MAKALAH
KETERAMPILAN KEPERAWATAN ANAK II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. U DENGAN
BBLR
RUANG NAKULA IV RSUD KOTA SEMARANG
Disusun oleh:
AHLUL HAQ NANDA PAMBAYUN
ARIFAH WAHYU NUR SEPTI
DEVI SELVIA FATMALA
YUKE DESSY ARLIYANA WANTI
TEGUH BUDI SAPUTRO
AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Keperawatan Anak II yang berjudul " BBLR ". Dalam penyusunan makalah
ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, akan tetapi berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberi pengarahan,
bimbingan, semangat serta doa untuk keberhasilan penulis, antara lain :
1. Ibu Dyah Restuning P, S.Kep, Ns. M.Kep, selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak II, yang telah membimbing dan memberi masukan
kepada penulis.
2. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Semarang, Oktober
2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada
masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi
makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya
karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada
mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan
dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masadepan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem
pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum
sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat).
Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas
generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan
perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi
seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian
dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan
perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi
dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan
tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.Oleh karena itu penulis
tertarik membahas tentang kasus BBLR pada bayi NY. "U" yang akan penulis
bahas pada BAB berikutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan Asuhan
keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi
berat lahir rendah.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi
dengan berat badan lahir rendah
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan
berat badan lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas
masalah keperawatan dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan
berat badan lahir rendah
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan pemberian
asuhan keperawatan pada bayi dengan bayi berat badan lahir rendah
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat
badan lahir rendah.
C. Sistematika Pembuatan Makalah
Untuk lebih sistematis dan terarah maka sistematika penulisan
makalah ini terdiri dari enam bab yaitu
1. BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan makalah.
2. BAB II : KONSEP DASAR, meliputi konsep dasar teoritis yang
terdiri dari pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda /
gejala-gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan diagnostik
serta konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
3. BAB III : TINJAUAN KASUS, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
4. BAB IV : PEMBAHASAN, menguraikan tentang permasalahan dan
kesenjangan antara tinjauan teoritis pada bab II dan tinjauan kasus
pada bab III.
5. BAB V : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah Bayi Berat Lahir
Rendah .
6. DAFTAR PUSTAKA, meliputi literatur buku yang menjadi landasan teori
dan terdiri dari beberapa literature yang mutakhir dalam 10 tahun
terakhir
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Indrasanto, 2008)
B. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan social
ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik
dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah,
ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi
radiasi dan zat-zat tertentu.
(Suryadi dan Yuliani, 2006 )
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada
bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-
paru pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai
akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian.
Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan
absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua
bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus
menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu
dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali.
Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system
integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya
lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu
mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah
karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan
suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko
mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh
(Ngastiyah, 2005)
D. Pathways
E. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
(Prawirohardjo. 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
(Ngastiyah, 2005)
G. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
1. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram,
dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
2. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui "jendela" atau "lengan
baju". Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam
keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi
dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
3. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
4. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi,
memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak
boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
5. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
6. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
"Umur/hari "Jmlh ml/kg BB "
"1 "50- 65 "
"2 "100 "
"3 "125 "
"4 "150 "
"5 "160 "
"6 "175 "
"7 "200 "
"14 "225 "
"21 "175 "
"28 "150 "
H. Pengkajian Fokus
1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks
tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas
dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
"ampelas" pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak
ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
6. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
(IDAI, 2004)
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di
rongga paru
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi
imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)
J. Intervensi Keperawatan
"NO "TUJUAN "INTERVENSI "
"1. "Setelah mendapat tindakan "Monitor pernafasan "
" "keparawatan 3x24 jam tidak "(kedalaman, irama, frekuensi "
" "terjadi gangguan jalan ") "
" "nafas(nafas efektif) "Atur posisi kepala lebih "
" "Kriteria Hasil : "tinggi "
" "Akral hangat "Monitor keefektifan jalan "
" "Tidak ada sianosis "nafas, kalau kerlu lakukan "
" "Tangisan aktif dan kuat "suction. "
" "RR : 30-40x/mt "Lakukan auskultasi bunyi "
" "Tidak ada retraksi otot "nafas tiap 4 jam "
" "pernafasan "Perthankan pemberian O2 "
" " "Pertahankan bayi pada "
"2. " "inkubator dengan penghangat "
" " "Kolaborasii untuk X foto "
" "Setelah mendapatkan "thorax "
" "tindakan keperawatan 3x24 " "
" "jam tidak terjadi gangguan "Pertahankan bayi pada "
" "hipotermi "inkubator dengan kehangatan "
" "Kriteria Hasil : "37oC "
" "Badan hangat "Beri popok dan selimut sesuai"
" "Suhu : 36,5-37oC "kondisi "
" " "Ganti segera popok yang basah"
" " "oleh urine atau faeces "
" " "Hindarkan untuk sering "
"3. " "membuka penutup karena akan "
" " "menyebabkan fluktuasi suhu "
" " "dan peningkatan laju "
" "Setelah mendapat tindakan "metabolisme "
" "keperawatan 3x24 jam tidak "Atur suhu ruangan dengan "
" "terjadi infeksi "panas yang stabil "
" "Kriteria Hasil : "Monitor tanda-tanda "
" "Tidak ada tanda-tanda "infeksi(tumor,dolor,rubor,cal"
" "infeksi(tumor,dolor,rubor,c"or,fungsiolaesa) "
" "alor,fungsiolaesa) "Lakukan cuci tangan sebelum "
" "Suhu tubuh normal "dan sesudah kontak dengan "
" "(36,5-37oC) "bayi "
" " "Anjurkan kepada ibu bayi "
" " "untuk memakai jas saat masuk "
" " "ruang bayi dan sebelum "
" " "dan/sesudah kontak cuci "
" " "tangan "
"4. " "Barikan gizi (ASI/PASI) "
" " "secara adekuat "
" " "Pastikan alat yang kontak "
" " "dengan bayi bersih/steril "
" "Setelah tindakan "Berikan antibiotika sesuai "
" "keperawatan 3x24 jam tidak "program "
" "terjadi gangguan nutrisi "Lakukan perawatan tali pusat "
" "Kriteria Hasil : "setiap hari "
" "Diet yang diberikan habis " "
" "tidak ada residu "Kaji refleks menghisap dan "
" "Reflek menghisap dan "menelan "
" "menelan kuat "Monitor input dan output "
" "BB meningkat 100 gr/3hr. "Berikan minum sesuai program "
" " "lewat sonde/spin "
" " "Sendawakan bayi sehabis minum"
" " "Timbang BB tiap hari. "
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2014 jam 08.00 WIB
1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 16 Oktober 2014/ 1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 16 Oktober 2014 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius
Nama Penanggung Jawab
a. Nama Ayah : Tn. W
b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Bayi lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD Kota Semarang
secara spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir
yaitu 1060 gram. Selain itu setelah lahir bayi tidak langsung
menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6 (asfiksia sedang), oleh
karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk mendapat
tindakan lebih lanjut.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di
bidan tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat
penyakit kehamilan TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.
b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan
bayi lahir pada jam 14.45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir
1060 gram.
c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung
dipasang kanul O2 dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai
apgar score 4-5-6, keadaan lemah, nafas tidak teratur.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Genogram
Keterangan
= Laki-laki = Pasien
= Perempuan = Tinggal serumah
6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh
perawat dan sesekali ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah
sakit.
b. Hubungan dengan Keluarga
Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak
boleh melihat bayinya karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.
7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali
sekitar 30 cc melalui selang OGT
b. Eliminasi Urine dan Feses
Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek
cair, bau khas feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti
setian 6 jam sekali dan terisi ± 100 cc
c. Istirahat dan Tidur
Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor
setelah BAB dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam
d. Peran dan Hubungan
Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan
selama ini ibu bayi menengok keruang perinatologi
e. Toleransi Stress dan Koping
Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator
b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam
e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak
ikterik
f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit
g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering
h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka
i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit
- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris
- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical
- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit
- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten
o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup
9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%
10. Data Penunjang
Laboratorium tanggal 16-10-2014
"Pemeriksaan "Hasil "Satuan "Nilai Normal "
"Hematologi " " " "
"Hemoglobin "15.9 "g/Dl "12.0-16.0 "
"Hematokrit "49.50 "% "37-47 "
"Jumlah Eritrosit "4.14 "/Ul "4.2-5.4 "
"Jumlah Lekosit "24.7 "/Ul "4.8-10.8 "
"Jumlah Trombosit "249 "10^3/ul "150-400 "
"Kimia Klinik " " " "
"Natrium "137.0 "mmol/L "134.0-147.0 "
"Kalium "5.30 "mmol/L "3.50-5.20 "
"Calsium "1.20 "mmol/L "1.12-1.32 "
B. ANALISA DATA
"NO "DATA "PROBLEM "ETIOLOGI "
"1 "DS : - "Resiko "Jaringan lemak "
" "DO : "hipotermi "subkotis tipis "
" "Akral sedikit dingin " " "
" "Lahir premature 30 " " "
" "minggu " " "
" "BBLRS 1060 gram " " "
" "Suhu tubuh 36,2°C " " "
" "Perawatan dalam " " "
" "inkubator " " "
"2 "DS : - "Resiko Infeksi"Prematuritas "
" "DO : " "dan system imun"
" "Keadaan umum lemah " "yang tidak "
" "Lahir premature 30 " "adekuat "
" "minggu " " "
" "BB 1060 gram " " "
" "Suhu tubuh 36,2°C " " "
" "Lekosit 24.7/uL " " "
"3 "DS : - "Ketidakseimban"Prematuritas, "
" "DO : "gan nutrisi : "ketidakmampuan "
" "Terpasang selang OGT "kurang dari "mengabsorbsi "
" "Reflek hisap lemah "kebutuhan "nutrisi "
" "BB 1060 gram "tubuh " "
" "Terpasang infus " " "
" "umbilical D5% " " "
"4 "DS : - "Ketidakefektif"Penumpukan "
" "DO : "an jalan "cairan di "
" "Terpasang ventilator "nafas "rongga paru "
" "2lt/menit " " "
" "RR 40x/menit " " "
" "Perkusi paru dullness " " "
" "Auskultsi paru ronkhi " " "
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
"NO "TANGGAL "DIAGNOSA KEPERAWATAN "PARAF "
"1 "17/10/2014"Ketidakefektifan jalan nafas " "
" " "berhubungan dengan penumpukan cairan " "
" " "dirongga paru " "
"2 "17/10/2014"Resiko hipotermi berhubungan dengan " "
" " "jaringan subkotis tipis " "
"3 "17/10/2014"Ketidakefektifan nutrisi : kurang " "
" " "darin kebutuhan tubuh berhubungan " "
" " "dengan prematuritas, ketidakmampuan " "
" " "mengabsorbsi nutrisi " "
"4 "17/10/2014"Resiko infeksi berhubungan dengan " "
" " "Prematuritas dan system imun yang " "
" " "tidak adekuat " "
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
"NO "DIAGNOSA "INTERVENSI KEPERAWATAN "TT "
" "KEPERAWATAN " " "
" " "TUJUAN "TINDAKAN "RASIONAL " "
"1 "Ketidakefektifa"Setelah "Observasi "Sebagai " "
" "n pola nafas "dilakukan "TTV, cuping"acuan " "
" "berhubungan "tindakan "hidung, "penatalaksa" "
" "dengan "keperawatan "retraksi "naan " "
" "penumpukan "selama 3x24 "dada "tindakan " "
" "cairan dirongga"jam jalan "Berikan "Mensuplai " "
" "paru, penurunan"nafas "terapi O2 "O2 dalam " "
" "ekspansi paru "adekuat, "2lt/menit "tubuh " "
" " "dengan "Posisikan "Memberikan " "
" " "kriteria "klien semi "rasa nyaman" "
" " "hasil : "fowler "klien " "
" " "Pernafasan "Jaga "Jalan nafas" "
" " "adekuat 16-30"kepatenan "tidak ada " "
" " "x/menit "jalan nafas"sumbatan " "
" " "Perkusi paru ": suction " " "
" " "sonor " " " "
" " "Auskultasi " " " "
" " "vesikuler " " " "
" " "Tidak ada " " " "
" " "penumpukan " " " "
" " "cairan di " " " "
" " "paru " " " "
"2 "Resiko "Setelah "-Pantau "Sebagai " "
" "hipotermi "dilakukan "suhu setiap"acuan " "
" "berhubungan "tindakan "3 jam "penatalaksa" "
" "dengan jaringan"keperawatan "sekali "naan " "
" "subkotis tipis "selama 3x24 " "tindakan " "
" " "jam hipotermi" "Mengikuti " "
" " "tubuh stabil "-Atur suhu "program " "
" " ", dengan "incubator "yang " "
" " "kriteria "sesuai "dianjurkan " "
" " "hasil : "indikasi " " "
" " "Suhu tubuh "-Hindarkan " " "
" " "normal "bayi kontak" " "
" " "36-37,5°C "langsung " " "
" " "Akral hangat "dengan " " "
" " "Bayi tidak "sumber "- Menjaga " "
" " "menggigil "dingin/pana"kenyamanan " "
" " " "s "klien " "
" " " "-Ganti " " "
" " " "popok bila " " "
" " " "basah " " "
"3 "Ketidakefektifa"Setelah "Monitor BB "mengetahui " "
" "n nutrisi : "dilakukan "klien "perkembanga" "
" "kurang dari "tindakan " "n nutrisi " "
" "kebutuhan tubuh"keperawatan " "bayi " "
" "berhubungan "selama 3x24 " " " "
" "dengan "kebutuhan "Pasang "membantu " "
" "prematuritas, "nutrisi "selang OGT "suplai " "
" "ketidakmampuan "terpenuhi , " "nutrisi " "
" "mengabsorbsi "dengan " "untuk tubuh" "
" "nutrisi "kriteria "Kaji "indikasi " "
" " "hasil : "kemampuan "bayi mampu " "
" " "BB seimbang "reflek "menyerap " "
" " "2500-3500 "hisap "nutrisi " "
" " "gram " "mengatur " "
" " "Reflek hisap "Monitor "keseimbanga" "
" " "kuat "asupan "n cairan " "
" " "Intake ASI "intake dan "pada klien " "
" " "adekuat "output " " "
" " " "cairan "asupan " "
" " " "Kolaborasi "nutrisi " "
" " " "dengan ahli"bayi bisa " "
" " " "gizi untuk "tercukupi " "
" " " "pemberian " " "
" " " "nutrisi " " "
"4 "Resiko infeksi "Setelah "Pantau "Sebagai " "
" "berhubungan "dilakukan "tanda "acuan " "
" "dengan "tindakan "gejala "penatalaksa" "
" "Prematuritas "keperawatan "infeksi : "naan " "
" "dan system imun"selama 3x24 "suhu, "tindakan " "
" "yang tidak "tidak terjadi"lekosit, " " "
" "adekuat "infeksi, "penurunan " " "
" " "dengan "BB "Memberi " "
" " "kriteria "Batasi "kenyamanan " "
" " "hasil : "jumlah "pada klien " "
" " "Tidak ada "pengunjung " " "
" " "tanda tanda " " " "
" " "infeksi " "Agar tidak " "
" " "Jumlah "Gunakan "terjadinya " "
" " "lekosit dalam"teknik "infeksi " "
" " "batas normal "aseptic "pada klien " "
" " "5000-10000 "selama " " "
" " " "berinteraks" " "
" " " "i dengan "Menjaga " "
" " " "klien "incubator " "
" " " "Bersihkan "tetap " "
" " " "incubator "terjaga " "
" " " "secara "kebersihann" "
" " " "berkala "ya " "
" " " " "Mencegah " "
" " " "Berikan "penyebaran " "
" " " "anti biotik"infeksi " "
" " " "sesuai " " "
" " " "advis " " "
" " " "dokter " " "
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
"NO "TANGGAL "TINDAKAN "RESPON KLIEN "TT "
"DX "JAM " " " "
"1,2"17 Okt " " " "
",3,"2014 "- Mengobservasi "S : - " "
"4 "08.00 "ttv,cuping hidung "O : Nadi : " "
" " "retraksi dada "132x/mnt , RR : " "
" " " "40x/mnt , S : " "
" " " "36,2 " "
"1 "09.00 "-Memberikan terapi O2 " " "
" " "2ltr/menit "S : - " "
" " " "O : klien tampak " "
" " " "terpasang " "
" " " "ventilator O2 " "
"1 "10.00 " "2ltr/mnt dengan " "
" " "-Memposisikan semi fowler"SPO2 98% " "
" " " " " "
" " " "S : - " "
" " " "O: klien tampak " "
"2 "10.30 " "nyaman dengan " "
" " "-Memantau suhu klien "posisi semi " "
" " " "fowler " "
"3 "11.00 "-Memonitor BB klien " " "
" " " "S : - " "
" " " "O : Suhu klien " "
" " " "36,2 " "
" " " " " "
"4 "12.00 "-Membersihkan incubator "S : - " "
" " "secara berkala "O : BB : 1060 " "
" " " "gram , LD : 26 cm" "
" " " ", PB : 34cm , LK " "
" " " ": 23cm " "
" " " " " "
" " " "S : - " "
" " " "O : Incubator " "
" " " "tampak bersih " "
"3 "14.00 "-mengkaji reflek hisap "S : - " "
" " " "O : Reflek hisap " "
" " " "klien tampak " "
" " " "lemah " "
"3 "15.00 "-memasang selang OGT "S : - " "
" " " "O : Terpasang " "
" " " "selang OGT pada " "
" " " "klien " "
"3 "18.00 "-mengkolaborasi dengan "S : - " "
" " "ahli gizi untuk pemberian"O : klien " "
" " "nutrisi "mendapat diit " "
" " " "susu 30cc/OGT " "
"1 "18 oktober"memberikan terapi O2 "S : - " "
" "2014 "2lt/menit "O : klien tampak " "
" "03.00 " "terpasang " "
" " " "ventilator O2 " "
" " " "2ltr/mnt dengan " "
" " " "SPO2 88% " "
"1 "05.00 "menjaga kepatenan jalan "S : - " "
" " "nafas : suction "O : Cairan dalam " "
" " " "tabung suction " "
" " " "tampak jernih " "
"1,2"10.00 "- mengobservasi "S : - " "
",3," "ttv,cuping hidung "O : Suhu : 36°C " "
"4 " "retraksi dada "Nadi : " "
" " " "100x/menit, RR : " "
" " " "48/menit " "
"4 "10.15 "- memberikan anti biotik "S : - " "
" " "sesuai advis dokter "O : klien " "
" " " "mendapat terapi " "
" " " "PO Ferlin drop " "
" " " "1x0,3cc " "
"3 "12.00 "mengkaji kemampuan reflek"S : - " "
" " "hisap "O : reflek " "
" " " "hisapklien masih " "
" " " "tampak lemah " "
"2 "13.00 "mengatur suhu incubator "S : - " "
" " "sesuai indikasi "O : Terlihat suhu" "
" " " "incubator klien " "
" " " "34oC " "
"4 "17.00 "membatasi jumlah "S :- " "
" " "pengunjung "O : tampak hanya " "
" " " "ada satu " "
" " " "pengunjung di " "
" " " "ruangan " "
"3 "17.30 "Memonitor asupan intake "S : - " "
" " "dan output cairan "O : terlihat diit" "
" " " "yang diberikan " "
" " " "habis, tidak ada " "
" " " "residu " "
"3 "20.00 "- mengkolaborasi dengan "S : - " "
" " "ahli gizi untuk pemberian"O : klien " "
" " "nutrisi "mendapat diit " "
" " " "susu BBLR " "
" " " "30cc/OGT " "
"1,2"19 oktober"- mengobservasi "S : - " "
",3,"2014 "ttv,cuping hidung "O : suhu : 36,4oC" "
"4 "10.00 "retraksi dada ", nadi : " "
" " " "100x/menit RR : " "
" " " "45x/menit " "
"1 "10.20 "- Memberikan terapi O2 "S : - " "
" " "2ltr/menit "O : klien masih " "
" " " "tampak terpasang " "
" " " "ventilator O2 " "
" " " "2ltr/mnt dengan " "
" " " "SPO2 90% " "
"2 "12.00 "- Mengganti popok bila "S : ( klien " "
" " "basah "menangis) " "
" " " "O : klien tampak " "
" " " "menangis saat " "
" " " "popoknya diganti " "
"4 "12.15 "menggunakan teknik " " "
" " "aseptic selama " " "
" " "berinteraksi dengan klien" " "
"4 "12.40 "memberikan anti biotik "S : - " "
" " "sesuai advis dokter "O : klien " "
" " " "terpasang infus " "
" " " "umbilical 5% " "
" " " "dengan teraphi PO" "
" " " "Ferlin drop " "
" " " "1x0,3cc " "
"3 "14.00 "mengkolaborasi dengan "S : - " "
" " "ahli gizi untuk pemberian"O : klien masih " "
" " "nutrisi "terpasang OGT " "
" " " "dengan diit 30cc " "
" " " " " "
F. EVALUASI
"NO "TANGGAL "EVALUASI "TT "
"DX "JAM " " "
"1 "17-10-2014"S : - " "
" "14.00 "O : Klien tampak terpasang ventilator O2 " "
" " "2ltr/mnt dengan SPO2 98% , auskultasi paru" "
" " ": ronchi " "
" " "A : Masalah teratasi sebagian " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Berikan terapi O2 2lt/m " "
" " "Jaga kepatenan jalan napas (suction) " "
" " "Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada " "
"2 "14.00 "Posisikan klien semi fowler " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Suhu : 36,2 " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Atur suhu incubator sesuai indikasi " "
" " "Pantau suhu setiap 3 jam sekali " "
" " "Ganti popok bila basah " "
" " "Hindarkan bayi kontak langsung dengan " "
"3 "14.00 "sumber dingin/panas " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : BB : 1060gram " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Monitor BB klien " "
" " "Monitor asupan intake dan output cairan " "
" " "Kaji kemampuan reflek hisap " "
" " "Pasang selang OGT " "
" " "Kolaborasi dengan ahli gizi untuk " "
"4 "14.00 "pemberian nutrisi " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Hasil leukosit klien 24.7 " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "pantau tanda gejala infeksi suhu , " "
" " "lekosit, penurunan BB " "
" " "berikan antibiotic sesuai advis dokter " "
" " "batasi jumlah pengunjung " "
" " "gunakan tekhnik aseptic selama " "
"1 "18-10-2014"berinteraksi dengan klien " "
" "14.00 " " "
" " "S : - " "
" " "O : Cairan dalam tabung suction tampak " "
" " "jernih " "
" " "A : Masalah teratasi sebagian " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Berikan terapi O2 2lt/m " "
" " "Jaga kepatenan jalan napas (suction) " "
"2 "14.00 "Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada " "
" " "Posisikan klien semi fowler " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Suhu : 36oC " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Atur suhu incubator sesuai indikasi " "
" " "Pantau suhu setiap 3 jam sekali " "
" " "Ganti popok bila basah " "
"3 "14.00 "Hindarkan bayi kontak langsung dengan " "
" " "sumber dingin/panas " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Klien tampak masih terpasang OGT " "
" " "dengan diit 30cc " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Monitor BB klien " "
" " "Monitor asupan intake dan output cairan " "
"4 "14.00 "Kaji kemampuan reflek hisap " "
" " "Kolaborasi dengan ahli gizi untuk " "
" " "pemberian nutrisi " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Leukosit 24.7 " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "pantau tanda gejala infeksi suhu , " "
" " "lekosit, penurunan BB " "
" " "berikan antibiotic sesuai advis dokter " "
" " "gunakan teknik aseptic selama berinteraksi" "
"1 "19-10-2014"dengan klien " "
" "14.00 "bersihkan incubator secara berkala " "
" " " " "
" " " " "
" " "S : - " "
" " "O : Klien tampak terpasang ventilator O2 " "
" " "2ltr/mnt dengan SPO2 90% , auskultasi : " "
" " "ronchi " "
" " "A : Masalah teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
"2 "14.00 "Berikan terapi O2 2lt/ " "
" " "Jaga kepatenan jalan napas (suction) " "
" " "Observasi ttv,cuping hidung,retraksi dada " "
" " "Posisikan klien semi fowler " "
" " " " "
" " " " "
" " "S :- " "
" " "O : Suhu 36,4oC " "
" " "A : Masalah teratasi sebagian " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "Atur suhu incubator sesuai indikasi " "
"3 "14.00 "Pantau suhu setiap 3 jam sekali " "
" " "Hindarkan bayi kontak langsung dengan " "
" " "sumber dingin/panas " "
" " "Ganti popok bila basah " "
" " " " "
" " " " "
" " "S :- " "
" " "O : Klien tampak masih terpasang infus " "
" " "umbilikel 5% " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
"4 "14.00 "Monitor BB klien " "
" " "Monitor asupan intake dan output cairan " "
" " "Kaji kemampuan reflek hisap " "
" " "Pasang selang OGT " "
" " "Kolaborasi dengan ahli gizi untuk " "
" " "pemberian nutrisi " "
" " " " "
" " "S : " "
" " "O : Hasil leukosit 24,7 " "
" " "A : Masalah belum teratasi " "
" " "P : Lanjutkan intervensi " "
" " "pantau tanda gejala infeksi suhu , " "
" " "lekosit, penurunan BB " "
" " "berikan antibiotic sesuai advis dokter " "
" " "batasi jumlah pengunjung " "
" " "gunakan teknik aseptic selama berinteraksi" "
" " "dengan klien " "
" " "bersihkan incubator secara berkala " "
" " " " "
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang
kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan
Keperawatan pada By. Ny. U dengan BBLR, Asfiksia di Ruang Nakula IV
RSUD Kota Semarang. Pembahasan ini terdiri dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi. kelompok akan membahas secara
lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan pada tanggal 17
Oktober - 19 Oktober 2014.
Diagnosa yang muncul
Penulis melakukan pengkajian pada hari selasa tanggal 17 Oktober
2014 pada pukul 08.00 WIB diruang Nakula IV RSUD Kota Semarang. Pada
bab pembahasan ini kelompok akan melakukan penjelasan tentang Asuhan
Keperawatan Pada By. Ny. U dengan Diagnosa BBLR, Asfiksia. kelompok
akan menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan dengan
teori serta dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang
berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek.
Ini didukung oleh data pasien yang menunjukkan pada Riwayat Penyakit
Sekarang Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir
sangat rendah yaitu 1060 gram.
Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan 4 diagnosa
untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu yang pertama
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
dirongga paru, penurunan ekspansi paru, yang kedua Resiko hipotermi
berhubungan dengan jaringan subkotis tipis, yang ketiga
Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi, dan yang ke
empat Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun
yang tidak adekuat
Diagnosa Prioritas utama yang kelompok ambil adalah
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
dirongga paru, penurunan ekspansi paru
1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan
dirongga paru.
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
adalah ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi
saluran nafas guna mempertahankan jalan nafas yang bersih. Pada
bayi prematur dan bblr biasanya sistem pernafasan belum matang
sehingga pernafasan belum sempurna ditambah ketuban pecah sebelum
kelahiran beresiko masuk kedalam paru bayi yang berakibat pada saat
pemeriksaan fisik paru akan didapatkan suara ronchi.
Batasan karakteristik : dispnea, suara nafas tambahan (ronchi
atau weezing), perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
sianosis, penurunan suara nafas, sputum berlebih, gelisah serta
mata terbelalak.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu: Observasi TTV : cuping
hidung, retraksi dada, Berikan terapi O2 2lt/menit, Posisikan klien
semi fowler, Jaga kepatenan jalan nafas : suction Kemudian
implementasi yang kelompok lakukan sesuai dengan intervensi selama
3 hari 3x24 jam adalah: mengobservasi TTV : cuping hidung, retraksi
dada, memberikan terapi O2 2lt/menit, memposisikan klien semi
fowler, menjaga kepatenan jalan nafas : suction Dari intervensi dan
implementasi yang telah dilakukan, kelompok mendapatkan evaluasi
pada hari ke 3 tanggal 19 oktober 2014 pukul 14.00 yaitu: dari data
objektif klien masih menangis lemah, RR 44x/ menit, SPO2 98%.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, hipotermi berhubungan
dengan jaringan lemak subkotis tipis adalah suhu tubuh dibawah
rentang normal akibat jaringan lemak dibawah subkutis sangat tipis.
Karena cadangan lemak di subkutis pada bayi prematur dan bblr
kurang, maka tubuh tidak dapat menyimpan panas yang berakibat mudah
kehilangan panas sehingga menyebabkan hipotermi. Batasan
karakteristik : kulit dingin, bantalan kuku sianosis, hipertensi,
pucat, merinding, penurunan suhu dibawah rentang normal, menggigil,
pengisian ulang kapiler lambat, takikardia.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau suhu setiap 3
jam sekali, Atur suhu incubator sesuai indikasi, Hindarkan bayi
kontak langsung dengan sumber dingin/panas, Ganti popok bila basah.
Kemudian implementasi yang kelompok lakukan, sudah sesuai dengan
intervensi dan dilaksanakan selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan,
kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober
2014 pukul 14.00 yaitu : dari data subjektif ditemukan data Suhu
36,4Oc
3. Ketidakefektifan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2012, Ketidakefektifan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
prematuritas, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi adalah Asupan
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic. Pada
bayi prematur dan bblr biasanya ditemukan reflek menelan dan hisap
yang belum sempurna sehingga intake nutrisi yang dibutuhkan tubuh
menjadi terganggu, maka terjadilah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Batasan karakteristik menolak makan, kurangnya makanan,
diare, bising usus hiperaktif, kurangnya minat terhadap
makanan,membrane mukosa pucat. Intake tidak adekuat menyebabkan
nutrisi kurang karena apabila masukan makanan klien tidak adekuat
maka nutrisi yang masuk tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolismenya sehingga terjadi kekurangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Data yang terdapat dalam teori dan data yang
diperoleh dari klien terdapat kesesuain atau tidak ditemukan
kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan data refles hisap pada
klien belum ada, dank lien hanya bisa mengabsorbsi nutrisi melalui
selang OGT. Diagnosa tersebut menjadi prioritas ketiga karena
Apabila kebutuhan nutrisi kurang terus menerus dan tidak segera
ditangani pasien akan menimbulkan penurunan penyaluran oksigen ke
jaringan karena Hb terus menurun.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Monitor BB klien,
Pasang selang OGT, Kaji kemampuan reflek hisap, Monitor asupan
intake dan output cairan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai
dengan intervensi selama 3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan,
kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober
2014 pukul 14.00 yaitu: reflek hisap bayi masih lemah, selang OGT
masih terpasang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang
tidak adekuat
Menurut buku diagnose NANDA 2012, Resiko infeksi berhubungan
dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat adalah
beresiko terhadap invasi organisme pathogen. Karena pada bayi
prematur dan bblr sistem imun sebagai pertahanan atau kekebalan
tubuh yang belum adekuat akan menyebabkan mudahnya virus/bakteri
akan masuk kedalam tubuh dan terjadilah infeksi. Pada data
pengkajian ditemukan tanda-tanda resiko infeksi pada klien meliputi
: kadar leukosit diatas normal yaitu 24,7/uL.
Batasan Kharakteristik : penekanan system imun, pertahanan
sekunder yang tidak memadai (HB turun Leukositopenia, dan supresi
respon inflamasi), malnutrisi, ketuban pecah, kerusakan
jaringan,trauma.
Intervensi yang kelompok ambil yaitu : Pantau tanda gejala
infeksi : suhu, lekosit, penurunan BB, Batasi jumlah pengunjung,
Gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien, Bersihkan
incubator secara berkala, Berikan anti biotik sesuai advis dokter
dan kelompok sudah melakukan implementasi sesuai intervensi selama
3x24 jam.
Dari intervensi dan implementasi yang telah dilakukan,
kelompok mendapatkan evaluasi pada hari ke 3 tanggal 19 oktober
2014 pukul 14.00 yaitu: dari data subyektif kadar lekosit 24.7
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada pada bayi dengan
berat lahir yaitu : bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi, berat
lahir rendah adalah yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah bayi
lahir
Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada
besara kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi,
maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator. Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.. Bayi berat
rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat
rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan berat badan lahir
rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan
melalui "jendela" atau "lengan baju". Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Bayi preterm
dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan
gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi
dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
B. Saran
- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar
dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik
dari pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR.
Ilmu yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
pencegahan bayi BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial.
Jakarta : JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
-----------------------
Faktor Pencetus
Faktor Janin
1. Hydroamnion
2. Kehamilan multiple/ganda
3. Kelainan kromosom
Faktor Lingkungan
1. Tempat tinggal di dataran tinggi
2. Radiasi
3. Zat-zat beracun
Faktor Ibu
1. Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, dll)
2. Faktor usia
BBLR
Reflek menelan dan menghisap blm sempurna
Kulit tipis dan lemak subcutan kurang
Imaturitas system pernafasan
Intake nutrisi tidak adekuat
Pernafasan belum sempurna
Tidak dapat menyimpan panas
Asupan gizi kurang
O2 dalam darah CO2
Mudah kehilangan panas
Sel-sel kekurangan nutrisi
kedinginan
O2 dalam sel darah rendah Co2 tinggi
Kerusakan sel
hipotermi
Asidosis respiratoris
Penurunan BB/kematian
Gangguan pertukaran gas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh