ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF
Disusun oleh kelompok 6:
Dewa Ayu Eka Priyanti (12010)
Emi Rosmeri (12014)
Endro Gunanto (12015)
Julius (12024)
Margareta Natalia (12027)
Nia Tri Utami (12033)
Riska April Yani (12043)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang "Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF". Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi kepada :
Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd S.Kep MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materil selama mengikuti pendidikan di
2. Ibu Ns. Ns. Khotimah, S.kep selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan
anak
Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam rangka penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca sebelumnya.
Jakarta, April 2014
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................. 1
Tujuan Penulisan............................................................................ 2
Ruang Lingkup............................................................................... 2
Metode Penulisan........................................................................... 2
Sistematika Penulisan.................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pengertian………………………………………………………… 4
Etiologi…………………………………………………………… 5
Patofsiologi………………………………………………………. 5
Klasifikasi……………………………………………………….. 8
Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9
Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian……………………………………………………… 23
Diagnosa……………………………………………………….. 28
Intervensi………………………………………………………. 29
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan……………………………………………………… 35
Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah "pertumbuhan" dan "perkembangan" secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul "Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF".
Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF
Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data, penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
E. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4 BAB,yaitu :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, sampai komplikasi
BAB III :Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnose, intervensi sampai dengan implementasi.
BAB IV :Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan penjelasan singkat tentang asuhan keperawatan anak pada DHF.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR DHF
Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
Hidup didalam dan sekitar rumah
Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
Hemokonsentrasi (peningkatan HCT >20 %), Hipoproteinemia, Hiponatremia dan Efusi serosa.Peningkatan reabsorbsi air dan Na oleh ginjal dan penurunan eksresi Na urine serta peningkatan osmolalitashipovolumeKebocoran plasmaPermeabilitas vaskular meningkat (dinding kapiler)Reaksi imunologisVaskulitishiperemiaHepato megaliPembesaran limfa (splenomegali)trombositopeniaPembesaran kelenjargetah beningNyeri otot petekhiemualSakit kepalaDemamviremiaDHF/DBDPerjalanan penyakit
Hemokonsentrasi (peningkatan HCT >20 %), Hipoproteinemia, Hiponatremia dan Efusi serosa.
Peningkatan reabsorbsi air dan Na oleh ginjal dan penurunan eksresi Na urine serta peningkatan osmolalitas
hipovolume
Kebocoran plasma
Permeabilitas vaskular meningkat (dinding kapiler)
Reaksi imunologis
Vaskulitis
hiperemia
Hepato megali
Pembesaran limfa (splenomegali)
trombositopenia
Pembesaran kelenjargetah bening
Nyeri otot petekhie
mual
Sakit kepala
Demam
viremia
DHF/DBD
(Nursalam, 2008)
syok
syok
Hipoksia jaringan
Hipoksia jaringan
DICAsidosis metabolik
DIC
Asidosis metabolik
perdarahan
perdarahan
Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.
Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
Demam tinggi selama 5 – 7 hari
Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
Rontgen thoraks : effusi pleura
Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)
Terapi
DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok hipovolemik.
Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH
Pengertian
Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium & nitrogen).
Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai hasil dari proses pematangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang
Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah di buahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan yang nirmal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan tumbang di sebabkan oleh faktor genetik.
Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan yang kurang memadai.
Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom turner.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :
Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang bergizi dll.
Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya.
Ciri-ciri tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa mmpunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.
Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.
Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
Motorik kasar
Loncat tali
Badminton
Memukul
Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
Motorik halus
Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
Kognitif
Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
Bahasa
Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 tahun)
Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di tunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak
Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit menimbulkan stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang menyebabkan dapat di uraikan sebagai berikut :
Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan merah.
Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 – 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu mengomunikasi kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan atau memegang sesuatu dengan erat.
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya.
Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri.
Selalu ingin tahu alasan tindakan.
Berusaha independen dan produktif.
Reaksi orang tua
Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak.
Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF
( Mary E. 2002)
Pengkajian
Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya berkurang.
Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
Pola Kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan berkurang dan menurun,
Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aedypty.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menajga kesehatan.
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah sebagai berikut :
Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan andi elmah.
Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
Sistem Integumen
Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin, dan lembab
Kuku sianosis atau tidak
Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites
Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
HB dan PVC meningkat ( 20%)
Trombositopenia ( 100.000/ ml)
Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
Ig. D dengue positif
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia
Ureum dan pH darah mungkin meningkat
Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
SGOT /SGPT mungkin meningkat.
Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance cairan
Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian cairan yang berlebihan
Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit (viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).
Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura
Intervensi
Mandiri :
Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Lakukan "Tepid Water Sponge"
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan
penguapan dan penurunan suhu tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi :
Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.
Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi
Mandiri :
Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
Bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.
Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal.
Jumlah trombosit klien meningkat.
Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi.
Mandiri :
Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda klinis.
Rasional: Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda
adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie,
epistaksis, dan melena).
Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil :Keadaan umum membaik
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan bershampoo).
Intervensi.
Mandiri :
Kaji kebutuhan klien.
Rasional : Mengidentifikasi masalah klien.
Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan kelemahan fisiknya.
Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan
sesuai dengan masalah klien.
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil :Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum baik.
Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
Mandiri :
Monitor keadaan umum kilen.
Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan yang tepat.
Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuksementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat
yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.
Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yang hilang.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil :Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit, diit,perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga mampu menjelasakan kembali.
Intervensi
Mandiri :
Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit
yang diderita klien.
Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan
tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan
yang direncanakan tercapai.
Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
Proses atau tahapan
Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta keterampilan.
Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
Evaluasi
Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Jenis evaluasi
Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).
Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma Medika pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8°C, nadi 146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht : 41% volume.
Data Fokus
Data Subyektif
Data Obyektif
Ibu klien mengatakan anaknya BAB sudah 2 kali dengan konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan
Ibu klien mengatakan perut anaknya kembung
Ibu klien mengatakan anaknya muntah 6 kali per hari dengan konsistensi muntahan sesuai dengan makanan
Ibu klien mengatakan anaknya muntah enam kali isi muntahan makanan
Ibu klien mengatakan anaknya panas semenjak 3 hari yang lalu
Mukosa bibir klien kering
Turgor kulit klien sedang
Klien teraba panas
Kulit klien tampak kemerahan
HT : 41% volume
HB : 12,3 gr/dl
Trombosit 26.000
TTV Klien
Suhu 37,8°C
Nadi 146x/menit
Tekanan darah 130/60 mmHg, Pernafasan 30x/menit.
Trombosit 26.000
Data Tambahan
Data Subyektif
Data Obyektif
Ibu klien mengatakan anaknya minum kurang lebih 150 cc/24 jam
Ibu klien mengatakan anaknya BAK 7x/hari
Ibu klien mengatakan anaknya lemas
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsumakan
Ibu klien mengatakan anaknya rewel
Ibu klien mengatakan anaknya hanya menghabiskan ¼ porsi makan
Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg setelah sakit 17 kg)
Ibu klien mengatakan anaknya panas naik turun
Konjungtiva klien anemis
Mata klien tampak cekung
Klien tampak lemas
LLA 13 CM
Klien tampak terpasang infus RA 30 tts/ menit
Balance cairan klien= intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 200cc/hari
IWL : 1980 cc/hari
Jumlah : cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-1980= -580
Albumin 3,2 gr/ml
Leukosit 5100 / ul
Analisa Data
No
Data
Masalah
Etiologi
1.
DS:
Ibu klien mengatakan anaknya minum kurang lebih 150 cc/24 jam
Ibu klien mengatakan anaknya BAK 5x/hari
Ibu klien mengatakan anaknya BAB sudah 2 kali dengan konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan
Ibu klien mengatakan perut anaknya kembung
Ibu klien mengatakan anaknya muntah 6 kali per hari dengan konsistensi muntahan sesuai dengan makanan
Ibu klien mengatakan anaknya lemas
DO :
Mukosa bibir klien kering
Turgor kulit klien sedang
Konjungtiva klien anemis
Mata klien tampak cekung
Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg setelah sakit 17 kg)
Klien tampak terpasang infus RA 30 tts/ menit
Balance cairan klien= intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-1980= -580
HT : 41% volume
Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
peningkatan permeabilitas kapiler,muntah dan demam.
2.
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan
Ibu klien mengatakan anaknya rewel
Ibu klien mengatakan anaknya hanya menghabiskan ¼ porsi makan
Ibu klien mengatakan anaknya muntah enam kali isi muntahan makanan
Ibu klien mengatakan BB anaknya turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg dan sesudah sakit 17 kg)
DO :
BB ideal anak 20 kg
Klien tampak lemas
Konjungtiva anemis
HB : 12,3 gr/dl
Trombosit 26.000
Albumin 3,2 gr/ml
LLA 13 cm
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
3.
Ibu klien mengatakan anaknya panas semenjak 3 hari yang lalu
Ibu klien mengatakan anaknya panas naik turun
Ibu klien mengatakan anaknya lemas
Ibu klien mengatakan anaknya rewel
DO :
Klien teraba panas
Kulit klien tampak kemerahan
Suhu 37,8°C
Leukosit 5100 / ul
Trombosit 26.000
Resiko peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
Diagnosa Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal teratasi
Paraf
1.
Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,muntah dan demam.
24 Maret 2014
Belum
Kel 6
2.
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
24 Maret 2014
Belum
Kel 6
3.
Resiko peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia).
24 Maret 2014
Belum
Kel 6
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika
Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.