MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK JALANAN DAN GELANDANGAN
Guna memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Jiwa Yang dibimbing oleh Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep, Ns., M.Kep.
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Ari Yudha Prabowo Joko Rifai Nuriana Nashikin Hakim Qori Dian Laksita Riski Ramadhani Roisatul Husniyah
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Penulisan Makalah
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah
keperawatan jiwa. Makalah ini dapat diselesaikan atas proses bimbingan. Untuk itu kami berterima berterima kasih kepada Ibu Dwi Ariani Sulistyowati, S.Kep, Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah memberikan arahan kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah kami dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu, terutama dalam pendidikan keperawatan dan d an kesehatan lainnya khususnya ilmu keperawatan jiwa.
Surakarta,
Penulis .
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik adalah suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA). Semuanya didasarkan pada diagnosis dan intervensi dari adanya respons individu akan masalah kesehatan mental yang actual maupun potensial. Pelayanan yang menyeluruh difokuskan pada pencegahan penyakit mental, menjaga kesehatan, pengelolaan atau merujuk dari masalah kesehatan fisik dan mental, diagnosis dan intervensi dari gangguan mental dan akibatnya, dan rehabilitasi. Keperawatan jiwa / mental diharapkan mampu mengkaji secara komprehensif, menggunakan ketrampilan memecahkan masalah secara efektif dengan pengambilan keputusan klinik yang komplek (advokasi), melakukan kolaborasi dengan profesi lain, peka terhadap issue yang mencakup dilema etik, pekerjaan yang menyenangkan, tanggung tan ggung jawab fiskal. Kesehatan fiskal. Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Keperawatan jiwa bukan hanya berfokus pada individu dengan gangguan jiwa melainkan juga terhadap individu dengan deng an masalah psikososial dan kejiwaan. Salah satu individu dengan masalah psikososial adalah anak jalanan dan gelandangan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa
serta mengetahui mengetahui
bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat. 2. Tujuan Khusus: Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat khususnya pada anak jalanan dan gelandangan
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk masyarakat Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan 2. Untuk Mahasiswa Sebagai bahan pembanding tugas serupa 3. Untuk tenaga kesehatan Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan manifestasinya sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak berwujud benda. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa b erupa benda, melainkan sebuah se buah sistem perilaku, hasil ha sil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan seseorang. Oleh karena itu, untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya, pelajarilah dari manifestasi jiwa terkait pada materi yang dapat diamati berupa perilaku manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan. World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut. 1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk. 2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan. 3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya. 4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima. 5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan. 6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar. 7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari. 8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. Menurut
WHO,
kesehatan
jiwa
adalah
berbagai
karakteristik
positif
yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentang Upaya Kesehatan Jiwa, memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada seseorang, serta perkembangan ini selaras dengan orang lain. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat 1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap
orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, jiwa, dan masalah psikososial”.
B. Definisi Gelandangan dan Anak Jalanan
1. Definisi Gelandangan Gelandangan sebagai entitas sosial sosial merupakan orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum (PP No. 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). 2. Definisi Anak Jalanan Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Menurut Departmen Sosial RI (1999), pengertian tentang anak jalanan adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalanan. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu Street Child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and a nd have hav e drifted into a nomadic streat life. life. Berdasarkan hal tersebut, maka anak jalanan adalah anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekantnya, larut dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya. 3. Definisi Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik Gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, sehingga dapat mengganggu menggan ggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan.
C. Psikotik
Psikotik adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnnya hubungan jiwa dengan Realita. Kriteria Psikotik adalah sebagai berikut: 1. Psikotik organik sikotik yang yang penyebabnya adalah adalah gangguan pada susunan syaraf syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik, gangguan metabolisme dan intoksikasi obat. 2. Psikotik Fungsional Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga.
Berikut faktor penyebab psikotik, antara lain: 1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional) 2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan 3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang 4. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak 5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
Menurut UU no 23 tentang kesehatan jiwa menyebutkan penyebab munculnya anak jalanan dan gelandangan psikotik adalah: 1. Keluarga tidak perduli 2. Keluarga malu 3. Keluarga tidak tahu 4. Obat tidak diberikan 5. Tersesat ataupun karena Urbanisasi
D. Tanda dan Gejala Anak Jalanan dan Gelandangan Psikotik
1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali, 2. Rambutnya seperti sapu ijuk 3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang berisi macammacam barang 4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri 5. Sukar diajak berkomunikasi 6. Pribadi tidak stabil 7. Tidak memiliki kelompok
E. Layanan yang dibutuhkan oleh anak jalanan dan gelandangan psikotik
1. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan 2. Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. psikiatris. keperawatan dan psikologis 3. Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga 4. Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan penempatan dalam masyarakat. 5. Kebutuhan rohani
F.
Asuhan Keperawatan Pada Anak Jalanan Dan Gelandangan
1. Pengkajian a) Faktor predisposisi
Genetik Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter. Teori virus dan infeksi
b) Faktor presipitasi
Biologis
Sosial kutural
Psikologis
c) Penilaian terhadap stressor
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
- Berfikir logis
-
Pemikiran sesekali
-
Gangguan pemikiran
- Persepsi akurat
-
Terdistorsi
-
Waham/halusinasi
- Emosi
-
Ilusi
-
Kesulitan pengolahan
-
Reaksi
konsisten
dengan pengalaman
- Perilaku sesuai - Berhubungan sosial
emosi -
Emosi
berlebih Dan tidak -
Perilaku
bereaksi
isolasi social
-
Perilaku aneh
-
Penarikan tidak bisa berhubungan sosial
kacau
dan
d) Sumber koping
Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
Pencapaian wawasan
Kognitif yang konstan
Bergerak menuju prestasi kerja
e) Mekanisme koping
Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
Menarik diri
Pengingkaran
2. Diagnosa Keperawatan 1.
Harga Diri Rendah
2.
Isolasi Sosial
3.
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
4.
Resiko perilaku kekerasan/Perilaku kekerasan
5.
Gangguan Proses Pikir: Waham
6.
Resiko Bunuh Diri
7.
Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan Diagnosa 1. Harga Diri Rendah Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan
orang lain dan lingkungan. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, 1.2 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, 1.3 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 1.4 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 1.5 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.6 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif positif yang dimiliki 2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, 2.3. Utamakan memberi pujian yang realistis 2.4. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan : 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif positif yang dimiliki 3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4.Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan : 4.1
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 5.1 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien 5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 2: Menarik diri Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan: 2.1
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul
2.3
Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul
2.4
Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan : 3.1
Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2
Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan: 4.1
Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2
Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : ▪
K – P P
▪
K – P – P – P P lain
▪
K – P – P – P P lain – lain – K K lain
▪
K – Kel/Klp/Masy Kel/Klp/Masy
4.3
Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4
Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5
Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6
Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7
Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan: 5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain. 5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan: 6.1
6.2
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : keluarga :: ▪
Salam, perkenalan diri
▪
Jelaskan tujuan
▪
Buat kontrak
▪
Eksplorasi perasaan klien
Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : ▪
Perilaku menarik diri
▪
Penyebab perilaku menarik diri
6.3
▪
Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪
Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4
Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
6.5
Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
Diagnosa 3: Perilaku kekerasan TujuanUmum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan: 2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. 2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal. 2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang. 3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. Tindakan : 3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. 3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan. 3.3. Simpulkan bersama bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien. klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan: 4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?" 5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan: 5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. 5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. 5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat. 6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : 6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. 6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur. 6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung 6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran. 7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: 7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat. 7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. 7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. 7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. 7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah. 8) Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan : 8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. 8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: 9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping). 9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). 9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Diagnosa 4: Gangguan Proses Pikir : Waham Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan proses fikir yang berhubungan dengan
gangguan konsep diri (harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya) Tujuan khusus :
Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
1. Dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Jangan membantah dan mendungkung waham klien, katakan perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai ekspresi menerima, katakana perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien. 1.5 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan : 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki 2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, u tamakan memberi pujian yang realistis 2.3 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek asp ek positif yang dimiliki. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan : 3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki 3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Tindakan : 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 4.4 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 4.5 Beri pujian atas keberhasilan klien 4.6 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 5 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 5.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 5.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 5.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 5.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Diagnosa 5 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK Tujuan Umum
: Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri kebersihan diri,
berdandan, makan, BAB/BAK. Tujuan Khusus
:
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi
1)
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri 1.1 Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri. 1.2 Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri 1.3 Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri 1.4 Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2)
Melatih pasien berdandan/berhias 2.1 Untuk pasien laki-laki latihan meliputi: a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Bercukur 2.2 Untuk pasien wanita, latihannya meliputi : a. Berpakaian b. Menyisir rambut c. Berhias
3)
Melatih pasien makan secara mandiri 3.1 Menjelaskan cara mempersiapkan makan 3.2 Menjelaskan cara makan yang tertib 3.3 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan 3.4 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan melakukan BAB/BAK secara secara mandiri 4.1 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai 4.2 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK 4.3 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Diagnosa 6: perubahan persepsi sensorik : Halusinasi berhubungan dengan menarik diri Tujuan Umum : klien mampu mengontrol halusinasinya Tujuan khusus :
Klien mampu membina hubungan saling percaya
Klien dapat mengenal halusinasinya
Klien dapat mengotrol halusinasinya
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
TUK 1 1.
Pasien dapat membina hubungan saling percaya 1.1
Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1.2
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
1.3
Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai
1.4
Buat kontrak yang jelas
1.5
Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta menerima apa adanya
1.6
Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
1.7
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
1.8
Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi perasaan pasien.
2. Pasien dapat mengenal halusinasinya 2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap 2.2 Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non verbal) 2.3 Bantu mengenal halusinasi 2.4 Jika pasien tidak berhalusinasi, klarivikasi tentang adanya halusinasi , diskusikan dengn pasien isi, waktu, dan frekuensi halusinasi pagi,siang,sore, malam atau sering, jarang) 2.5 Diskusikan tentang apa yang dirasakan d irasakan saat terjadi halusinasi 2.6 Diskusikan tentang dampak yang dialami jika pasien menikmati halusinasi 3. Pasien dapat mengontrol halusinasinya Intervensi : 3.1 Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi 3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan pasien 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi 3.4 Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya. 3.5 Pantau pelaksanan tindakan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian. 4. Pasien dapat menggunakan obat dengan benar 4.1 Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi, efek samping minum obat. 4.2 Pantau saat pasien minum obat (pasien harus minum obat didepan perawat, dan benar benar meminum obat) 4.3 Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat 4.4 Beri reinforcmen jika pasien menggunakan obat dengan benar 4.5 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 4.6 Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Diagnosa 7: Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
Tindakan : melindungi klien Perawat yang dapat melakukan hal-hal berikut untuk melindungi klien yang mengancam atau berupaya bunuh diri. a. Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya c. Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya, jikia pasien mendapatkan obat d. Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai pasien melupakan keinginanya untuk bunuh diri.
2. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk bunuh diri
Tujuan : a.Klien a. Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya b. Klien dapat mengungkapkan perasaanya c. Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
Tindakan a. Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunug diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman dekat b. Meningkatkan
harga
diri
klien
dengan
memberikan
kesempatan
untuk
mengungkapkan perasaannya, berikan pujian untuk klien, menyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang lain c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara mendiskusikan dengan klien cara menyesaikan masalahnya, mendiskusikan efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
dengan klien
BAB III KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan B. Saran