RUMAH MAK AN ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA BUNGA RUMAH
KARYA UTUY TATANG SONTANI
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Apresiasi Drama Dosen Pengampu: Budi Waluyo, M. Pd.
Disusun Oleh: 1. Syendi Purnama Jaya
(K1215045)
2. Ainidya Marhaenita Kinanti
(K1215003)
3. Halimah Nina Rahmawati
(K1215025)
4. Nurul Diningtyas
(K1215037)
5. Ratna Nisrina Puspitasari
(K1215039)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................... ............................................................................................ ......................................
i
DAFTAR ISI ............................................... ..................................................... ......................................................... ....
ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................... ................................................................................... ..............................
1
A. Latar Belakang .................................................. .......................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................... .................................................................................... ..............................
2
C. Tujuan .............................................. ..................................................... ......................................................... ....
3
D. Manfaat ..................................................... .................................................................................................... ...............................................
3
BAB II KAJIAN TEORI ............................................... .......................................
5
A. Hakikat Drama .................................................. .......................................
5
B. Struktur Naskah Drama ............................................... ..............................
6
C. Hakikat Pendekatan Struktural ...................................................... .................................................................. ............
8
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................
10
A. Tema ................................................ ..................................................... ......................................................... ....
11
B. Latar/Setting Latar/Setting ..............................................................................................
11
C. Dialog ............................................... ..................................................... ......................................................... ....
16
D. Tokoh dan Penokohan ................................................ ..............................
17
E. Alur ................................................. ..................................................... ......................................................... ....
19
F. Petunjuk Teknis ................................................. .......................................
21
G. Amanat ...................................................... ..................................................................................................... ...............................................
23
BAB IV PENUTUP ........................................................ .............................................................................................. ......................................
25
DAFTAR PUSTAKA ................................................... .......................................
26
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drama adalah salah satu produk sastra yang memerlukan adanya pementasan secara langsung oleh pemeran-pemeran yang ada di dalamnya dengan memanfaat unsur pembangun ceruta yang ada. Drama merupakan salah satu jenis kesenian yang memadukan (kumulatif) antara berbagai jenis seni. Dalam drama atau dewasa ini selalu disebut teater terdapat seni rupa, seni sastra, seni tari, dan seni musik. Dalam hal ini, maka seni drama bisa dikategorikan sebagai seni pertunjukan (yang dipertontonkan). Terkadang orang sering memberi pengertian yang sama antara teater dan drama. Padahal, antara keduanya memiliki pengertiannya sendiri-sendiri, yang terkadang disama-artikan antara keduanya. Pengertian drama (Harymawan, 1988:1) berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti ‘berbuat, bertindak, berlaku, beraksi (yang bisa diartikan menjadi perbuatan atau tindakan)’. Teater menurut Brett M. Roger (2007:5) secara etimologi berasal dari bahasa Yunani theatron yang berarti tempat pertunjukan, thea yang berarti melihat, dan theatai berarti penonton. Dari beberapa asal kata teater ini, men urut Harymawan (1988:2) menghasilkan pengertian: (dalam arti luas) segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak; dan (dalam arti sempit) drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media (percakapan, gerak, dan laku), dengan atau tanpa dekor, didasari pada naskah yang tertulis dengan tau tanpa musik, nyanyian, ataupun tari. Drama atau teater tidak hanya dikenal sebagai seni pertunjukan saja, tetapi ada dimensi lain daripada dimensi pemanggungan itu sendiri, yaitu dimensi sastra. Maksudnya, teater modern mementaskan lakon yang sudah ditulis dalam bentuk naskah, dan naskahlah inti dari seni sastra dalam teater. Berkaitan dengan hal
1
2
dimensi sastra tersebut, makalah ini akan menitik beratkan pada naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. Dalam makalah ini naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani akan dikaji dengan pendekatan struktural. Dengan pendekatan ini naskah drama akan dianalisis unsur-unsur pembangunnya. Beberapa unsur pembangun yang akan dikaji meliputi unsur pembangun secara intrinsik dan ekstrinsik. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini akan ditemukan dan dianalisis beberapa komponen dalam unsur pembangun naskah drama ‘Bunga Rumah Makan’ karya Utuy Tatang Sontani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah makalah ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tema dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 2. Bagaimanakah amanat dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 3. Bagaimanakah latar dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 4. Bagaimanakah tokoh dan penokohan dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 5. Bagaimanakah plot dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 6. Bagaimanakah dialog dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani? 7. Bagaimanakah petunjuk teknis dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani?
3
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah. 1. Mendeskripsikan tema dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 2. Mendeskripsikan amanat dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 3. Mendeskripsikan latar dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 4. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 5. Mendeskripsikan plot dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 6. Mendeskripsikan dialog dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 7. Mendeskripsikan petunjuk teknis dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani.
D. Manfaat
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat akedemis maupun praktis. Adapun manfaat dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Pembahasan dalam makalah ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang Bahasa Indonesia, khususnya kajian mengenai naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani 2. Manfaat Praktis Hasil makalah ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain: a. Bagi Mahasiswa
4
1) Menambah pengetahuan tentang unsur pembangun drama dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani. 2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani b. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dijadikan motivasi dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya, guna menghasilkan penelitian yang lebih baik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Drama
Drama dikelompokkan sebagai karya sastra karena menggunakan media bah asa (Tsai, Chang, dan Huang, 2016). Drama berasal dari kata Yunani, draomi yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Drama mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, pengertian drama adalah kisah hidup manusia yang diproyeksikan ke atas panggung. Drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Gemtou, 2014). Drama merupakan satu-satunya seni yang paling objektif daripada seni lainnya. Penulisan naskah drama tidak hanya berhenti pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh para pembaca. Naskah drama diharap dapat dipentaskan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat ditonton. B. Struktur Naskah Drama
Waluyo (2002: 6) mengungkapkan bahwa sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Selanjutnya Waluyo menjelaskan bahwa bagian-bagian itu meliputi plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, dialog, setting/landasan/tempat kejadian, tema/nada dasar cerita, amanat/pesan pengarang, dan petunjuk teknis (2002: 8-30). Secara singkat, struktur naskah drama tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Plot atau Kerangka Cerita
5
6
Plot adalah alur atau jalan cerita. Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo, 2002: 8). Gustaf Freytag memberikan unsur-unsur plot lebih lengkap meliputi hal-hal berikut ini: (1) exposition atau pelukisan awal, yakni pengenalan tokoh; (2) komplikasi atau pertikaian awal; (3) klimaks atau titik puncak cerita; (4) resolusi atau penyelesaian atau falling action; (5) catas-trophe atau denounment atau keputusan (Waluyo, 2002: 8-11). Namun, urutan ini tidak menutup kemungkinan berubah yang akan b erimbas pada jenis pengaluran. 2. Penokohan dan Perwatakan Penokohan mempunyai hubungan erat dengan perwatakan. Penokohan dan perwatakan adalah dua hal yang sangat penting dalam sebuah drama. Penokohan dan perwatakan mempunyai hubungan yang sangat erat karena kedua unsur tersebut berada pada objek yang sama, yaitu tokoh atau suatu peran. Sejalan dengan pendapat di atas, Waluyo (2002: 17-18) juga mengatakan bahwa watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan (1) keadaan fisik (meliputi u mur, jenis kelamin, ci-ri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suka senyum/cemberut, dan sebagainya); (2) keadaan psikis (meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, tempe-ramen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosinya, dan seba-gainya); dan (3) keadaan sosiologis (meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya). 3. Dialog Ciri khas sebuah drama adalah naskah berbentuk dialog. Jalan cerita dalam drama diwujudkan melalui dialog dan gerak yang dilakukan para pemain. Dialog ialah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain (Endraswara, 2011: 21). Dialog dalam drama harus bersifat komunikatif karena pada hakikatnya drama adalah tiruan kehidupan
7
nyata. Ragam bahasa yang digunakan dalam dialog harus mencerminkan bahasa yang digunakan di kehidupan sehari-hari. Waluyo menegaskan bahwa percakapan yang ditulis pengarang dalam naskah drama harus pantas untuk diucapkan di atas panggung (2002: 20). Waluyo menambahkan bahwa keindahan bahasa itu tidak boleh mengganggu makna yang terkandung dalam naskah, artinya walaupun indah tetap komunikatif (2002: 22). Naskah drama yang bermutu menggunakan ragam bahasa yang estetis dan juga komunikatif 4. Setting /Landasan/Tempat Kejadian Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2007: 35). Waluyo membagi setting dalam tiga dimensi, yaitu tempat, ruang, dan waktu (2002: 23). Setting ruang ini dap at berarti ruang dalam rumah ataupun di luar rumah. Makin mendetail penulis menggambarkan setting ruang, akan makin mempermudah pementasannya. Hampir senada dengan Waluyo, Satoto (2012: 55) membagi setting ke dalam tiga aspek, yaitu aspek ruang, aspek waktu, dan aspek suasana. Aspek suasana ini, misalnya suasana gembira, berkabung, hiruk pikuk, sepi mencekam, dan sebagainya. 5. Tema/Nada Dasar Cerita Tema adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2005: 70) mengemukakan bahwa tema yaitu makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tema kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama suatu karya sastra. Berkaitan dengan drama, Waluyo (2002: 24) mengemukakan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang dikemukakan oleh pengarangnya. 6. Amanat/Pesan Pengarang
8
Amanat adalah pesan yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Menurut Waluyo, tema karya sastra berhubungan dengan arti, sedangkan amanat berhubungan dengan makna dari karya sastra tersebut. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum (2002: 28). Amanat dalam sebuah drama akan lebih tersampaikan kepada penikmat karya sastra apabila drama tersebut dipentaskan. Pesan yang terdapat dalam drama ter-sebut secara praktis akan lebih mudah diterima oleh penikmat. Jadi, dapat disim-pulkan bahwa amanat adalah pesan yang ingin di sampaikan pengarang kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat. 7. Petunjuk Teknis Sebuah naskah drama juga memerlukan adanya petunjuk teknis, yang sering pula disebut dengan teks samping. Petunjuk teknis ini berguna untuk mem-permudah pembaca ataupun sutradara dalam memahami naskah. Petunjuk teknis yang semakin lengkap akan memudahkan sutradara dalam menafsirkan naskah. Waluyo (2002: 29) menjelaskan bahwa teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, warna su ara, perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya (2002: 29). Biasanya petunjuk teknis ditulis dengan tulisan yang berbeda dari dialog, misalnya dengan huruf miring atau huruf kapital. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa petunjuk teknis adalah teks petunjuk bagi pembaca, sutradara maupun pemeran dalam drama untuk memahami naskah.
C. Hakikat Pendekatan Struktural
Karya sastra memiliki beberapa struktur yang bersistem, berkaitan, dan saling menentukan satu sama lain. Sebagai salah satu genre sastra, drama dibangun oleh unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik drama, meliputi: 1) tokoh, peran, dan karakter; 2) motif, peristiwa, konflik, dan alur; 3) latar dan ruang; 4) penggunaan bahasa; 5) tema dan amanat (Hasanuddin W.S., 1996). Unsur-unsur tersebut adalah
9
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam atau karya itu sendiri (Weisberg dan Goodstein, 2009), sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar (Kemal, 2013). Strukturlisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam padangan ini, karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiiki bagian yang kompleks dan bermakna bila dihubungkan dengan struktur lain (Endaswara: 2003:49). Pendekatan strukturalisme sering dipahami sebagai sebuah bentuk. Karya sastra adalah bentuk. Strukturalisme sering dianggap formalisme modern, kesamaan antara formalisme modern adalah sama-sama mencari arti dari teks itu sendiri. Strukturalis adalah memandang karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian dilakukan secara objektif yang menekankan pada aspek unsur intrinsik.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani menceritakan serangkaian kejadian di sebuah rumah makan. Lakon ini diawali dengan kehadiran beberapa pengunjung di rumah makan ‘Sembara” yang nampaknya datang hanya untuk menjadikan kebutuhan belanjanya sebagai kedok agar dapat mendekati pelayan rumah makan tersebut yang bernama Ani. Dalam perjalanannya, Ani ternyata hanya jatuh cinta pada seorang perwira tentara yang bernama kapten Suherman. Ani
juga
sering
menerima
kemarahan
majikannya
(Sudarma)
karena
ketelodorannya dalam bekerja. Hal tersebut dikarenakan ulah seorang pengemis dan seorang gelandangan yang seringkali mendatangi rumah makan tersebut. Sudarma menganggap Ani terlalu lunak pada pengemis dan gelandangan tersebut, padahal merekalah yang menurut Sudarma telah menyebakan berkurangnya pengunjung di rumah makannya. Pada bagian lain, Karnaen, anak Sudarma, tenyata juga jatuh cinta pada Ani. Hal tersebut terungkap ketika Ani menolong Karnaen, sesaat setelah berkelahi dengan Iskandar, seorang gelandangan yang sering mengganggu dan menghina Ani. Melihat kejadian tersebut, Usman, adik Sudarma, yang juga seoran g ustad menasehati Ani agar segera kawin dengan Karnaen. Ani bergeming karena cintanya memang hanya untuk Kapten Suherman. Di akhir cerita, Ani akhirnya memilih meningalkan rumah makan ‘Sembara’ bersama Iskandar, seorang gelandangan yang selama ini selalu menghinanya dengan perkataan keji: bahwa Ani adalah pelayan yang telah sengaja menjajakan kecantikannya demi memikat para pengunjung rumah makan tersebut. Terlebih lagi setelah ia tahu bahwa kapten Suherman ternyata juga tidak pernah serius untuk mencintainya. Ani justru menjadi semakin sadar akan kejujuran Iskandar. Kepergian Ani bersama Iskandar tersebut membuat Sudarma dan Usman tersentak. Terlebih bagi Karnaen, kepergian Ani bersama Iskandar adalah ‘pukulah telak’ dalam hidupnya. 10
11
A. Tema
Terdapat dua tema dalam naskah drama Bunga Rumah Makan yaitu tema mayor menggambarkan sebuah ungkapan tentang nilai manusia yng ternyata tidak hanya cukup disimpulkan dari apa yang tampak. Bahwa kepribadian manusia tidak akan bisa dinilai hanya melalui apa yang terlihat. Hati manusia terkadang justru berpijak dari kenyataan, bahwa dalam kekasaran seringkali menyimpan kelembutan, bahwa dalam keangkuhan seringkali menyimpan kesungguhan, dan dalam tindakan atau ucapan yang menyakitkan terkadang justru menyimpan kejujuran dan ketulusan paling dalam. Tema minor pada Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani tercermin pada tokoh-tokoh yang berinteraksi di dalamnya. Tokoh-tokoh dalam Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani ini memperlihatkan suatu pandangan yang beragam tentang kehidupan. Tokoh Sudarma menegaskan bahwa kehidupan merupakan pilihan-pilihan yang bersifat pragmatis, oleh karenanya setiap tindakan harus berpedoman pada keuntungan materi semata. Sementara itu, bagi Usman hidup pada dasarnya merupakan realisasi dari sikap keberagamaan, sehingga Usman selalu mempercayai Agamalah yang seharusnya menjadi solusi dalam kehidupan. Pada sisi lain, kehadiran Iskandar merupakan penegasan pentingnya manusia untuk bersikap apa-adanya dan selalu berlaku jujur pada dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan Kapten Suherman yang selalu berusaha ‘merekayasa’ penampilannya untuk memenuhi keinginan dan ambisinya
B. Latar/Setting 1. Latar Ruang Atau Tempat
Latar tempat Bunga Rumah Makan adalah sebuah interior rumah makan yang terkesan rapi meskipun tidak terlalu mewah. Gambaran detail mengenai rumah makan tersebut tidak didiskripsikan secara jelas dalam naskah. Naskah hanya menggambarkan sebuah rumah makan dengan tiga stel kursi, rak kaca tempat kue, meja tulis, telpon, radio dan lemari. Merujuk perwujudan pentas
12
yang ditampilkan dengan pendekatan realisme (sesuai gaya atau aliran lakon) maka visualisai ruangan juga diwujudkan dalam konsep ruan g tiga dimensional yang dibuat mendekati kenyataan dengan pengaturan perspektif yang mendukung arah hadap penonton. Impresi yang menonjol dari latar ruang ini adalah sebuah ruman makam kelas menengah atau sederhana yang tertata rapi dan solah-olah berlokasi di dekat jalan raya. Kutipan naskah 1:
Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue-kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari es. Pintu ke dalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri. TELPON (berbunyi) ANI
: (memandang kearah telpon).
KARNAEN
: Tentu dari kapten Suherman, untukmu, An.
ANI
: (melangkah menuju meja tulis, tapi baru dua langkah berhenti lagi). Barangkali untukmu, mas.
KARNAEN
: (memandang Ani, kemudian segan menuju meja tulis, mengangkat telpon). Ya, di sini rumah makan Sambara. Tuan Sudarma belum datang. Saya anaknya.
Ya. (telepon diletakkan, terus bermenung lalai). ANI
: (membelakangi Karnaen, mengelap rak)
Kutipan naskah 2: PENGEMIS
: ( pergi keluar dengan kaki pincang ).
SUDARMA
: Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya (dengan suara lain). Tak ada
yang menanyakan aku? 2. Latar Waktu
13
Sesuai rujukan konflik yang terjadi dalam lakon, maka kurun waktu terjadinya peristiwa dalam lakon Bunga Rumah adalah pada pagi hari dan siang hari. Kutipan naskah 1:
: (merenung bersandar kepada meja tulis) PEMUDA
ANI
PEGAWAI KANTORAN (masuk berdua) PEMUDA 1
: Selamat pagi!
ANI
: Selamat pagi.
PEMUDA 1
: (kepada kawannya). Kau mau minum apa?
Kutipan naskah 2:
: (menyimpan gelas bekas susu kebelakang, masuk lagi
ANI
membersihkan meja dan kursi sambil tidak berhentihenti menyanyi). RUKAYAH
: (masuk ). Gembira sekali pagi ini, An!
3. Latar Suasana
Suasana yang terlihat pada bagian yang digarap oleh sutradara adalah kegembiraan karena sedang merasa kasmaran yang berubah menjadi emosi dan kesal yang meluap sampai pada ketegangan. Kutipan naskah 1: SUHERMAN
: (masuk ). An!
PEMUDA-PEMUDA (memandang kepada yang datang ). ANI
: (tampil ). Oh, mas Herman. ( gembira mendapatkan). Barusan tadi saya telpon mas ke asrama.
SUHERMAN
: O, ya?
ANI
: Saya tak sabar menunggu, mas, padahal susu untukmu sudah lama kusediakan. Saya takut kalaukalau mas tidak akan datang.
Kutipan nasakh 2:
14
SUHERMAN
: Tapi setelah aku datang disini, tak hendak aku kau beri minum, agar jasmaniku segar menghadapi engkau?
ANI
: Ah, maaf, mas. Hampir saja lupa karena kesangatan gembira. Tapi karena sudah sejak tadi disediakan, mas tak akan lama menunggu. ( pergi kebelakang ).
Kutipan naskah 3: SUHERMAN
: Pergi dari sini bagaimana?
ANI
: Ah, mas, seringkali saya ingin pergi, sebab seringkali saya merasa kesal. (menundukkan kepala). Bagaimana, mas, supaya saya tidak kesal?
SUHERMAN
: (memegang dagu Ani, menegakkan mukanya). Sekarang kesal juga berhadapan dengan aku?
ANI
: Ti.. tidak.
SUHERMAN
: Tersenyumlah, supaya akupun tidak kesal memandanginya.
Kutipan naskah 4: ANI
: (menyimpan gelas bekas susu kebelakang, masuk lagi membersihkan meja dan kursi sambil tidak berhentihenti menyanyi).
RUKAYAH
: (masuk ). Gembira sekali pagi ini, An!
Kutipan naskah 5: POLISI
: Baik, tuan, saya akan menjalankan kewajiban. Jika ia sudah diketemukan, nanti tentu dibawa kemari. Dalam satu jam ini, jangan tuan dan nona pergi dulu dari sini, sebab bagaimanapun juga, dalam satu jam ini saya akan datang lagi kesini memberi kabar.( melangkah hendak keluar ).
15
SUDARMA
: Nanti dulu! Sebagai yang punya rumah makan, saya memberatkan
pengaduan
anak
saya
itu,
sebab
bagaimanapun juga, orang yang membikin keonaran disini berarti hendak merugikan perusahaan saya, bukan? POLISI
: Betul.
Kutipan naskah 6: USMAN
: Nah, kawinlah! Jangan jauh mencari suami, kawinlah dengan Karnaen.
KARNAEN
: Tidak, paman. Dia sudah ada mempunyai pemuda yang diidam-idamkannya.
Kutipan naskah 7: SUHERMAN
: Tidak, saya tak mau minum apa-apa dan tak akan datang lagi di sini. Selamat tinggal! (terus berjalan keluar ).
SUDARMA
: (kepada Usman). Engkau juga yang mengacaukan. Engkau menghendaki keselamatan, tapi sikapmu mengacaukan,
merugikan
rumah
makanku.
(mengeluarkan surat-surat dari dalam tas, duduk menghadap meja tulis). Rumah makanku mau dijadikan tempat tukang gado-gado. Seperti tiada lagi soal yang lebih penting dari perkara kawin! (menyusun surat surat ). Hh, kawin! Kawin! Kutipan naskah 8: POLISI
: (kepada Iskandar ). Betul engkau pernah berkata begitu?
ISKANDAR
: Ya, sebab saya merasa sebal, mengapa setelah dia turut campur dengan urusan saya dan perempuan itu, lalu membawa-bawa polisi pula.
16
KARNAEN
: Tapi saya menelpon polisi, setelah dia takmau diusir, setelah saya peringatkan pula, bahwa bila dia tidak mau pergi, saya akan minta bantuan polisi. Saya menelpon polisi sebagai orang yang tak mau berselisih, sekalipun dia sudah seakan-akan menantang berkelahi dengan mengejek menyebut tak sedap melihat muka saya.
Kutipan naskah 9: SUDARMA
: Dia jujur katamu? Dia pelancongan, An! Jangan matamu melek, tapi tidak melihat.
ANI
: Mata saya melek dan melihat, bahwa kebenaran ada padanya. Dia betul tidak bekerja, tapi (kepada Iskandar). Jika engkau sudah tidak merasa sendiri lagi di dunia, akan mau engkau bekerja?
C. Dialog
Dialog adalah percakapan yang menciptaka interaksi antar tokoh dalam s ebuah cerita drama sehingga membentuk komunikasi yang terjalin anatar tokoh-tokoh di dalamnya. Dalam sebuag dialog drama terdapat dua jenis dialog, yaitu dialog komunikatif dan dialog estetis. Naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani didominasi oleh jenis dialog komunikatif. Tidak ditemukan adanya jenis dialog estetis dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani baik yang bersifat filosofis maupun simbolik. Dialog komunikatif yang terdapat dalam naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani berisi percakapan-percakapan yang biasa diucapkan sehari-hari dalam komunikasi. Tetapi beberapa dialog yang terdapat dalam naskah ini mengandung sidiran terhadap tokoh lain yang disampaikan dengan diksi-diksi tertentu sehingga bersifat eksplisit maupun implisit. Berikut contoh k utipan naskah drama yang berisi sindiran.
17
: Ya, tidak seperti yang banyak, tidak tahu adat
ANI
kesopanan, duduk bukan ditempatnya duduk. ISKANDAR
: (merokok ).Aku manusia merdeka.
ANI
: Tapi disini rumah makan, bukan kebun tempat pelancong berbuat semaunya.
ISKANDAR
:
Pelancongan? Hm, orang boleh berkata sesuka
hatinya.
Tapi
bagiku,
lebih
baik
aku
disebut
pelancongan daripada seperti engkau diam disini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu laki-laki, supaya mau belanja kesini. : Berani pula engkau menghina aku!
ANI
(Kutipan adegan 13) Kutipan tersebut menceritakan bahwa Iskandar menyindir Ani dengan perkataannya. Iskandar menganggap Ani hanya menjual kecantikannya untuk menarik minat pembeli agar berkunjung ke rumah makan. Ani yang merasa disindir oleh Iskandar tidak terima dengan tuduhan seperti yang telah diutarakan Iskandar. Ani menganggap sindiran Iskandar sebagai sebuah penghinaan terhadap harga dirinya.
D. Tokoh dan Penokohan
1. Ani Tokoh Ani dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagi gadis pelayan rumah makan “Sambara” yang berparas cantik dan me njadi daya tarik pembeli rumah makan tersebut. Watak yang dimiliki oleh Ani adalah sosok gadis lugu yang berpendirian teguh dan tegas. Ia juga sangat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Watak tersebut tergambar jelas dalam dialog-dialognya yang menunjukan bahwa ia sangatlah tegas dan teguh pada pendiriannya.
18
2. Iskandar Tokoh Iskandar dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai pemuda pelancong, atau pemuda yang sering datang ke rumah makan “Sambara” tanpa membeli satu pun dagangan di sana. Ia bahkan sering duduk di atas meja rumah makan tersebut. Watak yang dimiliki oleh Iskandar adalah ia menjunjung tinggi kebebasan, agak kasar, dan suka berkata jujur apa adan ya. Dalam dialognya juga ia mengaku bahwa dirinya adalah seseorang yang merdeka. 3. Sudarma Tokoh Sudarma dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai pemilik rumah makan “Sambara. Dalam dialog, tokoh Sudarma tidak sering muncul. Ia sering muncul pada bagian akhir saja. Dari dialognya, dapat diketahui bahwa watak dari Sudarma adalah tegas sekaligus pemarah. Tergambar jelas pada saat dialog antara Sudarma dan Usman. 4. Karnaen, pemuda anak Sudarma Tokoh Karnaen dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai anak dari Sudarma. Ia cukup menaruh hati pada Ani, namun mencoba memendam perasaan tersebut karena Ani mencintai Su herman seorang tentara. Watak dari Karnaen adalah suka memuji Ani dan mudah emosi, terutama saat menghadapi Iskandar. 5. Usman, kyai kawan Sudarma Tokoh Usman dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai ustadz atau kyai. Watak yang dimiliki Usman adalah suka menyampuri urusan orang lain. Terlihat pada saat dialog dengan Sudarma, Karaen dan Ani. 6. Polisi Tokoh Polisi dalam naskah drama Bunga Rumah Makan memerankan watak yang amanah terhadap tugasnya. 7. Suherman, pemuda kapten tentara
19
Tokoh Suherman dalam naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai tentara yang masih muda, ia memiliki hubungan spesial dengan Ani. Watak yang dimilikinya adalah suka memuji atau mengombal kepada Ani dan mudah tersinggung. 8. Rukayah, kawan Ani Tokoh Rukayah pada naskah drama Bunga Rumah Makan berperan sebagai teman dekat Ani. Watak yang dimiliki Rukayah adalah ia udah iri kepada Ani, namun tetap menjadi teman yang baik. 9. Perempuan yang belanja Tokoh perempuan yang belanja dalam naskah drama Bunga Rumah Makan hanya muncul dalam satu babak saja, yaitu saat membeli manisan belimbing saja. watak dari perempuan tersebut adalah lucu dan sangat komunikatif dengan Ani. 10. Pengemis Tokoh pengemis dalam naskah drama Bunga Rumah Makan hanya muncul dalam satu babak saja saat ia hendak mencuri makanan. Watak pengemis dalam drama tersebut adalah pemalas. Ia suka meminta-minta dan apabila tidak diberi uang oleh Ani, ia berusaha mencuri makanan di warung Sambara. 11. Dua pemuda pegawai kantoran Kedua pemuda pegawai kantoran dalam naskah drama Bunga Rumah Makan memiliki watak yang mirip. Watak keduanya adalah suka memuji dan terlalu percaya diri. Watak tersebut tergambar pada saat berdialog dengan Ani. Keduanya mencoba menggoda Ani dengan memuji Ani terus menerus.
E. Alur/Plot
Alur dalam naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani terbentuk melalui dinamika yang diakibatkan oleh perubahan emosi para tokohnya. Perubahan emosi itu memiliki progresi karena respon terhadap perilaku masing-
20
masing tokoh yang berinteraksi dalam rumah makan Sembara tersebut. Progresi emosi itulah yang kemudian melahirkan perjalanan alur dari permulaan yang terlihat sederhana menuju pada kondisi yang lebih kritis. alur yang berjalan itu maka naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani menggunkan pendekatan alur yang konvensional (linier). Tahap-tahap alur (konvensional) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Eksposisi : Adalah bagian awal atau pembukaan dari sebuah cerita yang
memberikan penjelasan dan keterangan mengenai tokoh-tokoh cerita, masalahmasalah yang sedang dilakoni, tempat dan waktu ketika cerita berlangsung dalam naskah Bunga Rumah Makan. Eksposisi dimulai saat ani kedatangan dua orang tamu yang berkunjung kerumah makan, mereka hanya menggoda Ani. Setelah itu Iskandar mengalihkan perhatian mereka, sesaat kemudian datanglah kapten Suherman ternyata dia adalah kekasih Ani. Komplikasi : adalah ketegangan yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari
eksposisi, pada bagian ini salah seseorang mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu. Walaupun dibayang-bayang oleh ketidakpastian, keteguhan sikap sang tokoh tidak mennyurutkan niatnya. Timbulah konflik-konflik yang saling bertabrakan dengan tokoh lainnya, Pertentangan ini terjadi setelah masing-masing menceritakan jati dirinya sehingga konflik mulai terlihat. Konflik terjadi ketika pertengkaran Ani dengan Iskandar lalu muncul Kurnaen mencoba melerai tapi Iskandar memarahi Kurnaen yang akhirnya terjadi perkelahian. Klimaks : Adalah tahapan peristiwa dramatik yang telah di bangun oleh komflik
puncak dari peristiwa. Tahapan ini melibatkan pihak-pihak yang berlawanan untuk saling
berhadapan
dalam
situasi
yang
menegangkan,ketegangan
tersebut
mempertaruhkan nasib, juga merupakan momen yang paling menentukan bagi mereka untuk eksis atau tersingkir. Naskah Bunga Rumah Makan ini kelimaks terjadi pada saat Ani dimarahi majikannya karna melalaikan nama penelpon rumah makan Sambara situasi semakin rumit ketka suherman datang untuk bersenangsenang tetapi justru dinasehati oleh usman untuk segera menikahi Ani, membuat
21
Suherman marah dan menuduh usman mencampuri urusan pribadinya dan ia memutuskan hubungan dengan Ani. Resolusi
: Adalah bagian struktur dramatik yang mempertemukan masalah-
masalah yang di timbulkan oleh para tokoh dengan tujuan untuk mendapatkan selusi atau pemecahan masalah. Resplusi dalam naskah Bunga Rumah Makan dimulai saat Ani memutuskan untuk memaafkan Iskandar yang telah menghinanya dan memutuskan untuk pergi bersama Iskandar. Hal ini juga ditunjukan atas kesadaran Ani terhadap perlakuan orang-orang yang berada disekelilingnya.
F. Petunjuk Teknis
Petunjuk teknis atau teks samping berupa teks yang memberi informasi tentang tokoh, waktu, suasana pentas, musik/suara, keluar masuknya aktor, keras lemahnya dialog, dan perasaan tokoh. Teks samping ditulis berbeda dengan teks dialog, bisa berupa huruf besar semua atau huruf miring. Petunjuk teknis memberikan petunjuk kapan aktor harus diam, bergerak, memberi jeda dialog. Petunjuk teknis mengenai karakter, usia, dan status sosial pemeran akan membantu sutradara menentukan watak secara menyeluruh. Singkatnya, melalui teks samping, diperoleh deskripsi keadaan tokoh dan suasana hati yang dialaminya. (Suroso, 2015). Petunjuk teknis yang ditandai dengan tenda kurung tersebut menjelaskan tentang hal yang dilakukan oleh tokoh pada saat dialog atau melakukan pembicaraan. (Dialog adegan 1) KARNAEN
: (berhenti menulis). Ada keperluan apa, saudara?
ISKANDAR
: Tidak! ( pergi keluar ).
Petunjuk teknis pada kutipan dialog ditunjukkan dengan tanda kurung tersebut menjelaskan tentang hal yang dilakukan oleh Karnaen pada saat memulai pembicaraan dengan Iskandar. Saat memulai pembicaraan, Karnaen menghentikan aktivitas menulisnya lalu bertanya sesuatu kepada Iskandar. Sedangkan Iskandar menjawab sambil melangkah keluar.
22
(Dialog adegan 2)
: (berdiri). An! Ani!
KARNAEN
: (dari dalam). Ya, mas!
ANI
Petunjuk teknis dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa Karnaen memulai pembicaraan dengan berdiri. Karnaen memanggil Ani, kemudian Ani membalas sambil beranjak dari dalam setting rumah makan. (Dialog adegan 3)
PEREMPUAN YANG BELANJA (masuk membawa kantong besar diisi barang belanjaan). ANI
:
O, nyonya! Silakan masuk. (menghampiri, lalu meraba-raba
kantong ). Rupanya baru pulang dari pasar, ya? Oh! Nyonya membeli sandal juga. Berapa harga sandal begitu, nyonya? Melalui petunjuk teknis yang terdapat dalam kutipan tersebut, dapat terlihat bahwa dialog tersebut diucapkan oleh tokoh Ani, sedangkan petunjuk teknis yang terdapat dalam tanda kurung tersebut menjelaskan tentang hal yang dilakukan oleh Ani pada saat memulai pembicaraan dengan tokoh Perempuan. Petunjuk teknis tersebut menjelaskan bahwa pada saat Ani memulai pembicaraan dengan perempuan yang belanja, Ani menghampiri perempuan tersebut sambil merabaraba kantong belanjaan si Perempuan. (Dialog adegan 12) ANI
: (menyimpan gelas bekas susu kebelakang, masuk lagi
membersihkan meja dan kursi sambil tidak berhenti-henti menyanyi). RUKAYAH
: (masuk ). Gembira sekali pagi ini, An!
Petunjuk teknis yang tertulis dalam kutipan dialog tersebut menjelaskan bahwa Ani sedang membersihkan meja sambil bernyanyi, lalu datang Rukayah yang mengatakan jika Ani terlihat gembira sekali. (Dialog adegan 20) ANI
: (tampil membawa koper ).
USMAN
: Mau kemana, An?
23
ANI
: Saya mau keluar dari sini.
Petunjuk teknis tokoh Ani sebelum memulai pembicaraan dengan Usman, ia terlihat membawa sebuah koper. Lalu Usman mengawali pembicaraan dengan bertanya kepada Ani. Ani menjelaskan kemana ia akan pergi.
G. Amanat
Selagi masih sanggup bekerja maka hendaklah mempunyai pekerjaan yang baik dan tidak meminta-minta kepada orang lain, apalagi sampai mencuri. Hal ini tercermin dari penggalan dialog berikut. ANI
: (pergi ke belakang sambil bernyanyi-nyanyi).
PENGEMIS
: (masuk perlahan-lahan dengan kaki pincang, melihat kekiri kekanan, ke rak tempat kue-kue, kemudian menuju rak itu dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup toples hendak mengambil kue).
ANI
: (tampil dari belakang). Hei! Engkau mau mencuri ya!
PENGEMIS
: (cepat menarik tangan, menundukkan kepala)
ANI
: Hampir, tiap engkau datang disini, engkau kuberi uang. Tak nyana, kalau sekarang engkau berani berani datang di sini dengan maksud mencuri.
PENGEMIS
: Ampun, nona, ampun.
ANI
: Ya, kalau sudah ketahuan, minta ampun.
PENGEMIS
: Saya tak akan mencuri, kalau saya punya uang.
ANI
: Bohong!
PENGEMIS
: Betul, nona, sejak kemarin saya belum makan.
ANI
: Mau bersumpah, bahwa engkau tak hendak mencuri lagi?
PENGEMIS
: Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, nona. Asal…
ANI
: Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.
(Kutipan Adegan 4)
24
Dari penggalan dialog di atas tampak seorang pengemis mencoba mencuri kembali, namun berhasil diketahui oleh Ani. Pengemis berdalih bahwa dirinya tidak mempunyai uang sehingga terpaksa mencuri. Ani yang mengetahui modus pengemis tersebut tidak percaya karena bukan hanya sekali saja pengemis itu berusaha mencuri. Dengan perasaan kesal Ani tidak mau percaya terhadap ucapan pengemis itu karena pengemis selalu berbohong ketika ditanya alasan mencuri.
BAB IV PENUTUP
Analisis Naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani dengan pendekatan struktural mengkaji tema, latar, dialog, alur, tokoh penokohan, amanat, petunjuk teknis. Tema dalam naskah tersebut yaitu kehidupan manusia. Latar tempat terjadinya yaitu di rumah makan, latar waktu seringnya pada pagi hari, dan latar suasana yaitu gembira karena menggambarkan orang yang sedang kasmaran dan ada beberapa suasana tegang. Dialog yang digunakan yaitu dialog komunikatif. Alur maju digunakan dalam naskah untuk menceritakan drama Bunga Rumah Makan. Ada sekitar dua belas tokoh dalam naskah dan masing-masing memiliki watak yang berbeda-beda. Petunjuk teknis banyak digunakan dalam naskah untuk mendukung cerita. Amanat yang dapat dipetik dalam cerita tersebut adalah jangan malas untuk bekerja dan jangan memandang orang dari penampilannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Endaswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi Model Teori Aplikasi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Fuadhiyah, U. (2013). Analisis Struktural Naskah Drama Berbahasa Jawa Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi Karya Arih Numboro, Lingua, 9 (2), 18-25. Hasanuddin, W. S. (1996). Drama Karya dalam Dua Dimensi:Kajian Teori, Sejarah, dan Analisis. Bandung: Angkasa. Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press. Waluyo, H. J. (2001). Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita.
26