BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Konseling
merupakan
suatu
hubungan
yang
bersifat
membantu,
yaitu interaksi antara konselor dan konseli merupakan suatu kondisi yang membuat konseli terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Disamping itu di katakan pula bahwa pada hekekatnya konseling itu bersifat psikologis. Dari hakekatnya sebagai hubungan yang bersifat membantu dan sebagai proses psikologis, konseling memberikan pengalaman belajar yang baru kepada seseorang (klien). Dalam konseling, konselor harus mampu menciptakan interaksi konseling sedemikian rupa sehingga pada akhirnya klien memperoleh sesuatu yang baru yang belum pernah meraka miliki sebelumnya.
1
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Konseli Konseli dalam istilah bahasa Inggris disebut client adalah individu yang memperoleh pelayanan konseling. Dalam konseling pada setting persekolahan, yang dimaksud konseli adalah peserta didik yang mendapatkan pelayanan konseling, sedangkan dalam konseling pada setting di luar sekolah (counseling for all), yang dimaksud konseli ialah seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota masyarakat, yang memperoleh pelayanan konseling. B. Karakteristik Konseli Konseli adalah individu yang memiliki keunikan tertentu. Keunikan ini mencakup; keunikan kebutuhan, keunikan kepribadian, keunikan inteligen, keunikan bakat, keunikan motif dan motivasi, keunikan minat, keunikan perhatian, keunikan sikap, dan keunikan kebiasaan, yang secara khas mempengaruhi perilakunya. 1. Keunikan Kebutuhan Konseli sebagai individu memiliki kebutuhan dasar, seperti kebutuhan untuk mempertahankan hidup (eksistensi) dan mengembangkan diri. Intensitas kebutuhan setiap konseli berbeda-beda, sehingga menimbulkan keunikan, dan hal ini harus diperhatikan oleh konselor dalam pelayanan konseling. Menurut Abraham Maslow dalam teorinya hierarki kebutuhan (needs hierarchy theory) yang dikutip Greenberg dan Baron (1997), setiap individu memiliki kebutuhankebutuhan dasar yaitu: (1) kebutuhan fisiologis; (2) kebutuhan rasa aman; (3) kebutuhan sosial; (4) kebutuhan harga diri; dan (5) kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan biologis atau kebutuhan jasmaniah yaitu kebutuhan konseli yang berkaitan dengan kelangsungan hidup. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan konseli yang menyangkut rasa tentram, adanya jasmanian dan perlindungan dari segala macam ancaman, baik fisik, sosial maupun psikologis. Kebutuhan sosial. Yaitu kebutuhan konseli akan rasa diterima
2
oleh orang lain, kebutuhan dihormati, kebutuhan ikut serta atau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial. Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan konseli yang menyangkut tentang harga dirinya sendiri seperti kebutuhan mendapatkan respek dari orang lain, memperoleh kepercayaan diri, dan penghargaan diri. Kebutuhan aktialisasi diri, merupakan kebutuhan konseli ingin berbuat lebih baik yaitu kebutuhan untuk menunjukkan bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu yang lebih baik bila dibandingkan dengan orang lain. 2.
Keunikan Kepribadian Kepribadian konseli adalah totalitas sifat, sikap, dan perilaku konseli yang
terbentuk dalam proses kehidupan. Menurut teori konvergensi dari William Stern, kepribadian individu merupakan hasil konvergensi (gabungan) dari pengaruh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal adalah semua faktor yang berasal dari diri konseli, di antara faktor yang dibawa sejak lahir (hereditas) yaitu temperamen dan konstitusi. Faktor-faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan kepribadian konseli. 3. Keunikan Inteligensi Inteligensi adalah kemampuan mental umum konseli yang bersifat potensial. Kemampuan potensi merupakan kemampuan yang bersifat laten, yaitu kemampuan konseli untuk melakukan sesuatu dengan cara-cara tertentu yang menunjang kemampuan nyata. Kemampuan nyata adalah kemampuan konseli yang menghasilkan suatu prestasi, misalnya: prestasi belajar, kinerja, dan karya dalam bidang mekanik, seni, sastra, bisnis, dan sebagainya (Hartono, 2005). 4. Keunikan Bakat Bakat konseli adalah kemampuan khusus konseli dalam berbagai bidang, misalnya: bidang numerical yaitu kemampuan bekerja dengan angka: bidang verbal yaitu kemampuan dalam menggunakan ungkapan verbal; bidang music yaitu kemampuan dalam bermain musik; bidang bahasa yaitu kemampuan menggunakan kaidah bahasa tertentu; bidang seni yaitu kemampuan dalam seni
3
seperti; seni lukis, seni patung, dan seni drama; bidang mekanik yaitu kemampuan memahami pola kerja mekanik seperti pola kerja mesin cuci, pola kerja mesin AC, pola kerja mesin kulkas, dan sebagainya. 5. Keunikan Motif dan Motif Setiap individu memiliki motif dan motivasi dalam intensitas yang tidak sama. Motif konseli adalah suatu keadaan pada diri konseli yang berperan mendorong timbulnya tingkah laku. Menurut Suryabrata yang dikutip Hartono (2000) motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Berbeda dengan motif, motivasi ialah segala sesuatu yang menggerakkan organisme baik sumbernya dari faktor internal maupun dari faktor eksternal. 6. Keunikan Minat Minat konseli adalah kecenderungan konseli untuk tertarik pada suatu kegiatan tertentu. Minat merupakan potensi typical yang menunjang perilaku individu. Konseli yang memiliki intensitas minat tinggi untuk mengikuti konseling, menunjukkan perilaku yang aktif dalam konseling, sebaliknya bila intensitas minat konseli terhadap pelayanan konseling sangat rendah, maka perilakunya juga tidak kuat dalam mengikuti konseling yang dapatditunjukkan dalam bentuk; sering tidak menghadiri kegiatan konseling walaupun mereka sudah janji dengan konselor. 7. Keunikan Perhatian Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu aktivitas. Dalam konseling, perhatian konseli adalah pemusatan tenaga psikis konseli pada proses konseling, mulai dari pertemuan awal sampai konseling disepakati selesai atau dihentikan. Intensitas perhatian konseli dalam psoses konseling tidaklah sama dengan konseli lain. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor: (1) kebutuhan konseli (2) karismatik konselor. 8. Keunikan Sifat Sikap adalah kecenderungan individu untuk melakukan aktivitas tertentu. Dalam konseling, sikap konseli berperan mengarahkan perilaku kepada aktivitas konseling. Setiap konseli memiliki sikap yang berbeda-beda, sehingga
4
keterlibatan mereka dalam proses konseling juga tidak sama. Konselor professional harus mampu mengembangkan sikap konseli, dengan cara menjaga standar mutu pelayanan konseling. 9. Keunikan Kebiasaan Kebiasaan adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditampilkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu (Prayitno, 2004). Kebiasaan konseli dapat terwujud dalam tingkah laku nyata contohnya: memberikan salam dan senyuman kepada konselor; dan tingkah laku yang tidak nyata. Pelayanan konselig juga berfungsi mengembangkan kebiasaan konseli yang positif. C. Masalah-Masalah Konseli Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Pada umumnya masalah emosi konseli yang cara penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah: 1.
Masalah Kecewa Kecewa merupakan bentuk gangguan emosi yang ditimbulkan oleh
ketidaksadaran antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi. Konseli yang mengalami kekecewaan berlarut-larut tanpa penyelesaian dapat menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan, frustasi, salah ambil, salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya keinginan yang tidak terpenuhi. 2.
Masalah Frustasi Frustasi adalah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat
kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konseli yang mengalami frustasi, biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukan usaha lagi, dan kehilangan kepercayaan pada dirinya. 3.
Masalah Kecemasan Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidak
menyenangkan, dan merupakan pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,
5
khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. 4.
Masalah Stres Stres adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya
tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu. Di sekolah siswa mungkin mengalami stres saat hubungannya dengan temannya tidak bisa berjalan baik, atau saat mereka menghadapi ujian. Stres bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa traumatis, peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidak bisa diperkirakan, peristiwa di luar batas kemampuan, dan konflik internal sering sebagai sumber stres seseorang. 5.
Masalah Depresi Depresi dikenal sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh
masyarakat biasa maupun penderita yang berobat. Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan emosi dan kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologi, maupun ahli konseling. Konselor seyogianya mampu mengidentifikasikan, apakah konselinya menderita depresi berat, sedang, atau ringan. 6.
Masalah Konflik Konflik ialah suatu bentuk pertentangan yang dialami oleh individu.
Konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor, yaitu faktor di dalam diri konseli, dan faktor di luar diri konseli. Penyebab pertama terjadi, karena apa yang dilakukan konseli tidak sesuai dengan keyakinan konseli, sedangkan penyebab kedua timbul, bila keinginan dan harapan konseli tidak sesuai dengan kenyataan di luar dirinya. 7.
Masalah Ketergantungan Ketergantungan adalah suatu keadaan di mana seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang sudah diuraikan sebelumnya.
6
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Konseli dalam istilah bahasa Inggris disebut client adalah individu yang memperoleh pelayanan konseling. Dalam konseling pada setting persekolahan, yang dimaksud konseli adalah peserta didik yang mendapatkan pelayanan konseling, sedangkan dalam konseling pada setting di luar sekolah (counseling for all), yang dimaksud konseli ialah seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota masyarakat, yang memperoleh pelayanan konseling. Konseli adalah individu yang memiliki keunikan tertentu. Keunikan ini mencakup; keunikan kebutuhan, keunikan kepribadian, keunikan inteligen, keunikan bakat, keunikan motif dan motivasi, keunikan minat, keunikan perhatian, keunikan sikap, dan keunikan kebiasaan, yang secara khas mempengaruhi perilakunya. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keunikan Kebutuhan Keunikan Kepribadian Keunikan Inteligensi Keunikan Bakat Keunikan Motif dan Motif Keunikan Minat Keunikan Perhatian Keunikan Sifat Keunikan Kebiasaan Pada umumnya masalah emosi konseli yang cara penyelesaiannya
membutuhkan bantuan konseling adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Masalah Kecewa Masalah Frustasi Masalah Kecemasan Masalah Stres Masalah Depresi Masalah Konflik Masalah Ketergantungan B. Saran Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kesemuanya membutuhkan tambahan-tambahan materi dan juga sistematika penulisan. Agar makalah ini dapat dikatakan sedikit mendekati kesempurnaan. 7
8
DAFTAR PUSTAKA Hartono., dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta: Kencana.
9