ASKEP HEPATITIS B
A. PENGERTIAN PEN GERTIAN.. Hepatitis B merupakan peradangan atau infla masi pada hepar yang umumnya umumnya terjadi akibat infeksi virus. Manifestasi penyakit ini bervariasi dari a kut sampai kronik. Brumberg merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang disebut sebagai Australia Antigen pada tahun ta hun 1962 dari serum seorang Aborigin Austraslia. Pada tahun 1970 Dane menemukan virus lengkap yang kemudian dinamakan partikel Dane.
B. ETIOLOGI. 1. Hepatitis virus A. Disebabkan oleh virus hepatitis A yang terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung. Berukuran 27 nm dan termasuk enteral virus vikorna yang mirip virus polio 2. Hepatitis virus B Virus yang lengkap berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang di sebut partikel Dane. 3. Hepatitis C, Merupakan contoh virus tipe non A dan non B yang ditularkan tertama melalui tranfusi darah serta produkdarah lainnya. 4. Hepatitis D agen delta. Virus yang berukursn 35-37 nm dan terdiri dari nukleo protein RNA merupsksn hibrid DNA virus hepatitis B
C. TANDA DAN GEJALA. Infeksi HBV dapat menimbulkan akibat klinis yang berbeda-beda berbeda-beda bagi setiap individu, penderita dapat mengalami salah satu dari beberapa keadaan s eperti dibawah ini ; Tetap sehat.x Terjadi bagi mereka yang memiliki kekebalan ( anti HBS ). Mengidap tetapi tetap sehat. Bila HBS Ag menetap ( persistem ) selama lebih dari 6 bulan tanpa disertai kelainan virus. Hepatitis akut ikterik. z Ditandai masa prodromal sela ma 3 ± 6 hari, kadang-kadang sampai 3 minggu, pasien merasa tidak sehat, anorexia, mual, kadang demam ringan, ras sakit pada bagia n kanan atas perut, rasa lesu, cepat lelah & sakit lema h. Gejala prodromal mereda saat timbul ikterus yang dimulai dengan perubahan warna urein menjadi lebih gelap seperti the pekat. Pada stedium stedium ikterik ini timbul rasa gatal ( pruritus ) selama beberapa hari, hati teraba membesar, rata, kenyal dan nyeri tekan kadang ka dang disertai pembesaran linfe. Setelah 1 ± 4 minggu masa ikterik, penyembuhan berlangsung dengan sendirinya ditandai oleh meredanya ikterus, kembalinya nafsu makan dan kea daan kembali normal. Hepatitis akut an ikterik.{ Pada bentuk ini keluhan sangat ringan dan samar-samar, umumnya umumnya hanya a norexia dan
ganguan pencernaan, pada pemeriksaa n laboratorium ditemukan hiperbilirubinemia ringan, pemeriksan flopia lesi positife dan bilirubinuria, bilirubinuria, urein secara makroskopis berwarna seperti the pekat. Hepatitis akut tulminan. | Bentuk ini hampir semuanya mempunyai mempunyai prognosis jelek, kematian biasanya t erjadi dalam 7 ± 10 hari ssejak mulai sakit. Pada waktu yang singkat terhadap gangguan neorologik, faktor hepatik dan muntah yang peresisten, terdapat demam dan ikterus ya ng menghebat menghebat dalam waktu yang singkat, pada pemeriksaan didapatka n hati yang mengecil purpura, dan perdarahan gastrointestinal. Hepatitis Kronik.} Diduga bahwa pasien Hepatitis B kronik mengalami episode subklinis dari hepatits akut dengan gejala yang sangat ringan sehingga luput dari perhatian. D ugaa kearah kromositas kr omositas dimulai manakala keadaan SGOT & SGPT S GPT tidak pernah menjadi normal selama 6 bulan dari awal hepatitis akut disertai dengan peresistensi HBS Ag serum. Seringkali dijumpai ikterus hepatoseluler yang hilang timbul pada saat general chek- up, tampak adanya ikterus, spider neri, hepato splenomegali, eritema palmar dan kelainan biokimiawi biokimiawi serta serologi diagnostik hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan biopsi dan ga mbaran PA. Pada hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis.
D. PATOFISIOLOGI. Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada agennya, refleksi virus dalam hati meningkat, yang di ikuti oleh penampilan komponen virus dan nekrosis sel hati bersama respons peradangan yang menyertai. Antibodi non spesifik dapat meningkat sama seperti pada infe ksi virus lainnya. Perubahan morfologi hati pada hepatitis A, B, C (nonA dan non B), adalah identik. Pada kasus klasik, ukuran dan warna hati nampak normal, t etapi kadang-kadang kadang-kadang sedikit oedem, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologi, terjadi kekacauan hepatoseluler, cedera dan necrosis hati, dan peradangan perifer. Perubahan reversible bila fase akut a kut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, necrosis s ub masif atau masif dapat mengakibatkan payah hati yang berat dan kematian. Hepaptitis virus D merupakan hibrid DNA virus hepatitis B. virus ini dapat menular sendiri secara langsung dan bersifat hepatoksit. Bentuk ini a kan memperbanyak bentuk hepatitis kronik.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG. 1. Tes serologik : HBS Ag (+). 2. Tes Hibridasi : HBV DNA. 3. Tes RIA ( Radio Imuno Assay ) : HBV Diva Polimerase. 4. Pemeriksaaan darah : SGOT & SGPT meningkat. 5. USG : Biasanya hanya dapat mendeteksi Hepatomegali yang tidak spesifik. 6. Pemeriksaan Histologik : Biopsi Hati. Penting untuk menilai aktivitas, mendeteksi ada tidaknya sirosis, mencari kemungkinan penyebabnya dan menilai hasil pengobatan. Dewasa ini diagnosis untuk sebagian besar pasien Hepatitis B kronik ditegakkan berdasarkan gejala klinis, peningkatan kadar SGOT, SGPT dan Gama GT, dengan tanpa Hiperbilirubinemia, HBS Ag (+), menetap dan gambaran Ultrasonography.
F. INTERVENSI MEDIS.
1. Pencegahan a. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah. b. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular. 2. Obat-obatan t erpilih. a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebihan. Contoh : Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam. Interveron, hanya diberi pada kasus ±kasus agak berat. Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu. b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral. c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral. d. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena. e. Roboransia. f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia) g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air. h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr. 3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. 4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah ± muntah sebaiknya di berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan ya ng cukup 5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat ± obatan yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin sa mapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
G. DAFTAR PUSTAKA. 1. Doenges, Marylinn A. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Jakarta, ECG 1999. 2. Haznam, M.W. Kompendium Diagnostik dan Terapi Ilmu Penyakit Dala m Edisi II , Bandung 1992. 3. Junaidi, Purnawan. Soemasto, Atiek S.Amek, Husna, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 2 Jakarta, Media Aesculapius FKUI, 1982. 4. Price, a. Sylvia. Wilson, Loraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-pr oses Penyakit Edisi ke 4 Buku I Jakarta EGC, 1994. 5. Sabiston, Buku Ajar Bedah Bagian 1, Jakarta, EGC 1992
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS. A. Dasar data pengkajian.
1. Aktivitas dan istirahat. Gejala : Kelemahan, kelelahan, dan malaise umum. 2. Sirkulasi Tanda : Bradikardi hiperbilirubinemia berat. Ikerik pada sklera, kulit dan membran mukosa 3. Eliminasi. Gejala : Urine gelap. Diare / konstipasi, faeses berwarna tanah liat. Adanya / berulangnya hemodialisa. 4. Makanan dan cairan Gejala. : Anorexia, penurunan / peningkatan berat badan (oedem). Mual / muntah. Tanda : Asites. 5. Neurosensori Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis. 6. Nyeri / kenyamanan Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kwadran kana n atas. Mialgia, artralgia, sakit kepala. Gatal-gatan (pruritus) Tanda : Otot tegang, gelisah. 7. Pernapasan Gejala : Tidak minat / enggan merokok (perokok). 8. Keamanan Gejala : Adanya transfusi darah / produk darah. Tanda : Demam Ultikarya, lesi makulopapular, eritema tak beraturan. Eksaserbasi jerawat. Angioma jaring-jaring, eritema falmer, ginekomastia. ( kadang-kadang ada pada hepatitis alkoholik) Splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior. 9. Sexualitas Gejala : Pola hidup / prilaku meningkatkan resiko terpajan
10. Penyuluhan / pembelanjaran Gejala : Riwayat diketahui / mungkin terpajan pada virus, bakteri, atau toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah. : Pembawa (simptomatik atau asimptomatik) : adanya presedur bedah dengan anestesi haloten : terpajan pada kimia t oksik (
contoh ; karbon tertraklorida, vinil klorida ) Obat resep ( contoh ; Sulfonamid, fenotiazid, isoniazid ). Perjalanan / imigran dari Cina, Afrika, Asia Tenggara, Timur Tengah ( hepatitis B (HB) endemik di area ini ). Obat jalanan (IV) atau penggunaan alkohol. Diabetes, Gagal jantung kronis, atau penyakit Ginjal. Adanya infeksi seperti Flu pada pernafasan atas.
DIAGNOSA KEPERAWATAN. 1. Intoleransi aktivitas, dapat dihubungkan dengan : Kelemahan umum, penurunan kekuatan / ketahanan, nyeri. Mengalami keterbatasan aktivitas / depresi. Kemungkinan dibuktikan dengan : Laporan kelemahan, ketidaknyamanan kerja. Penurunan kekuatan otot. Menolak untuk bergerak. Tujuan jangka pendek : Menyatakan pemaha man situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu.Z Menunjukan tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.> Tujuan jangka panjang : Z Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas. >
Rencana intervensi.Z 1. Tingkatkan tirah baring / duduk, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan. 2. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik. 3. Tingkatkan aktivitas esuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak pasif / aktif. 4. Dorong penggunaan tehnikmanajemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imaginasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat, contoh ; menonton TV, radio dan membaca.
Rasionalisasi. Z 1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan, aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah kekaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati. 2. Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan. 3. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktifitas yang mengganggu periode istirahat. 4. Meningkatkan relaksasi & penghematan energi, memusatkan perhatian & koping.
2. Nutrisi, perubahan ; kurang dari kebutuhan tubuh. Dapat dihubungkan dengan ; Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik ; anorexia, mual , muntah. Gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan ; penurunan peristaltik (refleks viseral0 empedu tertahan. Peningkatan kebutuhan kalori / status hipermetabolik. Kemungkinan dibuktikan oleh ; Enggan makan / kurang minat terhadap makan.> Gangguan sensasi pengecap. > Nyeri abdomen / kram. > Penurunan berat badan ; tonus otot buruk.> Tujuan jangka pendek : Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk mempertahankan / meningkatkan berat badan yang sesuai. Z Tujuan jangka panjang : Menunjukan peningkatan berat badan mencapaiZ tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.
Rencana tindakan.Z 1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makanan s edikit dalam frekuensi sering da tawarkan makan pagi paling besar. 2. Berikan perawatan mulut sebelum makan. 3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. 4. Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi. Rasionalisasi.Z 1. Makan banyak sulit untuk mengukur bila pasien anorexia.. anorexia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari. 2. Menghilangkan rasa tidak enak dapat meningkatkan nafsu ma kan. 3. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan. 4. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi & pengeluaran empedu & perlunya pembatasan masukan lemak bila terjadi diare. Bila toleran masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati.
3. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap. Faktor resiko meliputi : Kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare, perpindahan area ketiga ( acites ). Gangguan proses pembekuan. Tujuan jangka pendek : Mempertahankan hidrasi a dekuat dibuktikan olehZ tanda vital stabil, turgor kulit baik, pengisian kapiler, nadi perifer kuat dan haluaran urien sesuai.
Tujuan jangka panjang : Tidak terjadi hidrasi yang berulang. Z Rencana intervensi.Z 1. Awasi masukan dan haluaran , bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh ; muntah dan diare. 2. Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler (kapiler refill), turgor kulit dan membran mukosa. 3. Observasi tanda perdarahan, contoh ; hematuri / melena, ekimosis, perdarahan terusmenerus dari gusi / bekas injeksi. 4. Kolaborasi ; awasi ( observasi ) nilai laboratorium, contoh : HB, Na + dan waktu pembekuan. Rasionalisasi.Z 1. Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek therapy ; catatan : diare dapat berhubungan dengan respon terhadap infeksi dan mungkin terjadi sebagai masalah yang lebih serius dari obstruksi aliran darah portal dengan kongesti vaskuler pada traktus GI atau sebagai hasil penggunaan obat ( neomisin ) laktolosa untuk menurunkan kadar amonia serum pada adanya ensefalopati hepatik. 2. Indikator volume sirkulasi / perfusi. 3. Kadar protrombin menurun dan waktu koagulasi memnjang bila absobsi vitamin k terganggu pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena pengaruh hati. 4. Menunjukan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar protein ya ng dapat menimbulkan pembentukan edema, defisit pada pembekuan potensial berasiko perdarahan ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS
5. PENGKAJIAN I. BIODATA. A. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Ahmad Masturi Umur : 53 th. Jenis kelamin : Laki-laki. Pendidikan : SLTA Agama : Islam. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia. Status perkawinan : Kawin. Alamat : Jl. A. Yani. Gg. H. Abdul Kadir. No 34 Loktabat. Tgl masuk RS / Pusk : 17-9-2001 Tgl pengkajian : 17-9-2001 Nomor register : 961853 Dignosa medis : Hepatitis B Akut.
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB. Nama : Ny. Siti Aminah. Umur : 49 th.
Jenis kelamin : Perempuan. Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam. Alamat : Jl. A.Yani Gg H. Abdul Kadir. No 34 Loktabat.
II. RIWAYAT PENYAKIT. A. Keluhan utama. Rasa nyeri pada daerah hepar / hati, disertai suhu tubuh yang turun naik.
B. Riwayat penyakit sekarang. Suhu tubuh meningkat sejak tanggal 10-9-2001, pada malam hari jam 23.00. kemudian pada pagi hari sekitar jam 07.30 suhu tubuh mulai berangsur turun. Kejadian ini t erus berulang sampai 1 minggu. Suhu dapat cepat meningkat apabila px banyak beraktifitas. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah rasa mual dan rasa nyeri menusuk pada daerah ulu hati / epigastrium. Tanggal 13-9-2001 px nerobat ke PKM Banjarbaru, dapat therapi : Antasida 3 x 1 tab Paracetamol 3 x 1 tab B 6 3 x 1 tab B Complek 3 x 1 tab b
b
b
b
Tanggal 15-9-2001 pagi hari saat px bangun tidur, kulit kekuning-kuningan, terutama pada ekstremitas atas, pada sore hari akhirnya menyebar keseluruh tubuh termasuk daerah mata, disertai rasa nyeri menusuk pada daerah hepar, akan bertambah sakkit bila px nerjalan / beraktifitas, dan akan terasa nyaman apabila px beristirahat atau berbaring. Akhirnya pada tanggal 17-9-2001 jam 08.30 px dibawa berobat ke RSU Banjarbaru.
C. Riwayat penyakit terdahulu. Sebelumnya pasien belum pernah menderita nyeri hepar seperti ini. Hanya demam , batuk dan flue saja. Rasa nyeri pada epigastrium (maag) sudah diderita px sejak lama & sering minum obat antasida ( promaag ).
III. PEMERIKSAAN FISIK. A. Keadaan umum. Kesadaran : Komposmentis. Vital sign TD : 110 / 80 mmhg Temp : 38,5° C. Nadi : 88 x / mt Resp : 28 x / mt. TB : 160 cm BB : 65 kg. B. Kulit. Kulit tampak ikterik, lesi ( -). Tanda peradangan (-). Gejala cianosis (-). Turgor kulit baik, cepat kembali < 2 detik. Kelembaban kulit baik. Terdapat bekas luka ( sikatrik ) pada ta ngan kanan pasien
C. Kepala. Warna rambut hitam pekat, tampak adanya uban pada sebagian ra mbut. Distribusi rambut merata. Tidak terdapat adanya benjolan. Bentuk kepala mesosepal.
D. Penglihatan. Tidak terdapat adanya oedema palpebra. Konjungtiva mata tampak ikterik. Sklera mata ikterik (+). Refleks pupil terhadap cahaya (+). Pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
E. Penciuman & Hidung. Bentuk hidung simetris. Pernafasan cuping hidung (+). Tidak terdapat adanya sekret pada lubang hidung. Penciuman baik, dapat membedakan aroma / bau F. Pendengaran & Telinga. Bentuk telinga simetris dextrta dan sinistra. Lubang telinga bersih, tidak terdapat adanya sekret. Pendengaran berfungsi baik. Dapat merespon dengan baik pertanyaan perawat
G. Mulut. Bentuk bibir simetris atas dan bawah. Mukosa bibir kering dan tampak pucat. Warna lidah merah bercak keputihan. Tidak terdapat adanya pembengkakan gusi.
H. Leher. Pulsasi vena jugularis (-). Pembesaran kelenjar thyroid (-). Tidak ada pembatasan gerak leher.
I. Dada / Pernafasan / Sirkulasi. Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+). I kterik (+). Fremitus vokal (+) dextra dan sinistra. BJ 1 dan Bj 2 terdengar, ronchi & whezing (-).
J. Abdomen. Bentuk simetris, ascites (-). Ikterik (+). Teraba pembesaran hati didaerah lumbal kanan.
Nyeri tekan epigastrium (+). Bunyi tympani (+), ascites (-). Terjadi penurunan bising usus.
K. Sistem reproduksi. Jenis kelamin laki-laki. Menurut pasien tidak ada gangguan / kelainan pada organ reproduksi. Mempunyai anak 4 orang. 2 E dan 2 F.
L. Ekstremitas atas & bawah. Akral hangat, ekstremitas atas dapat digerakan, terpasang infus pada tangan kana n. Ikterik (+). Bentuk tangan simetris, jumlah jari lengkap,pertumbuhan kuku normal. Ekstremitas bawah dapat digerakan, ikterik (+). Tonus otot lemah. Adanya kelemahan umum dalam beraktifitas.
IV. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL. A. Aktivitas & Istirahat. Di rumah : aktivitas sehari-hari sebagai PNS dikantor Peternakan, dari pagi sampai sore hari. Pola istirahat tidur malam berkisar 6 - 7 jam. Di RS : aktivitas di RS dibantu oleh istri pasien. Istirahat siang hanya 1 jam, dan istirahat / tidur malam 6 jam.
B. Personal hygiene. Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehar i. Ganti baju 2 x sehari. Potong kuku 1 minggu sekali. Sanitasi air bersih dari sumber PDAM Selama di RS pasien tidak bisa mandi, hanya diseka saja oleh istri pasien.
C. Nutrisi. Pola makan biasanya 3 x sehari, t erdiri dari lauk dan pauk.porsi sekali makan bisa sampai 2 piring. Minum air putih sampai dengan 1 ½ liter sehari.tidak suka minum kopi. Di RS diet px bubur rendah lemak. Tetapi px hanya mampu menghabiskan ½ bagian saja. Nutrisi parenteral Ivfd RL 20 tts / mt.
D. Eliminasi. Di rumah : Pola BAB 1 x sehari, biasanya pada pagi hari. Pola BAK 5 7 sehari. Di RS : Pola BAK tidak ada keluhan, tetap seperti biasa. Sejak masuk RS sampai dengan sekarang px belum ada Bab E. Sexualitas.
Lamanya menikah 28 tahun Istri pasien 1 orang berusia 48 tahun.
F. Psikososial. Selama di RS pasien tampak tenang menerima penyakitnya. Pasien tampak koopertif dan terbuka dengan perawat.
G. Spiritual. Pasien beragama Islam. Menurut pasien, Sejak sakitnya mulai parah ia tidak dapat sembahyang seperti biasanya. Pasien tampak tabah dala m menjalani program pengobatan.
V. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN. A. Laboratorium.
NO HARI & TANGGAL JENIS PEMERIKSAAN KATEGORI NORMAL HASIL PEMERIKSAAN 1 Selasa HB 18-9-2001 Leokosit. LED Diff count. Bilirubun total. Ureum Kretinin SGOT SGPT Urein lengkap 14 ± 16 gr % 5000 ± 10,000 mm3 0 ± 10 mm / jam b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
31 u/l 46 u/l 10,6 gr % 7800 /mm3 16 mm / jam 0/4/0/50/47/0 13,99 % 20,22 % 1,0 mg b
b
b
b
b
b
b
b
b
189,0 u/l 200,5 u/l red (+) alb (-) urob (+++) bill (+++) epitel (+) leo (+) 1-3 /lp erit (+) 0-1/ lp crist (-) cast (-) b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
b
B. Rontgen Hasil :««««««««..
C. EKG. Hasil :««««««««.
D. Pemeriksaan lain ( EEG, USG, CT Scan, dll ).
E. Pengobatan : Amoxycilin tab 3 x 1 tab Curcuma tab 3 x 1 tab B 6 tab 3 x 1 tab Procholin tab 3 x 1 tab Glikoben tab 3 x ½ tab Antasida tab 3 x 1 tab Actrapid inj 3 x 4 ml ( per 8 jam ) IVFD Rl 20 tts /mt. ANALISA DATAZ
NO Data Subyektif & Obyektif ETIOLOGI MASALAH 1.
2. Data Subyektif ; Pasien mengatakan adanya kelemaha n ekstremitas secara umum.
Data Obyektif ; Adanya keterbatasan aktivitas Terjadi penurunan kekuatan otot. Ketergantungan pasien dala m beraktifitas dengan istrinya. Terpasang infus RL 20 tts/mt b
b
b
b
Data subyektif ; Penurunan nafsu makan. Adanya rasa mual. Rasa nyeri di daerah epigatrium. b
b
b
Data Obyektif ; Porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan, hanya mampu menghabiskan ½ porsi dari yang disediakan Adanya kelemahan umum, disertai rasa nyeri didaerah hepar b
Gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan Intoleransi aktifitas.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Hari & tanggal Diagnosa keperawatan Perencanaan Implementasi Tujuan Tindakan Rasionalisasi 1
2.
3 Selasa 18-9-01
Selasa 18-9-01
Selasa 18-9-01
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan : Adanya keterbatasan aktifitas. Ketergantungan pasien dengan istrinya dalam melakukan aktifitas. b
b
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ditandai dengan : Penurunan nafsu makan. Porsi makan sedikit, hanya ½ porsi saja. Rasa mual. b
b
b
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pada patogen. Jangka pendek : Menyatakan pemahaman terhadap situasi serta faktor resiko dan program ADL Jangka panjang : Menunjukan tehnik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Jangka panjang : Pasien dapat menunjukan perilaku untuk mempertahankan berat badan. Jangka pendek : Tidak terjadi anorexia berkepanjangan
Jangka pendek : Menyatakan pemahaman terhadap faktor resiko. Jangka panjang : Menunjukan tehnik & melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang / transmisi ke orang lain. 1. Tingkatkan tirah baring duduk beri lingkungan tenang dan batasi jumlah pengunjung.
2. Tingkatkan aktivitas sesuai dengan toleansi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif. 3. Ubah posisi sesering mungkin serta berikan perawatan kulit yang baik.
4. Dorong penggunaan tehnik manajemen stres, berikan hiburan ya ng tepat. 1. Awasi terulangnya anorexia & nyeri tekan pembesaran hati.
2. Awasi masukan dan haluaran,bandingkan dengan BB harian, catat kehilangan cairan baik lewat oral ± usus. 3. Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
4. Kolaborasi ; Observasi nilai laboratorium setiap hari.
1. lakukan tehnik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasn termasuk cuci tangan ef ektif.
2. Awasi / batasi jumlah pengunjung.
3. Jelaskan prosedur isolasi pada pasien dan keluarga.
4. Berikan informasi tentang adanya Gama Glabulin, ISG HBIG. Vaksin HB. 1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.posisi duduk tegak dapat menurunkan aliran darah kekaki. 2. Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu
3. Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan kerusakan jaringan. 4. Meningkatkan relaksasi & penghematan energi, memusatkan perhatian dan dapat meningkatkan koping 1. Menunjukan kurangnya resolusi / eksaserbasi penyakit memerlukan istirahat lanjut. 2. Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti / efek therapy.
3. Sebagai indikator volume sirkulasi / perfusi.
4. Dapat menunjukan hidrasi dan mengidentifikasikan retensi natrium / kadar prot ein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko perdarahan.
1. Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain melalui cuci tangan efektif dapat mencegah transmisi virus. 2. Pasien terpajan t erhadap proses infeksi ( khususnya respiratorius ) potensial resiko kompliksi sekunder. 3. Pemahaman alasan untuk perlindungan diri dan orang lain dapat mengurangi perasaan
isolasi dan stigma. 4. Efektif dalam mencegah Hepatitis virus pada orang yang terpajan tipe hepatitis dan periode inkubasi. 1. Menganjurkan pasien untuk istirahat di tempat tidur dan duduk perlahan-lahan sesering mungkin.
2. Menganjurkan pasien untuk dapat menggerakan bagian tubuhnya sesering mungkin
3. Mengubah posisi tidur px sesering mungkin, serta memberikan bedak di punggung pasien 4. Menganjurkan pasien untuk tidur sambil membaca buku / nonton TV 1. Observasi keadaan umum pasien, dan saat makan pasien. Observasi derajat a norexia pasien. 2. Catat jumlah masukan dan haluaran pasien dalam lembar BCP,
3. Observasi tanda-tanda vital setiap 6 jam sekali.
1. Lakukan cuci tangan setelah kontak dengan pasien.
2. Mmbatasi jumlah pengunjung dengan alasan yang tepat.
3. Menjelaskan pada pasien mengenai patofisiologi penyakitnya serta proses penyebaran virusnya. 4. HE kepada pasien dan keluarga tenta ng imunisasi pencegahan terhadap virus HB.
CATATAN PERKEMBANGAN NO HARI / TGL NO DIAGNOSA PERKEMBANGAN PARAF 1
2
3 Kamis 20 ± 9 - 2001 16.00
Kamis 20 ± 9 - 2001 17.00
Kamis 20 ± 9 - 2001 17.30
No 1
No 2
No 3 S : Pasien mengatakan kelemahan tonus otot berkurang. O : Pasien sudah mampu bangun tidur / duduk sendiri tampa bantuan ora ng lain. A : Kelemahan tonus otot mulai teratasi. P : Pasien mampu melakukan peningkatan toleransi aktivitas serta tidak t ergantung pada orang lain. I : Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi pasif dan aktif. E : Pasien mampu bangun tidur dan berdiri tanpa dibantu, tapi untuk berjalan ke WC tetap dibantu. R : Masalah teratasi.
S : Rasa mual mulai berkurang. O: Nafsu makan tampak mulai membaik A: Masalah mulai teratasi. P: Pertahankan intake nutrisi pasien. I: Kolaborasi dengan tim medis untuk meneruskan terafi dan suport pasien untuk mempertahankan intake yang adekuat E: Pasien mampu menunjukan bebas tanda malnutrisi.
S : Tidak ada keluhan dari gejala / ta nda tanda infeksi, contoh panas. O : Tidak terdapat gejala infeksi A : Tidak terjadi infeksi sekunder P : Teriskan rencana dan tindakan septik dan sterilisasi. Diposkan oleh Heri Saputra di Jumat, April 02, 2010 Label: ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH