MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN POST OP SECTIO CAESAREA+MOW
Disusun Oleh:
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI-NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH PRINGSEWU-LAMPUNG 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi dimasa sekarang ini, dimana seseorang dengan mudahnya memperoleh informasi yang yang diinginkan diinginkan termasuk informasi didunia kesehatan yang membahas tentang tindakan persalinan dengan cara sectio caesarea, bahkan mungkin dengan berjalannya waktu sectio caesarea akan menjadi sesuatu yang biasa dalam kelahiran, dimana sectio caesar dilakukan atas permintaan penderita. Makin dikenalnya tindakan persalinan dengan cara sectio caesarea dan bergesernya pandangan masyarakat akan metode persalinan yang dilakukan menjadikan tindakan operasi sectio caesarea sebagai suatu fenomena yang baru dan tidak lagi tabu untuk dibicarakan dan dilakukan di masyarakat ( Gondo, 2006 ). Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus ( Wiknjosastro, 2007 ). Sectio caesarea ini diperlukan jika persalinan normal atau pervaginam tidak mungkin dilakukan, dengan keadaan abnormalitas pada bayi, ibu yang memiliki kelainan plasenta, perdarahan hebat dan mencegah kematian janin, ( Liu, 2008 ). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram ( Ilmu Bedah Kebidanan, Kebidanan, 2004 ). Menurut badan kesehatan dunia WHO, wanita yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan dengan 529.000 kematian permenitnya dan presentasi operasi operasi sectio caesarea lebih dari 10- 15 % pertahunnya. WHO memperkirakan bahwa rata-rata bedah sectio caesarea ada diantara 10 – 15 % dari seluruh kelahiran di negara-negara berkembang ( Dewi, 2007 ). Angka persalinan dengan cara sectio caesarea di negara maju meningkat dari 5% menjadi 15%. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh mode, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang
sempurna, sebagian lagi karena perubahan pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak ( LLewellyn, 2009). 2009). Jumlah persalinan sectio caesarea di Indonesia sendiri, terutama di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total jumlah persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30 – 30 – 80% 80% dari total jumlah persalinan ( Nurasyid, 2009 ) Penelitian yang dilakukan oleh Sarmana ( 2004 ) di rumah sakit St Elizabet Medan menunjukan bahwa permintaan persalinan sectio ceasarea paling banyak dilakukan oleh ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya. Faktor yang paling dominan mendorong ibu bersalin meminta persalinan sectio caesarea adalah karena rasa sakit pada persalinan sebesar 96,5 %. Alasan ibu untuk melahirkan secara sectio caesarea adalah : 1) kesehatan lebih terjamin terutama untuk kesehatan bayi maupun ibu sebesar (53,5 %), 2) karena ingin sekaligus sterilisasi (35,5 %), 3) Kosmetik sex (25 %) oleh karena ibu ingin mempertahankan tonus vagina tetap utuh, 4) akibat trauma persalinan yang lalu (21,5 %) misalnya ; ekstraksi vakum, 5) rasa sakit pada persalinan alami menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan ibu sehingga ibu lebih memilih sectio caesarea dari pada persalinan persal inan spontan ( Sarmana, 2004 ). Keluarga berencana merupakan suatu perencanaan tentang waktu yang tepat untuk memiliki anak. Di dalam keluarga berencana terdapat teknik kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan sebagai upaya untuk mengatur kehamilan. Jika pasangan yang sudah menikah memiliki kesuburan baik, 90% pasangan wanita akan hamil dalam satu tahun bila mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi (Gunningham, et al., 1997). Oleh karena itu untuk pengaturan waktu kehamilan, tidak terlepas dari peran alat kontrasepsi. Kehamilan tak terencana dapat menyebabkan gangguan mayor di dalam kehidupan seorang wanita yang berdampak pada kesehatan ibu dan neonatus. Kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba Fallopii / tuba uterina. Metode kontrasepsi merupakan usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi akibat kehamilan. setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga
terkadang pemilihannya menjadi masalah bagi wanita. kontrasepsi tubektomi merupakan
kontrasepsi
jangka
panjang
(permanen)
dan
relatif
tidak
menimbulkan efek samping, tetapi yang menjadi masalah adalah operasi pengembalian fekunditas bagi pasangan yang ingin mengubah rencana untuk menambah anak lagi belum dapat dijamin dan biaya yang diperlukan sangat mahal. kontrasepsi tubektomi dianjurkan bagi mereka yang sudah mempunyai anak minimal 2 orang dan usia ibu di atas 35 tahun. hal ini disebabkan karena kehamilan usia di atas 35 tahun berisiko tinggi dan sangat rentan terhadap penyakit. Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval haid. Pasca persalinan, tubektomi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam pertama atau selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka tubektomi akan dipersulit oleh edema tuba uterina, infeksi dan kegagalan. Edema tuba uterina akan berkurang setelah hari VII-X pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu akan lebih dipersulit oleh adanya penciutan alat-alat genital dan mudahnya terjadi perdarahan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan penulisan laporan kasus ini diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Sectio caesarea+MOW dengan menerapkan proses keperawatan 2. Tujuan Khusus Perawat a. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW. b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW c. Untuk mengetahui nursing care plan pada pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW d. Untuk mengetahui implementasi pada pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW
e. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW
3. Tujuan Khusus Klien Klien dapat mengetahui tentang Sectio caesarea+MOW dan tindakan keperawatan pada Sectio caesarea+MOW.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Profesi Keperawatan Memberikan gambaran bagi perawat mengenai asuhan keperawatan pada pasien post op Sectio caesarea+MOW sehingga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit 2. Bagi Institusi Pelayanan/Rumah Sakit Memberikan wacana dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dengan salah satu caranya yakni mengembangkan metode pendekatan mental/ psikologis dan spiritual/ religi terhadap pasien post op Sectio caesarea+MOW di unit pelayanannya. 3. Bagi Penulis Mengetahui bentuk-bentuk asuhan yang diperlukan oleh pasien dengan post op Sectio caesarea+MOW baik dalam bentuk asuhan keperawatan dalam segi psikis ataupun fisik.
D. Metode dan Teknik Penulisan
Penulis menggunakan studi pustaka dengan cara membaca dan mencari materi dari berbagai sumber untuk mendapatkan dasar-dasar ilmiah yang berhubungan dengan pembuatan laporan ini.
E. Sistematika Penulisan
a.
BAB I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
b.
BAB II Tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep dasar yang meliputi materi yang diperoleh dari berbagai referensi.
c.
BAB III Tinjauan kasus yang berisi, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
d.
BAB IV Pembahasan yang terdiri atas pembahasan dari kasus yang ada dan kesesuaian atau tidak dengan materi yang telah dipaparkan.
e.
BAB V Penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005) Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
B. Etiologi 1. Indikasi SC, Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah : a. Prolog labour sampai neglected labour. b. Ruptura uteri imminen c. Fetal distress d. Janin besar melebihi 4000 gr e. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001) 2. Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah : a. Letak lintang Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain. b. Letak belakang Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga. c. Plasenta previa sentralis dan lateralis
d. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil. e. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya. f.
Partus lama
g. Partus tidak maju. h. Pre-eklamsia dan hipertensi i.
Distosia serviks
C. Tujuan Sectio Caesarea Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
D. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC) 1. Abdomen (SC Abdominalis) a. Sectio Caesarea Transperitonealis b. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri. c. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus. 2. Sectio caesarea ekstraperitonealis Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. 3. Vagina (sectio caesarea vaginalis) 4. Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila : a. Sayatan memanjang (longitudinal) b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian) 5. Sectio Caesarea Klasik (korporal) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm. Kelebihan menyebabkan
:
Mengeluarkan
komplikasi
kandung
janin
lebih
kemih
memanjang,
tertarik,
Sayatan
Tidak bisa
diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan :Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang baik. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim. 6.
Sectio Caesarea (Ismika Profunda) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm Kelebihan : Penjahitan luka lebih mudah.Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke rongga perineum. Perdarahan kurang. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil Kekurangan : Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
E. Komplikasi 1. Infeksi Puerperalis Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya).
Bahaya
infeksi
dapat
diperkecil
dengan
pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda. 2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri 3. Luka kandung kemih 4. Embolisme paru – paru 5. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
F. Prognosis Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan
adalah
kelainan
atau
gangguan
yang menjadi
indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut
statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998)
G. Patofisiologi Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsi a, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
H. Pemeriksaan Penunjang 1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan. 2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi 3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine 5. Pemeriksaan elektrolit
I.
Penatalaksanaan Medis Post SC 1. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan. 2. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh. 3. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler) e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi. 4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita. 5. Pemberian obat-obatan a. Antibiotik b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan 6. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti 7. Perawatan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)
BAB III TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA Riwayat Keperawatan
Tanggal pasien datang : 15 Desember 2017 Jam pasien datang
: 13.30 WIB
Tanggal pengkajian
: 16 Desember 2017
Jam pengkajian
: 15.00 WIB
Diagnosa medis
: Sectio Caesarea+MOW hari ke 2
A. Biodata 1. Biodata Klien
Nama klien
: Ny. L
Umur
: 33 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Ulu Belu
2. Biodata penanggung jawab
Nama
: Tn. R
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Ulu Belu
B. Riwayat kesehatan Umum 1. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit DM, jantung, asma dan hipertensi. Klien mengatakan sudah pernah dua kali menjalani operasi caesar.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan selama kehamilan ini selalu memeriksakan kehamilannya di poli kandungan RS.Mitra Husada. Pada saat periksa yang terakhir dokter poli kandungan menganjurkan klien untuk opname di RS Mitra Husada sebelum muncul kenceng-kenceng karena klien sudah dua kali menjalani operasi caesar. Klien dirawat di ruang Ekonomi Bawah kelas III. Karena klien akan menjalani operasi caesar yang ketiga maka dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan MOW (steril), klien bersedia dilakukan SC dan MOW.
3. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri. P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q : seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/ berganti posisi klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)
Keterangan Laki-laki
perempuan meninggal
pasien
tinggal dalam satu rumah Di dalam keluarga klien tidak terdapat riwayat serotinus, bayi kembar, bayi bayi besar, anak kedua lahir premature (38minggu) dan meninggal pada usia 12 bulan karena sakit muntaber.
5. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi baik alergi debu, makanan ataupun cuaca. Tidak ditemukan alergi pada obat.
6. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatannya.
7. Riwayat sosial
Klien mengatakan hubungan dengan masyarakat baik, tidak ada masalah dengan masyarakat tempat tinggalnya.
8. Personal hygiene
Sebelum sakit
selama sakit
Mandi
2x sehari
belum pernah
Gosok gigi
2x sehari
belum pernah
Cuci rambut
2 hari sekali
belum pernah
Potong kuku
1x seminggu
belum pernah
Ganti pakaian
sehari sekali
sehari sekali
Masalah/ keluhan: tidak ada keluhan
9. Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi-metabolik (porsi dan jenis)
Klien mengatakan sebelum operasi makan 3x sehari, porsi sedang, dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang-kadang buah, dan minum air putih 7-8 gelas/hari. Setelah operasi klien belum memiliki nafsu makan, makan malam cuma habis satu sendok. Minum banyak. Masalah/keluhan: Tidak nafsu makan.
10. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi
Klien mengatakan sebelum sakit BAB lancar setiap hari, selama hamil ini BAB 2 hari sekali, konsistensi lunak, tidak ada masalah dalam BAB. Sebelum sakit BAK 4-6 x/ hari, warna kuning jernih. Selama sakit BAK ±1000 cc/hr, tidak ada masalah/keluhan dan tidak terasa nyeri, warna kuning jernih. Selama sakit belum pernah BAB.
11. Riwayat keperawatan untuk pola aktivitas latihan Saat hamil :
Klien mengatakan pada saat hamil usia 1-7 bulan klien masih mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Namun memasuki usia kehamilan 8 bulan klien sudah mulai mengurangi aktivitasnya. Klien dibantu suami dan ibu mertua dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah melahirkan :
Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena sakit pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas. Klien tampak lemas
12. Istirahat atau Tidur Saat hamil
Tidur siang : kadang-kadang, lamanya 1,5 jam. Tidur pukul 13.3015.00 Tidur malam : kurang lebih 8 jam, tidur mulai pukul 21.00-05.00
Setelah melahirkan
Tidur siang : Belum tidur siang Tidur malam : Belum tidur malam. Masalah/keluhan
: tidak ada.
13. Pengetahuan tentang nifas
Klien mengatakan sudah tahu tentang bagaimana melakukan perawatan setelah melakukan persalinan, termasuk dalam merawat bayi dan bagaimana dalam memberikan ASI-nya, klien tahu tentang kebutuhan nutrisi pada ibu nifas. Klien mengatakan pada persalinan yang pertama dan kedua, bayinya diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Bulan berikutnya bayinya diberikan makanan tambahan lain hingga usia 1 tahun. Pada persalinan ini klien mengatakan juga akan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
14. Adaptasi psikologis terhadap kelahiran bayi, meliputi :
Letting in, tanda : klien masih mengeluh sakit dan belum menanyakan bayinya. Klien masih fokus dengan yang dirasakannya sendiri. Keluarga klien mendukung dan mendampingi klien selama klien dalam fase pulih dari anestesi dan merasakan nyeri.
15. Riwayat keperawatan untuk nilai/kepercayaan
Klien mengatakan tidak dapat melakukan ibadah sholat lima waktu seperti biasanya dikarenakan masih dalam masa nifas.
C. Riwayat kebidanan Obstetrik Status Obstetrik : G 3 P 3 A 0 1. Riwayat menstruasi
Menarche
: pada usia 13 tahun
Lama haid
: 7 hari
Siklus haid
: 28 hari
Jumlah
: sehari 2x ganti pembalut
Keluhan
: tidak ada
2. Riwayat pernikahan
Status
: Menikah
Umur waktu menikah yang pertama kali
: 23 tahun
Berapa kali menikah
: 1x
Lama menikah dengan suami yang sekarang
: 10 tahun.
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
Umur
JK
Kondisi
Kehamilan
Persalinan
Nifas
saat ini 1
9 th
Lk
Sehat
Usia
Ditolong di
masih
kehamilan
RS dengan bayinya
sekolah
9bulan tidak
SC, kondisi
kelas 4 SD
ada masalah bayi
saat
Klien
umur
menyusui hingga 1
Mulai
tahun. diberi
dalam
lahir
makanan tambahan
kehamilann
langsung
pada bayi usia 6
ya
menangis,
bulan. Tidak ada masalah
dalam
masa nifas klien. 2
1 th
Pr
meninggal
Usia
Ditolong di
Klien
dunia
kehamilan
RS dengan bayinya
38 minggu
SC
karena umur
menyusui hingga 1
tahun.
terjadi
Mulai
diberi
pengapuran
makanan tambahan
plasenta,
pada bayi usia 6 bulan
Klien mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya sejak hamil anak pertama hingga yang ketiga ini ke dokter kandungan. Anak pertama lahir dengan SC karena panggul sempit, anak kedua juga lahir dengan SC karena pengapuran plasenta, dan anak ketiga secara otomatis dilahirkan dengan SC karena sudah dua kali SC sebelumnya.
4. Riwayat KB
Klien mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik dengan jangka waktu satu bulan.
5. Riwayat Kehamilan sekarang
Klien mengatakan hari pertama haid terakhir 27 Mei 2017, Hari perkiraan lahir 15 Desember 2017. Usia kehamilan saat ini 40 minggu. Klien selalu mengunjungi ANC tepat waktu.
6. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan
: SC
Penolong
: dr. SpOG dan perawat
Tempat
: RS. Mitra Husada
Proses dan lama persalinan
: Klien menjalani SC selama ±30 menit
Masalah persalinan
:-
Kondisi bayi
: Bayi perempuan, BB 2900 gr, PB : 47 cm,
tidak ada kelainan
D. Pemeriksaan Fisik 1. Parameter umum
Kesadaran
: composmentis
Keadaan Umum: agak lemah TD
: 100/70 mmHg
Suhu
: 37ºC
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 20 x/ menit
2. Pemeriksaan fisik Kepala
Inspeksi
: Rambut berwarna hitam, distribusi rambut rata, rambut
tidak rontok, tidak tampak benjolan/luka di kepala. Palpasi
: Tidak teraba benjolan/luka di kepala
Muka
Inspeksi
: Tidak tampak cloasma gravidarum, tidak pucat.
Palpasi
: Tidak teraba benjolan/luka, tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi
: Mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva anemis, sklera
putih, tidak tampak lingkar gelap di bawah kelopak mata. Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan.
Hidung
Inspeksi
: tampak 2 lubang hidung sama besar dan simetris, lubang
hidung tampak bersih. Palpasi
: Kartilago nasalis elastis.
Penciuman
: Klien mampu membedakan bau-bauan
Telinga
Inspeksi
: lubang telinga bersih tidak ada serumen, simetris kanan
dan kiri Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Pendengaran : masih berfungsi dengan baik
Mulut
Inspeksi
: tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi
Leher
Inspeksi
: tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid Dada
Inspeksi
: simetris kanan dan kiri, pengembangan dada sama antara
kanan dan kiri Palpasi
: getaran dinding dada sama, konfigurasi dada 1: 2
Perkusi : terdengar sonor pada paru-paru dan pekak pada area jantung Auskultasi
: vesikuler pada paru-paru dan bunyi jantung I, II terdengar
reguler Payudara
Inspeksi
: bentuk simetris, nampak hiperpigmentasi areola, puting
payudara agak kecil Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, ASI belum keluar
Abdomen
Inspeksi
: tampak strie gravidarum, terlihat luka post operasi tertutup
kassa. Auskultasi
: terdengar bising usus kuadran kanan bawah 5 x/mnt,
kanan atas 3 x/mnt, kiri atas 2 x/mnt, kiri bawah 1 x/mnt. Palpasi
: TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras.
Perkusi
: tympani
Genitalia dan Anus
Inspeksi
: Tampak selang kateter di genetalia, bersih, urine bag
berisi 150 cc, PPV normal. Ekstremitas atas dan bawah Atas
: Terpasang infuse RL 20 tts/mnt di tangan kiri sejak, teraba
hangat, tangan kanan dan kiri tidak tampak edema, capilary refill 2 detik, tidak ada keterbatasan gerak sendi.
Bawah
: tidak tampak edema, capilary refill 2 detik, tidak ada
varises, ada keterbatasan gerak akibat nyeri. Kulit
inspeksi
: tidak sianosis, tidak kering
palpasi
: teraba hangat, turgor kulit baik < 3 detik
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium
Leukosit 17.26 10^3/uL (nilai normal 3.6 – 11) 2. Terapi Per oral:
Cefadroxil Metilergometrin Asam mefenamat Per IV :
Ceftriaxone Asam traneksamat Ketorolac
II. PENGELOMPOKAN DATA Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q : seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/ berganti posisi 2. Klien mengatakan tidak nafsu makan 3. Klien mengatakan makan malam cuma habis satu sendok 4. Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena sakit pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas 5. Klien mengatakan setelah melahirkan susah beraktivitas, karena sakit pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas Data Obyektif
1. Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya 2. Klien tampak lemas 3. Terlihat luka post operasi tertutup kassa 4. Tekanan darah 100/70 mmHg 5. Nadi 88 x/ menit 6. Leukosit 17.26 10^3/uL
III. ANALISA DATA
No. 1.
Data Fokus
Problem
DS :
Nyeri
Etiologi Terputusnya
Klien mengatakan nyeri
kontinuitas
P : nyeri luka jahitan muncul
jaringan
ketika
sekunder akibat
bergerak
dan
kadang
spontan, Q : seperti teriris, R :
pembedahan
abdomen, S : 7 , T : timbul saat
(SC)
bergerak/ berganti posisi. DO : Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya
2.
DS: Klien
Gangguan mengatakan
melahirkan karena jahitannya
susah
sakit
setelah mobilitas fisik
beraktivitas,
pada
semakin
daerah
sakit
jika
untuk beraktivitas. DO: Klien tampak lemas Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya
Nyeri pada luka insisi
3.
DS:
Risiko infeksi
Tindakan
Klien mengatakan nyeri pada luka
invasif, paparan
jahitan muncul ketika bergerak
lingkungan
dan kadang spontan
patogen
DO: Pada abdomen terlihat luka post operasi tertutup kassa, Leukosit 17.26 10^3/uL 4.
DS:
Resiko
nutrisi Anoreksia
Klien mengatakan tidak nafsu
kurang
makan
kebutuhan tubuh
dari
Klien mengatakan makan malam cuma habis satu sendok DO: Klien tampak lemas
IV. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan (SC) 2.
Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada luka insisi
3.
Resiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen
4.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
V. INTERVENSI Tgl/
No.
Rencana tujuan dan
jam
Dx
kriteria hasil
16/12/
1
Setelah dilakukan
Intervensi
Rasional
paraf
1. Pantau TTV
1. Peningkatan
17
tindakan keperawatan
nyeri
dapat
15.00
selama 3x 24 jam,
meningkatkan
diharapkan klien dapat
nilai
tanda-
mengontrol nyeri atau nyeri hilang. Kriteria hasil :
tanda vital. 2. Berikan
posisi 2. Posisi
yang nyaman
yang
nyaman
dapat
Klien melaporkan
menurunkan
sudah tidak merasakan
ketegangan
nyeri lagi, klien tampak
sehingga dapat
rileks, tidak tampak
mengeluarkan
menahan nyeri jika
hormon
bergerak, skala 0-3,
endorphine
TTV dalam rentang
sebagai anestesi
normal.
natural
dari
tubuh. 3. Ajarkan
klien 3. Distraksi dapat
manajemen
mengalihkan
nyeri
konsentrasi atau
dengan
teknik distraksi
fokus
klien
atau relaksasi.
terhadap
rasa
sakit. Sedangkan relaksasi
dapat
menstimulus tubuh
untuk
mengeluarkan hormon endorphine. 4. Berikan
4. Lingkungan
lingkungan
yang
yang nyaman.
dapat
nyaman
menurunkan ketegangan yang
dapat
meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah. 5. Anjurkan klien
5. Aktivitas
berat
untuk
dapat
mengurangi
meningkatkan
aktivitas
tingkat nyeri.
yang
berlebihan. 6. Kolaborasi, berikan
6. Obat obat
analgesik
analgesik
dapat menurunkan nyeri
16/12/
2.
Setelah dilakukan
1. Bina hubungan
1. Menciptakan
17
tindakan keperawatan
saling percaya
hubungan saling
15.00
selama 2X24 jam di
dengan klien
percaya
harapkan pasien dapat
dan keluarga
pasien
menunjukkan peningkatan mobilitas
antara dan
perawat. 2. Bantu pasien
2. Mempertahanka
dengan kriteria hasil
latihan gerak
n kekuatan otot
klien menunjukkan
aktif
dan mobilisasi.
dapat mengubah posisi (duduk, berdiri, miring
3. Obsevasi TTV
3. Untuk
kanan, miring kiri)
mengetahui
dapat berjalan sendiri
kondisi
ke kamar mandi,
dan mengetahui
menggendong bayi,
perkembangan
menyusui bayi.
pasien
pasien
menentukan tindakan selanjutnya.
serta
4. Kolaborasi
4. Memberi terapi
dengan
secara
tepat,
fisioterapi
yang diharapkan
dalam program
dapat
latihan.
mempercepat proses penyembuhan pasien.
16/12/
3.
Setelah dilakukan
1. Pantau TTV
1. Infeksi dapat
17
tindakan keperawatan
ditandai dengan
15.00
selama 3x24 jam,
peningkatan
diharapkan klien tidak
nilai TTV.
mengalami infeksi, dengan kriteria hasil :
2. Lakukan
2. Perawatan luka
luka tampak bersih,
perawatan luka
dapat
kering, tidak bengkak,
pada luka jahit.
menurunkan
tidak ada pus, leukosit normal.
resiko infeksi. 3. Pertahankan prinsip
steril
selama
proses
perawatan.
3. Prinsip steril dapat mengurangi masuknya bakteri ke dalam tubuh.
4. Anjurkan klien
4. Mencuci tangan
untuk mencuci
dapat
tangan sebelum
meminimalisir
dan
terkontaminasin
setelah
melakukan
ya bakteri
aktivitas.
dengan luka.
5. Kolaborasi,
5. Obat dapat
berikan
obat
antibiotik.
mencegah terjadinya infeksi
15/12/
4.
Setelah dilakukan
1. Sajikan
1. Meningkatkan
17
tindakan keperawatan
makanan dalam
15.00
selama 2x24 jam,
keadaan hangat
diharapkan klien tidak
2. Beri
dukungan
mengalami kekurangan
pada
klien
nutrisi/nutrisi
untuk makan
terpenuhi, dengan kriteria hasil : Nafsu
nafsu makan
2. Menambah semangat klien untuk mau makan
3. Sajikan
3. Menambah
makan klien kembali
makanan dalam
nafsu makan
normal, Klien
bentuk
klien
menghabiskan 1 porsi
menarik
makanannya, Berat badan klien naik
yang
4. Anjurkan klien untuk sedikit
makan tapi
4. Menghindari terjadinya mual muntah
sering
VI. CATATAN PERKEMBANGAN Tgl/
No.
jam
Dx
16/12/17 15.00
1-4
Implementasi
Respon Klien
Menanyakan keluhan klien
S : klien mengatakan nyeri P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q : seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/ berganti posisi. O: Klien tampak meringis
Paraf
sambil
mengusap-usap
perutnya
1
Mengukur tanda-tanda vital
S
:
klien
mengatakan
klien
bersedia diukur ttv O : TD 100/70 mmHg, N 88 x/mnt, Suhu 37ºC, Rr 20 x/mnt
1
Mengajarkan dan menganjurkan S klien
tentang
napas
:
dalam bersedia
sebagai mengontrol nyeri
klien untuk
mengatakan diajarkan
nafas dalam O : Klien dapat mengikuti arahan,
dan
dapat
mempraktikan nafas dalam dengan benar
3
Menganjurkan
kepada
klien
untuk selalu mencuci tangan S sebelum
dan
:
Klien
mengatakan
sesudah bersedia mengikuti anjuran
beraktivitas
O : Klien tampak paham dengan anjuran
1
Memberikan
posisi
yang
nyaman
S
:
klien
mengatakan
bersedia diubah posisinya O : klien dalam posisi tidur dengan kepala lebih tinggi 2
Menganjurkan
klien
untuk
belajar menggerak-gerakan kaki
S : klien bersedia belajar menggerak-gerakan kaki O : klien nampak berusaha
menggerak-gerakan
kaki,
kaki sudah dapat bergerak 4
Menanyakan pola makan klien S : klien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya 1 sendok O : makan malam terlihat masih penuh
16/12/17 15.00
1
Memberikan posisi nyaman
S : klien bersedia dirapikan
bagi klien dengan merapikan
tempat tidurnya
tempat tidurnya
O : klien nampak bedrest dan nyaman
Menanyakan keluhan klien 1
S : klien mengatakan masih nyeri P : nyeri luka jahitan muncul ketika
diam
lalu
akan
bergerak, Q : nyeri terasa seperti teriris dan seperti di remas pada daerah perut, R : nyeri terasa pada luka jahitan yang terdapat pada abdomen, S : skala 5, T : timbul saat bergerak/ berganti posisi. O : klien berbicara dengan tenang
2
Menanyakan kemampuan gerak
S : klien mengatakan sudah
klien
bisa duduk di bed, tapi masih sakit kalau untuk berjalan.
O : klien terduduk di bed 1 Menganjurkan klien untuk
S : klien mengatakan akan
melakukan nafas dalam ketika
menggunakan nafas dalam
nyeri
untuk mengontrol nyeri O : klien nampak sedang tidak nyeri
1-4
Mengukur tanda-tanda vital
S : klien bersedia untuk
klien
diukur ttv O : TD 130/90 mmHg, N 80x, suhu 37’C, Rr 20 x/mnt
4
Menanyakan pola makan klien
S : klien mengatakan sudah mulai mempunyai selera makan. Makan siang habis ¾ porsi O:
1 16.00
Memberikan injeksi obat
S : klien mengatakan
ketorolac 30mg dan asam
bersedia diinjeksi obat.
traneksamat 500mg
O : klien kooperatif
Memberikan injeksi ceftriaxon
S : klien mengatakan
4gr
bersedia diinjeksi obat.
3 20.00
O : klien kooperatif 16/12/17 14.30
1-4
Mengobservasi keadaan klien,
S: klien mengatakan bersedia
mengukur TTV
diukur TTV O: TD 120/80 mmHg, S 37ºc, N 90x/ menit, RR 20x/menit
1
Mengobservasi nyeri klien
S: klien mengatakan nyerinya masih sedikit terasa O: skala nyeri 3, ekspresi nampak rileks
4
Mengobservasi nutrisi makan
S: Klien mengatakan
klien
sekarang makan habis 1 porsi O: habis 1 porsi
2
Menanyakan kemampuan gerak
S : klien mengatakan sudah
klien
bisa berjalan-jalan disekitar ruangan O : infus dan DC terlihat sudah tidak terpasang
17/12/17 09.30
1,2,3,4 Klien pulang
VII. EVALUASI
Nama
: Ny.L
No. RM
: 128193
Umur
: 33 tahun
DX. Medis
: post op SC+MOW
Tgl/
No
jam
Dx
Evaluasi Keperawatan
16/12/17 1
S : klien mengatakan nyeri P : nyeri luka jahitan
15.00
muncul ketika bergerak dan kadang spontan, Q : seperti teriris, R : abdomen, S : 7 , T : timbul saat bergerak/ berganti posisi.
Paraf
O: Klien tampak meringis sambil mengusap-usap perutnya A : masalah nyeri belum teratasi P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat untuk nyeri
2
S : Klien mengatakan susah beraktivitas, karena sakit pada daerah jahitannya semakin sakit jika untuk beraktivitas. O : klien nampak lemas A : masalah mobilitas fisik belum teratasi P : anjurkan klien berganti posisi tidur setiap 1 jam sekali, dan belajar menggerak-gerakkan kakinya
3
S: klien mengatakan masih nyeri pada luka operasi O: N 88 x/mnt, Suhu 37ºC, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka masih tertutup kassa, bersih A : masalah resiko infeksi belum teratasi P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
4
S : klien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya 1 sendok O : makan malam terlihat masih penuh A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi P : anjurkan klien untuk menghabiskan makannya, berikan informasi tentang pentingnya gizi untuk proses kesembuhan,anjurkan klien untuk makan saat makanan masih hangat,anjurkan untuk makan sedikitsedikit tapi sering
16/12/17 1 15.30
S : klien mengatakan masih nyeri tapi sudah berkurang P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak, Q : seperti teriris, R : abdomen, S : 5 , T : timbul saat bergerak/ berganti posisi. O: Klien terlihat lebih rileks daripada kemarin A : masalah nyeri belum teratasi P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat untuk nyeri
2
S : Klien mengatakan sudah bisa duduk tapi masih belum kuat untuk berjalan O : klien nampak terduduk di bed A : masalah mobilitas fisik belum teratasi P : anjurkan klien belajar berdiri dan berjalan secara bertahap
3
S: klien mengatakan masih nyeri pada luka operasi sudah berkurang O: N 80x, suhu 37’C, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka masih tertutup kassa, bersih A : masalah resiko infeksi belum teratasi P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
4
S : klien mengatakan nafsu makan mulai muncul, makan habis 3/4porsi O : makan siang terlihat tersisa sedikit A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P : anjurkan klien untuk menghabiskan makannya,
berikan informasi tentang pentingnya gizi untuk proses kesembuhan, anjurkan klien untuk makan saat makanan masih hangat
16/12/17 1 14.45
S : klien mengatakan sedikit rasa nyeri P : nyeri luka jahitan muncul ketika bergerak, Q : senut-senut, R : abdomen, S : 3 , T : timbul saat bergerak. O: Klien terlihat rileks A : masalah nyeri teratasi sebagian P : observasi skala nyeri, anjurkan teknik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat untuk nyeri
2
S : Klien mengatakan sudah bisa berjalan-jalan di sekitar ruangan O : klien nampak rileks A : masalah mobilitas fisik teratasi P : pertahankan kondisi klien
3
S: klien mengatakan masih sedikit nyeri pada luka operasi O: S 37ºc, N 90x/ menit, tidak ada tanda-tanda infeksi, luka masih tertutup kassa, bersih A : masalah resiko infeksi belum teratasi P : pertahankan kebersihan luka, pantau tanda-tanda infeksi, kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik
4
S : klien mengatakan nafsu makannya sudah normal makan habis porsi O : makan siang terlihat habis A : masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi P : pertahankan kondisi klien
BAB IV PEMBAHASAN
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Pada masa nifas juga terjadi perubahan pada alat reproduksi yaitu pada serviks dan endometrium. Pada psikologi ibu nifas juga terjadi perubahan yaitu masa taking in, taking hold, dan letting go. Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga umumnya sudah bisa duduk, pada hari keempat berjalan, dan pada hari kelima dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein, serta banyak buah. Pada klien masuk dalam fase taking in. Pada kasus di atas, klien bernama Ny.L post op SC+MOW. Klien berumur 33 tahun. P3 A0. Klien memasuki fase nifas dalam kondisi normal tanpa adanya komplikasi. Masuk ke ruang bougenville pada tanggal 15 Desember 2017 pukul 13.45 WIB. Klien diterima dalam keadaan sadar, klien dipasang infus RL, dan dipasang DC di ruang ekonomi bawah, klien nampak lemas. Setelah dilakukan pengkajian keperawatan pada Ny.L didapatkan beberapa masalah keperawatan, yaitu nyeri yang disebabkan karena ada luka post SC, gangguan mobilitas fisik karena efek anestesi dan adanya nyeri akibat SC. Kemudian resiko infeksi yang dikarenakan adanya luka post SC yang dapat mengancam invasi mikroorganisme melalui luka tersebut. Masalah keperawatan yang lain yaitu resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dikarenakan oleh anoreksia.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari, mulai pada tanggal 17-12-17, masalah keperawatan yang dapat teratasi adalah gangguan mobilitas fisik dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan nyeri baru dapat teratasi sebagian. Masalah resiko infeksi juga belum dapat teratasi dikarenakan masih ada luka yang kemungkinan resiko infeksi masih sangat besar dapat terjadi pada Ny.L. Klien dinyatakan boleh pulang pada tanggal 17 Desember 2017 pukul 09.30 WIB. Kondisi klien baik namun masih terkadang merasa sedikit nyeri.
BAB V PENUTUP
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, masalah klien tidak semuanya dapat teratasi. Respon nyeri seseorang berbeda satu sama lain. Sehingga memungkinkan keluhan nyeri merupakan kondisi subjektif yang tidak dapat dipastikan seseorang akan berapa lama merasakan nyeri. Sementara resiko infeksi masih tetap ditegakkan sebagai masalah keperawatan dan belum teratasi dikarenakan klien masih terdapat luka post SC yang masih memungkinkan invasi mikroorganisme melalui luka tersebut.