. ekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
Mekanisme Pernafasan 'ernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis #alau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Respirasi . Repirasi luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam aleolus dengan darah dalam kapiler dan merupakan pertukaran 6* dan 76* antara darah dan udara. *. Respirasi dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh dan merupakan pertukaran 6* dan 76* dari aliran darah ke seluruh tubuh. 6
Jenis Respirasi 'ernapasan Dada &erupakan adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Fase inspirasi ase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. Fase eks$irasi% ase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
'ernapasan 'erut &erupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Fase Ins$irasi% 'ada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada
membesar
dan
tekanan
menjadi
kecil
sehingga
udara
luar
masuk.
Fase Eks$irasi% ase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru. Volume Udara Pernafasan Dalam keadaan normal, olume udara paru-paru manusia mencapai +00 cc. 8dara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. !esarnya olume udara
7
pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Pertukaran O2 Dan O2 Dalam Pernafasan 5umlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar $00 cc oksigen sehari (*+ jam) atau sekitar 0, cc tiap menit. ebutuhan tersebut berbanding lurus dengan olume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara berkurang. 6ksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi aleolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh 9at #arna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Proses !imiawi Respirasi Pada "anusia . 'embuangan 76* dari paru-paru % H : H76$ H*:76$ ;H* : 76* *. 'engikatan oksigen oleh hemoglobin % Hb : 6* Hb 6* $. 'emisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel % % Hb 6* Hb 6* +. 'engangkutan karbohidrat di dalam tubuh % % 76* : H*6 H*:76*
8
AS&HAN 'EPERAATAN PAA PASIEN PNE&MONIA PEN*ERTIAN 'neumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat (&isnadiarly, *00<). 'neumonia dalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (aleoli). (Dei 4ndriasari, *001).
'neumonia adalah penyakit yang menyebabkan konsolidasi pada
parenkim paru (=alentina ". !rashers, *003). 'neumonia dalah inflamasi atau infeksi pada parenkim pulmo (4rman Somantri, *003) 'neumonia dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. 'atolog a#alnya diklasifikasikan mereka sesuai dengan perubahan anatomi yang ditemukan di paru-paru selama otopsi. Seperti lebih dikenal tentang mikroorganisme penyebab pneumonia, klasifikasi mikrobiologis muncul, dan dengan munculnya >-ray, klasifikasi radiologi. Sistem lain yang penting dari klasifikasi adalah klasifikasi klinis gabungan, yang menggabungkan faktorfaktor seperti usia, faktor risiko untuk mikroorganisme tertentu, adanya penyakit paru yang mendasari dan penyakit sistemik yang mendasari, dan apakah orang tersebut baru-baru ini dira#at di rumah sakit. A+al ske,a klasi-ikasi Deskripsi a#al pneumonia difokuskan pada penampilan patologis anatomi atau paru-paru, baik dengan pemeriksaan langsung di otopsi atau dengan penampilan di ba#ah mikroskop. •
Sebuah????lobar pneumonia adalah infeksi yang hanya melibatkan lobus tunggal, atau bagian, dari paru-paru. "obar pneumonia sering disebabkan Streptococcus pneumoniae????(meskipun??lebsiella pneumoniae??juga mungkin.)
•
????&ultilobar pneumonia melibatkan lebih dari satu lobus, dan sering menyebabkan penyakit yang lebih parah. 9
•
'neumonia bronkial mempengaruhi paru-paru di patch sekitar tabung (bronkus atau bronkiolus).
•
????'neumonia interstisial melibatkan daerah di antara aleoli, dan dapat disebut @pneumonitis interstisial.@ Hal ini lebih cenderung disebabkan oleh irus atau oleh bakteri atipikal.
'enemuan >-ray memungkinkan untuk menentukan jenis anatomi pneumonia tanpa pemeriksaan langsung dari paru-paru di otopsi dan menyebabkan pengembangan klasifikasi radiologi. A#al peneliti membedakan antara pneumonia lobar tipikal dan atipikal (misalnya 7hlamydophila) atau pneumonia irus menggunakan lokasi, distribusi, dan penampilan dari kekeruhan yang mereka lihat di rontgen dada. !eberapa >-ray temuan dapat digunakan untuk membantu memprediksi perjalanan penyakit, meskipun tidak mungkin untuk secara jelas menentukan penyebab mikrobiologis pneumonia dengan >-ray saja. Dengan munculnya mikrobiologi modern, klasifikasi berdasarkan mikroorganisme penyebab menjadi mungkin. &enentukan mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia indiidu merupakan langkah penting dalam menentukan jenis pengobatan dan panjang. Dahak budaya, kultur darah, tes pada sekresi pernafasan, dan tes darah khusus digunakan untuk menentukan klasifikasi mikrobiologis. arena pengujian laboratorium seperti biasanya membutuhkan #aktu beberapa hari, klasifikasi mikrobiologis biasanya tidak mungkin pada saat diagnosis a#al. *a!ungan klasi-ikasi klinis Secara tradisional, dokter telah diklasifikasikan pneumonia oleh karakteristik klinis, membagi mereka menjadi @akut@ (kurang dari tiga minggu durasi) dan @kronis@ pneumonia. Hal ini berguna karena pneumonia kronis cenderung berupa infeksi bakteri non-menular, atau mikobakteri, jamur, atau campuran yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas. 'neumonia akut selanjutnya dibagi ke dalam bronchopneumonias bakteri klasik (seperti????Streptococcus pneumoniae), dengan pneumonia atipikal (seperti pneumonitis
10
interstitial &ycoplasma pneumoniae????atau????7hlamydia pneumoniae), dan pneumonia aspirasi sindrom. 'neumonia kronis, di sisi lain, terutama meliputi orang-orang Bocardia, Actinomyces dan !lastomyces dermatitidis, serta pneumonia granulomatosa yang (&ycobacterium tuberculosis dan mikobakteri atipikal, Histoplasma capsulatum dan immitis 7occidoide). lasifikasi klinis gabungan, sekarang skema klasifikasi yang paling umum digunakan, mencoba untuk mengidentifikasi faktor risiko seseorang ketika ia pertama kali datang ke perhatian medis. euntungan dari skema klasifikasi atas sistem sebelumnya adalah bah#a hal itu dapat membantu membimbing pemilihan pengobatan a#al yang tepat bahkan sebelum penyebab mikrobiologis dari pneumonia diketahui. Ada dua kategori luas dari pneumonia pada skema ini% komunitas-pneumonia dan hospital-acCuired pneumonia. Sebuah jenis baru diperkenalkan kesehatan terkait pneumonia (pada pasien yang tinggal di luar rumah sakit yang baru saja di kontak dekat dengan sistem pera#atan kesehatan) terletak antara dua kategori. 'o,unitas.a/0uired $neu,onia omunitas-acCuired pneumonia (7A') adalah pneumonia menular pada orang yang belum baru saja dira#at di rumah sakit. 7A' adalah jenis yang paling umum pneumonia. 'enyebab paling umum dari 7A' berariasi tergantung pada usia seseorang, namun mereka termasuk??Streptococcus pneumoniae??, irus, bakteri atipikal, dan Haemophilus influen9ae????. Secara keseluruhan,????Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling umum pneumonia komunitas di seluruh dunia. !akteri ram-negatif menyebabkan 7A' di tertentu pada populasi berisiko. 7A' adalah penyebab paling umum keempat kematian di 4nggris dan keenam di Amerika Serikat. 4stilah @pneumonia berjalan@ telah digunakan untuk menggambarkan jenis komunitas-pneumonia keparahan kurang (karena fakta bah#a penderita dapat terus @berjalan@ daripada memerlukan ra#at inap). !erjalan pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri atipikal pneumonia &ycoplasma.
11
Hos$ital.a/0uired $neu,onia Hospital-acCuired pneumonia, juga disebut pneumonia nosokomial, adalah pneumonia diperoleh selama atau setelah ra#at inap untuk penyakit lain atau prosedur dengan onset setidaknya 3* jam setelah masuk. 'enyebab, mikrobiologi, pengobatan dan prognosis berbeda dari orang-orang dari komunitas-pneumonia. Sampai dengan E dari pasien dira#at di rumah sakit untuk penyebab lain kemudian mengembangkan pneumonia. 'asien ra#at inap mungkin memiliki banyak faktor risiko pneumonia, termasuk entilasi mekanik, malnutrisi berkepanjangan, jantung dan paru-paru yang mendasari penyakit, penurunan jumlah asam lambung, dan gangguan kekebalan. Selain itu, mikroorganisme seseorang terkena di rumah sakit sering berbeda dari orang-orang di rumah. Didapat di rumah sakit mikroorganisme termasuk bakteri resisten seperti &RSA, 'seudomonas????,??Fnterobacter??, dan????Serratia. arena indiidu dengan pneumonia di rumah sakit biasanya memiliki penyakit yang mendasari dan terkena bakteri berbahaya lagi, cenderung lebih mematikan daripada komunitas-pneumonia. =entilator terkait pneumonia (=A') adalah bagian dari hospital-acCuired pneumonia. =A' adalah pneumonia yang terjadi setelah setidaknya +< jam intubasi dan entilasi mekanik.
ETIOLO*I •
"enurut "utta#in (2$$%)& Pneumonia terbilang pen'akit berbaha'a karena ara penularann'a 'ang sangat mudah. Pen'akit pneumonia dapat menular melalui perikan ludah 'ang men'ebar lewat udara saat bersin batuk& ataupun biara.
•
Pneumonia bukanlah pen'akit tunggal.
•
Pen'ebabn'a bisa bermaam maam dan diketahui *$ sumber infeksi& dengan + sumber utama 'aitu ,
12
-. Pneumonia oleh bakteri •
Pneumonia 'ang dipiu bakteri bisa men'erang siapa saa& dari ba'i sampai usia lanut. Orang orang dengan gangguan pernafasan& sedang terinfeksi /irus atau menurun kekebalan tubuhn'a& adalah orang 'ang paling beresiko. 0ebenarn'a bakteri pen'ebab pneumonia 'ang paling umum adalah 0treptooos pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. 1egitu pertahanan tubuh menurun karena sakit& tua& atau malnutrisi& bakteri segera memperban'ak diri dan men'ebabkan kerusakan.
2. Pneumonia oleh /irus •
0etengah dari keadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh /irus. 0aat ini makin ban'ak saa /irus 'ang berhasil diidentifikasi. "eski /irus ini keban'akan men'erang saluran pernafasan bagian atas terutama pada balita& gangguan ini bisa memiu pneumonia.
*. Pneumonia "ikoplasma •
Pneumonia enis ini berbeda geala dan tanda fisikn'a bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumn'a. !arena itu& pneumonia 'ang diduga disebabkan oleh /irus 'ang belum ditemukan ini sering uga disebut pneumonia 'ang tidak tipikal atau at'pial pneumonia.
+. Pneumonia enis lain •
ermasuk golongan ini adalah Pneumo'stitis arinii pneumonia (PP) 'ang diduga disebabkan oleh amur.
•
0edangkan dari sudut pandang sosial& pen'ebab pneumonia menurut Depkes R3 (2$$4) antara lain ,
-. 0tatus gi5i ba'i 13
2. 3munisasi tidak lengkap *. 6ingkungan +. !ondisi sosial ekonomi orang tua
PATOFISIOLO*I PNE&MONIA 'neumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. 'ecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi irus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. 'ada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. erusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan ba#ah. 'neumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. 5ika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paruparu (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. !akteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, *003)
'LASIFI'ASI PNE&MONIA •
!erdasarkan pedoman &!S (*000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. lasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang
14
berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. lasifikasi tersebut adalah%
. 'neumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala % •
Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargisGtidak sadar.
•
erdapat tarikan dinding dada ke dalam.
•
erdapat stridor ( suara napas bunyi grok-grokI saat inspirasi )
*. 'neumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah % •
Anak usia * J * bulan apabila frekuensi napas 0 >Gmenit atau lebih.
•
Anak 8sia J tahun apabila frekuensi napas +0 >Gmenit atau lebih.
$. !atuk bukan 'neumonia, apabila tidak ada tanda J tanda atau penyakit sangat berat.
TANA AN *E1ALA •
ejala umum saluran pernapasan ba#ah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. anda 'neuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian ba#ah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. (&ansjoer,*000,hal +/3 )
•
ejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang secara mendadak. !atas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 0 kali per menit atau lebih pada anak usia * bulan sampai kurang dari tahun, dan +0 kali permenit atau lebih pada anak usia tahun sampai kurang dari 15
tahun. 'ada anak diba#ah usia * bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. 'neumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah ba#ah ke dalam pada anak usia * bulan sampai kurang dari tahun. 'ada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. •
&enurut &uttaCin (*00<) pada a#alnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. lien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba J tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.
'OMPLI'ASI PNE&MONIA •
'ada paru J paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat oksigen. ekurangan oksigen membuat sel J sel tubuh tidak bisa bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa meninggal (&uttaCin, *00<).
&enurut &ansjoer (*000) komplikasi pneumonia yaitu % . Abses kulit *. Abses jaringan lunak $. 6titis media +. Sinusitis . &eningitis purualenta 16
/. 'erikarditis
PEMERI'SAAN PNE&MONIA ) 'emeriksaan fisik .4nspeksi •
'erlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada #aktu menarik napas. !atasan takipnea pada anak berusia * bulan J tahun adalah +0 kali G menit atau lebih. 'erlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. 'ada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
*. 'alpasi •
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
$. 'erkusi •
Suara redup pada sisi yang sakit.
+. Auskultasi •
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung G mulut bayi. 'ada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. 'ernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (&ansjoer,*000). 17
PEMERI'SAAN PEN&N1AN* . 'emeriksaan laboraturium •
"eukosit <.000 J +0.000 G mm$
•
Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
•
"FD meningkat
*. K-foto dada •
erdapat bercak J bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satuGsebagian besar lobusGlobule (&ansjoer,*000).
PENAN*ANAN PNE&MONIA •
&enurut &ansjoer (*000) 'enanganan pneumonia berdasarkan klasifikasi pneumonia % .
'neumonia berat atau pneumonia sangat berat harus dira#at di RS dan diberi antibiotik.
•
*.
'neumonia tidak perlu dira#at dirumah sakit
$.
!atuk bukan pneumonia tidak perlu dira#at tidak perlu antibiaotik.
&enurut &ansjoer (*000), Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat di puskesmas G balai pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai. Dosis pertama antibiotika yang dimaksud adalah klorampenikol yan diberikan secara intramuscular dengan dosis +0 mgGkg !!.
•
5ika anak diklasifikasikan menderita pneumonia, maka tindakan berikut ini diperlukan %
. 'emberian antibiotik yang sesuai selama hari. *. !eri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman. 18
$. !erikan nasihat kepada orang tua kapan harus segera kembali. +. &elakukan kunjungan ulang setelah * hari.
•
Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dira#at di rumah sakit, diperlukan rencana pera#atan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu %
). Ffektiitas pola napas, rencana pera#atan yang diperlukan adalah % •
!erikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.
•
"akukan fisioterapi dada % kerjakan sesuai jad#al.
•
6bserasi tanda ital
•
!erikan antibiotik dan antipiretik sesuai adis.
•
'eriksa dan catat hasil >-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.
•
"akukan suction bila perlu.
•
aji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam pera#atan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektiitas pola napas.
•
7iptakan lingkungan yang nyaman.
*). Deisit olume cairan, interensi yang diperlukan adalah % . !erikan cairan sesuai dengan kebutuhan. *. 7atat secara akurat intake dan output. $. aji dan catat tanda ital serta gejala kekurangan cairan. +. 'eriksa dan catat !5 urine tiap + jam atau sesuai adis. . "akukan pera#atan mulut sesuai dengan kebutuhan. /. aji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan olume cairan. 3. 7iptakan situasi yang nyaman.
PENE*AHAN PNE&MONIA 19
•
&enurut heresia (*001), 'encegahan 'neumonia dapat dilakukan dengan cara hidup bersih dan sehat dan memberikan nutrisi yang baik pada balita. Disamping itu, perlu diberikan aksin pneumokokus pada bayi dan anak sedini mungkin.
•
&enurut Raymondnelson dan bambang (*001), 'encegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara %
. &emberikan aksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai aksin 4'D. *. &emberikan imunisasi pada anak sesuai #aktunya. $. &enjaga keseimbangan nutrisi anak. +. &enjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga banyak olahraga. . &engusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang bersih dan entilasi yang cukup.
PEN*OBATAN PNE&MONIA •
&enurut &ansjoer (*000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan %
. 8ntuk kasus pneumonia community base % •
Ampisilin 00 mgGkg!!Ghari dalam + kali pemberian
•
lorampenikol 3 mgGkg!!Ghari dalam + kali pemberian
*. 8ntuk pneumoni hospital base % •
Sefotaksim 00 mgGkg!!Ghari dalam * kali pemberian
•
Amikasin 0 J mgGkg!!Ghari dalam * kali pemberian
Virus Utama : 30P7 atas , Rino /irus &orona Virus&7deno /irus&8ntero Virus 20
30P7 bawah R0V&Parainfluensa&-&2&* orona /irus&adeno /irus Bakteri Utama 0treptoous pneumoniae& 9aemophilus influen5a& 0taph'loous aureus Pada neonatus dan bayi muda hlamidia trahomatis dan pada anak usia sekolah , "'oplasma pneumonia.
21
22
23
24
PEMERI'SAAN PEN&N1AN* Pemeriksaan Rontgen 'emeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. 'ada bronchopneumonia bercak J bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. 'ada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. 'ada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. oto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. oto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll. Pemeriksaan laboratorium ambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya .000 J +0.000Gmm$ dengan pergeseran ke kiri. uman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan dan $0E dari darah. 8rine biasanya ber#arna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.
FO'&S PEN*'A1IAN Hal-hal yang perlu dikaji % .
Ri#ayat penyakit Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemahGtidak bergairah, ri#ayat
penyakit
pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai *.
anda fisik Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
$.
aktor perkembangan umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
25
26
27
+.
'engetahuan
pasienG
keluarga
pengalaman
terkena
penyakit
pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
IA*NOSA 'EPERAATAN .
!ersihan jalan napas tidak efektif
kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum *.
angguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran aleolar-kapiler
$.
Hipertermi kemungkinan b.d. proses infeksi
+.
Resiko 4nfeksi kemungkinan b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis
.
etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan b.d. peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
/.
Resiko kekurangan olume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan cairan aktif
3.
4ntoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
(NANDA Internasional 2!2"2!# $ Aplikasi NANDA NI% N&% 2!'
INTER2ENSI 'EPERAATAN Diagnosa !eperawatan 'ang la5im teradi ( 7plikasi :7:D7 :3 :O& 2$-*)
Diagnosa epera#atan !ersihan jalan nafas tak efektif kemungkinan berhubungan dengan inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. uuan , 0etelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan alan napas bersih !riteria hasil 28
a. RR batas normal *0-*+>Gm b. Sesak (-) c. 5alan napas aten dengan bunyi napas bersih d. !atuk (-) e. 'asien dapat mengeluarkan sputum indakan ; inter/ensi &andiri a.
&onitor dan auskultasi area paru, catat area penurunanGtak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya % krekels, mengi. Rasional % 'enurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. rekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan G atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas G obstruksi.
b.
!antu pasien latihan nafas sering. unjukkan G bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. Rasional % Bafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paruGjalan nafas lebih kecil. !atuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten.
c.
Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya *00 ml mlGhari ( kecuali kontraindikasi ). Rasional % 7airan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
!olaborasi d.
'engisapan sesuai indikasi. Rasional % &erangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
e.
!erikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator L analgesik Rasional % Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret. 29
Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.
Diagnosa epera#atan * angguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan M perubahan membran aleolar J kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pemba#a oksigen darah. uuan % menunukkan perbaikan /entilasi dan oksigenasi aringan dengan kriteria hasil ,
indakan ; inter/ensi % &andiri % a.
aji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas. Rasional % manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b.
6bserasi #arna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer ( kuku ) atau sianosis sentral. Rasional % Sianosis kuku menunjukkan asokontriksi atau espon tubuh terhadap demam G menggigil.
c.
A#asi suhu tubuh sesuai indikasi Rasional % Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.
d.
!eri posisi yang nyaman misal semifo#ler atau fo#ler. Rasional % posisi yang nyaman meningkatkan masuknya suplai 6* ke dalam tubuh.
!olaborasi e.
!erikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter. Rasional% ujuan terapi oksigen adalah mempertahankan 'a6* di atas /0 mmHg. 6ksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
30
Diagnosa epera#atan $ Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit uuan , Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal !riteria hasil , a. Suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas normal $,/0-$3,+07 b. !adan pasien teraba hanga c. = dalam batas normal 3nter/ensi , a.
aji faktor pencetus kenaikan suhu tubuh.
b.
6bserasi = terutama suhu tiap + jam.
c.
!eri minum yang cukup.
d.
"ibatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat.
e.
'akaikan baju yang tipis dan menyerap keringat.
f.
olaborasi denagn dokter mengenai obat antipiretik penurun panas.
g.
olaborasi dengan dokter mengenai pemberian cairan 4=.
Diagnosa epera#atan + Resiko 4nfeksi kemungkinan berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis. uuan , "enapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi& mengidentifikasi inter/ensi untuk menegah;menurunkan risiko infeksi.
indakan ; inter/ensi , &andiri a.
'antau tanda ital dengan ketat, khusus selama a#al terapi.
b.
Rasional % selama periode #aktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi.
31
c.
8bah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik. Rasional % meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.
d.
!atasi pengunjung sesuai indikasi. Rasional % menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
e.
"akukan isolasi pencegahan sesuai indiidual. Rasional % mencegah penyebaran G melindungi pasien dari proses infeksi lain.
f.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan #arna, jumlah dan bau sekret. Rasional % 'engeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder.
g.
Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik. Rasional % Ffektif berarti menurunkan penyebaran G tambahan infeksi
h.
olaborasi pamberian antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum G darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin L amantadin. Rasional % untuk membunuh kebanyakan microbial. omplikasi antiiral dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.
Diagnosa epera#atan etidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi. uuan , menunukkan peningkatan nafsu makan& mempertahankan;meningkatkan berat badan.
indakan ; inter/ensi , &andiri a.
4ndentifikasi factor yang menyebabkan mual G muntah misalnya % sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri. Rasional % pilihan interensi tergantung pada penyebaran masalah 32
b.
!erikan #adah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin Rasional % &enghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
c.
Auskultasi bunyi usus , obserasi G palpasi distensi abdomen. Rasional % !unyi usus mungkin menurun G tak ada bila proses infeksi beratGmemanjang.
d.
!erikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering Rasional % indakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
Diagnosa epera#atan / Resiko kekurangan olume cairan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan cairan aktif uuan , "empertahankan masukan airan seara adekuat !riteria hasil , a.
&empertahankan berat jenis urine dalam batas normal
b.
anda-tanda ital normal
c.
idak terlihat mata cekung, kulit lembab, membran mukosa lembab
3nter/ensi , a.
aji faktor penyebab resiko kekurangan cairan. Rasional % mengetahui penyebab akan menentukan interensi yang akan dilakukan selanjutnya.
b.
&onitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal). Rasional % status hidrasi yang buruk menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan.
c.
&onitor hasil laborat yang tepat (!8B N, O H7l, kepekatan urine). Rasional % menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan.
d.
!erikan cairan yang disukai dalam batas diit. Rasional % cairan yang disukai meningkatkan asupan cairan yang masuk dalam tubuh, intake cairan tercukupi. 33
e.
Ajarkan pada keluarga bah#a kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis dan menambah kehilangan cairan. Rasional % keluarga paham meningkatkan kerjasama untuk menghindari terjadinya kekurangan cairan pada pasien.
f.
olaborasi pemberian cairan 4= sesuai terapi dokter. Rasional % mencukupi cairan yang tidak bisa masuk melalu oral.
Diagnosa epera#atan 3 4ntoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum. uuan , "elaporkan ; menunukkan peningkatan toleransi terhadap akti/itas 'ang dapat diukur dengan tak adan'a dispnoe& kelemahan berlebihan dan tanda /ital dalam rentang normal.
indakan ; inter/ensi , &andiri a.
&onitor respons pasien terhadap aktiitas. Rasional % menetapkan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan interensi.
b.
!erikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Rasional % menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c.
5elaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktiitas dan istirahat. Rasional % irah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.
d.
!antu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan G atau tidur Rasional % 'asien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.
e.
olaborasi dengan fisioterapi jika perlu. Rasional % &eningkatkan kemampuan aktiitas pasien sesuai kemampuan maksimal.
34
E2AL&ASI 'EPERAATAN
D= - 1ersihan alan napas tidak efektif 1ersihan alan nafas& menunukkan alan nafas paten dengan bun'i nafas bersih& tak ada dispnoe. D= 2
Resiko kekurangan /olume airan "empertahankan masukan airan seara adekuat D= ? 3ntoleransi akti/itas Peningkatan toleransi terhadap akti/itas 'ang dapat diukur dengan tak adan'a dispnoe& kelemahan berlebihan dan tanda /ital dalam rentang normal
35
AFTAR P&STA'A
!rashers, =alentina ". *003. 7plikasi !linis Patofisiologi , Pemeriksaan @ "anaemen 8disi 2. 5akarta % F7 Herdman, . Heather. *0*. :7:D7 3nternasional Diagnosa !eperawatan Definisi dan !lasifikasi 2$-2A2$-+. 5akarta% F7 4ndriasari, Dei. *001. -$$B 0embuh anpa Dokter 7AC Deteksi& Obati dan egah Pen'akit . 2ogyakarta % 'ustaka rhatama &isnadiarly. *00<. Pen'akit 3nfeksi 0aluran :apas Pneumonia pada 7nak& 1alita& Orang Dewasa& Usia 6anut . 'ustaka 6bor 'opuler % 5akarta Burarif, Amin Huda dan Hardhi usuma. *0$. 7plikasi :7:D7 :3 :O. 2ogyakarta % &edia Action 'ublishing Somantri, 4rman. *003. !eperawatan "edikal 1edah 7suhan !eperawatan pada Pasien dengan
36