47
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi (Walsh, 2007). Perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas yaitu uterus mengalami involusi atau rahim kembali ke ukuran sebelum hamil, payudara pada ibu yang menyusui mengeluarkan kolostrum, vagina kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula (Bobak, 2004). Adaptasi psikologis, pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Pada hari ketiga sampai akhir minggu keempat atau kelima, ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru sedangkan mulai minggu kelima sampai keenam, sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota barunya (Rubin dalam Hamilton, 1992 ). Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil (Hanafiah, 2004). Perawatan postpartum bersifat kritis tetapi sering diabaikan dalam komponen perawatan ibu dan bayi yang baru lahir. Lebih dari 60 % kematian ibu terjadi pada periode postpartum pada negara berkembang (Family Health
International, 2009).
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengertian dari konsep dasar nifas?
Bagaimanakah perubahan fisiologi maternal periode pasca partum ?
Bagaimanakah kebutuhan dasar pada ibu nifas ?
Bagaimanakah Komplikasi yang terjadi setelah periode pasca partum ?
Bagaimanakah Penatalaksanaan terhadap ibu setelah periode pasca partum ?
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan kepada ibu periode pasca partum?
Tujuan
Tujuan umum Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana gambaran umum tentang konsep dasar pada ibu periode pasca partum dan asuhan keperawatan terhadap ibu periode pasca partum atau nifas.
Tujuan khusus Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari konsep dasar nifas.
Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan fisiologi maternal periode pasca partum.
Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar pada ibu nifas.
Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi yang terjadi setelah periode pasca partum.
Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan terhadap ibu setelah periode pasca partum.
Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan kepada ibu periode pasca partum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Nifas
Pengertian
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi.
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal. (Barbara F. weller 2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2002).
Masa Post Partum
Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan).
Early post partum periode (hari kedua sampai ketujuh setelah melahirkan).
Late post partum (minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah melahirkan).
Adaptasi Psikologis
Rubin (1961) membagi adaptasi psikologis menjadi 3 fase :
Fase taking in, yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif, dan ketergantungan menyatakan ingin makan dan tidur serta sulit membuat keputusan.
Fase taking hold, yaitu fase transisi dari ketergantungan ke mandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
Fase letting go, yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah, dan berinteraksi dengan bayi.
PERUBAHAN FISIOLOGI MATERNAL PERIODE PASCAPARTUM
Periode pacsa partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahn fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses pada kehamilan berjalan terbaik. Banyak factor termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk member perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik dan perilaku bayi baru lahir, dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.
SISTEM REPRODUKSI DAN STRUKTUR TERKAIT
Uterus
Proses involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah ubilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Besar uterus kira-kira sama dengan sewaktu usia kehamilan 16 minggu (berat sekitar 1000 g). Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih mencapai 1 cm diatas umbilicus. Perubahan inovulasi berlangsung sangat cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak bias dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum. Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam beratnya menjadi 50 sampai 60 g. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah yang menyebabkan ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil disebut involusi paling sering disebabkan tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah ntramiomentrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, danmembantu hemostatis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu menegang (misalnya pada bayi besar, kembar) menyusui dan pelepasan oksitosin tambhan biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
Tempat plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbunhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.
Lokia
Lokia adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal selama yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut aliran lokia harus semakin berkurang. Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.
Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil, kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih bisa dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pasca partum, tetapi hanya tungkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada minggu ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan terbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi esterogen yang mempengaruhi mukus dan mukosa.
Vagina dan perineum
Esterogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnyarugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofikpada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan esterogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.
Topangan otot panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul dikemudian hari. Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih, dan rectum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi yang timbul terlambat akibat melahirkan.
SISTEM ENDOKRIN
Hormon plasenta
Selama periode pascapartum, terjadi pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), esterogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar esterogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menusui pascapartum hari ke-17 (Bowes, 1991).
Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991). Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama stiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Kekuatan mengisap kemungkinan juga akan mempengaruhi kadar prolaktin. Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui bukanlah bentuk KB (Keluarga Berencana) yang baik. Setelah melahirkan wanita tidak menyusui akan mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua minggu. Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari (Bowes, 1991). Di antara wanita yang menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam enam minggu dan 45% dalam 12 minggu. Di antara wanita yang tidak menyusui , 40% mengalami menstruasi dalam enam minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui 80% siklus menstruasi pertama tidak mengandung ovum (Scott, dkk; 1990). Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari pada normal. Dalam tiga sampai empat siklus, jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti sebelum hamil.
ABDOMEN
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap. Pengembalian tonus otot bergantung kepada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu, dengan aatau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dirasa dapat mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu, defk tersebut menjadi kurang terlihat.
SISTEM URINARIUS
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan waktu kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk;1993). Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
Komponen Urin
Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.
Dieresis Pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Dieresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebutr kebalikan metabolism air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of fregnancy)
Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui keteter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih. Penurunan berkemih, seiring dieresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan terlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cunningham, dkk, 1993).
Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
SISTEM PENCERNAAN
Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, lasersi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
PAYUDARA
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil (estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
Ibu Tidak Menyusui
Payudara biasanya terba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular). Nodularitasnya bersifat bilateral dan difus. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga atau keempat pascapartum bisa terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan dari puting. Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) dan jaringan payudara atau puting tambahan juga bisa terlibat. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 sampai 36 jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.
Ibu yang Menyusui
Keteka laktasi terbentuk, terba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yng terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari putting susu. Putting susu harus diperiksa untuk dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikn dari inverse, dan untuk menemukan apakah ada fisura atau keretakan.
SISTEM KARDIOVASKULAR
Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilagan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat operasi sesaria.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat. Respons wanita dalam menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respons wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita: (1) hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%, (2) hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, dan (3) terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.
Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanit melahirkan, keadaan ini akan meningkat behkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua pemakaian konduksi anesthesia (Bowes, 1991).
Data mengenai kembalinya hemodinamika jantung secara pasti ke kadar normal tidak tersedia, tetapi nilai curah jantung normal ditemukan, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
Tanda-Tanda Vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991). Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik maksimum (point of maximum impulse [PMII]) dan EKG kembali normal.
Tanda Vital setelah Melahirkan
Temuan Normal Deviasi dari Nilai Normal dan Penyebab yang Mungkin Temperature Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celcius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Selama 24 jam wanita harus tidak demam.
Denyut Nadi
Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
Pernafasan
Perafasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan
Tekanan Darah
Tekanan darah sedikit brubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan. Diagnosis sepsis puerperal baru dipikirkan, jika suhu tubuh ibu meningkat sampai 38°C setelah 25 jam pertama setelah bayi lahir dan terjadi lagi atau menetap selama dua hari. Kemungkinan lain ialah mastitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi sistemik. Frekuensi denyut nadi yang cepat atau semakin meningkat dapat menunjukkan hipovolemia akibat perdarahan. Hipoventilasi bisa terjadi setelah blok subaraknoid tinggi yang tidak lazim. Tekanan darah yang rendah atau menurun bisa menunjukkan hipovolemia akibat perdarahan. Akan tetapi, ini merupakan tanda yang lambat munculnya. Gejala lain perdarahan biasanya membuat staf waspada. Tekanan darah yang semakin meningkat bisa disebabkan pemakaian vasopresor atau obat oksitoksik secara berlebihan. Karena hipertensi akibat kehamilan (PIH) dapat menetap atau timbul pertama kali pada pascapartum, evaluasi rutin tekanan darah perlu dilakukan. Apabila wanita mengeluh nyeri kepala, penyebab hipertensi harus disingkirkan sebelum wanita diberi analgesia. Apabila tekanan darah menignkat, wanita dianjurkan untuk tetap di tempat tidur dan dokter diberi tahu.
KOMPONEN DARAH
Hematokrit dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum. Tidak ada SDM yang rusak selama masa pascapartum, tetapi semua kelebihan SDM akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia SDM tersebut. Waktu yang pasti kapan volume SDM kembali ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan (Bowes,1991).
Hitung Sel darah Putih
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang umum. Neutrofil merupakan sel darah puttih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah data membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini.
Faktor Koagulasi
Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria. Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir (Bowes, 1991). Faktor I, II, VIII, IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk mencapai kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang kemungkinan dilepaskan dari bekas tempat plasenta juga dapat ditemukan dalam darah maternal.
Varises
Varises ditungkai dan disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkaan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.
SISTEM NEUROLOGI
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanta saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom carpal tunel dengan mengurangi kompresi saraf median. Rasa baal dan kesemutan (tingling) periodic pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala pascapartum bisa disebabkan berbagai keadaan, termasuk hipertensi akibat kehamilan (PIH), stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang ekstradural selama jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk anatesia. Lama nyeri kepala bervariasi dari satu sampai tiga hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab danefektivitas pengobatan.
SISTEM MUKULOSKELETAL
Adaptasi sitem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebeluum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu akan memerlukan sepatu yang ukurannya lebih besar.
SISTEM INTEGUMEN
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan lina nigra tidak menghilang seluruhya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita spider nevi tetap. Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasaya akan menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada keadaan sebelum hamil. Diaphoresis ialah perubahan yang paling jelas terlihat pada integument.
SISTEM KEKEBALAN
Kebutuhan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.
KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS
Nutrisi dan Cairan
Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang melahirkan pervaginam, tetapi sekarang diet umum yang menarik dianjurkan. Kalau pada akhir 2 jam setelah melahirkan setelah melahirkan per vaginam tidak ada kemungkinan komplikasi yang memerlukan anestesi, pasien hendaknya diberikan minum dan makan jika ia lapar dan haus. Sebaiknya selama menyusui ibu tidak melakukan diet untuk menghilangkan kelebihan berat badan. Konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan.Jika ibu menyusui bayi, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung alkohol. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan tidak berlebihan. Sebaiknya penggunaan oba tradisional dan obat-obatan selain vitamin dikonsultasikan dengan dokter/bidan.
Ibu menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
Jumlah kalori yang dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi kuantitas dari ASI yang diproduksi. Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu,ibu memerlukan asupan kalori 85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui(ASI ekslusif) jumlah susu yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya. Dan mulai minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml, jadi tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
Minum sedikitnya 1-1,5 liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum setelah setiap kali selesai menyusui)
Makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang sehat, makanan yang sehat adalah makanan dengan menu seimbang yaitu yang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pengatur dan pelindung.
Sumber tenaga(energi)
Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang proteindigunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi yang termasuk sumber tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung dan tepung terigu, havermount dan ubi.
Sumber pembangun
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel sel yang rusakdan mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap dalam darah. Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam lambung dan pankreas sebelumdiserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati (hepar) melalui pembuluh darah (vena porta). Sumber protein dapat diperoleh dari protein nabati dan hewani. Protein nabati anatara lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Protein nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju. Ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.
Sumber pengatur dan pelindung
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran metabolismedidalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber buah pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
Berikut ini beberapa mineral penting :
Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan syuran berdaun hijau.
Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.
Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel darah merah sehingga daya angkut oksigen sehingga mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran bewarna hijau.
Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.
Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertmbuhan gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu dan keju.
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
AMBULASI
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan masa nifas. Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Mobilisasi/ambulasi sangat bervariasi, sangat tergantung pada komplikasi persalinan,nifas,atau sembuhnya luka (jika ada luka. Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal.
Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post partum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partum setelah ibu sebelumnya beristirahat (tidur). Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan:miring kiri atau kanan terlebih dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih). Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Para wanita menyatakan bahwa mereka lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal.
Dengan ambulasi dini:
Faal usus dan kandung kencing lebih baik
Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas
Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina(lochea).
ELIMINASI
Buang air kecil (bak)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini dapat menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan.Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat,tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari post partum.
Buang air besar (bab)
Sulit buang air besar(konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid.Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar.Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air besar,ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria .Ini penting untuk menghindarkan gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan vagina.
KEBERSIHAN DIRI
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
Perawatan Perineum
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar kan vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang ,baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
Pakaian
Sebaiknya,pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara Satu wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian,kebanyakan akan pulih kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
Kebersihan kulit
Setelah persalinan,ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu.
Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Lakukan perawatan payudara secara teratur.
Pelihara kebersihan sehari-hari
Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI
Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
Ibu harus merasa nyaman dan santai
Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.
Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
LANGKAH LANGKAH PERAWATAN PAYUDARA
Lakukan pengompresan pada kedua putting susu dan areola mamae dengan menggunakan kapas yang telah diolesi minyak kelapa/baby oil.
Bersihkan putting susu dengan kapas.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.
Sokong payudara kanan dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kiri.
Letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas, kesamping, lalu kebawah sambil mengangkat kedua payudara. Dan lepas keduanya perlahan
Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit, lalu diganti dengan waslap dingin selama 1 menit, pengompresan dilakukan secara bergantian selama 3 kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat..
Bantu ibu untuk menggunakan kembali pakaiannya. Dan anjurkan ibu untuk menggunakan BH yang menyokong payudara.
ISTIRAHAT
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri
SEKSUAL
Pada banyak pasangan,perubahan karena kehamilan dapat mengganggu keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama terutama dalam hubungan seksual.Begitu juga setelah persalinan.Pada masa ini,ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasangan.Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan melihat sekeliling serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting.Oleh karena itu,suami perlu memahami perubahan dalam diri istri sehingga tidak merasa diabaikan.Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
LATIHAN/SENAM NIFAS
Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas sesungguhnya lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur dan membuang lemak tubuh yang tidak perlu, banyak lagi manfaat yang didapat dari senam ini sehingga bidan perlu memberikan penjelasan dan petunjuk senam nifas kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya. Kondisi yang kendor setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya, juga suami yang kita cintai. Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan seawal mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu masih berada di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.
LANGKAH-LANGKAH SENAM NIFAS
Pemanasan
Berdiri tegak
Gerak kepala kekanan, kekiri
Gerak kepala kebawah
Mengangkat kepala
Buka kedua kaki, tangan direntang, tekuklah lutut sambil mengangkat tumit, kembali keposisi semula
Berdiri tegak, perut dikencangkan, tangan direntangkan, ayunkan badan kekanan-kekiri
Kaki terbuka, gerakan tangan mendorong kekanan-kekiri
Peregangan
Mengencangkan otot panggul
Mengencangkan otot paha
Inti
Memutar lengan
Memutar pinggang
Mengencangkan paha dan betis
Mengecilkan perut
Pendinginan
MANFAAT SENAM NIFAS
Manfaat latihan secara umum :
Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.
Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta mencegah perlemahan lebih lanjut.
Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi strees dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
Manfaat latihan Kegel :
Meningkatkan pengendalian atas urine.
Memperkuat dasar panggul.
Memperbaiki respon seksual.
Membuat jahitan-jahitan lebih cepat merapat satu sama lain.
Manfaat latihan perut dan kaki :
Mengencangkan otot-otot abdomen.
Mengurangi risiko sakit punggung dan pinggang.
Mengurangi varises vena.
Mengurangi edema kaki.
Mengatasi kram kaki.
BONDING ATTACHMENT
Bounding attachment / ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.
Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi. Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain :
Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi si ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si ayah telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi perasaan positif, negatif, netral.
Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu dengan bayinya ketika si bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.
Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling membutuhkan.
Rasa cinta menimbulkan ikatan batin /keterikatan. Untuk memperkuat ikatan ibu dengan bayi (Marshall Kalus) menyarankan ibu agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut babymoon.
Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi berkembang
Periode prenatal
Merupakan periode selama kehamilan , dalam masa prenatal ini ketika wanita menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu, memeriksakan kehamilan, mengidentifikasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta membuat persiapan untuk bayi. Para peneliti telah memperlihatkan bahwa melodi yang menenangkan dengan ritme yang tetap, seperti musik klasik atau blues membantu menenangkan kebanyakan bayi, sedang sebagian besar dari mereka menjadi gelisah dan menendang-nendang jika yang dimainkan adalah musik rock, ini berarti bahwa para ibu dapat berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan batin yang begitu penting dapat dimulai sejak kehamilan.
Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya
Ketika persalinan secara langsung berpengaruh terhadap proses keterkaitan ketika kelahiran bayi. Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai dengan ibu menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum kelahiran, bahkan ketika bayi ditempatkan diatas perut ibu sesaat setelah kelahiran. Perilaku keterikatan ini seperti penyentuhan si ibu pada bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas) bayi lalu meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan berakhir ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan lengannya. Perilaku lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan mengahabiskan waktu dalam posisi en face ( tatap muka), berbicara dengan bayi, membandingkan bayi dengan bayi yang telah diimpikannya selama kehamilan ( jenis kelamin) dan menggunakan nama pada bayi. Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan interaksi dua arah yang menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini difasilitasi karena bayi dalam fase waspada selama satu jam pertama setelah kelahiran, ini membuat bayi reseptif terhadap rangsangan.
Postpartum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung pada partisipasi kedua pihak yang terlibat. Ibu mulai berperan mengasuh bayinya dengan kasih sayang. Kemampuan untuk mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan sukses terhadap diri ibu. Ada ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya adapula yang membutuhkan waktu agak lama. Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terciptanya bounding salah satunya keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan. Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan terbentuk. Perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar pada masa puerperium harus mengarah pada tercapainya kesehatan yang baik,dengan upaya bidan diarahkan pada identifikasi dan penatalaksanaan masalah kesehatan yang muncul pada masa nifas.
KOMPLIKASI
Hemoragi
Perdarahan Pasca-Persalinan Primer
Perdarahan per vagina yang melibihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, akan tetapi terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini, yaitu sebagai berikut:
Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain di dalam ember, serta lantai.
Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah di mana sebaliknya akan berakibat fatal pada ibu yang mengalami anemia. Akan tetapi, pada kenyataannya seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia uteri dan sisa plasenta (80%), laserasi jalan lahir (20%), serta gangguan faal pembekuan darah pasca-solusio plasenta. Berikut adalah faktor resiko dari komplikasi ini:
Partus lama.
Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar, makrosomia).
Perdarahan antepartum.
Pasca-induksi oksitosin atau MgSO4.
Korioamnionitis,
Mioma uteri.
Anesthesia.
Perdarahan Pasca-Persalinan Sekunder
Etiologi utama adalah sebagai berikut:
Proses reepitalisasi plasental site yang buruk (80%).
Sisa konsepsi atau gumpalan darah.
Infeksi masa nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggiangka kematian ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pasca-persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifasdapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernapasan, malaria, dan tifus. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38oC atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan dalam 10 hari pertama masa nifas. Kejadian infeksi nifas berkurang antara lain karena adanya antibiotic, berkurangnya operasi yang merupakan trauma yang berat, pembatasan lamanya persalinan, asepsis, transfuse darah, dan bertambah baiknya kesehatan umum (kebersihan, gizi, dan lain-lain). Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme endogen lebih sering menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah golongan streptococcus, basil coli, dan stafilacoccus. Akan tetapi, kadang-kadang mikroorganisme lain memegang peranan, seperti: Clostridium welchii, Gonococcus, Salmonella typhii, atau Clostridium tetanii.
Tromboflebitis dan emboli paru
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara genetic rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena oleh uterus. Kehamilan juga merupakan status hiperkoagulasi. Kompresi vena selama posisi persalinan atau pelahiran juga dapat berperan terhadap masalah ini. Tromboflebitis digambarkan sebagai superficial atau bergantung pada vena apa yang terkena.
Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi, anemia, dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematom vulva, vagina, hematoma ligamentum latum uteri.
Kemungkinan penyebab termasuk sebagai berikut:
Pelahiran operatif.
Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak di jahit selama injeksi local atau pudendus, atau selama penjahitan episiotomy atau laserasi.
Kegagalan hemostasis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomy.
Pembuluh darah di atas apeks insisi atau laserasi tidak di bending, atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut.
Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama masase.
PENATALAKSANAAN
Menurut Moechtar Rustam (2002), perawatan pasca persalinan meliputi :
Keperawatan
Mobilisasi
Selama 6 jam pasca persalinan, ibu harus istirahat dengan posisi tidur terlentang. Selanjutnya diperkenankan dengan posisi miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua, ibu diperbolehkan pulang. Mobilisasi mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup. Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein serta makanan yang banyak cairan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Miksi
Hendaknya Buang Air Kecil (BAK) dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit BAK karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfingter selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit BAK, sebaiknya dilakukan katerisasi.
Defekasi
Buang Air Besar (BAB) dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras diberikan obat laktasif peroral atau perektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
Perawatan Payudara (Mammae)
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil agar puting susu menjadi lemas, tidak keras dan kering. Hal ini adalah sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH (seperti tablet lynoral dan parlodel). Sangat dianjurkan agar ibu menyusui bayinya sendiri karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.
Tes Diagnostik
Uji lab rutin yang harus di periksa adalah hemoglobin, hematokrit, sel darah putih (leukosit). Haemoglobin normal : 12-14 g/dl, Hematokrit : 37-43%, Leukosit 12.000/mm dan urin normal 1500 cc.
Therapi medic
Obat Analgetik
Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang diakibatkan oleh episiotomy.
Obat Antipiretik
Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal dari tanda-tanda infeksi.
Antibiotik
Digunakan untuk ada inflamasi dan infeksi.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus dan transfuse darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. Pemeriksaan yang lain dilakukan pada masa nifas atau post partum, yaitu pemeriksaan laboraturium yang berupa pemeriksaan darah terutama hemoglobin dan hematokrit. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan urin pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada saluran kemih.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
Pengkajian Keperawatan
Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal meliputi :
Pengkajian data dasar klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal. Sedangkan cara pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan, suku.
Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji dalah peningkatan tekanan darah, eliminasi, mual atau muntah, penambahan berat badan, edeme, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri epigastrik.
Riwayat Kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare (ANC) dan imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.
Riwayat Melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan jahitan pada perineum dan perdarahan.
Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi. Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui atau pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada saat dilakukan pengkajian.
Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap bayi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa nifas atau pasca partum yaitu :
Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masa hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.
Muka
Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.
Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti normal, sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.
Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut, palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang keluar dan baunya.
Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.
Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi sinus inspeksi adanya tanda-tanda "REEDA" (
Rednes atau kemerahan, ecchymosis atau perdarahan bawah kulit,
Edema atau bengkak,
Discharge atau perubahan lochea,
Approximation atau pertautan jaringan).
Ektremitas bawah
Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan edema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patela baik.
Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb / Ht): mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari kehilangan darah pada pembedahan.
Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
Diagnosa keperawatan
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Intervensi
Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Tujuan : Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik.
Kriteria Hasil : Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.
Intervensi
Rasional
Pantau:
Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
Warna urine.
Berat badan setiap hari.
Status umum setiap 8 jam.
Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap
Temuan-temuan ini menandakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan.
Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko terjadinya edem paru.
Pantau cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur.
Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
Tujuan : Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria Hasil : Eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
Intervensi
Rasional
Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola berkemih pasien.
Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran urine dan pengosongan bladder.
Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada bladder.
Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih pengosongan bladder secara teratur.
Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.
Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
Kateterisasi membantu pengeluaran urine untuk mencegah stasis urine.
Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
Tujuan : Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria Hasil : pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak ada feses bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada.
Intervensi
Rasional
Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
Mengidentifikasi penyimpangan serta kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).
Anjurkan ambulasi dini.
Ambulasi dini merangsang pengosongan rektum secara lebih cepat.
Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang dapat menyebabkan feses menjadi keras.
Kaji bising usus setiap 8 jam.
Bising usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi baik.
Pantau berat badan setiap hari.
Mengidentifikasi adanya penurunan BB secara dini.
Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau.
Meningkatkan pengosongan feses dalam rektum.
Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
Kelemahan dan kelelahan berkurang.
Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
Kulit hangat, merah muda dan kering.
Intervensi
Kriteria Hasil
Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja jantung.
Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.
Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri.
Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri.
Kriteria Hasil : Vital sign dalam batas normal, pasien menunjukkan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol, payudara lembek, tidak ada bendungan ASI.
Intervensi
Kriteria Hasil
Kaji tingkat nyeri pasien.
Menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri.
Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan berdasarkan involusi uteri.
Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.
Mengurangi ketegangan pada luka perineum.
Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan memperlancar pengeluaran ASI.
Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada luka perineum.
Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik bila nyeri skala 7 ke atas.
Mengurangi intensitas nyeri denagn menekan rangsang nyeri pada nosiseptor.
Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada.
Intervensi
Kriteria Hasil
Pantau: vital sign, tanda infeksi.
Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai intervensi yang dilakukan.
Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
Mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.
Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah mengakibatkan kecenderungan luka untuk selalu kotor dan mudah terkena infeksi.
Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak.
Mencegah infeksi secara dini.
Pertahankan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).
Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.
Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Tujuan : Gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria Hasil : Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).
Intervensi
Kriteria Hasil
Beri kesempatan ibu untuk melakukan perawatan bayi secara mandiri.
Meningkatkan kemandirian ibu dalam perawatan bayi.
Libatkan suami dalam perawatan bayi.
Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan membantu meningkatkan keterikatan batin ibu dengan bayi.
Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.
Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.
Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.
Meningkatkan produksi ASI.
Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.
Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3 bulan setelah persalinan.
Saran
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep perdarahan post partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada ibu perdarahan post partum.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun dalam proses pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan kesulitan dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan suatu hal yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi untuk mendekati kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun. Semoga makalah yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat dikemudian harinya.