ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN LABIOSKIZIS dan LABIOPALATOSKIZIS LABIOPALATOSKIZIS
Disusun oleh: Oktavia Dwi Karlina NIM. P07224316030
KEMENTERIAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2O17
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur syukur kehadirat kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan dengan limpahan
Rahmat, Karunia, Taufiq dan Hidayah-Nya penyusun dapat laporan
asuhan
kebidanan
bayi
baru
lahir
dengan
menyelesaikan
Labioskizis
dan
Labiopalatoskizis dengan baik sebagai media pembelajaran dalam ilmu kebidanan dengan mengutip beberapa referensi. Penyusun berterimakasih kepada rekan sejawat yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Penyusun berharap adanya adanya saran dan kritik kritik yang membangun demi
perbaikan
laporan yang telah dibuat dimasa yang akan datang. Penyusun juga berharap laporan ini dapat berguna bagi orang banyak. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Samarinda, 16 September 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... i DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. ................................. .......... ii BAB I PENDAHULUAN .................................... .......................................................... ............................................ ............................. ....... 1 A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ ............................. ....... 1 B. Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ ................................................................... ................................. .......... 4 A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Labioskizis Labioskizis dan Labiopalatoskizis .......................................... ................................................................ ............................................ ................................. ........... 4 B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan BBL dengan Labioskizis Labioskizis dan Labiopalatoskizis .......................................... ................................................................ ............................................ ................................. ........... 9 BAB III TINJAUAN KASUS............................................. .................................................................... .................................. ........... 20 BAB IV PEMBAHASAN ......................... ............................................... ............................................ ...................................... ................ 28 BAB V PENUTUP ......................... ............................................... ............................................ ............................................ ........................... ..... 30 A. Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... ......... 30 B. Saran........................................... ................................................................. ............................................ .......................................... .................... 30 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 32
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Selama persalinan, pelahiran dan beberapa jam pertama bayi baru lahir, banyak perubahan yang terjadi pada janin dan bayi baru lahir yang memungkinkan adaptasi fisiologis pada kehidupan di luar uterus. Karakteristi k perkembangan bayi baru, seperti abnormalitas kongenital atau genetic, berat lahir, dan usia gestasi , dapat memberi pengaruh yang bermakna pada proses adaptasi ini. Tim perinatal harus secara terus-menerus waspada terhadap tanda-tanda komplikasi yang mungkin dialami bayi baru lahir, melakukan identifikasi masalah lebih awal, mengoreksi gangguan dengan cepat atau meminimalkan efek selanjutnya, mencegah ketidakmampuan permanen, dan meningkatkan proses hubungan kasih saying orang tua (keperawatan maternitas, vol 2, edisi 18 ) . Asuhan kebidanan Neonatus, bayi dan balita adalah asuhan atau perawatan yang diberikan bidan pada bayi baru lahir.Neonatus, bayi dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonates, bayi dan balita apabila tidak berikan asuhan yang benar dan tepat. Cacat bawaan atau kelainan bawaan ini menjadi factor atau sebab kematian perinatal. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, sebab utama kematian perinatal antara lain ialah ; infeksi, asfiksia neonaturum, trauma kelahiran, cacat bawaan, penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas, imaturitas, dll ( ilmu kebidanan, sarwono : 787) . Untuk itu pada hal ini kita akan membahas tentang penyakit kelainan bawaan atau cacat bawaan yaitu Labis kisis . Labios kiziz ini merupakan kelainan yang terjadi pada daerah mulut yang terjadi akibat gagalnya jaringan
1
lunak untuk menyatu selama perkembangan embrio (pengantar ilmu keperawatan anak, salemba medika : 22) . Insiden celah bibir dengan atau tanpa adanya celah pada palatum, kira-kira terdapat 1:6000 kelahiran; insidens celah palatum saja sekitar 1:10.000 kelahiran. Bibir sumbing lebih lazim terjadi pada laki-laki. Kemungkinan penyebabnya meliputi ibu yang terpajan obat, kompleks sindrom-malformasi, sindrom-malformasi , murni-tak diketahui atau genetic. Factor genetic pada bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum, lebih penting daripada celah palatum saja. Namun, keduanya dapat terjadi secara sporadic; insidens tertinggi kelainan ini terdapat pada orang Asia dan terendah pada orang orang kulit hitam. (Nelson,2012)
B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui melal ui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus a.
Menjelaskan konsep dasar teori BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis.
b.
Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis.
c.
Melaksanakan asuhan kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis dengan pendekatan Varney yang terdiri dari : 1)
Melakukan pengkajian pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
2)
Menginterpretasikan data dasar
3)
Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
4)
Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
5)
Merancang intervensi pada BBL dengan Labioskizis dan
2
Labiopalatoskizis 6)
Melakukan implementasi pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis
7) d.
Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis Labiopalatoskizis 1.
Definisi
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, dan Anak Balita, 2010) Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu. (Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, dan Anak Balita, 2010) 2.
Klasifikasi
Labioskizis dan Labiopalatoskizis diklasifikasikan sebagai berikut : a. Menurut struktur-struktur yang terkena :
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap foramen.
Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum palatum sekunder dan juga juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
b. Menurut organ yang terlibat :
Celah di bibir (labioskizis)
Celah di gusi (gnatoskizis)
Celah di langit (palatokizis)
Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis).
c.
Menurut lengkap / tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing sumbing yang diketahui adalah :
Universal Incomplete, jika celah sumbing terjadi hanya di salah satui sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang yang terjadi di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
Bilateral Complete. Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung
3.
Etiologi
Penyebab sebagai
terjadinya
labioskizis
dan
labiopalatoskizis
adalah
berikut.
Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
Faktor keturunan.
Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.
4.
Gejala dan Tanda
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
Terjadi pemisahan langit-langit
Terjadi pemisahan bibir
Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
Infeksi telinga berulang
Berat badan tidak bertambah
Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui keluarnya air susu dari hidung.
5.
Manifestasi Manifestasi Klinis
Pada labioskisis yaitu: a. Distorsi pada hidung b. Tampak sebagian atau keduanya c. Adanya celah pada bibir Pada palatoskisis yaitu:
a. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palate lunak, dan keras pada foramen incisive b. Adanya rongga pada hidung c. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari d. Kesukaran dalam menghisap atau makan. 6.
Patofisiologi
Proses terjadinya labioskisis ini terjadi ketika kehamilan trimester 1 dimana terjadinya gangguan oleh karena berbagai penyakit seperti virus.
Pada
trimester
pertama
terjadi
proses
perkembangan
pembentukan berbagai organ organ tubuh dan saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio. Apabila terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medial dan maksilaris maka dapat mengalami labioskisis (sumbing bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 dan 8 minggu masa kehamilan (Pengantar ilmu keperawatan anak, Aziz Alimul Hidayat : 23) . Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominem maksilaris dengan prominem nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 minggu (Asuhan Neonatus,bayi, balita dan anak prasekolah, Marmi, dkk : 313) . Labioskizis terjadi akibat kegaglan fusi atau penyatuan frominem maksiattis dengan frominem medial yang diikuti distursi kedua bibir rahang dan platum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu ke enam pascakonsepsi. Sementera itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.
7.
Komplikasi
Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah palatum.
Memerlukan penanganan penanganan
khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi makan pada bayi bayi bibir sumbing.
Infeksi telinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera dilatasi maka akan kehilangan pendengaran.
Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami mengalami penurunan fungsi karena adanaya celah.
Hal ini dapat
mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
Masalah gigi. Pada celah bibir gigi gigi tumbuh tidak normal atau bahkan
tidak
tumbuh,
sehingga
perlu
perawatan
dan
penanganan khusus.
Otitis media
Faringitis
Kekurangan gizi.
10% penderita palatoskizis akan Menderita masalah bicara, misalnya suara sengau.
8.
Penatalaksanaan
la ngsung dapat pula diupayakan jika ibu a. Pemberian ASI secara langsung mempunyai retleks mengeluarkan air susu dengan baik mungin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara. pa yudara. b.
Bila anak sukar mengisap, sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong hatuh di belakang mulut hingga dapat di isap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
c. Tindakan bedah, dengan kerjasama yang baik antara akhli
bedah, ortodontis, dokter dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.
d. Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan,
sedangkan patoskizis biasanya ditutup pada umur 9 – 12 12 bulan menjelang anak belajar bicara. e. Tahapan tindakan orthodonfic diperlukan pula untuk perbaikan
gusi dan gigi. f.
Pendekatan kepada orangtua sangat penting agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk perawatan anaknya.
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan BBL dengan Labioskizis dan Labiopalatoskizis I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
:
Waktu Pengkajian
:
Tempat Pengkajian
:
Nama Pengkaji
:
a. Data Subyektif 1.
Identitas a.
Identitas Klien
Nama
:
Umur/tanggal lahir :
b.
Jenis Kelamin
:
Tanggal masuk RS
:
Identitas Orang Tua
Nama ayah : Nama ibu
:
Usia ayah/ibu : Umur pasien seharusnya s eharusnya didapatkan dari anamnesa dan dicatat untuk mengetahui
adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental fisiknya belum siap dan termasuk dalam menunda dan usia 20 - 35 tahun adalah masa reproduktif, sedangkan umur lebih dari 35 adalah termasuk fase mengentikan dan dapat juga terjadi faktor risiko (Sulistyawati, 2010). Pendidikan ayah/ibu : Pekerjaan ayah/ibu
:
Gunanya
untuk
mengetahui
tingkat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010).
2.
Agama
:
Suku/bangsa
:
Alamat
:
Riwayat Kesehatan Klien a.
Keluhan utama
b.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran 1)
Usia Kehamilan
a)
37-42 minggu (DEPKES RI,
2005). KMK dan
BMK untuk masa kehamilan merupakan kondisi yang biasanya berulang (Wheeler, 2004). b)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu usia gestasi. Minggu gestasi dihitung dari HPHT dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, Lingkar kepala
bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonatus (Myles, 2009). c)
Prematuritas Prematuritas Murni. Masa gestasinya kurang dari
37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan. Sesuai masa kehamilan (NKB-SMK) (Surasmi, 2003). d) Dismaturitas. Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Surasmi, 2003). e)
Prematuritas memiliki risiko yang lebih besar
terhadap kematian akibat asfiksia neonatorum. Risiko tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada usia kehamilan 34-37 minggu dan meningkat 14.33 kali lipat pada usia kehamilan < 34 minggu (Lee, dkk, 2008). 2)
Riwayat antenatal
Penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup obat-obatan yang diberikan atau diminum oleh ibu (Prawirohardjo, 2010). Ketuban pecah dini dapat terjadi oligohidramnion terjadinya
yang menekan tali pusat hingga
asfiksia
atau
hipoksia.
(Prawirohardjo,
2010).
No.
Tahun Kelahiran
3)
Riwayat intranatal
4)
Riwayat Kelahiran yang Lalu
JK
BB
Keadaan
Lahir
Bayi
Komplikasi
Jenis Persalinan
Ket.
1.
a)
Usia gestasi bayi terdahulu karena kelahiran preterm cenderung berulang (Wheeler, 2004).
b)
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 26 – 35 tahun. (Surasmi, 2003)
5)
Riwayat Persalinan Sekarang
a)
Jenis persalinan Spontan pervaginam & sectio caesarea (Protap RSUD AWS Samarinda).
b)
Komplikasi persalinan (1) Distosia bahu dapat menyebabkan fraktur pada humerus atau klavikula, cedera pada pleksus brakialis, asfiksia pada bayi (Sinclair, 2010). (2) Ibu dengan diabetes mellitus dapat beresiko untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan beresiko untuk mengalami distosia bahu pada saat persalinan. Hal ini dapat berdampak asfiksia pada bayi (Manuaba, 2005). (3) Partus lama dan ketuban pecah dini juga meningkatkan risiko asfiksia secara
neonatorum
bermakna (Lee, dkk, 2008).
(4) Tanda-tanda jantung mekoneum,
gawat
janin
janin
seperti
abnormal,
perdarahan
denyut
pewarnaan
antepartum
dan
partus lama juga memiliki hubungan yang kuat
dengan
timbulnya
asfiksia
neonatorum
(Oswyn G., dkk, 2000). c)
Lama persalinan Lama
persalinan
pada
primigravida
dan
multigravida (dr.Ida Ayu Chandranita, 2010).
Kala
Primigravida
Multigravida
I
10-12 jam
6-8 jam
II
1-1,5jam
0,5-1 jam
III
10 menit
10 menit
IV
2 jam
2 jam
Jumlah (tanpa
10-12 jam
8-10 jam
Persalinan
memasukan kala IV yang bersifat observasi)
3.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita sebelumnya apakah pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, serta untuk mengetahui pernah dirawat di rumah sakit atau tidak (Varney, 2006).
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
a.
Penyakit yang diderita ibu ( hipertensi, jantung, diabetes melitus). Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
b.
Penyakit ibu seperti hipertensi, penyakit paru, dan penyakit gula dapat menimbulkan dismaturitas janin (Surasmi, 2003).
c.
Gejala-gejala penyakit maternal yang dilaporkan 7 hari sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia neonatorum. Gejala- gejala tersebut adalah demam selama kehamilan, perdarahan, pembengkakan tangan, wajah atau
d.
kaki, kejang, kehamilan
ganda juga berhubungan kuat
dengan mortalitas asfiksia
neonatorum (Lee, dkk, 2008).
Usia terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>40 tahun), anemia
(Hb< 8 g/dL), perdarahan antepartum dan demam
selama
kehamilan berhubungan kuat dengan asfiksia
neonatorum (Oswyn dkk, 2000).
5.
Pola Fungsional Kesehatan Pola
Nutrisi
Keterangan
Jenis Makanan : ASI World
Health
Organization
(WHO)
merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif sekurangnya selama usia 6 bulan pertama, didukung
dan oleh
rekomendasi
serupa
American
Academy
juga of
Pediatrics (AAP), Academy of Breastfeeding Medicine, demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Eliminasi
BAB: Dalam 24 jam pertama, warna hitam kecoklatan (Saifuddin, 2006;137-138).
BAK: Dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2006;137-138).
6.
Riwayat Psikososiokultural Psikososiokultural Spiritual
a.
Merokok dan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan faktor predisposisi bayi berat lahir rendah (BBLR: berat badan kurang dari 2500 gram) (Departemen Kesehatan, 2005).
b.
Kebiasaan ibu (merokok, minum alkohol, dan narkotika) merupakan faktor etiologi prematuritas (Surasmi, 2003).
b.
Data Obyektif 1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
: Bayi terlihat lemas (flaccid). Reflek / respon bayi melemah (Rustam, 2008).
TTV
:
Tekanan darah
:
Nadi
:
Suhu
:
Pernafasan
:
Antropometri
:
Tinggi badan Berat badan LiLA
:
:
46cm (Surasmi, 2009). : 2500 gram (Surasmi, 2009).
<9,5 (Hidayat, 2009).
Lingkar kepala : Fronto-occipitalis 33 cm(Surasmi, 2009).
2.
Lingkar dada
: 30cm (Surasmi, 2009).
Lingkar perut
: 28 – 28 – 30 30 cm
PemeriksaanFisik Kulit
:
Warna kulit terihat biru menunjukan bahwa
keadaan bayi buruk dengan angka penilaian 0 Pada penilaian apgar (UNPAD, 1983 ). Adanya sianosis pada evaluasi
warna kulit menunjukan adanya tanda tanda
asfiksia (Prawirohardjo, 2010). Ukuran kecil dan tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, pembuluh darah mudah terlihat (Jesen, 2004) Mata
:
Mata tertutup rapat (Ballard Score) :
Hidung
bahwa
Adanya pernafasan cuping hidung menandakan bayi baru lahir
mengalami gawat nafas
(Glance neonatoligi,2009). Mulut :
Terlihat
adanya
pernafasan per nafasan
megap
megap me gap
(Prawirohardjo,2010).Adanya sianosis central yang terjadi pada bibir ba yi(Glance neonatologi,2009). Dada
:
Adanya
retraksi
didinding
dada
menandakan
bahwa bayi baru lahir mengalami gawat nafas (Glance neonatologi,2009). Genetalia
:
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi
dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam
skrotum.untuk
bayi
perempuan
klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh mayora (Surasmi, 2009) Ekstremitas :
3.
Pemeriksaan Neurologis atau Refleks Refleks moro
: Pada
bayi
Labiopalatoskizis
Labioskizis reflex
moro
dan negative
(Prawirohardjo, 2010). Refleks tonic neck : Pada
bayi
Labioskizis
dan
Labiopalatoskizis reflex tonic neck negative (Prawirohardjo, 2010). Refleks rooting
: Pada
bayi
Labioskizis
Labiopalatoskizis
dan
reflex
rooting
negatif(Prawirohardjo, 2010). Refleks sucking
:
pada
bayi
Labioskizis
dan
Labiopalatoskizis Refleks sucking positive (Prawirohardjo, 2010). Refleks graps
: Pada
bayi
Labiopalatoskizis
Labioskizis reflex
graps
dan negative
(Prawirohardjo, 2010). Refleks babinski
:
Pada
bayi
Labioskizis
dan
Labiopalatoskizis reflex babinski negatif (Prawirohardjo, 2010).
4.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium :
II. Interpretasi Data Dasar
Dx
:
Ds
: Mencantumkan data subyektif yang mendukung adanya diagnosa
Do
: Mencantumkan data obyektif yang mendukung adanya diagnosa
III. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial
Diagnosa Potensial :
-
Hiperbillirubinemia
-
Hipoglikemia
-
Pneumonia Aspirasi
-
Infeksi
Masalah Potensial :
-
Ketidakseimbangan suhu tubuh
-
Masalah pemberian ASI
-
Penurunan turgor kulit
-
Perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh
Berdasarkan buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal apabila asfiksia berlanjut maka akan menimbulkan k er usakan usakan otak otak yang menyebabkan kelainan kelainan pada fungsi tubuh (kecacatan) bahkan dapat menyebabkan kemati ati an neo neonatal. natal. IV.Identifikasi IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera
Untuk memberikan tindakan yang harus segera dilakukan kepada pasien untuk mengurangi angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian pada klien.
V. Intervensi
1.
Memberitahukan kepada klien atau orang tua klien mengenai kondisi klien dari hasil pemeriksaan. Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak klien dan keluarga (Varney, 2007).
2.
Memberikan kehangatan pada bayi dan daerah sekitar tempat resusitasi. Rasional : Bayi yang kedinginan dengan mudah dapat terjadi hipotermi (Glance, 2009).
3.
Mengganjal bahu dengan gulungan handuk / kain. Rasional
: Mengganjal bahu dengaan gulungan handuk merupakan
cara agar kepala ekstensi yang membuat jalan nafas menjadi terbuka (Prawirohardjo, 2010). 4.
Memberikan stimulasi berupa rangsangan taktil
Rasional
: Usaha nafas kembali pada bayi dapat dilakukan
dengan pemberian stimulasi berupa rangsangan taktil yang adekuat (Varney,2008). 5.
Membersihkan jalan nafas. Rasional :
Adanya sumbatan pada jalan nafas merupakan merupakan indikasi
dari ventilasi yang tidak adekuat (Varney, 2008). 6.
Mempersiapkan untuk rujukan. Rasional
:
Segera rujuk bila ada salah satu tanda-tanda bahaya
pada neonatus dengan tetap memberikan ventilasi tekanan positif secara bertahap (Varney, 2008). VI.Implementasi VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB III TINJAUAN KASUS
Tanggal Pengkajian
: 16 September 2017
Waktu Pengkajian
: 14.00 WITA
Tempat Pengkajian
: RSUD AWS Samarinda
Nama Pengkaji
: Oktavia Dwi Karlina
S: 1.
Identitas
a.
b.
Identitas Klien Nama
: By. Ny. R
Umur/tanggal lahir
:16 September 2017
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal masuk RS
: 15 September 2017
Identitas Orang Tua Nama Ayah : Tn.K
Nama Ibu: Ny. E
Usia
: 35 tahun
Usia
: 35 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku/bangsa :Jawa Alamat
Suku Bangsa : Jawa
: Jalan Wolter Monginsidi
2. Riwayat Kesehatan Klien
a.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Trimester I
: Frekuensi
: tiga kali, oleh : bidan
Keluhan
: Mual dan muntah, sejak usia kehamilan 1 bulan
hanya diberi konseling konseling (makan sedikit tapi sering)
Trimester II : Frekuensi Keluhan Trimester III : Frekuensi Keluhan
: tiga kali, oleh : bidan : tidak ada : tiga kali, oleh : bidan
: Nyeri pinggang, sejak usia kehamilan 9 bulan hanya
diberi konseling (istirahat cukup)
3. Riwayat antenatal
Usia kehamilan ibu adalah 32 minggu 6 hari. Ibu mengetahui kehamilannya dengan melakukan PP test sendiri dengan hasil (+). Ibu pertama kali memeriksakan kehamilannya yaitu pada bidan pada usia kehamilan 16 minggu. Pada trimester t rimester kedua ibu memeriksakan kehamilannya 1 kali dengan keluhan pusing dan mual-muntah. Pada pemeriksaan ini ditemukan tekanan darah tinggi yaitu 130/90 mmHg dan oedem pada kaki. Pada trimester ke dua pada usia kehamilan 28 minggu ibu melakukan USG dengan hasil berat badan janin kecil dari usia kehamilan. Pada trimester III ibu juga melakukan pemeriksaan di bidan yaitu pada usia kehamilan 32 minggu minggu 6 hari. 4. Riwayat Persalinan yang Lalu
No. 1.
Tahun Kelahiran 2017
JK P
BB
Keadaan
Lahir
Bayi
3200
baik
5. Riwayat Persalinan Sekarang a) Jenis persalinan
: Normal
Komplikasi -
Jenis Persalinan spt
Ket.
b) Penolong persalinan : Bidan c) Lama persalinan
:±
8
d) Ketuban pecah
: spontan
jam
15
menit
warna : jernih
Jumlah :± 500cc e) Plasenta
: utuh
f) komplikasi persalinan
Ibu
: tidak ada
Bayi
: tidak ada
g) Keadaan bayi baru lahir**
:
Ibu mengatakan pada menit pertama warna bayinya kemerahan, dengan gerakan aktif, menangis. Pada menit kelima warna bayinya kemerahan, dengan gerakan aktif, dan menangis. Tidak ada menggunakan resusitasi, penghisapan lender, r angsangan, ambu, massage jantung, Intubasi endotraceal, oksigen, terapi, dan tidak ada keterangan lainnya.
6. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pada kehamilan sebelumnya ibu tidak memiliki penyakit yang dapat menular.
7.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Di dalam keluarga Ibu tidak memiliki peyakit yang menurun.
8.
Riwayat Psikososiokultural Psikososiokultural Spiritual
Psikologis : Ini merupakan pernikahan pertama Ibu. Lama menikah ± 2 tahun dengan status pernikahan yang sah. Ibu senang akan kehamilannya ini. Sosial
: Ini merupakan kehamilan yang direncakan, keluarga dan suami dengan senang hati menerima kehamilan ini.
Kultural
: tidak ada adat adat istiadat yang dilakukan yang yang dapat membahayakan atau merugikan bagi ibu maupun janin.
Spiritual
: tidak ada upacara keagamaan yang dapat membahayakan atau merugikan bagi ibu maupun janin.
O: 1. Pemeriksaan Umum
TTV
: Nadi
:135x/menit
Pernapasan :46x/menit Suhu Antropometri
:36, 6°C
: Panjang badan
:51 cm
Berat badan
:3200 gram
LiLA
:12 cm
Lingkar kepala :23 cm
2.
Lingkar dada
:33cm
Lingkar Perut
: 22 cm
PemeriksaanFisik
Kepala Tampak simetris, tampak rambut menempel datar pada kulit kepala, tidak tampak dan tidak teraba benjolan seperti caput suksedenum, cepal hematoma, terdapat pontanel anterior berbentuk belak ketupat dan pontanel posterior berbentuk segitiga, sutura tidak menyatu dan tidak ada molase.
Muka Muka tampak simetris dan tidak ada kelainan.
Mata
Bentuk ukuran dan jarak masing-masing mata tampak simetris, tidak tampak rabas, pada mata kedua bola mata ada dengan ukuran yang sama gerakan bola mata acak dan tidak sama (strabismus), tidak ada glukoma kongenital, katarak kongenital, sclera tidak tampak kuning, terdapat pupil dengan ukuran sama dan reaksi terhadap cahaya baik, terdapat 2 alis mata dan terpisah.
Telinga Simetris kiri dan kanan, letak dan bentuk daun telinga normal, pendengaran baik dengan merespon bunyi atau suara.
Hidung Simetris, tidak purulent/darah, tidak mengalami pernafasan cuping hidung.
Mulut Bibir tampak tidak simetris, tidak ada bercak pada mukosa mulut, mukosa mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah di bibir sebelah kiri.
Leher Tampak pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak ada selaput, tidak ada pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis, pergerakan tidak terbatas atau bebas.
Dada Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak bersamaan saat bayi bernafas, tidak ada praktur klapikula, puting susu terbentuk dengan baik, menonjol simetris si metris kanan dan kiri, bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan ronchi, bunyi jantung tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi jantung I dan II dan tidak terdengar murmur. murmur.
Bahu, lengan dan tangan
Tampak bergerak bebas dan simetris, tidak ada praktur klapikula, dan praktur humerus, kedua lengan sama panjang, tidak ada polidaktili dan sidaktili.
Abdomen Abdomen tampak bulat, tidak tampak tonjolan pada abdomen, tampak bergerak bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas, tidak teraba masa m asa dan distensi, tali t ali pusat tampak di ikat dengan benang, tidak terjadi penonjolan disekitar tali pusat saat bayi menangis, tidak mengalami bengkak, tidak bernanah, tidak berbau.
Genetalia Labia mayora sudah menutupi labia minora, terdapat 2 lubang yang berbeda yaitu uretra dan vagina.
Kaki dan tungkai Tampak bergerak bebas, kaki dan tungkai simeteris, jari kaki tidak polodaktili dan sidaktili.
Punggung Tulang punggung tampak fleksi, tidak ada spina bifida, dan meningokel.
Anus Berlubang pada posisi normal
Kulit Warna kulit bayi merah, terdapat vernix caseosa berwarna keputihan, dan tidak berbau, tampak lanugo disekitar bahu, daun telinga dan dahi bayi tidak ada pembengkakan dan bercak hitam, tidak ada tanda lahir.
3.
Pemeriksaan Neurologis atau Refleks
Refleks Morro
: negatif
Refleks Rooting
: negatif
4.
Refleks Sucking
: positif
Refleks Babinsky
: negatif
Refleks Graft
: negatif
Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
A:
Diagnosis
: Bayi Ny.A, 1 jam, neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan dengan labioskizis
Masalah
: Bayi mengalami sulit menyusui
Kebutuhan tindakan segera
:
Ketika
menyusui
ibu
menekan
sedikit
payudaranya agar ASI dapat keluar dengan mudah, atau pemberian asi menggunakan botol domba setelah melakukan operasi saat bayi berusia 2 bulan.
P:
Tanggal/Jam
Penatalaksanaan
16
Menjaga kehangatan bayi dengan menaruh bayi di
September 2017
infant warmer agar bayi tidak mengalami hipotermi. Evaluasi: bayi dalam keadaan hangat di infant warmer. Beritahukan kepada ibu cara menyusui dengan labioskizis sebelum dilakukan operasi labioskizis agar bayi bisa mendapatkan ASI. Evaluasi: Ibu mengerti dan melakukannya dengan baik
Paraf
Berikan salap mata, Vitamin K, dan satu jam berikutnya Hb 0 agar mencegah infeksi setelah melewati jalan lahir, vitamin k mencegah penyakit perdarahan spontan atau akibat trauma, Hb 0 mencegah infeksi hepatitis b terhadap bayi, terutama penularan ibu dan bayi. Evaluasi: Salap mata, vitamin K telah diberikan kepada bayi nya. Melakukan perawatan tali pusat dengan kassa steril Evaluasi: tali pusat telah terbungkus dengan kassa steril
BAB IV PEMBAHASAN Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara embriologis, fungsionil, dan genetic. Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng palatum (Nelson,2012) . Kasus yang terdapat dari kasus diatas adalah merupakan kasus Labioskizis atau bibir sumbing, s umbing, jenisnya adalah Unilateral Incomplite, yaitu celah sumbing terjadi ter jadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung. Dari kasus pada bab III, data-data subjektif dari yang disampaikan oleh ibu, bahwa pada bibir bayinya ditemukan celah, sehingga anaknya susah menelan dan menyusu. Hal ini cocok dengan definisi yang menjelaskan bahwa Labioskizis adalah merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Celah bibir atau labioskizis yaitu suatu fisura atau lubang pada yang dapat terjadi secara tunggal atau secara kombinasi, disebabkan oleh kegagalan jaringan lunak atau jaringan tulang palatum dan rahang atas menyatu selama minggu kelima sampai minggu ke-12 gestasi. Defek tersebut umumnya dapat bersifat unilateral atau bilateral. Dikarenakan terdapatnya celah dibibir pasien, hal inilah yang dinyatakan ibu bahwa anaknya sulit untuk menelan. menelan. Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir sumbing dilakukan hokum sepuluh ( rule of ten ) yaitu berat badan bayi minimal 10 pon, kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit minimal 10.000/UI. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai reflex mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara. Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol
peras (squeeze bttles). Untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu s usu dapat didorong jauh di belakang b elakang mulut hingga dapat dihisap. Jika anak tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah.Tindakan bedah, dengan kerjasama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara. Setelah dilakukan pembedahan perlu dilakukan perawatan dari menjaga nutrisi yang adekuat bagi pasien, menjaga kebersihan luka pascaoperasi, memberikan dukungan pada anak dan tetap memperhatikan aktivitas si pasien, serta pastikan keadaan umum bayi membaik, tanda-tanda vital bayi dalam batas normal dan tetap diberikan perawatn yang intensif.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Celah bibir dan palatum nyata sekali berhubungan erat secara embriologis, fungsionil, dan genetic. Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng palatum (Nelson,2012) . Labioskizis bisa disebabkan oleh factor herediter, gizi, serta dari lingkungan.Labioskiziz lingkungan.Labioskiziz mempunyai tingkatan beratnya beratn ya penyakit, mulai dari Unilateral Incomplit, Unilateral Complit dan Bilater al Complit. Tanda dan Gejala Labioskisis adalah ;terjadi pemisahan langit-langit, terjadi pemisahan bibir, terjadi pemisahan bibir dan langit-langit, infeksi telinga berulang, berat badan tidak bertambah, pada pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui keluarnya air susu dari hidung (Auhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak prasekolah, Marmi). Proses terjadinya labioskisis ini terjadi ketika kehamilan trimester 1 dimana terjadinya gangguan oleh karena berbagai penyakit seperti virus. Pada trimester pertama terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan dan saat itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak dan dan atau tulang selama fase embrio.
B. Saran a. Tenaga Kesehatan Memberikan informasi kesehatan tentang kelainan bawaan dan menganjurkan untuk deteksi dini dan pencegahan awal pada kehamilan sangat dianjurkan pada wanita yang akan hamil dan melahirkan. Perbaikan nutrisi sebelum hamil dan pemenuhan nutrisi saat kehamilan sangat penting.Menjelaskan tentang pentingnya mengkonsumsi asam folat, karena asam folat adalah suatu s uatu unsur yang membangun vitamin B kompleks dan diperlukan bagi perkembangan sel-sel darah merah yang normal.Defisiensi asam folat pada kehamilan kehamila n akan menyebabkan anemia megaloblastik karena sel-sel janin j anin yang berkembang dengan cepat akan bersaing dalam mendapatkan asam folat untuk membentuk inti sel. b. Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga untuk memeriksakan kehamilan minimal empat kali dalam kehamilan.Yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III.Yang berguna untuk mendeteksi dini dan pencegahan komplikasi yang tidak diinginkan. c. Bagi Penulis Diharapkan bisa menjadi bahan bacaan sebagai informasi yang bermanfaat bagi untuk perkembangan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA Dewi, Vivian Nanny Lia, S.ST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Ja.Menu sehatkarta: Info Medika Jakarta Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Kebidanan. Jakarta : EGC Reeder, Sharon J., “Ke perawatan maternitas kesehatan wanita, bayi bayi & keluarga, volume 2, edisi 18”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. J akarta. Behrman, Richard. E., Robert M. Kliegman, Anna M. Arvin, “Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 ( Nelson Textbook Of Pediatrics)”, Pediatrics)”, 2002, Pener bit Buku Kedokteran, Jakarta. Hidayat, Aziz Alimul A., “Pengantar Ilmu Keperawatan Anak”, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Marmi, dkk., “Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah”, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Dewi, Vivian Nanny Lia., “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”, 2013, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.