BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegadaian adalah merupakan tempat di mana masyarakat yang membutuhkan uang tunai bisa datang meminjam uang dengan barang-barang pribadi sebagai jaminannya. Mungkin masyarakat masih ingat dengan slogan pegadaian saat ini, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Jika nasabah meminjam uang tunai ke bank, selain itu nasabah juga harus memiliki agunan, prosesnya juga bisa memakan waktu berhari-hari, karena pengajuan kredit perlu dianalisa terlebih dahulu oleh bagian kredit di bank tersebut. Tapi di Pegadaian simpel dan mudah prosesnya, hanya meninggalkan barang pribadi dan menunjukkannya menunjukkannya di loket penaksir. Di loket penaksir penaksir tersebut barang akan dinilai oleh petugasnya. Dan petugasnya akan memberi tahukan mengenai berapa nilai gadai dari barang tersebut. Nilai gadai adalah nilai yang menggambarkan tentang berapa batas jumlah uang yang bisa bisa dipinjam dengan menggunakan barang yang bersangkutan. Bila setuju, maka setelah itu datang ke loket kredit dan mendapatkan uang tunai yang bisa dipinjam, tentunya yang sesuai dengan nilai gadai barang. Bagusnya, proses ini tidak memakan waktu berhari-hari. Di sinilah kelebihan pegadaian. pegadaian. Mudah memang, tapi tentunya semua itu tidak gratis. Artinya masih ada beban yang harusdibayar. Khusus untuk pegadaian konvensional dikenakan beban bunga yang harus dibayar setiap 15 hari jika memang berniat untuk menebusnya kembali. Beban bunga itu bervariasi, tergantung dari nilai pinjaman. Untuk pinjaman Rp 5.000 hingga hingga Rp 40.000 dikenakan bunga 1,25%. 1,25%. Untuk pinjaman Rp 40.100 hingga Rp 150.000 dikenakan bunga 1,5%, s edangkan untuk pinjaman di atas Rp 150.100 dikenakan bunga 1,75%. Akan tetapi jika pada pegadaian syariah hanya dikenakan beban bunga tiap harinya Rp 900,00 akan tetapi beban yang diberikan kepada nasabah juga tergantung pada barang yang menjadi jaminan, beban yang dibebankan kepada nasabah dipergunakan untuk merawat barang yang dijadikan jaminan dan mengansuransikan barang yang dijaminkan karena semata untuk menjaga barang
1
tersebut jika terjadi force majeur. Lalu jika nasabah tidak mampu menebus kembali barang tersebut, pegadaian akan melelang barang tersebut. Lelang adalah proses penjualan barang di mana barang yang bersangkutan akan dijual kepada penawar yang berani membeli dengan harga tertinggi. Tentu saja lelang tersebut akan dilakukan dengan sepengetahuan pemiliknya. Firman Allah SWT yang artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. (QS. Al-Baqarah : 2 : 283)
B. Landasan Konsep
Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah : 283 Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan Hadist Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda : Rasulullah membeli makanan dari seorang yahudi dan meminjamkan kepadanya baju besi. HR Bukhari dan Muslim Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : Tidak terlepas kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya. HR Asy’Syafii, al Daraquthni dan Ibnu Majah Nabi Bersabda : Tunggangan ( kendaraan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan menanggung biayanya dan bintanag ternak yang digadaikan dapat diperah susunya dengan
2
menanggung biayanya. Bagi yang menggunakan kendaraan dan memerah susu wajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan. HR Jamaah, kecuali Muslim dan An Nasai Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda : Apabila ada ternak digadaikan, maka punggungnya boleh dinaiki ( oleh yang menerima gadai), karena ia telah mengeluarkan biaya ( menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan)nya. HR Jemaah kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari Di samping itu, para ulama sepakat membolehkan akad Rahn ( al-Zuhaili, al-Fiqh al Islami wa Adilatuhu, 1985,V:181) Landasan ini kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional no 25/DSNMUI/ III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan tertentu.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Mekanisme operasional
Implementasi operasi Pegadaian Syariah hampir bermiripan dengan Pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian konvensional, Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukkan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat. Di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek landasan konsep; teknik transaksi; dan pendanaan, Pegadaian Syariah memilki ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian konvensional. Mekanisme operasional pegadaian syariah merupakan implementasi dari konsep dasar yang telah ditetapkan oleh para ulama fiqh. Secara teknis, pelaksanaan atau kegiatan pegadaian syariah adalah: 1. Jenis barang yang digadaikan 2. Perhiasan: emas, perak, mutiara, intan dan sejenisn ya. 3. Peralatan rumah tangga: perlengkapan dapur, perlengkapan makan/minum, perlengkaan bertanam, dan sebagainya. 4. Biaya Kendaraam: sepeda ontel, sepeda motor, mobil, dan sebagainya.
B. Metode Praktek
Pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu (Ghafar dan Abd. Ghani, 2006): -
Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta mi lik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
4
piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. -
Akad Ijarah. Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui
- pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut: Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya (emas, berlian, kendaraan, dan lainlain) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.
5
C. Analisis SWOT
Dengan asumsi bahwa pemerintah mengizinkan berdirinya perusahaan penggadaiansyariah maka yang dikehendaki adalah perusahaan yang cukup besar yaitu yangmempunyai persyaratan dua kali modal disetor setara dengan perusahaanasuransi(minimum dua kali lima belas milyar rupiah atau sama dengan tiga puluh milyarrupiah), maka untuk mendirikan perusahaan seperti ini perlu pengajian kelayakan usahayang hati-hati dan aman. Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat dari suatu analisa yang disebut; SWOT
atau
dengan
meneliti
kekuatan
(Strength),
kelemahannya
(Weakness), peluangnya (Oportunity), dan ancamannya (Threat) , sebagai berikut : a. Kekuatan (Strength) dari sistem gadai syariah. (1). Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk. Perusahaan gadai syariah telah lama menjadi dambaan umat Islam di Indonesia, bahkansejak masa Kebangkitan Nasional yang pertama. Hal ini menunjukkan besarnya harapandan dukungan umat Islam terhadap adanya pegadaian syariah.
(2). Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia. Adanya pegadaian syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam adalah sangatpenting untuk menghindarkan umat Islam dari kemungkinan terjerumus kepada yangharam. Oleh karena itu pada konferensi ke Menterimenteri Luar Negeri negara muslim diseluruh dunia bulan Desember 1970 di Karachi, Pakistan telah sepakat untuk padatahap pertama mendirikan Islamic Development Bank (IDB) yankuagdioperasikan sesuaidengan prinsip-prinsip syariah Islam. IDB kemudian secara resmi didirikan pada bulanAgustus 1974 dimana Indonesia menjadi salah satu negara anggota pendiri. IDB padaArticles of Agreement -nya .
b. Kelemahan (weakness) dari sistem mudharabah. 1. Berprasangka baik kepada semua nasabahnya dan berasumsi bahwa semua
6
2. orang yang terlibat dalam perjanjian bagihasil adalah jujur dapat menjadi boomerangkarena pegadaian syariah akan menjadi sasaran empuk bagi mereka yang beritikadtidak baik. 3. Memerlukan
perhitungan-perhitungan
yang
rumit
terutama
dalam
menghitung 4. biaya yang dibolehkan dan bagian laba nasabah yang kecil-kecil. Dengan demikiankemungkinan salah hitung setiap saat bisa terjadi sehingga diperlukan kecermatan yanglebih besar. 5. Karena membawa misi bagihasil yang adil, maka pegadaian syariah lebihbanyak
memerlukan
tenaga-tenaga
profesional
yang
andal.
Kekeliruan dalam menilai kelayakan proyek yang akan dibiayai dengan sistem bagihasil mungkin akan membawaakibat yang lebih berat daripada yang dihadapi dengan cara konvensional yang pendapatannya sudah tetap dari bunga. 6. Karena pegadaian syariah belum dioperasikan di Indonesia, maka kemungkinan
disana-sini
masih
diperlukan
perangkat
peraturan
pelaksanaan untuk pembinaan dan pengawasannya. Masalah adaptasi sistem pembukuan danakuntansi pegadaian syariah terhadap sistem pembukuan danakuntansi yang telah baku,tremasuk hal yang perlu dibahas dan diperoleh kesepakatan bersama.
c. Peluang (Opportunity) dari Pegadaian Syariah (1). Peluang karena pertimbangan kepercayaan agama yaitu; a. Adalah merupakan hal yang nyata didalam masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam, masih banyak yang menganggap bahwa menerima dan/atau membayar bunga adalah termasuk menghidup suburkan riba. Karena riba dalam agama Islam jelas dilarang maka masih banyak masyarakat Islam yang tidak mau memanfaatkan jasapegadaian yang telah ada sekarang. b. Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil pembagunan di sektoragama
memperbanyak
jumlah
perorangan,
yayasan-yayasan,
pondokpondok pesantren,sekolah-sekolah agama, masjid-masjid, baitul-
7
mal, dan sebagainya yang belummemanfaatkan jasa pegadaian yang sudah ada. c. Sistem pengenaan biaya uang / sewa modal dalam sistem pegadaian yang berlakusekarang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan dengan syariah Islam
d. Ancaman (threat) untuk pegadaian syariah Ancaman yang paling berbahaya ialah apabila keinginan akan adanya pegadaian syariah itu dianggap berkaitan dengan fanatisme agama. Akan ada pihak-pihak yang akanmenghalangi berkembangnya pegadaian syariah ini sematamata hanya karena tidak sukaapabila umat Islam bangkit dari keterbelakangan ekonominya.
8
BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan
Pegadaian
adalah
merupakan
tempat
di
mana
masyarakat
yang
membutuhkan uang tunai bisa datang meminjam uang dengan barang-barang pribadi sebagai jaminannya. Mungkin masyarakat masih ingat dengan slogan pegadaian saat ini, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Jika nasabah meminjam uang tunai ke bank, selain itu nasabah juga harus memiliki agunan, prosesnya juga bisa memakan waktu berhari-hari, karena pengajuan kredit perlu dianalisa terlebih dahulu oleh bagian kredit di bank tersebut. Tapi di Pegadaian simpel dan mudah prosesnya, hanya meninggalkan barang pribadi dan menunjukkannya di loket penaksir. Di loket penaksir tersebut barang akan dinilai oleh petugasnya. Dan petugasnya akan memberi tahukan mengenai berapa nilai gadai dari barang tersebut. Nilai gadai adalah nilai yang menggambarkan tentang berapa batas jumlah uang yang bisa dipinjam dengan menggunakan barang yang bersangkutan. Bila setuju, maka setelah itu datang ke loket kredit dan mendapatkan uang tunai yang bisa dipinjam, tentunya yang sesuai dengan nilai gadai barang. Bagusnya, proses ini tidak memakan waktu berhari-hari. Di sinilah kelebihan pegadaian.
9
B. Saran atau komentar
Penggadaian syariah adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh seoranglain atas
utang. Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu satunya badan usaha di
Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untukmelaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas
dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Pasal 1150 di atas . Tugas Pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan
oleh
kegiatan
lembaga
keuangan
informal
yang
cenderung
memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di lapangan bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan pengijon yang dengan melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya. Kegiatan usaha Perum Pegadaian dipimpin sebuah dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur utama dan beberapa direktur.
10
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul dan Heykal Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
11