17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatoma (Hepatocellular Carcinoma/HCC ) adalah tumor ganas hati primer yang berasaldari hepatosit (kanker hati primer). Hepatoma juga dikenali dengan nama lain yaitu kanker hati primer, hepatokarsinoma dan kanker hati.
Dari seluruh tumor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85 % merupakan HCC, 10 % Cholangiocarcinoma/CC dan sisanya adalah jenislainnya. HCC meliputi 5,6 % dari seluruh kasus kanker pada manusia, menempati peringkat kelima pada laki-laki dan peringkat kesembilan pada perempuan sebagai kanker tersering didunia. Secara epidemiologis tingkat kekerapannya banyak terjadi di negara berkembang dengan prevalensi tinggi hepatitis virus.Selain infeksi hepatitis virus, adanya kelompok jamur aflatoksin, obesitas, diabetesmellitus, alkohol dan penyakit hati metabolik lain diakui sebagai faktor resiko terjadinya. Ketiadaan ataupun ketidakmampuan penerapan terapi yang bersifat kuratif menyebabkan HCC berprognosis buruk dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mencapai upaya dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hepatoma?
Bagaimana asuhan keperawatan hepatoma?
C. Tujuan
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
Mengetahui hepatoma.
Mengetahui asuhan keperawatan hepatoma.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hepatoma merupakan penyakit tumor jinak hati, penyakit ini biasanya muncul pada penderita abses hati karena amuba. Tidak jarang pada penderita Hepatoma terdapat jelas tanda-tanda dari hipertensi portal serta kegagalan faal hati, sebagaimana tanda-tanda yang terdapat pada penderita cirrhosis hepatic, oleh karena banyak hepatoma primer mempunyai dasar cirrhosis hepatic terutama type Macronodulair. Pada penderita hepatoma ketahanan hidupnya antara 4 bulan sampai 1 tahun sejak ditegakkan diagnosa (Boediwarsono,1979).
Hepatoma adalah masa abnormal pada sel hati,tumor hati dapat berupa bernigna atau manigna tumor dapat berupa tumor primer atau metastase dari jaringan lain (Timby,1999).
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007).
Hepatoma(karsitoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari hepatosit (karsitoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu(kolangio karsinoma (Corwin,2009).
Hepatoma adalah kanker pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
B. Etiologi dan epidemologi
Penyakit pasti dari hepatoma masih belum diketahui tetapi terdapat data penting predisposisi penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi hepatis. Kondisi sirosis hepatis biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C,hemokromatosis aflatoxin,dan penyebab lain.
Secara umum,setiap etiologi sirosis merupakan faktor resiko utama untuk hepatocellilar carcinoma. Sekitar 80% dari pasien denga hepatocellular carcinoma baru didiagnosis sirosis telah ada sebelumnya. Penyebab utama sirosis diamerika serikat disebabkan infeksi hepatitis C, alkohol dan infeksi hepatitis B (El-serag 2004).
Hepatitis C Virus (HCV) adalah pandemi global yang mempengaruhi 170 juta orang. Hasil infeksi HCV berada pada tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi kronis infeksi Hepatitis B virus (Sekitar 80% dari subjek yang terinfeksi) keadaan ini telah menjadi penyebab paling umum pada hepatocellular carcinoma di jepang dan eropa,serta juga bertangggung jawab aras insiden meningkat baru-baru ini di amerika serikat. Sekitar 2,7 juta orang amerika memiliki HCV kronis. Di amerika serikat hampir 30% dari kasus hepatocellular carcinoma dianggap berkaitan dengan kaitan dengan infeksi HCV sebesar 5-30% dari sekitar 30% berkembang menjadi sironis dan dalam presentase tersebut, sekitar 1-2% per tahun berkembang dengan HCV kira-kira sebesar 5% yang muncul 30 Tahun setelah terinfeksi (ACS,2008).
C. Manifestasi klinik
Pada tahap awal hepatoma tidak memberi gejala dan tanda klinik. Pada stadium lanjut mungkin bisa didapatkan gejala dan tanda-tanda seperti:
Penurunan berat badan
Anoreksia
Kehilangan nafsu makan
Mual dan muntah
Mudah capek dan merasa lelah
Hatinya membesar
Abdomen (perutnya) membesar
Kulit dan matanya kelihatan kuning
Kotorannya berwarna putih
D. Stadium
Sistem TNM (tumor,nodul,metastasis) sementara ini yang dijadikan yang diterima secara luas adalah benar-benar hanya berguna pada pasien yang menjalani bedah reseksi. Oleh karena sebagian besar pasien unresectable dengan prognosis benar-benar tergantung pada keberadaan fungsi hatu dari pada ukuran tumor.beberapa sistem stadium telah dievaluasi klinism yang menggabungkan fitur dari hati dan pasien seperti asites,keterlibatan vena porta dan status performa.
Tabel stadium hepatoma dengan menggunakan sistem TNM
Tumor Primer
Kelenjar getah bening KGB
Regional N
Metastatis jauh
(M)
Tx
Tumor primer tidak dapat dinilai
NO
Menunjukan tidak ada keterlibatan KGB
MO. Tidak ada metastatis jauh
T1
Tumor soliter tanpa invanasi vaskular
T2
Tumor soliter dengan invasi vaskular atau beberapa tumor tidak lebih dari 5cm
T3
Tumor multiprl lebih dari 5cm atau tumor yang melinatkan cabang utama dari portal atau vena hepatika.
N1
Menunjukan keterlibatan KGB
M1. Ada metastatis jauh
T4
Tumor multipel dengan invasi langsung organ yang berdekatan selain kantong empedu atau dengan perforasi peritoneum viseral
( Amerika cancer society,2008)
Tabel pengelompokan stadium
Stadium
TNM
Stadium I
T 1
NO
MO
Stadium II
T2
NO
MO
Stadium III A
T3
NO
MO
Stadium III B
T4
NO
MO
Stadium III C
Tx
N1
NO
Stadium IV a
Setiap T
Setiap N
M1a
Stadium IV b
Setiap T
Setiap N
M1b
( Amerika cancer society,2008)
E. Patofisiologi
Hepatocellular carcinoma (HCC) adalah tumor ganas asal hepatoseluler yang berkembang pada pasaien dengan factor resiko seperti hepatitis virus, penyalahgunaan alkohol, dan penyakit hati metabolik. Penyakit ini juga dapat terjadi (jarang) pada pasien dengan parenkim hari normal.
HCC dapat mengalami perdarahan dan nekrosis karena kurangnya stroma fibrosa. Invasi vascular, terutama dalam system portal. Invasi sistem bilier kurang umum. Agresif HCC dapat menyebabkan rupture (pecah) dan hemaperitoneum hepatika.
Ada tiga pola pertumbuhan yang ditunjukan oleh HCC:
Masa soliter.
Multifocal atau pola nodular.
Multiple difus dengan pola nodular.
Secara mikroskopis, sel-sel HCC menyerupai hepatosit normal dan dapat membingungkan dengan adenoma sel hati. Tumor yang lebih berbeda dapat menghasilkan empedu. HCC dapat menghasilkan alfa-fetoprotein (AFP), serta protein serum lainnya.
Sumber: Mutaqin, A., Sari, K. (2011)
F. Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi
Kemoterapi regional meliputi penginfusan agens yang sangat dimetabolisasi oleh hari melalui arteri hepatik. Ini sangat meningkatkan dosis obat yang diberikan ke tumor, tetapi meminimalkan efek samping sisterik. Kemoterapi intra arterial dapat diberikan melalui kateter sementara yang dipasang ke dalam arteri aksila atau femoralis. Komplikasi metode ini meliputi trombosis hepatik dan arteri intra abdomenlain, perubahan posisi kateter, sepsis dan hemoragi. Obat juga dapat diberikan melalui pompa yang dapat ditanam, yang memberikan keuntungan dengan membuat pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan komplikasi terkait kateter. Agens yang digunakan paling sering untuk kemoterapi intraarterial adalah flokuridin (FUDR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin, doksorubisin, mitomisin-C, dan diklorometotrekstat.
Terapi Radiasi
Meskipun kanker hati diyakini sebagai tumor tumor radiosensitive, penggunaan terapi radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim normal. Semua hati akan metoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5% sampai 10%. Pengobatan atau remisi jangka panjang kanker hati memerlukan dosis lebih tinggi secara signifikan.
Terapi Bedah
Pembedahan adalah satu-satunya penanganan kuratif potensial untuk pasien kanker hati. Sayangnya hanya 25% pasien memenuhi kriteria untuk reseksi hati. Terdapat tiga macam terapi bedah, yaitu:
Hepatektomi Parsial.
Di Amerika Serikat, resksi mungkin hanya 5% dari pasien. Secara umum, Hepatocellular carcinoma memiliki lesi soliter pada sebagian lobus hati sehingga dengan intervensi hepaktomi parsial pada sebagian lobus hati memberikan hasil terbaik untuk optimalisasi fungsi hati yang tersisa ( Poon, 2001 ).
Transplantasi.
Banyak pasien tidak dicalonkan pada hepaktetomi parsial karena luasnya penyakit hati. Beberapa pasien ini baik kandidat untuk transplantasi hati karena memiliki potensi untuk menghilangkan kanker, menyembuhkan penyakit hati yang mendasari ( Bruix, 2005 ).
Ablasi tumor local
Suntikan etanol Intratumoral atau asam asetat, terapi panas ( melalui radioterapi atau laser ablation ), atau dingin ( cryoablation dengan nitrogen cair ) dapat digunakan untuk mengontrol tumor secara local lebih kecil dari 4-5 cm. Teknik-teknik ini sering dilakukan secara perkutaneus sebagai prosedur rawat jalan ( Bruix, 2005 )
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan bilirubin total, aspartate aminotransferase (AST), fosfatase alkali, albumin, dan waktu prothrombin menunjukan hasil yang konsisten dengan sirosis.
Alpha-fetoprotein (AFP) meningkat pada 75% kasus.
Radiografi.
Foto toraks, dilakukan untuk mendeteksi adanya metastasis paru.
CT Scan. Dilakukan untuk pasien Hepatocelullar carcinoma karena meningkatnya AFP. Setiap tes memiliki 70-80% kesempatan untuk menemukan lesi soliter.
MRI dapat mendeteksi lesi lebih dan juga dapat digunakan untuk menetukan aliran dalam vena vortal.
USG untuk mencari tanda-tanda sirosis dalam atau pada permukaan hati.
Biopsi. Biopsi sering diperlukan untuk membuat diagnosis. Secara umum, core biopsi lebih disukai dari biopsi jarum halus. Biopsi umumnya diperoleh melalui perkutaneus dibawah bimbingan ultrasonographic atau CT. sebelum mendapatkan biopsy, paracentesis volume besar mungkin berguna pada pasien dengan asites massif; selain itu, transfuse trombosit mungkin diperlukan pada pasien dengan sirosis dengan trombositopenia berat (<50.000). Resiko pendarahan tidak berkolerasi dengan peningkatan dalam waktu prothombin (Collier, 1998).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN HEPATOMA
A. Pengkajian
Pengkajian hepatoma terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik dan evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit. Keluhan pasien yang lazim didapatkan biasanya sirosis hepatis, meliputi icterus, pruritus, perdarahan gastrointestinal, kaheksia, asites, keluhan yang berhubungan dengan hepatik ensefalopati dan nyeri abdomen kanan atas (jarang).
Pada pengkajian riwayat sekarang, pengkajian anamnesis akan didapatkan hampir sama dengan pasien sirosis hepatis, keluhan gangguan gastrointestinal didapatkan pada hampir semua pasien hepatoma, seperti: mual, muntah, dan anoreksia. Keluhan ini akan bertambah parah apabila pasien mendapat intervensi kemoterapi dan radiasi.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan adanya riwayat menderita sirosis hepatis yang berhubungan dengan hepatitis virus, khususnya hepatitis B dan C, riwayat penggunaan alcohol, dan riwayat penyakit kuning yang penyebabnya belum jelas.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan. Pada pasien dalam kondisi terminal, pasien dan keluarga membutuhkan dukungan perawat atau ahli spiritual sesuai dengan keyakinan pasien.
Pemeriksaan fisik, survey umum bisa terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah. TTV biasa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardia dan peningkatan pernapasan.
Pada pemerikasaan fisik fokus akan didapatkan:
Inspeksi : ikterus merupakan tanda khas, terutama pada sclera. Pasien terlihat kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan perdarahan dari muntah (hematemesis) dan melena.
Auskultasi : biasanya bising usus normal.
Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Palpasi : hepatosplenomegali. Nyeri palpasi kuadran kanan atas mungkin ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat.
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan terapi deuratik, muntah, hypokalemia, penurunan intake cairan oral.
NOC
NIC
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Fluid management
Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
Monitor status hidrasi (kelembapan membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.
Monitor vital sign.
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian.
Kolaborasikan pemberian cairan IV.
Monitor status nutrisi.
Berikan IV pada suhu ruangan.
Dorong masukan oral.
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output.
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
Atur kemungkinan tranfusi.
Persiapan untuk transfuse.
Hypovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.
Monitor tanda vital.
Monitor responpasien terhadap penambahan cairan.
Monitor berat badan.
Dorong pasien untuk menambah intake oral.
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan.
Monitor adanya tanda gagal ginjal.
Diagnosa 2
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
NOC
NIC
Energi conservation
Activity tolerance
Self Care ADLs
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa di sertai peningkatan tekanan darah, nadi, RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari ( ADLs ) secara mandiri
Tanda tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah : dengan atau bantuan alat
Status kardiopulmonari adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
Activity therapy
Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang di perlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang.
Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
Sediakan penguat positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
Diagnosa 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat.
NOC
NIC
Nutrional Status :
Nutrional Status : Food and fluid intake
Nutrional status : Nutrien intake
Weigh control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan peningkatan nutrisi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang bearti
Nutrition Management
Kaji adanya elergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan subtansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsulkan ahli gizi )
Anjurkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring :
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna mengenta, scarlet
D. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Aktifitas pasien dapat optimal sesuai dengan tingkatan toleransi.
Intake nutrisi adekuat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatoma (Hepatocellular Carcinoma/HCC ) adalah tumor ganas hati primer yang berasaldari hepatosit (kanker hati primer). Penyebab utama dari hepatoma ,yaitu serosi hepatis.kondisi sirosis hepatis biasanya berhubungan dengan hepatitis B,hepatitis C, hemokromatosis aflatoxin.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan seluruh jajaran terkait, dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang dibahas didalamnya dengan menerapkan sesuai peraturan yang berlaku.
Daftar Pustaka
Alrosa, N. (2014). Makalah hepatoma, diakses Oktober, 20, 2014 dari http://www.academia.edu/
Mutaqin, A., Sari, K. (2011). Gangguan gastro intestinal : aplikasi keperawatan medikal bedah. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif, A.H., Kusuma, H. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan professional. Media Action Publishing : Yogyakarta.
Suratun., Lusianah. (2010). asuhan keperawatan klien gangguan system gastrointestinal. Trans Info Media : Jakarta.