BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)
A. PENG PENGER ERTI TIAN AN
1. Hiperp Hiperplas lasia ia prostat prostat jinak (BPH) (BPH) adalah penyaki penyakitt yang yang diseba disebabkan bkan oleh penuaan. penuaan. Price&Wilson (2005) 2. Hiperplasi Hiperplasiaa prostat jinak jinak adalah adalah pembesaran pembesaran kelenjar kelenjar prostat prostat nonkanker, nonkanker, (Corwin (Corwin,, 2000) 3. BPH BPH adal adalah ah suat suatu u kead keadaa aan n dima dimana na pros prosta tatt meng mengal alam amii pemb pembes esar aran an mema memanj njan ang g keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002) 4. Hiperplasi Hiperplasi prostat prostat adalah adalah pembesaran pembesaran progresif progresif dari dari kelenjar kelenjar prostat prostat ( secara umum umum pada pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra dan pembiasan aliran urinarius. (Doenges, 1999) 5. Menur Menurut ut Doen Doenges ges (1999) (1999) dan dan Engr Engram am (199 (1998) 8) untu untuk k menga mengata tasi si BPH, BPH, tinda tindaka kan n infasif medikal yang sering digunakan oleh Rumah Sakit adalah prostatektomy, yaitu yaitu tindakan pembedahan pembedahan bagian prostat prostat
(sebagian/s (sebagian/seluru eluruh) h) yang memotong memotong
uretra bertujuan untuk memperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut. hyperplasia) adalah suatu penyakit yang Kesimpulan BPH (benign (benign prostatic hyperplasia) disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas keatas kedala kedalam m kandung kandung kemih kemih dan menyum menyumbat bat aliran aliran urin urin dengan dengan cara cara menutu menutupi pi orifisium orifisium uretra. uretra. Prostatektomy merupa merupakan kan tindak tindakan an pembed pembedaha ahan n bagian bagian prosta prostate te (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
B. ETIOLOGI
Menurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitan kaitannya nya dengan dengan pening peningkat katan an kadar kadar dehidro dehidrotes testos toster teron on (DHT) (DHT) dan proses proses penuaa penuaan. n. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah :
a. Adanya perubahan perubahan keseimbang keseimbangan an antara antara hormon testoster testosteron on dan estrogen estrogen pada pada usia usia lanjut; b. Peranan nan dari growth growth factor factor (faktor (faktor pertumbuhan) pertumbuhan) sebagai sebagai pemicu pemicu pertumbuhan pertumbuhan stroma kelenjar prostat; c. Meningkatny Meningkatnyaa lama hidup hidup sel-sel sel-sel prosta prostatt karena karena berkurangny berkurangnyaa sel yang yang mati; mati; d. Teori sel sel stem, menerang menerangkan kan bahwa terjadi terjadi prolife proliferasi rasi abnormal abnormal sel sel stem sehingga sehingga meny menyeba ebabk bkan an produ produks ksii sel sel stro stroma ma dan dan sel sel epit epitel el kele kelenj njar ar pros prosta tatt menj menjad adii berlebihan. Pada umumnya dikemukakan beberapa teori : -
Teor Teorii Sel Stem, Stem, sel baru baru biasa biasany nyaa tumbuh tumbuh dari dari sel srem. srem. Oleh karen karenaa suat suatu u seba sebab b seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau faktor pencetus lain. Maka sel stem stem dapat dapat berpro berprolif lifera erasi si dengan dengan cepat, cepat, sehing sehingga ga terjad terjadii hiperp hiperplas lasii kelenjar periuretral.
-
Teori Teori kedua kedua adalah adalah teori teori Reaweker Reawekering ing (Neal (Neal,, 1978) menye menyebut butkan kan bahwa bahwa jaring jaringan an kembali kembali seperti seperti perkembangan perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya.
-
Teori Teori lain lain adalah adalah teori teori keseimb keseimbang angan an hormonal hormonal yang yang menye menyebut butkan kan bahwa bahwa dengan dengan bertanbahny bertanbahnyaa umur menyebabkan menyebabkan terjadiny terjadinyaa produksi produksi testotero testoteron n dan terjadiny terjadinyaa konversi testoteron menjadi setrogen. ( Kahardjo, 1995).
C. PATO PATOFIS FISIO IOLO LOGI GI
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, buli-buli, dan membungkus membungkus uretra posterior. posterior. Bentuknya Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentra sentral, l, zona zona transi transisio sional nal,, zona fibrom fibromusk uskule ulerr anteri anterior or dan periur periuretr etraa (Purn (Purnomo omo,, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan keseim keseimbang bangan an testos testoster teron on estrog estrogen en karena karena produk produksi si testos testoster teron on menuru menurun n dan terjad terjadii konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Purnomo (2000) menjelaskan menjelaskan bahwa pertumbuhan pertumbuhan kelenjar kelenjar ini sangat tergantung tergantung pada hormon hormon tertoster tertosteron, on, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron www.trinoval.web.id
2
(DHT) (DHT) dengan dengan bantua bantuan n enzim enzim alfa alfa redukt reduktase ase.. Dehidr Dehidrote otesto stoste steron ron inilah inilah yang yang secara secara langsung langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesi mensintesiss protein protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat. Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada traktus traktus urinarius urinarius juga terjadi terjadi perlahan-la perlahan-lahan. han. Perubahan Perubahan patofisio patofisiologi logi yang disebabkan disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus tonus trigonu trigonum m dan leher leher vesika vesika dan kekuat kekuatan an kontra kontraksi ksi detrus detrusor. or. Secara Secara garis garis besar, besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor . Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan sakula dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel . Fase penebalan penebalan detrusor detrusor ini disebut Fase kompensasi kompensasi otot dindin dinding g kandung kandung kemih. kemih. Apabil Apabilaa keadaan keadaan berlan berlanjut jut maka maka detrus detrusor or menjad menjadii lelah lelah dan akhirnya akhirnya mengalami mengalami dekompensasi dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraks berkontraksii sehingga sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. iritasi. Gejala obstruksi obstruksi disebabkan disebabkan detrusor detrusor gagal berkontraksi berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga sehingga kontraksi kontraksi terputus-pu terputus-putus tus (mengganggu (mengganggu permulaan miksi), miksi), miksi miksi terputus, terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kandung kemih, kemih, sehing sehingga ga sering sering berkon berkontra traksi ksi walaupu walaupun n belum belum penuh penuh atau atau dikata dikatakan kan sebagai sebagai hiperseniti hipersenitivitas vitas otot detrusor detrusor (frekuensi (frekuensi miksi miksi meningkat, meningkat, nokturia, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria). Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi menamp menampung ung urin, urin, sehing sehingga ga tekana tekanan n intrav intravesi esikel kel lebih lebih tinggi tinggi dari dari tekana tekanan n sfingt sfingter er dan incontinence). Retensi kronik obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). menyebabkan menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. dilatasi. ureter dan ginjal, ginjal, maka ginjal akan rusak rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengak mengakibat ibatkan kan penderi penderita ta harus harus mengej mengejan an pada pada miksi miksi yang yang menyeb menyebabk abkan an pening peningkat katan an www.trinoval.web.id
3
tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko vesiko urinar urinaria ia akan membent membentuk uk batu batu endapan endapan yang yang menamb menambal. al. Keluhan Keluhan iritas iritasii dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005)
D. MANIF MANIFES ESTA TASI SI KLINIS KLINIS
Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) kencing terputus-putus (intermittency), (intermittency), dan wakt waktu u miks miksii mema memanj njang ang yang yang akhi akhirn rnya ya menj menjad adii overflow. retensio urin dan inkontinen karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nok turia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000) Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium :
a)
Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
b)
Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c)
Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d)
Stadium IV Retensi Retensi urine total, buli-buli buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, kesakitan, urine menetes menetes secara secara periodik (over flow inkontinen). Menurut Brunner and Suddarth (2002) menyebutkan bahwa :
www.trinoval.web.id
4
Manifestasi dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berke berkemih mih,, anyang anyang-an -anyan yangan gan,, abdome abdomen n tegang tegang,, volume volume urine urine yang yang turun turun dan harus harus mengejan saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah berkemih), retensi urine akut. Adapun pemeriksaan kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini : a.
Rectal Gradding Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
b.
-
Grad Gradee 0
: Pen Penon onjjolan olan pros prosra rarr 0-1 0-1 cm cm ke ke dal dalam am rect rectum um..
-
Grad Gradee 1
: Pen Penon onjjolan olan pros prosra rarr 1-2 1-2 cm cm ke ke dal dalam am rect rectum um..
-
Grad Gradee 2
: Pen Penon onjjolan olan pros prosra rarr 2-3 2-3 cm cm ke ke dal dalam am rect rectum um..
-
Grad Gradee 3
: Pen Penon onjjolan olan pros prosra rarr 3-4 3-4 cm cm ke ke dal dalam am rect rectum um..
-
Grad Gradee 4
: Pen Penon onjjolan olan pros prosra rarr 4-5 4-5 cm cm ke ke dal dalam am rect rectum um..
Clinical Gradding Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing dahulu kemudian dipasang kateter. -
Normal
: Tidak ada sisa
-
Grade I
: sisa 0-50 cc
-
Grade II
: sisa 50-150 cc
-
Grade III : sisa > 150 cc
-
Grad Gradee IV IV : pas pasie ien n sam samaa sek sekal alii tid tidak ak bisa bisa kenc kencin ing. g.
E. KOMPL OMPLIK IKAS ASII
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu melewati prostat. prostat. Hal ini dapat menyebabkan menyebabkan infeksi saluran saluran kemih dan apabila apabila tidak diobati, diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000) Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan pen pende deri rita ta haru haruss
meng mengej ejan an pada pada miks miksii
yang yang meny menyeb ebab abka kan n
peni pening ngka kata tan n
teka tekana nan n
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Sela Selain in
itu, itu,
stas stasis is urin urin
dala dalam m
vesi vesika ka
urin urinar aria ia
menj menjad adik ikan an
www.trinoval.web.id
medi mediaa
pert pertum umbu buha han n 5
mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
F. PENA PENATA TALA LAKS KSAN ANAA AAN N MEDIS MEDIS
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis a. Stadi Stadium um I Pada Pada stad stadiu ium m ini ini bias biasan anya ya belu belum m meme memerl rluk ukan an tind tindak akan an beda bedah, h, dibe diberi rika kan n pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tetapi tidak mempengaruhi mempengaruhi proses hiperplasi hiperplasi prostat. prostat. Sedikitpun Sedikitpun kekuranganny kekurangannyaa adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama. b. Stadiu Stadium m II Pada Pada stadiu stadium m II merupak merupakan an indika indikasi si untuk untuk melakuk melakukan an pembed pembedahan ahan biasan biasanya ya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra) c. Stadiu Stadium m III III Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal. d. Stadiu Stadium m IV Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan membebaskan penderita penderita dari retensi retensi urin urin tota totall denga dengan n mema memasa sang ng kate katete terr atau atau sistotomi. sistotomi. Sete Setela lah h itu, itu, dila dilakuk kukan an pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada Pada
pend pender erit itaa
yang yang
kead keadaa aan n
umum umumny nyaa
tida tidak k
memu memung ngki kink nkan an
dila dilaku kuka kan n
pembeda pembedahan han dapat dapat dilaku dilakukan kan pengoba pengobatan tan konser konservat vatif if dengan dengan member memberika ikan n obat obat pen pengh gham amba batt
adre adreno nore rese sept ptor or
alfa alfa..
Peng Pengob obat atan an
kons konser erva vati tiff
adal adalah ah
deng dengan an
memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH. Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan: www.trinoval.web.id
6
a.
Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur. b.
Medikamentosa 1) Menghar Mengharnba nbatt adre adrenor norese esepto ptorr α 2) Obat Obat anti anti andr androg ogen en 3) Pengham Penghambat bat enzim enzim α -2 -2 redukt reduktase ase 4) Fisi Fisiot oter erap apii
c.
Terapi Bedah
Indika Indikasin sinya ya adalah adalah bila bila retens retensii urin urin berula berulang, ng, hematu hematuria ria,, penurun penurunan an fungsi fungsi ginj ginjal al,, infe infeks ksii salu salura ran n kemih kemih beru berula lang ng,, diver diverti tikel kel batu batu salu salura ran n kemi kemih, h, hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan: TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
1)
Yaitu Yaitu pengangk pengangkata atan n sebagi sebagian an atau atau keselu keseluruh ruhan an kelenj kelenjar ar prosta prostatt melalu melaluii sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra. 2)
Prostatektomi Suprapubis
Yait Yaitu u peng pengang angka kata tan n kelen kelenja jarr pros prosta tatt mela melalu luii insi insisi si yang yang dibua dibuatt pada pada kandung kemih. 3)
Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kand ung kemih. 4)
Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum dan rektum. 5)
Prostatektomi retropubis radikal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah bawah,, uretra uretra dianas dianastom tomosi osiska skan n ke leher leher kandung kandung kemih kemih pada pada kanker kanker prostat. d.
Terapi Invasif Minimal
1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT) www.trinoval.web.id
7
Yaitu Yaitu pemasa pemasangan ngan prosta prostatt dengan dengan gelomb gelombang ang mikro mikro yang yang disalu disalurka rkan n ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter. 2) Trans Trans Uret Uretral ral Ultr Ultras asoun ound d Guid Guided ed Laser Laser Induc Induced ed Prost Prostat atec ecto tomy my (TULIP) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)
3)
G. PEMERIK PEMERIKSAA SAAN N PENUNJ PENUNJANG ANG
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada pasien dengan BPH adalah : a.
Laboratorium 1). Sedimen Urin Untuk Untuk mencar mencarii kemungk kemungkina inan n adanya adanya proses proses infeks infeksii atau atau inflam inflamasi asi salura saluran n kemih. 2). Kultur Urin Mencari Mencari jenis jenis kuman kuman yang yang menyeb menyebabka abkan n infeks infeksii atau atau sekali sekaligus gus menent menentukan ukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
b.
Pencitraan 1). Foto polos abdomen Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan tanda dari retensi urin. Intra Vena Pielografi) Pielografi) 2). IVP ( Intra Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau hidronefros hidronefrosis, is, memperkira memperkirakan kan besarnya besarnya kelenjar kelenjar prostat, prostat, penyakit penyakit pada buli buli. abdominal dan trans rektal ) 3). Ultrasonografi (trans abdominal dan Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor. 4). Systocopy Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur mengukur panjang panjang uretra uretra parsprosta parsprostatika tika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum. www.trinoval.web.id
8
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENG PENGKA KAJI JIAN AN
Pengkajian pada pasien BPH dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan. Menurut Doenges (1999) fokus pengkajian pasien dengan BPH adalah sebagai berikut : a.
Sirkulasi
Pada kasus BPH sering dijumpai adanya gangguan sirkulasi; pada kasus preoperasi dapat dijumpai adanya peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh karena efek efek pembes pembesar aran an ginj ginjal al.. Penur Penuruna unan n tekan tekanan an darah darah;; peni pening ngka kata tan n nadi nadi seri sering ng dijump dijumpai ai pada. pada. kasus kasus postop postopera erasi si BPH yang yang terjad terjadii karena karena kekuran kekurangan gan volume volume cairan. b.
Integritas Ego
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat dilihat dari tandatanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku. c.
Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran urin urin berkur berkurang ang,, pengoso pengosonga ngan n kandung kandung kemih kemih inkomp inkomplit lit,, frekuen frekuensi si berkem berkemih, ih, nokturia, nokturia, disuria dan hematuria. hematuria. Sedangkan pada postoperas postoperasii BPH yang terjadi terjadi karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan dengan tidak tidak ada bekuan, bekuan, peningka peningkatan tan viskos viskosita itas, s, warna warna keruh, keruh, gelap gelap dengan dengan bekuan. bekuan. Selain Selain terjadi terjadi gangguan gangguan eliminasi eliminasi urin, juga ada kemugkinan kemugkinan terjadinya terjadinya konsti konstipas pasi. i. Pada Pada preoper preoperasi asi BPH hal terseb tersebut ut terjad terjadii karena karena protru protrusi si prosta prostatt ke dalam rektum, sedangkan pada postoperasi BPH, karena perubahan pola makan dan makanan. d.
Makanan dan cairan
www.trinoval.web.id
9
Terg Tergan angg ggun uny ya
siste istem m
pem pemasuk asukan an
maka makan n
dan dan
cai cairan ran
yait aitu
kare karena na
efek efek
penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan maupun nutrisinya. e.
Nyeri dan kenyamanan
Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan dasar yang utama. Karena menghindari nyeri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada pasien postoperasi biasanya ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan kuat, nyeri punggung bawah. f.
Keselamatan/ keamanan
Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat penting untuk menghindari segala jenis tuntutan akibat kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan adalah kaji adanya tanda-tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya demam (pada preoperasi), sedang pada postoperasi perlu adanya inspeksi balutan dan juga adan adanya ya tand tandaa-ta tand ndaa infe infeks ksii baik baik pada pada luka luka beda bedah h maup maupun un pada pada salur aluran an perkemihannya. g.
Seksualitas
Pada Pada pasien pasien BPH baik baik preope preoperas rasii maupun maupun postop postopera erasi si terkada terkadang ng mengal mengalami ami masa masala lah h
tent tentan ang g
efek efek
kond kondis isi/ i/te tera rapi pi
pada pada
kema kemamp mpua uan n
seks seksua ualn lnya ya,,
taku takutt
inkontinens inkontinensia/me ia/menetes netes selama selama hubungan hubungan intim, intim, penurunan penurunan kekuatan kekuatan kontraksi kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran atau nyeri tekan pada prostat. h.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan pada pasien preoperasi maupun postoperasi BPH. Pada preoperasi perlu dikaji, antara lain urin analisa, kultur urin, urologi., urin, urin, BUN/kr BUN/kreat eatini inin, n, asam asam fosfat fosfat serum, serum, SDP/s SDP/sel el darah darah putih. putih. Sedang Sedangkan kan pada postoperasinya perlu dikaji kadar hemoglobin dan hematokrit karena imbas dari perdarahan. Dan kadar leukosit untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.
www.trinoval.web.id
10
www.trinoval.web.id
11
Perubahan usia (usia lanjut)
Ketidakseimbangan produksi estrogen dan testosteron
Kadar Testoteron menurun
Kadar Estrogen meningkat CEMAS
Proligerasi sel prostat
Hiperplasi sel stroma pada jaringan prostat
Obstruksi Obstruksi saluran saluran kemih kemih
Pembeda Pembedahan han
KURANG PENGETAHUAN
BPH
IMMOBILITAS FISIK Kompensasi otot destruksor
Dekompensasi otot destruksor Perdarahan
Spasme otot destruksor
Penebalan dinding urinaria
Terputusnya kontinuitas kontinuitas jaringan
RETENSI URINE NYERI AKUT
Otot suprapubik
NYERI AKUT
Kontraksi otot
RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
Adanya media masuk kuman
Kesulitan berkemih
Dipasang kateter
RESIKO INFEKSI
www.trinoval.web.id
12
RISIKO KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
B. DIAGNO DIAGNOSA SA KEPERA KEPERAWAT WATAN AN Preoperasi
1) Retens Retensii urine urine berhubu berhubungan ngan dengan dengan tekanan tekanan uretral uretral tinggi tinggi karena karena kelemaha kelemahan n detrusor (dekompensasi otot detrusor). 2) Nyeri Nyeri akut berhubun berhubungan gan dengan dengan agen agen cidera cidera ( iritas iritasii kandung kandung kemih, kemih, spame, spame, sesuai dengan prosedur bedah atau tekanan dari balon kandung kemih). 3) Resiko Resiko infeksi infeksi berhubu berhubunga ngan n dengan dengan pening peningkar karan an papara paparan n lingkun lingkungan gan terhada terhadap p patogen (pemasangan kateter). 4) Cemas berhubungan berhubungan dengan dengan akan akan dilakukann dilakukannya ya tindakan tindakan operasi operasi.. 5) Kurang Kurang pengeta pengetahua huan n berhubu berhubunga ngan n dengan dengan keterb keterbata atasan san inform informasi asi mengenai mengenai pengobatan. Pascaoperasi
1)
Resiko ke kekurangan vo volume ca cairan be berhubungan de dengan pa pasca
obstru obstruksi ksi dengan dengan diures diuresis is dari dari draina drainase se cepat cepat kandung kandung kemih kemih yang yang terlal terlalu u distensi secara kronis. 2)
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
agen
cidera
biologi
( terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan). 3)
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler (nyeri). 4)
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
dengan
peningkaran
paparan
imobilisasi fisik. 5)
Resiko infeksi berhubungan
lingkungan lingkungan terhadap patogen (adanya (adanya media masuknya kuman akibat prosedur invasif).
C. INTE INTERV RVEN ENSI SI Preoperasi
DX DX I
:Ret :Reten ensi si urin urinee
berh berhub ubun unga gan n
deng dengan an teka tekana nan n
uret uretra rall
ting tinggi gi kare karena na
kelemahan detrusor (dekompensasi otot detrusor).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pengeluaran urine lancar. NOC: Inkontinensi urine www.trinoval.web.id
13
Kriteria Hasil: 1. Bebas Bebas dari dari kebocor kebocoran an urine urine dianta diantara ra berkem berkemih. ih. 2. Kand Kandung ung kem kemih ih koso kosong ng semp sempur urna na 3. Tidak Tidak ada sis sisaa setela setelah h buang buang air > 100100-200c 200cc. c. 4. Asupan Asupan cair cairan an dalam dalam rentan rentang g yang dihar diharapka apkan. n. Ket Skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan NIC: Katerisasi urine 1) Pantau Pantau asupan asupan dala dalam m haluar haluaran an urine urine.. 2) Pantau Pantau derajat derajat distensi distensi kandung kandung kemih kemih dengan dengan palpasi palpasi dan perkusi. perkusi. 3) Instrusika Instrusikan n pasien dan keluarga keluarga untuk untuk mencatat mencatat haluran urine urine bila diperlukan diperlukan.. .. 4) Rujuk pada pada spesialis spesialis kontine kontinensia nsia urine urine jika jika diperlukan. diperlukan... DX II : Nyeri Nyeri akut berh berhubu ubunga ngan n denga dengan n agen agen cider cidera a ( irita iritasi si kandu kandung ng kemi kemih, h, spame, sesuai dengan prosedur bedah atau tekanan dari balon kandung kemih)
Tujuan: Tujuan: Setelah Setelah dilakukan dilakukan tindakan tindakan keperawatan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang. a.
NOC 1: Level Nyeri
Kriteria Hasil: 1.
Laporkan frekuensi nyeri
2.
Kaji frekuensi nyeri
3.
Lamanya nyeri berlangsung
4.
Ekspresi wajah terhadap nyeri
5.
Perubahan TTV b.
NOC 2: Kontrol Nyeri
Kriteria Hasil: 1.
Mengenal faktor penyebab
2.
Gunakan tindakan pencegahan www.trinoval.web.id
14
3.
Gunakan tindakan non analgetik
4.
Gunakan analgetik yang tepat
Ket Skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan NIC: Manajemen Nyeri 5) Kaji secara secara menyeluruh menyeluruh tentang tentang nyeri termasuk termasuk lokasi, lokasi, durasi, durasi, frekuensi, frekuensi, intensit intensitas, as, dan faktor penyebab. 6) Obser Observa vasi si isya isyara ratt non verba verball dari dari ketid ketidakn aknya yama manan nan teru teruta tama ma jika jika tida tidak k dapa dapatt berkomunikasi secara efektif. 7) Berika Berikan n analge analgeti tik k dengan dengan tepa tepat. t. 8) Berikan Berikan informasi informasi tentang tentang nyeri seperti seperti penyebab penyebab nyeri, nyeri, berapa lama akan akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. 9) Ajar Ajarkan kan tekn teknik ik non farm farmak akol olog ogii (mis (misal alny nya: a: rela relaks ksas asi, i, guid guide, e, imag imager ery, y,te tera rapi pi musik,distraksi) DX III : Re Resik siko o infek infeksi si berhu berhubun bunga gan n denga dengan n penin peningka gkara ran n papara paparan n lingk lingkung ungan an terhadap patogen (pemasangan kateter).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi. a. NOC 1: Detek Deteksi si Infe Infeks ksii Kriteria Hasil: 1. Mengukur Mengukur tanda tanda dan gejala gejala yang mengindikas mengindikasikan ikan infeksi infeksi 2. Berpar Berpartis tisipa ipasi si dalam dalam perawat perawatan an kesehat kesehatan an 3. Mampu Mampu mengide mengidenti ntifik fikasi asi potens potensial ial resik resiko o b. b. NOC 2: 2: Peng Pengend endal alia ian n Infek Infeksi si Kriteria Hasil: 1. Penget Pengetahua ahuan n tentang tentang adany adanyaa resiko resiko infe infeksi ksi 2. Mampu Mampu memoni memonitor tor fakto faktorr resiko resiko dari dari lingkung lingkungan an www.trinoval.web.id
15
3. Membuat Membuat strateg strategii untuk untuk mengendal mengendalikan ikan resiko resiko infeksi infeksi 4. Mengat Mengatur ur gaya gaya hidup hidup untuk untuk mengur mengurangi angi resi resiko ko
Ket Skala: 1 = Selalu menunjukkan 2 = Sering menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Jarang menunjukkan 5 = Tidak pernah menunjukkan NIC: Teaching diases proses 1) Deskri Deskripsi psikan kan proses proses penyak penyakit it dengan dengan tepat tepat 2) Sediakan Sediakan inform informasi asi tentang tentang kondisi kondisi pasien pasien 3) Diskus Diskusika ikan n perawat perawatan an yang akan akan dilakuk dilakukan an 4) Gambar Gambaran an tanda tanda dan dan gejala gejala peny penyaki akitt 5) Instru Instruksi ksikan kan pasien untuk melapork melaporkan an kepada kepada perawat perawat untuk untuk melapor melaporkan kan tentan tentang g tanda dan gejala yang dirasakan. DX DX IV
: Cem Cemas as berh berhub ubun unga gan n deng dengan an akan akan dila dilaku kuka kann nnya ya tind tindak akan an oper operas asi. i.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga tidak mengalami kecemasan.
NOC: Control Cemas Kriteria Hasil: 1.
Monitor Intensitas kecemasan
2.
Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas
3.
Menggunakan strategi koping efektif
4.
Mencari informasi untuk menurunkan cemas
5.
Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas Ket Skala: 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan 3 = Kadang dilakukan 4 = Sering dilakukan www.trinoval.web.id
16
5 = Selalu dilakukan NIC: Penurunan Kecemasan 1) Tena Tenang ngka kan n Kli Klien en 2) Jela Jelask skan an selu seluru ruh h pros prosed edur ur tinda tindaka kan n kepad kepadaa klie klien n dan pera perasa saan an yang yang mung mungki kin n muncul pada saat melakukan tindakan 3) Berikan Berikan informasi informasi tentang tentang diagnos diagnosa, a, prognosis prognosis,, dan tindakan. tindakan. 4) Temani pasien pasien untuk untuk mendukung mendukung keamana keamanan n dan menurunkan menurunkan rasa rasa sakit. sakit. 5) Instruksik Instruksikan an pasien pasien untuk menggunakan menggunakan metode/ metode/ teknik teknik relaksas relaksasi. i. DX DX V : Ku Kura rang ng peng penget etah ahua uan n berh berhub ubun unga gan n deng dengan an kete keterb rbat atas asan an info inform rmas asi i mengenai pengobatan.
Tujuan: Tujuan: Setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan diharapkan pengetahuan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah. NOC: Pengetahuan: proses penyakit. Kriteria Hasil: a. Meng Mengen enal al ten tenta tang ng pen penya yaki kitt b. Menjel Menjelask askan an proses proses penyaki penyakitt c. Menjel Menjelask askan an penyebab penyebab/fa /fakto ktorr yang berhubu berhubungan ngan d. Menj Menjel elas askan kan fak fakto torr resik resiko o e. Menjel Menjelask askan an kompl komplika ikasi si dari dari peny penyaki akitt f. Menjel Menjelask askan an tanda tanda dan gejala gejala dari dari penyaki penyakitt Ket Skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan NIC: a. NIC 1: Health Care Information exchange 1) Identifik Identifikasi asi pemberi pemberi pelaya pelayanan nan keperawat keperawatan an yang lain 2) Identi Identifik fikasi asi kemamp kemampuan uan pasien pasien dan keluar keluarga ga dalam dalam mengim mengimple plemen mentas tasika ikan n keperawatan setelah penjelasan www.trinoval.web.id
17
3) Jelaskan Jelaskan peran peran keluarga keluarga dalam dalam perawatan perawatan yang yang berkesinam berkesinambungan bungan 4) Jelaskan Jelaskan program program perawatan perawatan medik medik meliputi; meliputi; diet, diet, pengobatan, pengobatan, dan latiha latihan. n. 5) Jelaskan Jelaskan rencana rencana tindakan tindakan keperawatan keperawatan sebelum sebelum mengimp mengimplement lementasikan asikan b. NIC 2: Health Education 1) Jelas elaska kan n fakto aktorr inter nterna nall dan dan ekst ekster erna nall yang yang dapa dapatt mena menam mbah bah atau atau mengurangi dalam perilaku kesehatan. 2) Jelaskan
pengaruh
kesehatan
danperilaku
gaya
hidup
individu,keluarga/lingkungan. 3) Identifik Identifikasi asi lingkungan lingkungan yang yang dibutuhkan dibutuhkan dalam dalam program program perawat perawatan. an. 4) Anjurk Anjurkan an pemberian pemberian dukungan dukungan dari keluarga keluarga dan keluarga keluarga untuk membuat membuat perilaku kondusif.
Pascaoperasi
DX I
: Re Resik siko o kekur kekurang angan an volum volumee cairan cairan berhub berhubung ungan an deng dengan an pasca pasca obstruk obstruksi si
dengan diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara kronis.
Tuju Tujuan an : Sete Setela lah h dila dilakuk kukan an tinda tindaka kan n kepe kepera rawa wata tan n sela selama ma pros proses es keper keperaw awat atan an diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi. NOC KH
:
Fluid balance
:
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam dalam batas normal normal 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. 4. Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. Keterangan skala: 1. Tida Tidak k pern pernah ah men menunj unjukk ukkan an 2. Jara Jarang ng men menun unju jukk kkan an 3. Kada Kadang ng men menun unju jukk kkan an 4. Seri Sering ng men menun unju jukk kkan an 5. Sela Selalu lu men menun unju jukk kkan an www.trinoval.web.id
18
NIC
:
Fluid manajement
1.
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
2.
Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)
3.
Monitor vital sign
4.
Monitor cairan/makanan dan hitung intake kalon harian
5.
Kolaborasikan pemberian cairan IV
6.
Masukkan oral
7.
Keluarga untuk membantu pasien maka
DX DX II : Nyer Nyerii akut akut berh berhub ubun unga gan n deng dengan an agen agen cide cidera ra biol biolog ogii ( terp terput utus usny nya a kontinuitas jaringan akibat pembedahan).
Tujuan: Tujuan: Setelah Setelah dilakukan dilakukan tindakan tindakan keperawatan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang. a.
NOC 1: Level Nyeri Kriteria Hasil:
6.
Laporkan frekuensi nyeri
7.
Kaji frekuensi nyeri
8.
Lamanya nyeri berlangsung
9.
Ekspresi wajah terhadap nyeri
10.
Perubahan TTV b.
NOC 2: Kontrol Nyeri Kriteria Hasil: Mengenal faktor penyebab Gunakan tindakan pencegahan Gunakan tindakan non analgetik Gunakan analgetik yang tepat Ket Skala: 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = Jarang menunjukkan www.trinoval.web.id
19
3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan 5 = Selalu menunjukkan NIC: Manajemen Nyeri 1) Kaji Kaji seca secara ra meny menyel elur uruh uh tent tentan ang g nyer nyerii term termas asuk uk loka lokasi si,, dura durasi si,, frek frekuen uensi si,, intensitas, dan faktor penyebab. 2) Observ Observasi asi isyarat isyarat non verbal verbal dari ketidakny ketidaknyama amanan nan terutama terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif. 3) Berika Berikan n analge analgetik tik deng dengan an tepat tepat.. 4) Beri Berika kan n info inform rmas asii tent tentang ang nyer nyerii sepe sepert rtii penye penyeba bab b nyer nyeri, i, bera berapa pa lama lama akan akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. 5) Ajarka Ajarkan n teknik teknik non farmak farmakolo ologi gi (misal (misalnya nya:: relaks relaksasi asi,, guide, guide, imager imagery,t y,tera erapi pi musik,distraksi) DX III : Kerusakan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler neurovaskuler (nyeri).
Tuju Tujuan an:: Sete Setela lah h
dila dilaku kuka kan n
tind tindak akan an
kepe kepera rawa wata tan n
diha dihara rapk pkan an
pasi pasien en
dapa dapatt
meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi NOC: Mobility level Kriteria Hasil: a. Kese Keseim imba bang ngan an penam penampi pila lan n b. b. Memp Mempos osis isik ikan an tubuh tubuh c. Gerakan kan otot d. Ger Gerakan akan sendi endi e. Ambu Ambullansi ansi jal jalan an f. Ambu Ambula lans nsii kur kursi si roda roda Ket Skala: 1 = Dibantu total 2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat 3 = Memerlukan orang lain 4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat 5 = Mandiri www.trinoval.web.id
20
NIC: Exercise NIC: Exercise Therapy: Ambulation 1) Bantu Bantu pasien pasien untuk untuk menggun menggunaka akan n fasil fasilita itass alat alat bantu bantu jalan jalan dan cegah kecelak kecelakaan aan atau jatuh 2) Tempatkan Tempatkan tempat tidur tidur pada pada posisi posisi yang mudah mudah dijangkau/di dijangkau/diraih raih pasien. pasien. 3) Konsultasik Konsultasikan an dengan fisioter fisioterapi api tentang tentang rencana ambulansi ambulansi sesuai sesuai kebutuhan kebutuhan 4) Monitor Monitor pasien pasien dalam dalam menggunakan menggunakan alatbantuja alatbantujalan lan yang yang lain lain 5) Instruksik Instruksikan an pasien/pembe pasien/pemberi ri pelayanan pelayanan ambulansi ambulansi tentang tentang teknik ambulans ambulansi. i. DX IV : Resiko kerusakan integritas integritas kulit berhubungan berhubungan dengan imobilisasi imobilisasi fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi. NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa Kriteria Hasil: a. Sensa ensasi si nor normal mal b. b. Elas Elasti tisi sita tass norm normal al c. Warna d. Tekstur e. Jari Jaring ngan an beba bebass les lesii f. Adan Adanya ya pert pertum umbu buha han n rambut rambut dik dikul ulit it g. Kulit ut utuh Ket Skala: 1 = Kompromi luar biasa 2 = Kompromi baik 3 = Kompromi kadang-kadang 4 = Jarang kompromi 5 = Tidak pernah kompromi NIC: Skin Surveilance 1)
Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban
2)
Monitor warna kulit
3)
Monitor temperatur kulit
4)
Inspeksi kulit dan membran mukosa
5)
Inspeksi kondisi insisi bedah www.trinoval.web.id
21
6)
Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan
7)
Monitor infeksi dan oedema
DX DX V : Resi esiko infek nfeksi si berh berhub ubun unga gan n deng dengan an peni pening ngka kara ran n papa papara ran n ling lingku kung ngan an terhadap patogen (adanya media masuknya kuman akibat prosedur invasif). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi. NOC 1: Deteksi Infeksi Kriteria Hasil: 1.
Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi
2.
Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
3.
Mampu mengidentifikasi potensial resiko NOC 2: Pengendalian Infeksi Kriteria Hasil:
1.
Pengetahuan te tentang ad adanya resiko in infeksi
2.
Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan
3.
Membuat strategi untuk mengendalikan resiko infeksi
4.
Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko Ket Skala: 1 = Selalu menunjukkan 2 = Sering menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan 4 = Jarang menunjukkan 5 = Tidak pernah menunjukkan NIC: Teaching diases proses 6) Deskri Deskripsi psikan kan proses proses penya penyakit kit dengan dengan tepat tepat 7) Sediakan Sediakan informasi informasi tentang tentang kondisi kondisi pasien pasien 8) Diskus Diskusika ikan n perawat perawatan an yang yang akan dilaku dilakukan kan 9) Gambar Gambaran an tanda tanda dan dan gejala gejala peny penyaki akitt 10) Instru Instruksi ksikan kan pasien pasien untuk untuk melapor melaporkan kan kepada kepada perawa perawatt untuk untuk melapo melaporka rkan n tentang tanda dan gejala yang dirasakan.
www.trinoval.web.id
22
D. EVAL EVALUA UASI SI Pre operasi
DX I
KRITERIA HASIL NOC: Inkontinensi urine Beba Bebass dari dari keboc kebocor oran an urin urinee diant diantar araa berke berkemi mih. h. (4
II
KETERANGAN SKALA 1 = Tidak pernah menunjukkan )
2 = Jarang menunjukkan
Kandung kemih kosong sempurna. (4)
3 = Kadang menunjukkan
Tidak ada sisa setelah buang air > 100-200cc. (4)
4 = Sering menunjukkan
Asupa Asupan n cair cairan an dal dalam am ren renta tang ng yan yang g diha dihara rapk pkan. an.(4 (4 NOC 1: Level Nyeri
)
5 = Selalu menunjukkan 1 = Tidak pernah menunjukkan
Laporkan frekuensi nyeri (4)
2 = Jarang menunjukkan
Kaji frekuensi nyeri. (4)
3 = Kadang menunjukkan
Lamanya nyeri berlangsung (4)
4 = Sering menunjukkan
Ekspresi wajah terhadap nyeri (4)
5 = Selalu menunjukkan
Perubahan TTV (4) NOC 2: Kontrol Nyeri Mengenal faktor penyebab (4) Gunakan tindakan pencegahan(4) Gunakan tindakan non analgetik(4) III
Gunakan analgetik yang tepat(4) NOC 1: Deteksi Infeksi
1 = Tidak pernah menunjukkan
1. Mengukur Mengukur tanda dan gejala yang mengindikas mengindikasikan ikan 2 = Jarang menunjukkan infeksi (4)
3 = Kadang menunjukkan
Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan (4)
4 = Sering menunjukkan
Mampu mengidentifikasi potensial resiko(4)
5 = Selalu menunjukkan
NOC 2: Pengendalian Infeksi Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi(4) www.trinoval.web.id
23
Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan Membua Membuatt strate strategi gi untuk untuk mengen mengendal dalika ikan n resiko resiko infeksi. (4) 3. Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko (4) IV
NOC: Control Cemas
1 = Tidak pernah dilakukan
Monitor Intensitas kecemasan (4)
2 = Jarang dilakukan
Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas (4)
3 = Kadang dilakukan
Menggunakan strategi koping efektif (4)
4 = Sering dilakukan
Mencari informasi untuk menurunkan cemas (4)
5 = Selalu dilakukan
5. Menggunakan Menggunakan teknik relaksasi relaksasi untuk menurunkan menurunkan V
cemas (4) NOC: Pengetahu ahuan: pro proses penyakit.
1 = Tidak pernah menunjukkan
Mengenal tentang penyakit (4)
2 = Jarang menunjukkan
Menjelaskan proses penyakit(4)
3 = Kadang menunjukkan
Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan 4
4 = Sering menunjukkan
Menjelaskan faktor resiko(4)
5 = Selalu menunjukkan
Menjelaskan komplikasi dari penyakit(4) Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit(4) Pasca operasi
DX I
NOC
:
KRITERIA HASIL Fluid balance
KETERANGAN SKALA 1 = Tidak pernah menunjukkan
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia 4 2 = Jarang menunjukkan 2. Tekan Tekanan an dara darah, h, nadi nadi,, suhu suhu tubu tubuh h dalam dalam bata batass 3 = Kadang menunjukkan normal(4)
4 = Sering menunjukkan
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor 5 = Selalu menunjukkan kulit baik. (4) 4. Membra Membran n mukosa mukosa lembab, lembab, tidak tidak ada rasa rasa haus II
yang berlebihan. (4) NOC 1: Level Nyeri Laporkan fr frekuensi ny nyeri Kaji frekuensi nyeri(4)
1 = Tidak pernah menunjukkan (4)
2 = Jarang menunjukkan 3 = Kadang menunjukkan www.trinoval.web.id
24
Lamanya nyeri berlangsung(4)
4 = Sering menunjukkan
Ekspresi wajah terhadap nyeri(4)
5 = Selalu menunjukkan
Perubahan TTV(4) NOC 2: Kontrol Nyeri Mengenal faktor penyebab(4) Gunakan tindakan pencegahan(4) Gunakan tindakan non analgetik(4) III
IV
Gunakan analgetik yang tepat(4) NOC: Mobility level
1 = Dibantu total
Keseimbangan penampilan (5)
2 = Meme Memerl rluka ukan n bant bantua uan n oran orang g
Memposisikan tubuh(5)
lain dan alat
Gerakan otot(5)
3 = Memerlukan orang lain
Gerakan sendi(5)
4 = Dapa Dapatt mel melakuk akukan an sendi endiri ri
Ambulansi jalan(5)
dengan bantuan alat
5 = Mandiri NOC: NOC: Inte Integr grit itas as Jari Jaring ngan an:: kuli kulitt dan dan memb membra ran n muko mukosa sa 1 = Kompromi luar biasa Sensasi normal(4)
2 = Kompromi baik
Elastisitas normal(4)
3 = Kompromi kadang-kadang
Warna(4)
4 = Jarang kompromi
Tekstur(4)
5 = Tidak pernah kompromi
Jaringan bebas lesi(4) Adanya pertumbuhan rambut dikulit(4) V
Kulit utuh(4) NOC 1: Deteksi Infeksi
1 = Tidak pernah menunjukkan
Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan
2 = Jarang menunjukkan
Infeksi(4)
3 = Kadang menunjukkan
Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan(4)
4 = Sering menunjukkan
Mampu mengidentifikasi potensial resiko(4)
5 = Selalu menunjukkan
NOC 2: Pengendalian Infeksi Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi(4) Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan.4 3. Memb Membua uatt stra strate tegi gi untuk untuk meng mengen endal dalik ikan an resi resiko ko www.trinoval.web.id
25
infeksi. (4) 4. Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko(4) DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan, Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester, Carpenito, L. J., 2000, Buku 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta. Corwin, E. J., 2000, Buku 2000, Buku Saku Pathofisiologi, Pathofisiologi, Editor Endah P., EGC, Jakarta. Doenges, M. E., Moorhous, M. F., & Geissler, A. C., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Pasien, Edisi 3, Alih Bahasa I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, EGC, Jakarta. Engram, B, 1998, Rencana 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Bedah, EGC, Jakarta Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC 2000. NOC . Jakarta: Morsby. Mansjoer, A., dkk, 2000, Kapita 2000, Kapita SelektaKedokteran, Edisi Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta. McCloskey, Cjoane, dkk. 1995. NIC NIC . Jakarta: Morsby. NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan. Nanda 2005-2006, Editor Budi Santoso, Prima Medika, Jakarta. Potter, P. A., & Perry, A. G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Keperawatan: Konsep, Prose.c, dan Praktik, EGC, Jakarta. Price, S. A., & Wilson, L. M., 2005, Pathofsiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa: Editor Caroline Wijaya, Edisi 4, EGC, Jakarta. Urologi, CV Info Medika, Jakarta. Purnomo, B. B., 2000, Dasar-dasar 2000, Dasar-dasar Urologi, Sjamsuhidajat, R., & de Jong, W., 2005, Buku 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Bedah, EGC, Jakarta Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddarth, Editor Suzane, C. S., Brenda, G. B., Edisi 8, EGC, Jakarta www.trinoval.web.id
26
www.trinoval.web.id
27