ASUHAN KEPERAWATAN POLIO
Tugas Untu k M emenuhi menuhi M ata Kul iah Tr opical D i sease ase
1. FAHMI ARIS
8. ROSMINY
2. FITRI AYU SANTRI
9. SAMSINAR
3. IRMAN
10. SARLINCE
4. IRNAYANTI
11. SITI AMINAH
5. JUNIATIN LESTARI
12. SRI WAHYUNINGSIH
6. JUSAK S. PURNAMA
13. SULSIANA KIDO
7. PETRUS R. RAMBA
E5 KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA KENDARI 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan ini tepat pada waktunya. Makalah Asuhan keperaawatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Tropical Disease yang diberikan oleh Dosen pengajar Ibu Sri Wulandari, S.Kep., Ns. Dalam makalah ini Tim Penulis membahas tentang “Asuhan Keperawatan Polio”. Dalam pembuatan makalah ini, Tim Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat.Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat Tim Penulis harapkan. Akhirnya Tim Penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari makalah ini.Tim Penulis tak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar yang telah memberikan tugas ini sehingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi Tim Penulis dan pembaca makalah Asuhan Keperawatan ini.
Kendari, Juli 2014
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................
1
PEMBAHASAN ......................................................................
3
A. Konsep Medik Polio .............................................................
3
I. Definisi Polio ..................................................................
3
II. Klasifikasi Polio ..............................................................
3
III. Etiologi Polio ..................................................................
5
IV. Patofisiologi Polio...........................................................
5
V. Manifestasi Klinis Polio..................................................
6
VI. Penatalaksanaan Medis Polio ..........................................
8
B. Konsep Asuhan Keperawatan Polio .....................................
9
I. Pengkajian ......................................................................
9
II. Diagnosa Keperawatan ...................................................
11
III. Intervensi Keperawatan ..................................................
12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
19
A. Kesimpulan ..........................................................................
19
B. Saran ...........................................................................................
19
BAB II
DAFTAR RUJUKAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Polio (kependekan dari poliomyelitis) adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yang lumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh. Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak hal ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri ini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi anaknya kurang mendapat perhatian. Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam menangi masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1.
Apa etiologi terjadinya Polio ?
2.
Ada berapa jenis Polio ?
3.
Bagaimana patofisiologi dari Polio ?
4.
Apa saja manifestasi klinis bagi penderita Polio ?
5.
Pemeriksaan apa saja yang dapat menunjang bagi penentuan diagnosa medis Polio ?
6.
Bagaimana tindakan penatalaksanaan medis pada penderita Polio ?
7.
Bagaimana proses Asuhan Keperawatan pada penderita Polio ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah : 1.
Untuk mengetahui etiologi terjadinya Polio
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis Polio
3.
Untuk mengetahui patofisiologi dari Polio
4.
Untuk mengetahui manifestasi klinis bagi penderita Polio
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi penentuan diagnosa medis Polio
6.
Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan medis pada penderita Polio
7.
Untuk mengetahui proses Asuhan Keperawatan pada penderita Polio
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Medik Polio I. Definisi Polio
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anakanak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda tersebut,
namun
sering
kali
sebagian
tubuh
menjadi
lemah
dan
lumpuh
(paralisis).Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Polio (Poliomielitis) adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus polio dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis). II. Klasifikasi Polio
1.
Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
2.
Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti : sakit kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba. Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu: 1)
Polio Spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot
tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat
dan
menyebar
sepanjang
serabut
saraf.
Seiring
dengan
berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas.Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai. 2)
Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim „perintah bernapas‟ ke paru-paru.Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat
„tenggelam‟ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan „paru- paru besi‟ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.Tingkat kematian karena polio bulbar. III. Etiologi polio
Agen pembawa penyakit polio adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke sistem saraf yang dibawa melalui aliran darah. IV. Patofisiologi polio
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang biasanya terkena polio ialah : 1.
Medula spinalis terutama kornu anterior
2.
Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital
3.
Sereblum terutama inti-inti virmis
4.
Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadangkadang nucleus rubra
5.
Talamus dan hipotalamus
6.
Palidum, dan
7.
Korteks serebri, hanya daerah motoric Terjadinya wabah polio biasanya adalah akibat :
a.
Sanitasi yang jelek
b.
Padatnya jumlah penduduk
c.
Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.
Pengadaan air bersih yang kurang
Penularan polio dapat melalui beberapa cara, yaitu : a.
Inhalasi
b.
Makanan dan Minuman
c.
Bermacam serangga seperti lipas dan lalat. Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan dilakukan
pula tindakan bedah seperti tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan. Walaupun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan ,Namun data epidemiologi
yang
sukar
didapat.Dalam
salah
satu
symposium
imunisasi
dijakarta(1979) dilaporkan bahwa : 1.
Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)
2.
Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3.
Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000 kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia. Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh
komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (9095%);hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis. V. Manifestasi Klinis Polio
Polio terbagi menjadi empat bagian yaitu : 1.
Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2.
Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3.
Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4.
Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis
akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang. Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:
stadium akut -
Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak awal sakit.
stadium subakut -
Yaitu
fase
2
minggu
sampai
2
bulan.
Ditandai
dengan
menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja .
stadium convalescent -
Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
stadium kronik -
Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah bersifat permanen.
VI.
Penatalaksanaan Medis Polio
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang biasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit 1.
Poliomielitis abortif
Diberikan analgetk dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2.
Poliomielitis non paralitik
Sama seperti abortif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3.
Poliomielitis paralitik
Perawatan dirumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterafi
Akupuntur
Interferon Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi
dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan. Fase akut : Analgetik untuk rasa nyeri otot. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadangkadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi
dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi. Sesudah fase akut : Kontraktur. Atropi, dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang. B. Konsep Keperawatan Polio I. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama Pasien
:
No. RM
:
Tempat Tanggal Lahir
:
Umur
:
Agama
:
Status Perkawinan
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Jenis Kelamin
:
Suku
:
Diagnosa Medis
:
Tanggal Masuk RS
:
Tanggal Pengkajian
:
Penanggung Jawab
Nama
:
Tempat Tanggal Lahir
:
Umur
:
Agama
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Jenis Kelamin
:
Hubungan dengan Pasien : No. Telepon
:
Riwayat kesehatan Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
Pemeriksaan fisik
-
Nyeri kepala
-
Paralisis
-
Refleks tendon berkurang
-
Kaku kuduk
-
Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH Bayi -
Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
-
Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
-
Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai t ergantung lemas.
Anak besar -
Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
-
Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
-
Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.
-
Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.
-
Anak
yang
mengalami
kelumpuhan
akan
mencoba
berdiri
dengan
berpegangan merambat pada tungkainya.
Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
Pemeriksaan Fisik (B6) -
B1 (breath)
: RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu
(38,9 °C) -
B2 (blood)
: normal
-
B3(brain)
: gelisah (rewel) dan pusing
-
B4 (bladder) : normal
-
B5 (bowel)
: mual muntah, anoreksia, konstipasi
-
B6 (bone)
: letargi atau kelemahan, tungkai kanan/kiri lumpuh, pasien
tidak mampu berdiri dan berjalan
Pemeriksaan Laboratorium a.
Viral Isolation Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.
b.
Uji Serologi Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis orang tersebut terkena polio benar. Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan hasil yang positif.
c.
Cerebrospinal Fluid (CSF) Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm 3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul, 2004).
Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang sedang tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise, subluksasio dan dislokasi dari sendi.
II. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada Asuhan Keperawatan Polio adalah sebagai berikut : 1. Ketidakefektifan pola napas 2. Hambatan mobilitas fisik 3. Nyeri Akut 4. Risiko infeksi 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 6. Gangguan citra tubuh 7. Ansietas
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam makalah asuhan keperawatan Polio ini, Tim Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa : -
Polio (Poliomielitis) adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus polio dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
-
Polio terbagi menjadi 2, yaitu polio paralisis dan polio non-paralisis. Polio paralisis terbagi lagi menjadi 2, yaitu polio paralisis spinal dan polio paralisis bulbar
-
Agen pembawa penyakit polio adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke sistem saraf yang dibawa melalui aliran darah.
-
Penularan polio dapat melalui beberapa cara, yaitu inhalasi, makanan dan minuman, dan bermacam serangga seperti lipas dan lalat
-
Manifestasi klinis dari polio dapat ditinjau berdasarkan klasifikasi pada masingmasing polio
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah : 1. Perawat atau calon perawat harus mengetahui secara detil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien Penderita Polio mengingat pemberian tindakan keperawatan pada pasien harus dilakukan dengan tepat 2. Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien penderita Polio sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan baik 3. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari Penyakit Polio dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada pada Penderita Polio dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Budiansyah, Teungku. 2013. Ask The Master UKDI. Tangerang : BINARUPA AKSARA Publisher Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22.Jakarta : EGC Sudoyo W., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta : internapublishing PAPDI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Www. Google.Com /Asuhan Keperawatan Polio.2014 Www. Infokes.Com/Program Studi Keperawatan. 2014