BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR LATAR BELAKANG BELAKANG Dive Divert rtik ikul ulos osis is adal adalah ah peny penyaki akitt yang yang dita ditand ndai ai deng dengan an adan adanya ya divertikula, biasanya pada usus besar. Divert Divertiku ikula la bis bisa a mucul mucul di setiap setiap bagian bagian dari dari usus usus besar, besar, tetapi tetapi paling sering terdapat di kolon sigmoid, yaitu bagian terakhir dari usus besar tepat sebelum rectum. Sebuah divertikulum merupakan penonjolan pada titik-titik yang lemah, biasanya pada titik dimana pembuluh nadi (arteri) masuk ke dalam lapisan otot dari usus besar. Keja Kejang ng sp spas asme me didu diduga ga meny menyeb ebab abka kan n
bert bertam amba bahn hnya ya tekan tekanan an
dalam usus besar, sehingga akan menyebabkan terjadinya lebih banyak divertikula dan memperbesar divertikula divertikula yang sudah ada. Ukuran Ukuran divert divertiku ikula la bermac bermacamam-mac macam, am, mulai mulai dari dari 0.25-2 0.25-2.5 .5 cm. cm. Jarang Jarang timb timbul ul sebe sebelu lum m usia usia 40 tahu tahun. n. Pada Pada us usia ia 90 tahu tahun, n, sese seseor oran ang g bisa bisa memiliki Div Divert ertikul ikula a
lebih raks aksasa asa
dari memil miliki iki
satu ukur ukuran an
seki sekita tarr
divertikula. 2,5-1 ,5-15 5
cm, cm,
jaran arang g
memb memben entu tuk k kant kanton ong g yang yang meno menonj njol ol kelu keluar ar.. Sese Seseor orang ang bisa bisa hany hanya a memiliki satu divertikula raksasa.
B. TUJUAN TUJUAN PENULISAN PENULISAN : 1.
Memah Memahami ami konsep konsep-ko -konse nsep p yang yang ada ada pada pada peny penyaki akitt ini. ini.
2.
Mendi Mendisku skusik sikan an hal-hal hal-hal yang yang kuran kurang g jelas jelas menge mengenai nai penya penyakit kit ini. ini.
9
BAB II KONSEP MEDIS
A.DEFINISI Divertikulum adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot. Divertikulosis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya divertikula, biasanya pada usus besar.
B.
ETIOLOGI Penyebab utama dari penyakit divertikulum adalah makanan rendah serat. Serat merupakan bagian dari buah-buahan, sayuran dan gandum yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Terdapat 2 jenis serat : 1.
Serat yang larut dalam air, di dalam usus terdapat dalam bentuk yang menyerupai agar-agar yang lembut.
2.
Serat yang tidak larut dalam air, melewati usus tanpa mengalami perubahan bentuk.
Kedua jenis serat tersebut membantu memperlunak tinja sehingga mudah melewati usus. Serat juga mencegah sembelit (konstipasi).
Sembelit menyebabkan otot-otot menjadi tegang karena tinja yang terdapat di dalam usus terlalu keras. Hal ini merupakan penyebab utama 9
dari
meningkatnya
tekanan di dalam usus besar.
Tekanan yang
berlebihan menyebabkan titik-titik lemah pada usus besar menonjol dan membentuk divertikula.
C. INSIDEN Insidensnya kira-kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun. Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah serat diperkirakan penyebab utama penyakit. Divertikullitis dapat terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinyu dan lama.
Insidens
penyakit
divertikuler
meningkat
sesuai
usia
akibat
degenerasi dan perubahan struktur pada lapisan otot sirkuler dari kolon serta
hipertrofi seluler. Gejalanya
kurang
menonjol pada
lansia
dibandingkan pada dewasa lanjut.
D.MANIFESTASI KLINIK Kebanyakan penderita divertikolosis tidak menunjukkan gejala. Tetapi beberapa ahli yakin bahwa bila seseorang mengalami nyeri kram, diare
dan
gangguan
pencernaan
lainnya,
yang
tidak
diketahui
penyebabnya, bisa dipastikan penyebabnya adalah divertikolosis. Pada inflamasi lokal divertikula berukang, usus besar menyempit pada struktur fibrotic, yang menimbulkan kram, feses berukuran kecil-kecil, dan peningkatan konstipasi.
9
•
Pintu divertikulum bisa mengalami pendarahan, yang akan masuk ke dalam usus dan keluar melalui rektum.
•
Pendarahan bisa terjadi jika tinja terjepit di dalam divertikulum dan merusak pembuluh darahnya.
•
Pendarahan lebih sering terjadi pada divertikula yang terletak di kolon asendens
Divertikulanya
sendiri
tidak
berbahaya.
Tetapi
tinja
yang
terperangkap di dalam divertikulum, bukan saja bisa menyebabkan peradangan dan infeksi, sehingga timbul diverticulitis. Sumber perdarahan bisa diketahui melalui pemeriksaan kolonoskopi.
E. PATOFISIOLOGI Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa kolon mengalami
herniasi
intraluminal
yang
sepanjang
tinggi,
dinding
volume
kolon
muscular
akibat
yang rendah
(isi
tekanan kurang
mengandung serat). Dan penurunan kekuatan otot dalam diniding kolon (hipertrofi muskuler akibat massa fekal yang mengeras).
Divertikulum menjadi tersumbat dan kemudian terinflamasi bila obstruksi terus berlanjut. Inflamasi cenderung menyebar ke dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan pendarahan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSIS 9
Divertikolisis dapat didiagnosa dengan pemeriksaan sinar-X seperti enema barium yang akan menunjukkan adanya penyempitan kolon dan penebalan lapisan otot.
G.KOMPLIKASI 1.
Perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Jika sebuah divertikula mengalami perdarahan, maka darah akan muncul dalam tinja atau di toilet. Perdarahan bisa bersifat berat tapi juga bisa berhenti dengan sendirinya dan tidak memerlukan
penanganan
khusus. Perdarahan terjadi karena sebuah pembuluh darah yang kecil di dalam sebuah divertikula menjadi lemah akhirnya pecah.
2.
Abses, Perforasi & Peritonitis. Infeksi yang menyebabkan terjadinya diverticulitis seringkali mereda dalam beberapa harisetelah antibiotik diberikan. Jika infeksi semakin memburuk, maka akan terbentuk abses di dalam kolon.
Abses merupakan suatu daerah terinfeksi yang berisi nanah dan bisa menyebabkan pembengkakan serta kerusakan jaringan.
Kadang divertikula yang terinfeksi akan membentuk lubang kecil, yang disebut perforasi. Perforasi ini memungkinkan mengalirnya nanah dari kolon dan masuk ke dalam daerah perut.Jika absesnya kecil dan terbatas di dalam kolon, maka abses dengan pemberian antibiotik, abses ini akan mereda. Jika setelah pemberian antibiotik, absesnya menetap, maka dilakukan tindakan untuk membuang nanah (drainase). 9
Abses yang besar akan menimbulkan masalah yang serius jika infeksinnya bocor dan mencemari daerah diluar kolon. Infeksi yang menyebar ke dalam rongga perut disebut peritonitis. Peritonitis memerlukan tindakan pembedahan darurat untuk membersihkan rongga perut dan membuang bagian kolon yang rusak. Tanpa pembedahan, peritonitis bisa berakibat fatal.
3.
Fistula. Fistula merupakan hubungan jaringan yang abnormal di antara 2 organ atau diantara organ dan kulit. Jika pada suatu infeksi jaringan yang mengalami kerusakan bersinggungan satu sama lain, kadang kedua jaringan tersebut akan menempel, sehingga terbentuklah fistula. Jika infeksi karena diverticulitis menyebar keluar kolon, maka jaringan kolon bisa menempel ke jaringan di dekatnya. Organ yang paling sering terkena adalah kandung kemih usus halus dan kulit.
Yang paling sering terbentuk adalah fistula diantara kandung kemih dan kolon. Hal ini lebih sering ditemukan pada pria. Fistula ini menyebabkan infeksi saluran kemih yang berat dan menahun. Kelainan ini bisa diatasi dengan pembedahan untuk mengangkat fistula dan bagian kolon yang terkena.
4.
Penyumbatan usus Jaringan parut akibat infeksi bisa menyebabkan penyumbatan kolon parsial maupun total. Jika hal ini terjadi, maka kolon tidak mampu 9
mendorong
isi
usus
secara
normal.
Penyumbatan total memerlukan tindakan pembedahan segera.
H.PROGNOSIS Asupan
diet rendah
serat
diperkirakan sebagai
penyebab
utama
penyakit. Mual dan muntah mungkin dijumpai. Pada inflamasi lokal divertikula berulang, usus besar menyempit pada striktur fibrotic, yang menimbulkan
kram,
feses
berukuran
kecil-kecil,
dan
peningkatan
konstipasi. Gejalanya kurang menonjol pada lansia dibandingkan pada dewasa lanjut. Divertikulum terinflamasi yang mengalami perforasi mengakibatkan nyeri abdomen yang terlokalisasi di atas segmen yang sakit, biasanya sigmoid ; selanjutnya abses lokal atau peritonitis dapat terjadi. Nyeri abdomen, kekakuan abdomen seperti papan, kehilangan bising usus, dan tanda serta gejala syok terjadi pada peritonitis.
I. TERAPI / PENGOBATAN 1. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat (sayuran, buah-buahan dan
sereal)
bisa
mengurangi
gejala
dan
mencegah
terjadinya
komplikasi. Diet rendah serat sebaiknya dihindari karena akan lebih banyak membutuhkan tekanan untuk mendorong isi usus. Bila diet tinggi serat saja tidak akan efektif, bisa ditambah dengan bekatul giling atau mengkonsumsi 3,5 gram psillium dalam 8 ons air 12 kali/hari. Metil seluclosa juga dapat membantu.
9
2. Pemeriksaan sinar-X terhadap abdomen dapat menunjukkan adanya udara
bebas
di bawah
diafragma
bila
perforasi
terjadi
akibat
diverticulitis. 3. Pemindai Tomografi Computer (CT) dapat menunjukkan abses. 4. Kolonoskopi
dilakukan
untuk
mengobservasi
divertikula
dan
membedakannya dengan kemungkinan penyakit lain. 5. Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah hitung darah lengkap (hitung sel darah putih akan meningkat dan laju sedimentasi (yang biasanya akan meningkat) 6. Divertikulosis tidak membutuhkan pembedahan. Tetapi divertikula raksasa harus diangkat, karena mereka lebih sering mengalami infeksi dan perforasi (perlubangan).
9
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN Selama mendapatkan riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien harus ditanyakan tentang mengejan saat defekasi, adanya konstipasi dengan periode diare, tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi terus menerus), kembung abdomen dan distensi. Pengkajian objektif mencakup auskultasi adanya bising usus dan karakternya dan Palpasi nyeri kuadran kiri bawah, nyeri tekan, atau 9
massa padat. Feses diinspeksi untuk adanya pus, mukus, dan/atau darah. Suhu, nadi, dan tekanan darah dipantau untuk variasi abnormal.
B. PATOFISIOLOGI PENYIMPANGAN KDM Makanan
Asupan diet rendah serat
Infeksi
Divertikulum tersumbat Peningkatan tek. Intramanual Terinflamasi
Penyempitan kolon sekunder penebalan segmen otot & striktur kolon yg rendah
Kepekaan & spastisitas
Vol.
(tdk mengandung serat)
Peristaltik menurun Iregularitas usus
Usus besar menyempit 9
pada striktur fibrotic
Gangguan pola eliminasi BAB Inflamasi menyebar ke
Penurunan kekuatan otot
(konstipasi) sekitar
dlm dinding kolon
dinding usus
Distensi Abdomen
Perubahan
perfusi jaringan gastrointestinal Cortex Cerebri
Nyeri di persepsikan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG LAZIM 1. Konstipasi berhubungan
dengan penyempitan
kolon, sekunder
akibat penebalan segmen otot dan striktur. 2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi 3. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan proses infeksi.
D.INTERVENSI / RASIONAL a. Tujuan :
9
Tujuan utama mencakup mendapatkan dan mempertahankan eliminasi normal, penurunan nyeri, perbaikan perfusi jaringan gastrointestinal, dan tidak ada komplikasi.
b. Intervensi Keperawatan :
Mempertahankan Pola Eliminasi Normal Asupan cairan 2 L/hari (dalam batas cadangan jantung pasien) sangat dianjurkan. Makanan yang lembut tetapi mempunyai serat tinggi dianjurkan untuk meningkatkan bulk feses dan memudahkan peristaltik,
sehingga meningkatkan defekasi.
Program latihan
individual dianjurkan untuk memperbaiki tonus otot abdomen. Rutinitas harian pasien ditinjau ulang untuk membuat jadwal makan dan menyusun waktu untuk defekasi. Pasien dibantu dalam mengidentifikasi kebiasaan yang mungkin telah digunakan untuk menekan dorongan defekasi. Masukan laksatif bulk harian seperti Metamucil, yang membantu mendorong feses melewati kolon, dianjurkan.
Pelunak
menurunkan
feses
mengejan
saat
diberikan
sesuai
defekasi,
yang
resep pada
untuk
waktunya
menurunkan tekanan usus. Enenia tetensi-minyak dapat diberikan untuk melunakkan feses dan menurunkan inflamasi.
Menghilangkan Nyeri Analgesic
(mis.
antispasmodic
Demerol)
diberikan
diberikan
sesuai
untuk
program
nyeri.
untuk
Preparat
menurunkan
spasme usus. Intensitas, durasi dan lokasi nyeri dicatat untuk menentukan kapan proses inflamasi menjadi lebih berat atau berkurang.
Memperbaiki Perfusi Jaringan Gastrointestinal
9
Tanda-tanda vital dan keluaran urin dipantau terhadap adanya bukti penurunan perfusi jaringan. Cairan IV diberikan untuk menggantikan kehilangan volume sesuai kebutuhan.
Memantau dan Mengatasi Komplikasi Potensial Fokus keperawatan utama adalah untuk mencegah komplikasi dengan mengidentifikasi individu beresiko dan mengatasi gejala sesuai kebutuhan. Perawat mengkaji terhadap adanya tanda-tanda perforasi: peningkatan nyeri abdomen dan nyeri tekan yang disertai dengan kekakuan abdomen; peningkatan jumlah sel darah putih; peningkatan laju sedimentasi; peningkatan suhu; takikardia; dan hipotensi. Perforasi memerlukan kedaruratan bedah.
E. EVALUASI 1. Mendapatkan pola eliminasi
a. Melaporkan kram dan nyeri abdomen berkurang b. Melaporkan pasase feses lembut dan berbentuk, tanpa nyeri c. Menambah sekam yang tidak berproses dalam makanan d. Minum sedikitnya sepuluh gelas cairan sehari (bila asupan cairan dapat ditoleransi) e. Latihan setiap hari 2. Nyeri berkurang.
a. Meminta analgesic sesuai kebutuhan b. Mentaati diet rendah serat selama episode akut
9
3. Mencapai perfusi jaringan gastrointestinal normal
a. Memenuhi pembatasan makanan b. Haluaran urin adekuat c. Tekanan darah tetap normal 4. Tidak mengalami komplikasi
a. Tidak demam b. Abdomen lunak, tidak nyeri tekan dengan bising usus normal c. Feses negatif untuk darah samar.
9