ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ILEUS OBSTRUKSI
MAKALAH
Oleh Septyana Milla Arifini NIM 142310101089
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “ Makalah Asuhan Keperawatan Pada pasien Ileus Obstruksi ”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi semuanya.
Jember, Juli 2016
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………..ii Kata Pengantar …………………………………………………………………..iii Daftar Isi ………………………………………………………………………...iv Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang …………………………………………………………1 1.2 Tujuan ………………………………………………………………….1 1.3 Implikasi keperawatan …………………………………………………2 Bab 2 Tinjauan Teori 2.1 Pengertian………………………………………………………………3 2.2 Epidemiologi……………………………………………………………3 2.3 Etiologi …………………………………………………………………3 2.4 Tanda dan gejala ………………………………………………………..4 2.5 Patofisiologi …………………………………………………………….4 2.6 Komplikasi & prognosis ………………………………………………..5 2.7 Pengobatan ……………………………………………………………...6 2.8 Pencegahan ……………………………………………………………...8 Bab 3 Pathways …………………………………………………………………10 Bab 4 Asuhan Keperawatan 4.1 Pengkajian …………………………………………………………….12 4.2 Diagnosa ………………………………………………………………14 4.3 Perencanaan……………………………………………………………15 4.4 Pelaksanaan …………………………………………………………...22
4.5 Evaluasi ……………………………………………………………..22 Bab 5. Penutup 5.1 Kesimpulan ……………………….…………………………………..26 5.2 Saran ………………………………………………………………….26 Daftar Pustaka …………………………………………………………………
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Obstruksi ileus merupakan kegawat daruratan dalam bedah abdominalis yang sering kita jumpai. Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal. Penyakit ini sering terjadi pada individu yang mempunyai kebaisaan mengkonsumsi makanan yang rendahs erar dan kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada kurangnya membentyk masa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus dan akn muncul konstipasi yang mngarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi. Salah satu cara penanganan pada pasien dengan obstruksi ileus adalah dengan
pembedahan
laparatomi,
penyayatan
pada
dinding
abdomen.
Pemebedahan yang dilakukan padabagian abdomen untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien. 1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsep Asuhan Keperawatan PadaPasien Ileus Obstruksi. 1.2.2
Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui pengertian dari Ileus Obstruksi 1.2.2.2 Mengetahui epidemiologi dari Ileus Obstruksi 1.2.2.3 Mengetahui etiologi dari Gangguan Sistem dari Ileus Obstruksi 1.2.2.4 Mengetahui tanda dan gejala dari Gangguan dari Ileus Obstruksi 1.2.2.5 Mengetahui patofisiologi dari Gangguan dari Ileus Obstruksi 1.2.2.6 Mengetahui komplikasi dari dari Ileus Obstruksi 1.2.2.7 Mengetahui pengobatan dari Gangguan Sistem Pencernaan Gastroenteritis Akut 1.2.2.8 Mengetahui pencegahan dari dari Ileus Obstruksi
1.2.2.9 Mengetahui pathway dari dari Ileus Obstruksi. 1.2.2.10
Mengetahui asuhan keperawatan dari Ileus Obstruksi
1.3 Implikasi Keperawatan
Dengan adanya makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ileus Obstruksi
”
ini diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep
secara umum dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien Ileus Obstruksi.
BAB 2. TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya
mengenai
kolon
sebagai
akibat
karsinoma
dan
perkembangannya lambat. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Ileus obstruksi merpakan penyumbatan instestinal mekanik yang terjadi akrena adanya daya mekanik yang bekerja mempengaryhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan umen usus (Ullah et al,2009) 2.2 Epidemiologi
Sekitar 20% pasien ke rumah sakit datang dengan keluhan akut abdomen oleh karena obstruksi pada saluran cerna, 80% obstruksi terjadi pada usus halus (Emedicine, 2009).
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosis ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan (Deparetemen Kesehatan RI, 2004). Menurut data statistik negara, di Amerika diperkirakan insiden rate untuk ileus obstruktif 1/746 atau 0,13% atau 365.563 orang. Berdasarkan laporan situasi statistik kematian di Nepal tahun 2007, jumlah penderita ileus paralitik dan ileus obstruktif pada tahun 2005/2006 adalah 1.053 kasus dengan CFR sebesar 5,32%. Setiap tahunnya 1 dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Berdasarkan data salah satu rumah sakit umum di Australia pada tahun 20012002, sekitar 6,5 per 10.000 penduduk di Australia diopname di rumah sakit karena ileus paralitik dan ileus obstruktif. Hasil penelitian Markogiannakis, dkk (2001-2002), insiden rate penderita penyakit ileus obstruktif yang dirawat inap
sebesar 60% di Rumah Sakit Hippokratian, Athena di Yunani dengan rata-rata pasien berumur antara sekitar 16 - 98 tahun dengan rasio perbandingan laki-lak
2.3 Etiologi
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain: 1. Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain: a. Benda asing yang tertelan. Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi. b. Bezoars mungkin merupakan faktor. c. Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan. d. Batu
empedu
mungkin
terjadi
dengan
suatu
fistula cholecystenteric. e. Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah. Pada kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada daerah lambung. f. Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur. 2. Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari adanya lesi pada dinding usus halus. a. Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab. b. Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya sebagian atau parsial. c. Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur biasa. d. Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis yang dibutuhkan.
3. Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling umum atau sering: a. Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana.Adesi ini dapat menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal dilakukan. b. Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
2.4 Tanda dan Gejala
Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang sebagai berikut 1. Muntah-muntah 2. Distensi abdomen 3. Nyeri perut dan Kolik 4. Konstipasi dan flatus (-) 5. Dehidrasi 6. Nyeri abdomen Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi dari suatu obstruksi sederhana: bagaimanapun, beberapa keadaan klinis tertentu dan gambaran laboratorium dapat mengarahkan kepada tanda-tanda strangulasi. Uji groin pada semua pasien dengan ileus obstruktif untuk menyingkirkan suatu hernia inguinal atau hernia femoralis. Hernia femoralis sulit dilihat pada pasien gemuk. Gejala diatas tergantung juga dengan macam ileus, letak obstruksi, penyebebab obstruksi ileus, obstruksi totl/tidak, lamanya ileus berlasngsung. Pada ileus obstruksi letaktinggi di usus halus pasien akan mengalami muntah. Pada ileus obstruksi letak rendah (usus besar) pasien akan mengalami Buang air besar dan flatus (-), muntah fekulen jika katup ileosekal ikompeten, tidak mundah jika katup kompeten.
2.5 Patofisiologi
Peristiwa patofisis yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama dengan, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan terjadi, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat.Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi. Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus.Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi
toksin-toksin/bakteri
kedalam
rongga
peritonium
dan
sirkulasi
sistemik.Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis.Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu.Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang. 2.6 Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada int ra abdomen. 2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat. 4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma. (Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)
2.7 Pengobatan
Pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekomprasi, mengatsi peritonitis dan syok jika terjadi. Menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal 1. Resusitasi Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti Ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dari memonitor tanda-tanda vital dan jumlahurin yang keluar. Pemberian cairan intravena diperlukan juga pemasagan NGT. NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurani distensi abdomen. 2. Farmakologis Pemberian obat obatan antibiotic spectrum luas bisa diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat dieberikan untuk mengurangi gejala mual mutah. 3. Operatif Tindakan ini dilakukan setelag rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomy kemudian disusul denga tektik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomy. Berikut
2.8 Pencegahan
Pada penyakit ileus obstruktif, tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya ileus obstruktif dan menghindari akibat fatal yang disebabkan ileus obstruktif. Pencegahan ileu obstruksi tergantung pada penyebabnya. Beberapa jenis ileus tidak dapat dicegah. Tindakan hanya dapat mengurangi resiko ileus yaitu : 1. Mengkonsumsi produk makanan yang kaya serat 2. Meminum banyak cairan 2-3liter per hari 3. Berolahraga secra teratur 4. Bergaya hidup sehat dengan cara menjafa diri dan lingkungan tetap bersih 5. Meningkatkan asupan makanan bergizi agar daya tahan tubuh tetap stabil 6. Memakan makanan diet seimbang rendah lemak dengan banyak sayur buah, tidak merokok dan segera untuk skrining kanker kolorektal setahun skelai setelah usia 50 tahun. 7. Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat yang bisa meningkatkan tekanan di dalam perut dan mungkin memkasa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah rentang perut. 8. Mendeteksi secara dini adanya ileus bstruksi atau tidak.
BAB 3. PATHWAYS Etiologi
Mekanik
Perlengk
Fungsional
hernia
intusupesi
volvulus
Bagian
Usus
Protr
Tumor dalam
Lengkung usus
usus
memutar
usi
dindin usus
melekat pada
menyus
dan
area jaringan
up ke
paru pasca
dalam
tumor
etan (
kembali ke
Aliran usus
Meluas ke
tersumbat
lumen usus Gangguan muskular
operasi
Perputara n lengkung usus
Penyem pitan
Lumen
Gas dan
usus
cairan
tersu
tersumb
mbat
Penyempi
at dalam
lumen
usus
usus
yang
usus
tan aliran
Tekanan
darah
pada dinding usus
Tidak mampu mendorong usus
terjebak
Aliran
Aliran darah
Lumen
Statis isi usus(tetap
usus
dalam lumen
tersumb
Isi lumen tersumbat
ke usus
Ileus obstruksi
hi omotilitas
Respon sikolo is
Ketidakmamp uan absorpsi
Mesinterpret asi perawat dan
Air tertampung
pengobatan
Hilangnya
Gangguan
kemampuan
flora normal
intestinal dalam
dalam usus
proses material
TD:
feses
Mual,muntah,kembu
inflamasi
pemenuha pe
intake
cairan
TD : BAB
Peradangan
Asupan nutrisi
pada usus
inadekuat
Iritasi
Ketidakseimban
mukosa usus
gan nutrisi
n informasi
Nyeri Resiko ketidakseimbangan cairan
ng,anoreksia
konstip
dalam lumen
Kecemasan
Gangguan GI
kurang dari
Volume
Pengeluaran
cairan
mediator Merangsang
Resiko syok
hipotalamus
hipovolemik
pe metabolism
TD: Demam
Hypertermi
Ketidakseimbangan cairan elektrolit
penatalaksanaa
Komplikasi
Konservatif :
Operatif :
-obat-obatan
-laparatomi
-bedrest
-kolostomi
CA rektum
peritonitis
Jika tidak ditangani
-diet rendah lemak -dekompresi usus (melalui
Absorpsi toksin dalam rongga peritonium
selang )
-puasa
Intoleransi
Peradangan yang hebat pada intra
perforasi
aktivitas
KEMATIAN
sepsis
TD: lemah, pe BB
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengkajian
4.1.1 identitas Nama : Tempat/tgl lahir : Usia : Nama Ayah/Ibu : Pekerjaan Ayah : Pekerjaan Ibu : Alamat : Agama: Suku Bangsa : Pendidikan Ayah : Pendidikan Ibu :
4.1.2
Keluhan utama Gangguan utama atau terpenting adalah keluhan utama yang dirasakan pasien sehingga membutuhkan pertolongansegera. 4.1.3 Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit sekarang yang ditemukan ketika dilakukan pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik PQRST. Pasien ileus obstruktif sering ditemukan nyeri kram, rasa ini lebih konstan apalagi bila bergerak akan bertambah nyeri dan menyebar pada distensi, keluhan ini mengganggu aktivitas klien, nyeri ini bisa ringan sampai berat tergantung beratnya penyakit dengan skala 0 sampai 10. Pasien laparotomy juga mengeluhkan nyeri pada luka operasi. 2. Riwayat penyakit dahulu Klien dengan ileus obstruktif mempunyai riwayat pernah dioperasi pada bagian abdomen, yang mengakibatkan terjadinya adhesi. Klien post laparatomi biasanya mempunyai riwayat penyakit pada system pencernaan.
3. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat dalam keluarga sedikit sekali kemungkinan mempunyai ileus obstruktif karena kelainan ini bukan merupakan kelainan genetik, ada kemungkinan pada keluarga dengan ileus obstruktif dan post laparatomi mempunyai riwayat penyakit kanker dan dapat pula mempunyai riwayat cacingan pada keluarga. . 4.1.4 Pemeriksaan Fisik 1. Status kesehatan Umum Biasnya pasien tampak lemah, pucat, kulit dingin. Abdomen : distensi abdomen, adanya nyeri tekan, penurunan motilitas usus 2.Head To Toe
B1 (breathing) Pola nafas irama : teratur Suara nafas : Vesikuler
B2 (blood) Irama jantung : reguler S1/S2 : ada Bunyi jantung : normal CRT < 3 detik Akral hangat B3 (brain) GCS : eye 4, verbal 5, motorik 6 Sclera / konjungtiva : ananemis
B4 (bladder) Urin :
cc, warna :
B5 (bowel) Porsi makan : habis Minum :
cc
Mulut : Bersih Mukosa : lembab Konsistensi : konstipasi, warna : darah dan lendir Abdomen perut : nyeri tekan pada abdomen
B6 (bone) Kemampuan pergerakan sendi : bebas
4.2 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Berhubungan dengan distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik usus 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan , mual, dan muntah. 3. Resiko ketidakseimbangan elketrolit berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh instestinal 4. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan penurunan volume darah, penurunan hidrasi, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal. 5. Konstipasi berhubungan dengan hipomilitas/kelumpuhan instetinal 6. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
4.3 Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Nyeri Berhubungan dengan distensi abdomen NOC 1 NIC dan adanya selang Nasogastrik usus Pain level Pengontolan nyeri 1. Lakukan pengkajian Pain control nyeri secara Comfort level komprehensif Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu nonverbal dari ketidak penyebab nyeri, mampu nyamanan menggunakan teknik 3. Gunakan teknik nonfarmakologi untuk komunikasi terapeutik mnegurangi nyeri) 4. TIngkatkan istirahat 2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Kolaborasi dengan berkurang. dokterjika da keluhan 3. Mampu mengenali skala nyeri dan tindakan 4. Menyatakan rasa nyaman manajemen nyeri tidak berhasil. Kekurangan volume cairan berhubungan NOC 2 NIC dengan output berlebihan , mual, dan muntah Manajemen cairan Keseimbangan Elketrolit 1. Pertahankan Fluid Balance intake/output yang Hydration akurat Kriteria Hasil : 2. Monitor hasil Hb 1. Terbebas dari edema, efusi,
anaskara 2. Terbebas dari distensi vena jugularis 3. Terbebas dari kelelahan kecemasan dan kebingungan 4. Menjelaskan indicator kelebihan cairan.
3
4. 5. 6.
Resiko ketidakseimbangan elketrolit NOC NIC berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh Manajemen cairan Fluid Balance dari muntah, ketidakmampuan absorbs air 1. Pertahankan catat Hydration oleh instestinal intake dan output yang Nutritonal status akurat Intake 2. Monitoor status hidrasi Kriteria Hasil : 3. Monitor vital sign 1. Mempertahankan urinr output 4. Monitor masukan sesuai usia dan BB makanan/cairan dalam 2. Tekanan darah nadi suhu tubuh normal tubuh 3. Tidak ada tanda dehidrasi 5. Monitor status nutrisi 4. Elastis turgor kulit baik Resiko syok hipovolemik berhubungan NOC NIC dengan penurunan volume darah, penurunan 1. Monitor status sirkulasi Syok prevention hidrasi, ketidakmampuan absorbs air oleh BP, warna kulit, suhu, Syok management intestinal denyut nadi, HR, dan Kriteria Hasil ritme 1. Nadi dalam batas yang diharapkan
4
3.
yangs esuai Monitor status hemodinamik Monitor vital sign Kaji lokasi edema jika ada Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul.
anaskara 2. Terbebas dari distensi vena jugularis 3. Terbebas dari kelelahan kecemasan dan kebingungan 4. Menjelaskan indicator kelebihan cairan.
3
Resiko ketidakseimbangan elketrolit berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh instestinal
yangs esuai 3. Monitor status hemodinamik 4. Monitor vital sign 5. Kaji lokasi edema jika ada 6. Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul. NOC NIC Manajemen cairan Fluid Balance 1. Pertahankan catat Hydration intake dan output yang Nutritonal status akurat Intake 2. Monitoor status hidrasi Kriteria Hasil : 3. Monitor vital sign 1. Mempertahankan urinr output 4. Monitor masukan sesuai usia dan BB makanan/cairan dalam 2. Tekanan darah nadi suhu tubuh normal tubuh 3. Tidak ada tanda dehidrasi 5. Monitor status nutrisi 4. Elastis turgor kulit baik NOC NIC 1. Monitor status sirkulasi Syok prevention BP, warna kulit, suhu, Syok management denyut nadi, HR, dan Kriteria Hasil ritme 1. Nadi dalam batas yang diharapkan
4
Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan penurunan volume darah, penurunan hidrasi, ketidakmampuan absorbs air oleh intestinal
2. Irama jantungdalam batas yang diharapkan 3. Irama pernafasan dalam bats yang diharapkan 4. Natrium serum dbn 5. Kalium serum dbn 6. Klorida serum dbn 7. Klasium serum dbn 8. Magnesium serum dbn 9. PH darah serum dbn
5.
Konstipasi berhubungan hipomilitas/kelumpuhan instetinal
2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan 3. Monitor tanda dan gejala asites 4. Moitor tanda awal syok 5. Monitor EKG 6. LIhat dan pelihara kepatenan jalan nafas dengan NOC NIC 1. Monitor tanda dan Bowel Elimination gejala konstipasi Hydration 2. Monitor bising usus Kriteria Hasil 3. Monitor feses 1. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 4. Konsultasi dengan 2. Bebasdari ketidaknyamanan dan dokter konstipasi tentangpenurunan dan 3. Mengidentifikasi indicator untuk peningkatan bising mencegah konstipasi usus 4. Feses lunak dan berbentuk 5. Monitor tanda dan gejala rupture usus 6. Jelaskan etioogi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien 7. Identifikasi penyebab
2. Irama jantungdalam batas yang diharapkan 3. Irama pernafasan dalam bats yang diharapkan 4. Natrium serum dbn 5. Kalium serum dbn 6. Klorida serum dbn 7. Klasium serum dbn 8. Magnesium serum dbn 9. PH darah serum dbn
5.
Konstipasi berhubungan hipomilitas/kelumpuhan instetinal
2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan 3. Monitor tanda dan gejala asites 4. Moitor tanda awal syok 5. Monitor EKG 6. LIhat dan pelihara kepatenan jalan nafas dengan NOC NIC 1. Monitor tanda dan Bowel Elimination gejala konstipasi Hydration 2. Monitor bising usus Kriteria Hasil 3. Monitor feses 1. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 4. Konsultasi dengan 2. Bebasdari ketidaknyamanan dan dokter konstipasi tentangpenurunan dan 3. Mengidentifikasi indicator untuk peningkatan bising mencegah konstipasi usus 4. Feses lunak dan berbentuk 5. Monitor tanda dan gejala rupture usus 6. Jelaskan etioogi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien 7. Identifikasi penyebab
6.
Ansietas penyakit
berhubungan
dengan
prognosis NOC Anxiety self-control Anxiety level Coping Kriteria Hasil : 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengotrol cemas 3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahsa tubuh dan tingkat aktivitas menujukan berkurangnya kecemasan.
dankonstribusi konstipasi 8. Ajarkan pasien/keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi sembelit. NIC 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Pahami preseptif pasien terhadap situasi stress 5. Identifikasi tingkat kecemasan 6. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan 7. Intruksikan apsien untuk menggunakan
6.
Ansietas penyakit
berhubungan
dengan
prognosis NOC Anxiety self-control Anxiety level Coping Kriteria Hasil : 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengotrol cemas 3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahsa tubuh dan tingkat aktivitas menujukan berkurangnya kecemasan.
dankonstribusi konstipasi 8. Ajarkan pasien/keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi sembelit. NIC 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Pahami preseptif pasien terhadap situasi stress 5. Identifikasi tingkat kecemasan 6. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan 7. Intruksikan apsien untuk menggunakan
teknik relaksasi
teknik relaksasi
4.4 Implementasi
No. 1.
Diagnosa Nyeri Berhubungan dengan distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik usus
1. 2. 3. 4. 5.
Implementasi Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan Menggunakan teknik komunikasi terapeutik Meningkatkan istirahat klien Berkolaborasi dengan dokter jika da
Evaluasi S : Pasien mengatakan nyeri telah berkurang O : Pasien terlihat tidak meringis karena menahan nyeri A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
keluhan dan tindakan manajemen nyeri tidak berhasil. 2.
Kekurangan cairan berhubungan kehilangan (dehidrasi)
volume tubuh
1. Mengkaji masukan dan keluaran cairan,
S : Pasien mengatakan “anak sudah tidak muntah
hitung intake dan output makanan, ukur dan tidak sering BAB lagi, sehari cuma 2 kali”
dengan
berat jenis urine dan observasi oliguri.
cairan
2. Mengkaji tanda vital (tekanan darah, nadi, dan suhu) 3. Mengobservasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler yang lambat, ukur berat badan.
O: 1. Frekuensi BAB normal 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. 2. Tturgor kulit elastis, mukosa bibir lembab) 3. TTV normal (suhu: 36C, N:120x/menit, RR:30x/menit)
4.4 Implementasi
No. 1.
Diagnosa Nyeri Berhubungan dengan distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik usus
Implementasi 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif 2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan 3. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik 4. Meningkatkan istirahat klien 5. Berkolaborasi dengan dokter jika da
Evaluasi S : Pasien mengatakan nyeri telah berkurang O : Pasien terlihat tidak meringis karena menahan nyeri A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
keluhan dan tindakan manajemen nyeri tidak berhasil. 2.
Kekurangan cairan berhubungan kehilangan
volume tubuh
1. Mengkaji masukan dan keluaran cairan,
hitung intake dan output makanan, ukur dan tidak sering BAB lagi, sehari cuma 2 kali”
dengan
berat jenis urine dan observasi oliguri.
cairan
2. Mengkaji tanda vital (tekanan darah, nadi,
(dehidrasi)
S : Pasien mengatakan “anak sudah tidak muntah
dan suhu) 3. Mengobservasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler yang lambat, ukur berat badan.
4. Mempertahankan pembatasan per oral, tirah baring, dan hindari aktivitas. 5. Memberikan cairan sering dan dalam
O: 1. Frekuensi BAB normal 1-2x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. 2. Tturgor kulit elastis, mukosa bibir lembab) 3. TTV normal (suhu: 36C, N:120x/menit, RR:30x/menit)
4. Tidak mual dan muntah A : masalah teratasi P : hentikan intervensi
jumlah kecil untuk mendorong urinasi terjadi tiap 2 jam (minuman ringan berkarbonat, minuman suplemen elektrolit) 6. Memberikan cairan parenteral. Transfuse darah sesuai indikasi. 7. Mengawasi hasil laboratorium (elektrolit dan analisa gas darah) 8. Memberikan obat sesuai dengan indikasi : anti diare 3
4.
Resiko ketidakseimbangan elketrolit berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh instestinal
1. Memertahankan dan mencatat intake dan output yang akurat 2. Memonitoor status hidrasi 3. Memonitor vital sign 4. Mememonitor masukan makanan/cairan dalam tubuh 5. Memonitor status nutrisi
S : Pasien mengatakan sudah tidak muntah lagi
Konstipasi berhubungan dengan
1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi
S : Pasien mengatakan bisa buang air besar
O : Vital sign normal, Tturgor kulit elastis, mukosa bibir lembab), Tidak mual dan muntah A : masalah teratasi P : hentikan intervensi
4. Mempertahankan pembatasan per oral, tirah baring, dan hindari aktivitas. 5. Memberikan cairan sering dan dalam
4. Tidak mual dan muntah A : masalah teratasi P : hentikan intervensi
jumlah kecil untuk mendorong urinasi terjadi tiap 2 jam (minuman ringan berkarbonat, minuman suplemen elektrolit) 6. Memberikan cairan parenteral. Transfuse darah sesuai indikasi. 7. Mengawasi hasil laboratorium (elektrolit dan analisa gas darah) 8. Memberikan obat sesuai dengan indikasi : anti diare 3
4.
Resiko ketidakseimbangan elketrolit berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh dari muntah, ketidakmampuan absorbs air oleh instestinal
1. Memertahankan dan mencatat intake dan output yang akurat 2. Memonitoor status hidrasi 3. Memonitor vital sign 4. Mememonitor masukan makanan/cairan dalam tubuh 5. Memonitor status nutrisi
S : Pasien mengatakan sudah tidak muntah lagi
Konstipasi berhubungan dengan
1. Memonitor tanda dan gejala konstipasi
S : Pasien mengatakan bisa buang air besar
hipomilitas/kelumpuhan instetinal
2. Memonitor bising usus 3. Memonitor feses 4. Mengkonsultasi dengan dokter tentangpenurunan dan peningkatan bising usus 5. Memonitor tanda dan gejala rupture usus 6. Menjelaskan etioogi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien 7. Mengidentifikasi penyebab dankonstribusi konstipasi 8. Mengajarkan pasien/keluarga tentang
dengan lancer
O : Vital sign normal, Tturgor kulit elastis, mukosa bibir lembab), Tidak mual dan muntah A : masalah teratasi P : hentikan intervensi
O : Bising usus kembali normal, feses normal, vital sign normal A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
kerangka waktu untuk resolusi sembelit. 5.
Ansietas dengan penyakit
berhubungan prognosis
1. Menggunakan pendekatan yang menenangkan 2. Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Memahami preseptif pasien terhadap situasi stress 5. Mengidentifikasi tingkat kecemasan 6. Memberiberikan obat untuk mengurangi kecemasan 7. Mengintruksikan pasien untuk
S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi O : Pasien terlihat tidak cemas A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
hipomilitas/kelumpuhan instetinal
2. Memonitor bising usus 3. Memonitor feses 4. Mengkonsultasi dengan dokter tentangpenurunan dan peningkatan bising usus 5. Memonitor tanda dan gejala rupture usus 6. Menjelaskan etioogi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien 7. Mengidentifikasi penyebab dankonstribusi konstipasi 8. Mengajarkan pasien/keluarga tentang
dengan lancer O : Bising usus kembali normal, feses normal, vital sign normal A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
kerangka waktu untuk resolusi sembelit. 5.
Ansietas dengan penyakit
berhubungan prognosis
1. Menggunakan pendekatan yang menenangkan 2. Menyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Memahami preseptif pasien terhadap situasi stress 5. Mengidentifikasi tingkat kecemasan 6. Memberiberikan obat untuk mengurangi kecemasan 7. Mengintruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
S : Pasien mengatakan sudah tidak cemas lagi O : Pasien terlihat tidak cemas A : Masalah teratasi P : Hentikan intervensi
menggunakan teknik relaksasi
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Obstruksi ileus merupakan kegawat daruratan dalam bedah abdominalis yang sering kita jumpai. Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal. Penyakit ini sering terjadi pada individu yang mempunyai kebaisaan mengkonsumsi makanan yang rendahs erar dan kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada kurangnya membentyk masa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus dan akn muncul konstipasi yang mngarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi. 5.2 Saran
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, maka penyusun mencoba memberikan saran untuk mahasiswa keperawatan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan mempertimbangkan teori dan keadaan serta keluhan pasien. Sehingga, dapat membantu menciptakan suatu layanan keperawatan yang bermutu.
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Obstruksi ileus merupakan kegawat daruratan dalam bedah abdominalis yang sering kita jumpai. Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal. Penyakit ini sering terjadi pada individu yang mempunyai kebaisaan mengkonsumsi makanan yang rendahs erar dan kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada kurangnya membentyk masa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus dan akn muncul konstipasi yang mngarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi. 5.2 Saran
Untuk meningkatkan keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, maka penyusun mencoba memberikan saran untuk mahasiswa keperawatan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan mempertimbangkan teori dan keadaan serta keluhan pasien. Sehingga, dapat membantu menciptakan suatu layanan keperawatan yang bermutu.
DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. (2009).Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-intestinal. Ed.1. Ujung Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995. Ranklin Jr, et all. Laparoscopic Diagnosis and Treatment of Intestinal Obstruction. Texas Endosurgery Institute, 2003. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Usus Halus, apendiks, Kolon dan Anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta. Schteingart, DE. (2006). In S.A. Price, & L.M. Wilson. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 1. Jakarta : EGC. Amin Huda dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Price & Wilson &2007). Patofisologi Konsep klinis Proses Penyakit. Edisi 6, Volume 1. ECG: Jakarta