ANALISIS MASALAH DAN MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program Gizi Dosen Pengampu: Nuryanto S.Gz, M.Gizi
Disusun oleh: Dewi Setyowati 22030114120060
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2017
A. DEFINISI MASALAH Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan pengertian masalah menurut beberapa ahli dan kamus Bahasa Indonesia: 1. Menurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. 2. Menurut Sugiyono (2009) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana. 3. Menurut James Stoner, Masalah suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan. 4. Menurut Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan. 5. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan. 6. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan.1 B. ANALISIS PENYEBAB MASALAH Pengertian Analisis
masalah
adalah
penguraian
masalah-masalah
pokok
yang
teridentifikasi sampai ke akar penyebabnya. Analisis masalah ini dalam Permendagri 66/2007 terdiri dari empat tahap, yaitu pengelompokan masalah, penentuan peringkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan dan penentuan peringkat tindakan. Analisis penyebab masalah proses yang dilakukan sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu, untuk menentukan dan mencari penyebab utama masalah tersebut. dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang penyebab masalah utama. mencari penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah. Metode Analisis Penyebab Masalah 1. Fishbone Analysis
1
Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-effect diagram. Thomas Pyzdek dalam bukunya ”The Six Sigma Handbook” mengemukakan bahwa diagram sebab dan akibat adalah alat yang digunakan untuk mengatur dan menunjukkan secara grafik semua pengetahuan yang dimiliki sebuah kelompok sehubungan dengan masalah tertentu. Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di mana dapat mengidentifikasi penyebab suatu proses out of control. Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor – faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor – faktor penyebab itu. Diagram sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada Tahun 1953.2 Diagram ini digunakan untuk mengkategorikan banyaknya potensi penyebab masalah atau isu-isu dalam cara yang tertib dan dalam mengidentifikasi akar penyebab. Penyebab digolongkan ke dalam beberapa faktor yang diyakini sebagai sumber penyebab utama dari masalah. Penyebab utama ini biasanya sebanyak 4 faktor utama. Penyebab turunannya kemudian disusun berdasarkan hirarki kepentingannya atau menurut detilnya, sehingga mampu mengungkap dan menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi antar golongan penyebab itu. Dengan demikian, diagram ini akan sangat bermanfaat untuk menelusuri akar permasalahan, mengidentifikasi daerah dimana dapat timbul masalah serius serta berguna untuk dipakai dalam membandingkan kepentingan relatif berbagai penyebab masalah tersebut.2 Diagram fishbone pertama digunakan sebagai alat quality management tools dengan 5 (lima) kategori yakni : Manpower, Machine, Method, Material, Media. Perkembangan manajemen lebih lanjut, memunculkan beberapa kategori seperti Motivation (soft competency) dan Money (Uang). Adapun kebutuhan-kebutuhan yang mendasari penggunaan diagram fishbone ini adalah sebagai berikut:
2
Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.
Membantu untuk mendapatkan ide-ide (gathering ideas) untuk solusi.
Membantu untuk pencarian fakta lebih lanjut tentang masalah.
Pada diagram ini ada yang disebut sebagai tulang utama yaitu yangmewakili akibat atau suatu masalah sedangkan tulang-tulang yang lain disebut sebabsebab, lalu ada sub-sub tulang yang mewakili sebab-sebab yang lebih rinci lagi dan seterusnya. (Gasperz, 2002, p58).
Merupakan alat untuk mengumpulkan ide atau input – input kelompok, merupakan metode dasar dari “brainstorming terstruktur”.
Dengan mengeelompokkan penyebab – penyebab yang mungkin, maka kelompok dapat memikirikan banyak kemungkinan daripada hanya menfokuskan pada beberapa area tipikal.
Membantu dimulainya fase analyze dengan mengidentifikasi beberapa penyebab.
Metode yang digunakan dalam analisis tulang ikan (fishbone analysis) yakni mencari akar masalah. Akar permasalahan dirumuskan dalam prinsip 5M+2 atau dikategorikan dalam 7 kategori, yakni Manpower, Machine, Method, Material, Media, Motivation (soft competency) Money.2 a. Manpower (Tenaga Kerja). Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenagakerja dilihat dari aspek : lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll. b. Machine (Mesin, peralatan, Infrastruktur). Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical tools lainnya. Misalnya : perawatan mesin-mesin, fasilitas pendukung mesin, ketidaklengkapan mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin/tools yang tidak standar, daya tahan mesin yang lemah, kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak useroperability,dst. c. Methods (Metode dan prosedur kerja). Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja tidak ada, prosedur kerja tidak jelas, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang bertentangan dengan metode lainnya dll. 3
d. Materials (material bahan baku utama, bahan baku penolong). Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek: kualitas bahan baku tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran dan spesifikasi tidak standar dst. e. Media (media, lingkungan kerja, waktu kerja). Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung. Biasanya yang termasuk kategori ini adalah : tempat yang kurang bersih, keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kurang terang, ventilasi dan peredaran udara buruk, faktor kebisingan suara, faktor lantai yang licin/bergelombang/tidak rata dst. f. Motivation (motivasi, soft competency). Berkaitan dengan sikap kerja, perilaku kerja, budaya kerja yang tidak benar ataupun tidak kondusif. Bisa digolongkan seperti : tidak kreatif, tidak proaktif, tidak mau bekerjasama dst. g. Money (uang dan finansial). Berkaitan dengan aspek keuangan dan finansial yang belum mendukung dan mantap. Misalnya : ketidaktersediaan anggaran. Langkah-Langkah Menyusun Diagram Fishbone2
Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan diungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah (problem question).
Bangkitkan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide-ide berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
Gambarkan diagram dengan pertanyaan masalah ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama seperti: material, metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada cabang-cabang utama (membentuk tulang-tulang besar dari ikan). Kategori utama ini bisa diubah sesuai dengan kebutuhan.
Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkan pada cabang yang sesusai.
4
Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan ”mengapa?” untuk menemukan akar penyebab, kemudian daftarkan akar-akar penyebab masalah itu pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Interpretasikan diagram sebab akibat itu dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara berulang, kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab itu. Selanjutnya fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui consensus itu.
Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab-akibat itu dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif karena telah menghilangkan penyebab dari masalah yang dihadapi.
2. Lock Frame Analysis/Problem Tree (pohon masalah) Analisis Pohon masalah merupakan analisa yang menunjukkan masalah serta akar akibatnya, yang berarti menunjukkan keadaan sebenarnya atau situasi yang tidak diharapkan. Analisis pohon masalah membantu untuk menemukan solusi dengan memetakan sebab dan akibat disekitar masalah utama untuk membentuk pola pikir, tetapi dengan lebih terstruktur.2 Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas masalah. Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini terjadi
karena
komponen sebab akibat
dalam pohon masalah
akan
mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.3
5
Gambar contoh Bagan Pohon Masalah Tujuan Pembuatan Pohon Masalah3 Pembuatan pohon masalah memiliki tujuan yakni:
Membantu tim kerja organisasi melakukan analisis secara rinci dalam mengeksplorasi penyebab munculnya permasalahan utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Eksplorasi penyebab masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode five whys yakni metode menggali penyebab
persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat. Membantu tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan utama
terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama
dalam suatu gambar atau grafik. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan utama dengan melihat komponen sebab akibat dari suatu permasalahan Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama,
pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah 6
kiri dari gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri kekanan). Format penyusunan pohon masalah Model Pertama ini dapat digambarkan pada gambar berikut ini:3
Gambar Pohon Masalah model 1 Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah utama ditempatkan di bagian atasnya (alur ke atas). Format penyusunan pohon masalah Model Kedua ini dapat digambarkan pada gambar berikut ini:3
7
Gambar Pohon masalah model kedua Uraian selanjutnya dalam tulisan ini akan menggunakan Model Kedua. Langkah-langkah dalam penyusunan Pohon Masalah Model Kedua berikut contohnya dapat dijelaskan sebagai berikut:3 a) Langkah pertama dalam menyusun pohon masalah adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah utama organisasi berdasarkan hasil analisis atas informasi yang tersedia. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merumuskan masalah utama, misalnya dengan cara diskusi, curah pendapat, dan lain-lain. Masalah utama ini kita tempatkan pada bagian tengah dari gambar. b) Langkah kedua adalah menganalisis akibat atau pengaruh adanya masalah utama yang telah dirumuskan pada poin 1 di atas. c) Langkah ketiga adalah menganalisis penyebab munculnya masalah utama. Penyebab pada tahap ini kita namakan penyebab level pertama. d) Langkah keempat adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari penyebab level pertama. Penyebab dari munculnya penyebab level pertama ini kita namakan penyebab level kedua. Langkah kelima adalah menganalisis lebih lanjut penyebab dari munculnya penyebab level kedua. Demikian seterusnya, analisis dapat dilakukan sampai dengan level kelima. Contoh dalam tulisan ini, penulis batasi hanya sampai dengan penyebab level kedua. 8
e) Langkah keenam adalah menyusun pohon masalah secara keseluruhan. Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah Kelebihan Pohon Masalah3 Pohon masalah membantu proses analisis dan penentuan penyebab masalah semakin jelas dan komprehensif. Berikut merupakan rincian mengenai kelebihan pohon masalah bagi organisasi:
Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan persoalan utama atau masalah prioritas organisasi.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara rinci dalam mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan dengan menggunakan metode five whys. Metode five whys adalah suatu metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.
Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan utama yang ada.
Kekurangan Pohon Masalah3 Telah diketahui bahwa pohon masalah sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan, tetapi ada beberapa kekurangan bila menggunakan pohon masalah, antara lain:
Membutuhkan waktu yang lama. Jika masalah yang terjadi semakin kompleks akan lebih sulit dan lama dalam menentukan penyebab utama
masalah. Dapat terjadi overlap terutama ketika kriteria yang digunakan jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan waktu pengambilan
keputusan menjadi lebih lama. Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon masalah sangat bergantung pada bagaimana pohon tersebut didesain. Sehingga jika
9
pohon masalah yang dibuat kurang optimal, maka akan berpengaruh pada
kualitas dari keputusan yang didapat. Setiap kriteria pengambilan keputusan dapat menghasilkan hasil keputusan yang berbeda. Sehingga perlu kecermatan untuk menyesuaikan dengan
kondisi dan keadaan dalam menentukan penyebab utama masalah. Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah pohon keputusan yang besar.
3. Blum Analysis Metode analisis masalahkesehatan yang dipergunakandengan menganalisis masing-masing dari determinan danderajat kesehatan itu sendiri,serta melihat hubungandiantaranya. Konsep BLUM Genetika
Status Kesehatan Lingkungan
Pelayanan Kesehatan
Perilaku
C. Metoda Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yaitu, Metoda Matematik, Metoda Delbeque,Metoda Delphi dan Metoda estimasi beban kerugianakibat sakit (diseaseburden). 1) Metode Matematik Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah 10
berdasarkan: (a) Luasnya masalah (magnitude) (b) Beratnya kemgian yang timbul (Severity) (c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut ( Vulnerability) (d) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community andpolitical concern) (e)Ketersediaandata (Affordability). Magnitude masalah, menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi atau insiden penyakit. Makin luas atau banyak penduduk terkena atau semakin tinggi prevalen, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada penyakit tersebut. Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan. Pada masa lalu yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate (CFR) masing-masingpenyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat dari jumlah disability days atau disability years atau disesase burden yang ditimbulkan oleh penyakit bersangkutan. HAIV/AIDS misalnya akan mendapat nilai skor tinggi dalam skala prioritas yaitu dari sudut pandang severity ini. Vulnerability menunjukan sejauh mana tersedia teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Tersedianya vaksin cacar yang sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pengobatannya. Vulnerability juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk melaksanakan program seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan. Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi negara majumasalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada bantuan luar negeri. Kadang kala ada donor yang mengkhususkan diri untuk menunjang program kesehatan atau penyakit tertentu katakanlah program gizi, HIV/AIDS dan lainnya. Dalampenerapanmetodaini untukprioritas masalah kesehatan, maka masing-masing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya antara angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi, Pemherian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi skor, masing-masing penyakit dihitungnilai skor akhirnyayaitu perkalian antara nilai skor masing-masing kriteri untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah 11
menjadi sangat kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis. Ada beberapa kelemahan dan kritikan terhadap metode tersebut. Pertama penentuan nilai skor sebetulnya didasarkan pada penilaian kualitatif atau kelimuan oleh para pakar yang bisa saja tidak objektif, kedua masih kurang spesifiknya kriteria penentuan pakar tersebut. Kelebihan cara ini adalah mudah dilakukan dan bisa dilakukan dalam tempo relatife cepat. Disamping itu dengan metoda ini beberapa kriteria penting sekaligus bisa dimasukkan dalam pertimbangan penentuan prioritas. 2) Metode Delbeque dan Delphi Metoda Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada dasarnya kelompokpakar melalui langka-langkah (1) Penetapankriteria yang disepakati bersama oleh para pakar (2) memberikanbobot masalah (3) menentukan skoring setiap masalah. Bengali demikian dapat ditentukan masalah mana yang menduduki peringkat prioritas tertinggi. Penetapan kriteria berdasarkan seriusnya permasalahan menurut pendapat para pakar dengan contoh kriteria persoalan masalahkesehatan berupa (1) Kemampuan menyebar/menular yang tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3) mengakibatkan penderitaan yang lama (4) mengurangi penghasilan penduduk (5) mempunyai kecendrungan menyebar meningkat dan lain sebagainya sesuai kesepakatan para pakar. Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup. Kemudian dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali kepada para expert dan setelah itudilakukanpenilaianulangoleh para expert dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan terjadi kesamaan/konvergensipendapat, sehingga akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metoda ini sebeltulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapaisuatukonsensus. Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Juga diperianyakan kriteria penentuan pakar untuk terlibat dalam penilaian tertutup tersebut. Kelebihannya adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara 12
tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar untuk member nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada antaraparapakar tersebut. Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metoda Delphi. Dalam metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masingmasing mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas.Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relative lebih lama dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya metoda ini memungkinkan telahaan yang mendalam oleh masing-masingpakar yang terlibat. 3) Metoda Estimasi Bebari Kerugian (Disease Burden) Metoda Estimasi Beban Kerugian dari segi teknik perhitungannya lebih canggih dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah. Sejauh ini metoda ini jarang dilakukan di tingkat kabupaten atau kota di era desentralisasi programkesehatan. Bahkan ditingkat nasionalpun baru Kementrian Kesehatan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan yang mencobamenghitungberapa banyak Kerugian yang ditimbulkan dalam kehidupan tahunan penduduk. Pada tingkat global penggunaan metoda Disease Burden dalam penetapan prioritas masalah kesehatan, Bank Dunia telah menghitung waktu produktif yang hilang (Desease Burden) yang disebut sebagai DALY yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit. Atas dasar perhitungan tersebut Bank Dunia menyarankan agar dalam programkesehatan prioritas diberikan pada masalah kesehatan esensial terdiri dari (1) TBC (2) Pemberantasan Penytakit Menular (3) Penanganan Anak Gizi Kurang/Buruk. 4) Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian ProgramTahunan Metoda penetapan prioritas masalah kesehatan beradasarkan pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara target yang ditetapkan dari setiap programdenganhasilpencapaiandalamsuatu kurun waktu 1 tahun. Penetapan prioritas masalah kesehatan seperti ini sering digunakan oleh pemegang atau pelaksana program kesehatan di tingkat Puskesmas dan Tingkat Kabupaten/Kota pada era desentralisasi saat ini.
13
Metoda Penetapan Prioritas Alternatif/Pilihan Pemecahan Masalah untuk Intervensi Ada 2 metoda yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternative pemecahan masalah untuk intervensi dalam penetapan pilihan bentuk intevensi yaitu metoda Analisis Pembiayaan yang lebih dikenal cara efektifitas dan efisiensi dan metoda Hanlon. a) Metoda Analisis Pembiayaan (Cost Analysis) lebih dikenal Efektifitas Efisiensi. Penggunaan metoda ini dengan memperhitungkan efektifitas dan efisiensi dalam penetapan pilihan jenis intervensi yang dilakukan dengan menggunakan rumus penetapan prioritas kegiatan sbb :
Dirnana M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi) I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikanmasalah) V = Vunerability (ketepatan jalan keluar untukmasalah) C = Cost (biayayangdikeluarkan) dimana kriterinyaditetapkan: Nilai l = Biaya sangat murah Nilai2 = Biaya murah Nilai 3 = Biaya cukup murah Nilai 4 =Biaya mahal Nilai 5 =Biaya sangat mahal b) Metoda Hanlon Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan altematif prioritas jenis intervensi yang akan diiakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing: (1) Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude) (2) Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah (emergency/seriousness (3) Kelompok
kriteria
3
yaitu
kemudahan
penanggulangan
masalah
(causability) (4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah PEARL faktor. Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan kedalam formula dan hasil yang didapat makin tinggi nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan (menjadi prioritas intervensi). 14
D. CONTOH MASALAH DAN ANALISIS MASALAH Berdasarkan data FAO tahun 2006 terdapat 820 juta kelaparan kronis di negara berkembang, dari jumlah tersebut 350 – 450 juta atau lebih dari 50 persen adalah anak-anak, 13 juta diantaranya ada di Indonesia. Selain itu data dari WHO disebutkan bahwa malnutrisi dan kelaparan merupakan penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia, yaitu paling tidak 17.289 anak-anak meninggal setiap harinya karena kelaparan dan malnutrisi, sehingga kelaparan dan malnutrisi menjadi ancaman nomor satu bagi kelangsungan hidup anak-anak diseluruh dunia, melebihi AIDS, Malaria dan TBC. Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas. Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan maupun adanya gangguan terhadap absorbsi, pencernaan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Dalam Teori Piramida Maslow, kebutuhan manusia bersifat berjenjang, ketika kebutuhan dasarnya terpenuhi, maka akan muncul motivasi untuk memenuhi kebutuhan yang diatasnya. Sedangkan ketika kebutuhan belum terpenuhi maka tidak akan ada motivasi untuk meraih kebutuhan selanjutnya. Dalam kontek ini, (keluarga) penderita malnutrisi mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya (Physiological Needs), yaitu pemenuhan atas kebutuhan pangan, maka dalam keadaan ini seseorang tidak akan melangkah ke tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi. Maka permasalahan pemenuhan kebutuhan dasar ini akan menganak-pinak menjadi permasalahan-permasalahan baru secara multidimensi. Kelaparan dan malnutrisi merupakan permasalahan yang cukup komplek, sehingga penangganannya juga harus melibatkan semua aspek terkait, agar solusi yang didapatkan
tidak
hanya
berfungsi
sebagai
‘Pain
Killer’ tapi
benar-benar
menyelesaikan sampai ke akar masalahnya. Berikut ini adalah analisis penyebab terjadinya kelaparan dan malnutrisi dilihat dari beberapa aspek terkait.4
15
DAFTAR PUSTAKA 1.
Burhanuddin A. Masalah dan Latar Belakang Masalah [Internet]. 2012. Available from: https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/masalahdan-latar-belakang-masalah_maulidiah_oke.pdf
2.
Sugianto A, Studi P, Peternakan I, Pascasarjana P, Soedirman UJ. Metode identifikasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat 1). 2012;
3.
Auli Fisty Noor Azizah, Jenius Setio Insanno, Ayu Tyas Purnamasari, Aderia Putri Prasanti, Aryanti Ardiningrum, Annisa Hidayati, Dhio C. Pohon masalah [Internet].
Universitas
Airlangga;
2014.
Available
from:
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/3._pohon_masalah_makal ah.pdf 1
4.
Dardiri A. Analisis Sistematis Pemecahan Masalah Kelaparan dan Malnutrisi di Indonesia | D’s Retrospection [Internet]. word press. 2010 [cited 2017 Mar 29]. Available
from:
https://ahmaddardiri.wordpress.com/2010/10/04/analisis-
sistematis-pemecahan-masalah-kelaparan-dan-malnutrisi-di-indonesia-2/
1