GINEKOLOGI 1. Pengertian Ginekologi Ginekologi berasal dari kata Gynaecology. Secara umum ginekologi adalah ilmu yang mempelajari kewanitaan (science of women). Namun secara khusus adalah ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita (organ kandungan yang terdiri atas rahim, vagina dan indung telur). 2. Istilah-istilah yang berhubungan dengan ginekologi -
Infertilitas
-
Amenorhea
-
Dismenorhea
-
Metrorhagia
-
Endometritis
-
Menopause
-
Carcinoma servix
-
Abses Bartolini
-
Hyperplasia endometrium
-
Kista Ovrium
-
Carsinoma ovarium
- Nyeri pelvix -
Carsinoma mamae
A. Infertilitas
adalah ketidakmampuan untuk hamil/menghamili setelah 1 tahun menikah tanpa penggunaan alat kontrasepsi.
Macam – Macam – macam macam infertilitas :
1. Infertilitas primer yaitu, keadaan infertilitas yang dialami pasangan suami istri sejak awal mereka menikah. 2. Infertilitas sekunder yaitu, keadaan infertilitas yang dialami pasangan suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah.
Etiologi
1. Infertilitas Disengaja Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap atau sterilisasi. 2. Infertilitas Tidak Disengaja a. Pihak Suami, disebabkan oleh: 1) Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia, hypospermia, necrospermia. 2) Kelainan mekanis sehingga sperma tidak dapat dikeluarkan ke dalam puncak vagina seperti : impotensi, ejakulatio praecox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis.
b. Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar sampai dengan indung telur. 1) Gangguan ovulasi, misal: - Gangguan ovarium, dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat matang. - Gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak (hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi seperti FSH dan LH. 2) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi : - Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun penyumbatan pada saluran tuba. -
Kelainan uterus meliputi kontraksi kontraksi uterus, uterus, adanya adanya distorsi kavum kavum uteri karena sinekia, mioma atau polip. Masalah uterus mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intra uterin dan nutrisi serta oksigenasi janin. Pemeriksaan meliputi biopsi endometrium, histerosalpingografi dan histeroskopi.
-
Endometriosis. Jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim.
-
Stenosis canalis cervicalis atau hymen.
-
Fluor albus.
Faktor yang mempengaruhi fungsi reproduksi
1. Pada perempuan : a. Umur : Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. b. Emosi atau stress : Stress memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. c. Lingkungan : Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan dan obat rekreasional (rokok, kafein dan alkohol). d. Hubungan seksual : frekuensi, posisi dan melakukannya pada masa subur 2. Pada laki-laki : a. Gonadotoksin berkaitan dengan lingkungan seperti paparan p anas, merokok, radiasi, logam berat, larutan organik dan pestisida. Peningkatan suhu yang sedang pada kantung skrotum dapat menimbulkan efek samping terhadap pembentukan sperma sehingga densitas dan motilitas sperma menurun. Pemakaian celana yang terlalu ketat, berendam air panas, spa dan pekerjaan yang terlalu lama duduk dapat menurunkan kesuburan. Merokok atau pemakaian marijuana, konsumsi alkohol dan kokain dapat menurunkan kualitas semen dan konsentrasi testosteron. Beberapa obat-obatan juga mempunyai efek gonadotoksin seperti; cimetidine, spironolactone, nitrofurans,
sulfasalazine, erythromycin, tetracyclines dan agen kemoterapi. Gaya hidup memegang peran dalam menyumbang angka kejadian infertilitas. b. Penggunaan radiasi atau kemoterapi dalam dosis besar dan jangka panjang.
Pemeriksaan dan terapi infertilitas
1. Syarat-syarat pemeriksaan : a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 1 tahun. b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang. c. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini. d. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit. 2. Langkah pemeriksaan a. Pemeriksaan umum 1) Anamnesa terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus.
Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks dan riwayat perkawinan yang dulu.
Anamnesa khusus
Istri : usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genetalia). Suami : bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mumps (parotitis epidemika) sewaktu kecil. 2) Pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan).
3) Pemeriksaan laboratorium dasar meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah. 4) Pemeriksaan penunjang bisa pemeriksaan rontgen ataupun USG.
b. Pemeriksaan khusus 1) Pemeriksaan ovulasi a) Terjadinya ovulasi dapat kita ketahui dengan berbagai pemeriksaan :
Pencatatan suhu basal, setelah ovulasi terjadi kenaikan suhu basal
disebabkan pengaruh hormon progesteron.
Pemeriksaan vagina smear : pembentukan progesteron menimbulkan
perubahan-perubahan sitologis pada sel-sel superficial.
Pemeriksaan lendir serviks : adanya progesteron menimbulkan
perubahan sifat lendir serviks ialah lendir tersebut menjadi lebih kental.
Pemeriksaan endometrium : kuretase pada hari pertama haid atau pada
fase premenstruil menghasilkan endometrium dalam stadium sekresi dengan gambaran histologis yang khas.
Pemeriksaan hormon seperti estrogen, ICSH dan pregnandiol.
b) Gangguan ovulasi disebabkan :
Faktot-faktor susunan saraf pusat : tumor, disfungsi hypothalamus, faktor
psikogen, disfungsi hypofise.
Faktor intermediate : gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
Faktor ovarial : tumor, disfungsi, turner syndrom.
c) Terapi atau pengobatan Sesuai dengan etiologi bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise dengan memberikan :
Pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron,
Substitusi terapi (pemberian FSH dan LH)
Pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH.
Clomiphen mempunyai efek langsung pada ovarium. Biasanya diberikan 50 mg sehari selama 5 hari dimulai pada hari kelima dari siklus.
2) Pemeriksaan sperma a) Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per
cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih
Subfertil : 20-60 juta per cc
Steril : 20 juta per cc atau kurang.
b) Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens). c) Terapi atau pengobatan
Umum : hygiene umum, kurangi merokok dan minuman beralkohol,
istirahat yang cukup.
Hormonal : pemberian testosteron, gestyltesto, humegon (Human
Menopausal Gonadotropin)
Operatif : memperbaiki penutupan duktus deferens.
Centrifuge sperma.
3) Pemeriksaan lendir serviks a) Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa :
Kentalnya lendir serviks ; Lendir serviks yang mudah dilalui
spermatozoa adalah lendir yang cair. pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
Enzim proteolitik.
Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
b) Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar waktu ovulasi.
Pemeriksaan yang baik menandakan : teknik coitus baik, lendir serviks normal, estrogen ovarial cukup dan sperma cukup baik.
Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner
Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus. c) Terapi atau pengobatan Pemberian hormon estrogen atau antibiotika bila terdapat infeksi. 4) Pemeriksaan tuba Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
Hysterosalpingografi ; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum
uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
Kuldoskopi ; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan
ovarium.
Laparoskopi ; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya. 5) Pemeriksaan endometrium a) Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak memperlihatkan gambaran histologik yang khas, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron dan produksi progesteron kurang. b) Terapi Pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.
Pencegahan Enam langkah mencegah infertilitas : 1) Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau menenggak minuman beralkohol. 2) Meminum secangkir kopi hangat memang nikmat. Tetapi terlalu sering mengkonsumsi minuman berkafein mengganggu kesuburan. 3) Jaga keseimbangan berat badan.
4) Santailah! Jangan sampai stress berlebihan karena memikirkan hal-hal yang tidak terlalu penting. 5) Segera konsultasi ke dokter bila periode bulanan tidak teratur dan jika merasa memiliki masalah menstruasi lainnya. 6) Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh, terutama dibagian alat vital, langsung periksakan ke dokter
B. Bartolinitis
Adalah
Infeksi
pada
kelenjar
bartolin
atau
bartolinitis
juga
dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
Etiologi Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina
Etiologi Infeksi
1. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus
:
kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur
:
kandida albikan.
Protozoa
:
amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri
:
neiseria gonore.
2. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus
:
klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur
:
asinomises.
Bakteri
:
neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
Patofisiologi Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi
salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.
Tanda dan Gejala -
Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
-
Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam
-
Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
-
Terdapat abses pada daerah kelamin
-
Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
Pengobatan Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl 500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Vullva
In speculo
Penatalaksanaan Tatalaksana Infeksi Alat Kelamin Wanita Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia. 1. Gonore (GO) - Anamnese :
a. 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada gejala atau keluhan. b. Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita. c. Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita. - Pemeriksaan : Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid
keruh,
mukopurulen
atau
purulen.
Mungkin
didapatkan
komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID). - Laboratorium : Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit. 2. Uretritis Non Gonore - Anamnese : Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria). Sering bersifat kumatkumatan (yang membedakan dengan GO) Riwayat kontak sering (+) - Pemeriksaan : Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis. - Laboratorium : Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang. Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads) 3. Trikomoniasis - Anamnese : Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex
(dyspareunia) juga sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis. - Pemeriksaan : Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina. - Laboratorium : Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+). 4. Kandidiasis - Anamnese : Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina. Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual. Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan. - Pemeriksaan : Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis). In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya menutup portio. - Laboratorium : Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
Pencegahan Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat : 1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering. 3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan dapat dialami semua perempuan. 4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang menggunakannya sebelum Anda. 5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari depan ke belakang. 6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual. 7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner . Perempuan seringkali salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina. 8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya. 9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda bergantiganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas
C. Carsinoma Mammae
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005). Ca Mammae adalah kanker yang menyerang jaringan payudara yang menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).
Insiden
Ca mammae merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita kaum wanita setelah ca serviks. Amerika utara dan Eropa memiliki angka insiden ca mammae yang lebih tinggi daripada Asia. Di Amerika Serikat ca mammae merupakan 32 % dari seluruh jumlah kanker pada wanita. Diperkirakan 1 diantara 8 wanita di Amerika Serikat (± 12,8%) mengidap karsinoma payudara selama hidupnya. Tiap tahun 180.000 kasus baru invasive breast cancer terdiagnosis dengan lebih dari 40.000 angka kematian terjadi di AS sedangkan lebih dari 1 juta kasus baru dan 370.000 kematian tiap tahunnya terjadi di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa metode pengobatan yang efektif sangat dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini (Ibrahim, 2010). Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa daerah di Amerika Serikat (100/100.000), beberapa negara Eropa Barat (tertinggi di Swiss, (73,5/100.000). Untuk Asia, masih berkisar antara 10-20/100.000 (Jepang 17,6/100.000), (Kuwait 17,2/100.000), (Cina 9,5/100.000) (RS Kanker Dharmais, 2002). Belum ada data yang akurat untuk insiden ca mammae di masyarakat Indonesia pada saat ini, karena luasnya wilayah dan terbatasnya sarana maka semua data kanker berdasarkan data dari rumah sakit. Dari beberapa laporan, Angka ca mammae diperkirakan 20 % dari seluruh kanker yang menyerang wanita (Azamris, 2006).
Etiologi
Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit ca mammae. Sampai saat ini terjadinya ca mammae diduga akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan, dan hormonal yaitu kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan (Harianto, 2005).
Faktor Risiko
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya ca mammae yaitu: 1. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki riwayat keluarga ada yang menderita ca mammae seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena ca mammae 2 hingga 3 kali lebih tinggi. 2. Hormon Haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35 tahun dan tidak pernah menyusui anak. 3. Umur Wanita berumur >30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause. 4. Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak atatu tumor ganas kontralateral. 5. Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada. 6. Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa. 7.
Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi (Dalimartha, 2004).
8. Lama menggunakan kontrasepsi oral 9. Pola konsumsi makanan berlemak 10. Kurangnya aktivitas fisik (Indarti, 2005).
Patofisiologi
Ca mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini merupakan multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca mammae, kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1,
BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi kematian sel (Heffner, 2005). Ca mammae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terusmenerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya. Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjarr di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
Tipe-tipe
Tipe Ca mammae berdasarkan gambaran histopatologi : 1. Karsinoma duktal menginflitrasi
Adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke nodus aksila, tulang, paru, hepar dan otak 2. Karsinoma lobular menginfiltrasi Tipe ini umumnya multisentris, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua mammae. Karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal. 3. Karsinoma modular Pada 6 % karsinoma modular tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosis seringkali lebih baik. 4. Karsinoma musinus Pada 3 % karsinoma musinus adalah penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat. 5. Karsinoma duktal-tubular Hanya 2% dan jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim maka prognosisnya sangat baik. 6. Karsinoma inflamantori Merupakan
tipe
karsinoma
mammae
yang
jarang
(1-2
%)
dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi papilla mammae (Prawirohardjo, 2005).
Stadium Kanker Payudara
Tjindarbumi (2002) membagi stadium ca mammae yanng disesuaikan dengan aplikasi klinis sebagai berikut : 1. Stadium I Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.
2. Stadium II Besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm. 3. Stadium IIIa Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain. 4. Stadium IIIb Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada, kulit merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul. 5. Stadium IV Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.
Tanda dan Gejala
Menurut Suryaningsih 2009, tanda dan gejalanya adalah : 1. Benjolan Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. 2. Perubahan kulit pada payudara a.
Kulit tertarik (skin dimpling)
b.
Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)
c.
Eritema
d.
Ulkus
3. Kelainan pada putting
a.
Putting tertarik (nipple retraction)
b.
Eksema
c.
Cairan pada putting (nipple discharge)
Tes Diagnostik
a. Mamografi
Dengan tes ini dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya bila mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi. b. Ulrasonografi USG biasanya digunakan bersamaan bersama dengan mamografi, tujuannya untuk membedakan kista yang berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone scanning dan CT scan. c. X-foto thorax Dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru. d. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus Merupakan pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi jarum terhadap lesi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan oleh pemeriksaan lain. Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah keganasan sehingga biopsi eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negatif tersebut (Sjamsuhidayat, 2004)
Pengobatan
Pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon. 1. Pembedahan
a. Mastektomi Mastektomi adalah operasi pengangkatan mastektomi yaitu :
mammae. Ada 3 jenis
1) Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae, jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak. 2)
Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
mammae saja, tanpa kelenjar di ketiak. 3) Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari mammae. Biasanya disebut Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh mammae. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir mammae. b. Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak. Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap penderita ca mammae yang menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm (Tapan, 2005). 2. Non Pembedahan
a.
Terapi radiasi Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena ca dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di mammae setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar mammae menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
b. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat – obatan ini tidak hanya membunuh sel kanker pada mammae, tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok. Sistematik setelah mastektomi, paliatif pada penyakit yang lanjut. c.
Terapi hormon dan endokrin
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi. Obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Diberikan pada kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi (Tapan, 2005).
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Data biografi/biodata Meliputi identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat keluhan 1). Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya : Benjolan, kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple discharge, nipple retraksi dan sejak kapan, krusta pada aerola, kelainan kulit : dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi, perubahan warna kulit, benjolan ketiak, edema lengan. 2). Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis : Nyeri tulang (vertebra, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat. c.
Faktor Risiko Usia penderita, usia melahirkan anak pertama, punya anak atu tidak, riwayat menyusui, riwayat menstruasi : menstruasi pertama usia berapa, keteraturan siklus menstruasi, menopouse usia berapa, riwayat pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain, riwayat pernah operasi tumor payudara, riwayat radiasi dinding dada.
d. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Status generalis 2) Status lokasi : Payudara kanan dan kiri harus diperiksa Masa tumor : lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m. pektoralis, dan dinding dada. Perubahan kulit : kemerahan, dimpling, edema, nodul, peau d’orange, ulserasi. Nipple : tertarik, erosi, krusta, discharge. Status kelenjar getah bening : KGB aksila : jumlah, ukuran, konsistensi KGB infra klavikula KGB supraklavikula Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis : Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak). 3) Berat badan dan tinggi badan 4) Pengkajian head to toe e.
Pemeriksaan laboratorium meliputi : 1) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin. 2) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat. 3) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita ca mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
f. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi : 1) Nutrisi Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS. 2) Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS. 3) Istirahat dan tidur Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit. 4) Personal hygiene Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari, frekuensi mencuci rambut dalam seminggu, dikaji sebelum dan pada saat di RS. 5) Identifikasi masalah psikologis, sosial, dan spiritual. Status psikologis : Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif. Status sosial
: Merasa terasing akibat klien kurang berinteraksi dengan
masyarakat lain. Status spiritual : Klien dalam beribadah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor b. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat dan hipermetabolisme. d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka infeksi e. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mamae dan atau perubahan gambaran mamae. g. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
: Nyeri klien berkurang atau dapat teratasi
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3 atau hilang.
b.
Nyeri tekan tidak ada.
c.
Ekspresi wajah tenang, dapat istirahat, tidur.
d.
Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
mencegah nyeri.
Intervensi (NIC)
Rasional
Kaji secara komphrehensif lokasi,
Untuk mengetahui sejauh mana
karakteristik, durasi, frekuensi, skala,
perkembangan rasa nyeri yang
dan intensitas nyeri.
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
Berikan informasi mengenai nyeri klien
intervensi selanjutnya.
meliputi penyebab nyeri dan intensitas
Klien dapat mengontrol nyeri.
nyeri. Posisikan pasien untuk memberikan kenyamanan.
Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara
Ajarkan penggunaan teknik non
efektif dan dapat mengurangi nyeri.
farmakologi (relaksasi, guided
Teknik relaksasi dapat membuat
emergency, terapi music, distraksi,
klien merasa sedikit nyaman dan
aplikasi panas dingin, massage, TENS,
distraksi dapat mengalihkan
hipnotis, terapi bermain, terapi aktivitas perhatian klien terhadap nyeri akupresure).
sehingga dapat membantu
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
mengurangi nyeri yang dirasakan.
Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
Kebutuhan tidur/istirahat terpenuhi dan cara untuk mengurangi nyeri. Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien. Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
b.
Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan. Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi. Kriteria Hasil :
a.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi) b. Perfusi jaringan baik c. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka Intervensi (NIC) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional Mencegah iritasi dan tekanan dari baju.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. Area yang lembab dan Monitor kulit adanya kemerahan
terkontaminasi merupakan media untuk pertumbuhan organisme patogenik.
Observasi luka : lokasi, dimensi,
Area ini meningkat risikonya
kedalaman luka, karakteristik, warna
untuk kerusakan dan memerlukan
cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda- pengobatan lebih intensif. tanda infeksi lokal.
Mencegah terjadinya perdarahan
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
dan infeksi.
setiap dua jam sekali
Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
c. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat dan hipermetabolisme. Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria Hasil :
a. Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan. b. Klien menunjukkan berat badan yang stabil. c. Klien berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan Intervensi (NIC)
Rasional
Berikan informasi tentang kebutuhan
Meningkatkan pengetahuan pasien
nutrisi.
mengenai kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Membantu pasien mendapatkan gizi
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
seimbang sesuai dengan kebutuhan
yang dibutuhkan pasien.
tubuh.
Monitor makanan kesukaan. Monitor kalori dan intake nutrisi.
Membangkitkan nafsu makan pasien. Mengetahui jumlah kalori yang
Dorong pasien untuk konsumsi diet
dibutuhkan dan jumlah nutrisi yang
tinggi kalori kaya nutrient, dengan
masuk.
masukan cairan adekuat.
Kebutuhan jaringan metabolic
ditingkatkam begitu juga cairan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka infeksi pembedahan Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi. Kriteria Hasil :
a.
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi (NIC)
Rasional
Monitor tanda dan gejala infeksi
Mengetahui adanya gejala awal dari
sistemik dan lokal.
proses infeksi.
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah.
Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya.
Ajarkan cara menghindari infeksi
Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai cara mencegah infeksi.
e. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria hasil
a.
:
Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
teknik untuk mengontrol cemas b. Vital sign dalam batas normal c.
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi (NIC) Identifikasi tingkat kecemasan.
Rasional Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Meningkatkan pengetahuan prosedur
dirasakan selama prosedur.
bagi pasien.
Berikan informasi faktual mengenai
Menambah pengetahuan klien
diagnosis, tindakan prognosis.
sehingga klien tahu dan mengerti
Dorong pasien untuk mengungkapkan
tentang penyakitnya.
perasaan, ketakutan persepsi.
Ungkapan perasaan dapat
Dengarkan dengan penuh perhatian.
memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
Dengan mendengarkan keluhan klien
Instruksikan pasien menggunakan
secara empati maka klien akan
teknik relaksasi.
merasa diperhatikan. Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang. Memberikan ketenangan dan mengurangi kecemasan.
4. Evaluasi a. Nyeri klien berkurang atau dapat teratasi b. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi d. Kecemasan dapat berkurang e. Tidak ada tanda-tanda infeksi
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/makalahginekologi-eksterna.html http://mithmuth.blogspot.com/2009/10/makalah-ginekologi.html http://arininacita.blogspot.com/2012/05/askep-ca-mammae.html http://www.slideshare.net/iyandri/2pemeriksaan-ginekologi