ANALISIS LABA KOTOR PENGERTIAN Laba kotor (gross profit) adalah selisih antara harga pokok penjualan dan penjualan. Laba kotor atau gross profit ini sering disebut dengan istilah gross margin. Analisis laba kotor merupakan suatu proses yang kontinu (berkesinambungan) dan intensif. Analisis laba kotor dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti yangdilakukan pada analisis biaya standar, meskipun biaya standar atau anggaran tidak diperlukan (bukan menjadi keharusan). Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh satu atau kombinasi dari perubahan atau perbedaan berikut ini : 1. Perubahan atau perbedaan pada harga jual per unit produk, yang disebut dengan selisih
harga jual (sales price variance). 2. Perubahan atau perbedaan pada volume produk yang dijual, yaitu selisih volume
penjualan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga pokok (cost volume variance) yang mencakup : a.
Perubahan atau perbedaan pada jumlah unit fisik yang dijual, yang disebut
selisih volume penjualan final (final sales volume variance), dan b.
Perubahan atau perbedaan pada jenis produk yang dijual, atau sering disebut
komposisi produk (produk mix) atau komposisi penjualan (sales mix), yang disebut selisih komposisi penjualan (sales mix variance). 3. Perubahan atau perbedaan pada elemen-elemen biaya, seperti biaya bahan, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead, yang disebut selisih harga pokok (cost price variance). Di dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara anggaran dan realisasi untuk periode berjalan; atau antara realisasi periode berjalan dan periode sebelumnya. ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR ANGGARAN DAN BIAYA STANDAR
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam menganalisis perubahan laba kotor, pembandingan dapat dilakukan antara laba kotor yang dianggarkan dan realisasi laba kotor untuk periode berjalan. Analisis Laba Kotor untuk Satau Jenis Produk (Single Produk) Contoh kasus PT Magista Putra yang menjual satu jenis produk. Berikut ini disajikan data perubahan (selisih) laba kotor dan data biaya per unit PT Magista Putra untuk tahun2010, baik yang dianggarkan maupun yang direalisir : Data Laba Kotor
Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba kotor Cost of sales ratio Groos profit ratio Total
Anggaran Rp 750.000
Realisasi Rp 768.000
Selisih Rp 18.000
% 2,4
600.000
616.000
(16.800)
2,8
Rp 150.000 80% 20% 100%
Rp 151.200 80,30% 19,70% 100%
Rp 1.200
0,8
Data Biaya Per Unit
Volume (unit) Harga jual Harga pokok Laba kotor
Anggaran 50.000 Rp 15,00 12,00 3,00
Realisasi 48.000 Rp 16,00 12,85 3,15
Selisih 2.000 Rp 1,00 0,85 0,15
Dari data ini dapat dilihat bahwa dibanding anggaran, penjualan realisasi 2,4% lebih tinggi (naik). Sedangkan harga pokok penjualannya 2,8% lebih tinggi dibanding anggarannya (naik). Oleh karena itu groos profit ratio
mengalami penurunan dari 20% menjadi 19,70%.
Penurunan laba kotor sebesar Rp 1.200,00 ini menunjukkan penurunan 0,8% dari yang dianggarkan. Jumlah laba kotor harus cukup tinggi untuk dapat menutup biaya pemasaran., biaya administrasi umum, dan biaya lainnya, termasuk pajak. Laba kotor juga harus cukup tinggi untuk dapat menutup jumlah laba yang terkendali (untuk pusat laba) atau jumlah laba yang terkendali (untuk pusat investasi).
Dua angka ratio penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dengan perubahan laba kotor adalah cost of sales ratio dan gross profit ratio. Setiap perubahan pada cost of sales ratio dan gross profit ratio tersebut harus dianalisis lebih jauh ke dalam kemungkinan selisih-selisih berikut ini : 1. Selisih volume (volume variance) : apabila volume penjualan mengalami perubahan,
maka total penjualan dan total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah. 2. Selisih harga jual (sales price variance) : apabila harga jual per unit mengalami
perubahan, maka total penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah. 3. Selisih harga pokok (cost price variance) : apabila harga pokok penjualan per unit
mengalami perubahan, maka total harga pokok penjualan juga berubah, sehingga laba kotor berubah. Perhitungan Selisih Volume Volume penjualan dianggarkan : (A) Volume penjualan direalisir: (B) Selisih volume dalam unit: (D) = (A)-(B) Laba kotor per unit dianggarakan: (E) Selisih volume penjualan (D) x (E)
50.000 unit 48.000 unit 2000 unit Rp 3,00 Rp 6.000,00 (Tidak menguntungkan)
Selisih volume sebesar Rp 6.000,00 tidak menguntungkan ini (karena volume yang sesungguhnya dijula 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan) menunjukkan kegagalan manajer departemen produksi untuk menghasilkan tingkat aktivitas produktif yang semestinya dihasilkan, atau kegagalan manajer pemasaran untuk menghasilkan tingkat aktivitas penjualan yang semestinya dihasilkan. Perhitungan Selisih Harga Jual Harga jual per unit dianggarkan : (A) Harga jual per unit direalisir: (B) Selisih Harga jual per unit : (D) = (A)-(B) Volume penjualan realisasi : (E)
Rp Rp
15,00 16,00 1,00 48.000 unit
Selisih harga jual (D) x (E)
Rp 48.000,00 (Menguntungkan)
Selisih harga jual sebesar Rp48.000,00 menguntungkan ini menunjukkan keberhasilan manajer pemasaran dalam meningkatkan total penjulan dengan cara menaikkan harga jual per unit. Ini juga meyakinkan bahwa selisih volume penjulan Rp6.000,00 tidak menguntungkan (karena volume sesungguhnya dijual 2.000 unit lebih rendah dari yang dianggarkan) disebabkan adanya kenaikan harga jual per unit. Selisih harga jual Rp48.000,00 menguntungkan ini cukup besar untuk dapat mengompensasi selisih volume penjualan Rp6.000,00 tidak menguntungkan. Dengan demikian, untuk saat ini strategi yang digunakan oleh manajer pemasaran dengan menaikkan harga jual per unit cukup berhasil, khususnya dalam usahanya meningkatkan total penjualan. Perhitungan Selisih Harga Pokok Harga pokok per unit dianggarkan : (A) Harga pokok per unit direalisir: (B) Selisih Harga pokok per unit : (D) = (A)-(B) Volume penjualan realisasi : (E) Selisih harga pokok (D) x (E)
Rp
12,00 12,85 Rp 0,85 48.000 unit Rp 40.800,00 (Tidak Menguntungkan)
Selisih harga pokok sebesara Rp40.800,00 tidak menguntungkan ini menunjukkan kegagalan manajer departemen produksi dalam menjaga pengendalian yang ketat atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik Dengan demikian, total perubahan (selisih) laba kotor sebesar Rp1.200,00 menguntungkan dapat diringkas sebagai berikut: Selisih volume Selisih harga jual Selisih harga pokok Selisih laba kotor
Rp 6.000,00 48.000,00 40.800,00 Rp 1.200,00
Tidak Menguntungkan Menguntungkan Tidak Menguntungkan Menguntungkan
Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple-Product)
Perbedaan mendasar antara analisis laba kotor pada single product dan multiple product terletak pada selisih volume. Pada analisis untuk multiple product, selisih volume dipecah ke dalam selisih volume final (“pure” volume variance) dan selisih komposisi (“mix” variance) jika produk-produk tersebut adalah substitusi. Untuk menjelaskan analisis laba kotor ini digunakan contoh kasus analisis perubahan laba kotor PT Citra Bumi Damai yang memproduksi dan menjual dua macam produk yaitu produk P dan Q. Anggaran laba kotor PT Citra Bumi Damai pada halaman berikut didasarkan pada anggaran total pasar industry sebesar Rp63.000.000,00. Pada kondisi ini pangsa pasar yang dianggarkan adalah 20% (Rp12.600.000,00/Rp.63.000.000,00). Sedangkan realisasi total pasar industri adalah Rp85.000.000,00. Pangsa pasar realisasi pada periode tersebut adalah 15% (Rp12.750.000,00/Rp85.000.000,00). Apabila perusahaan mampu mencapai pangsa pasar seperti yang dianggarkan, maka dengan total pasar industri realisasi (Rp85.000.000,00) yang lebih besar dibanding pasar industri dianggarkan (Rp63.000.000,00), semestinya laba kotor realisasi lebih besar dibanding laba kotor yang dianggarkan. Kenyataannya, laba kotor yang direalisir sama dengan laba kotor yang dianggarkan, seperti tampak pada tabel berikut: Jenis
Laba Kotor Anggaran Realisasi Rp 2.300.000 Rp 2.700.000 3.600.000 3.200.000 Rp 5.900.000 Rp 5.900.000
Produk P Q
Selisih Laba Kotor Rp 400.000L 400.000R -0-
L/R L R -
ANGGARAN LABA KOTOR Unit
Penjualan Dianggarkan
Jenis
Terjual
Produk
Dianggarka
Harga/
n
Unit
P Q Total
Total
Harga Pokok Dianggarkan Harga/ Total Unit
Laba Kotor Dianggarkan Per Unit
Total
%
10.000 unit 15.000 unit
Rp480,00 520,00
Rp4.800.000,00 7.800.000,00
Rp250,00 280,00
Rp2.500.000,00 4.200.000,00
Rp230,00 240,00
Rp2.300.000,00 3.600.000,00
48% 46%
25.000 unit
Rp504,00*
Rp12.600.000,00
Rp268,00*
Rp6.700.000,00
Rp236,00*
Rp5.900.000,00
47%
*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual)
REALISASI LABA KOTOR Unit
Jenis
Penjualan Realisasi Harga/ Total Unit
Harga Pokok Realisasi Harga/ Total Unit
15.000 unit 10.000 unit
Rp450,00 600,00
Rp6.750.000,00 6.000.000,00
Rp270,00 280,00
Rp4.050.000,00 2.800.000,00
Rp180,00 320,00
Rp2.700.000,00 3.200.000,00
48% 53%
25.000 unit
Rp510,00*
Rp12.750.000,00
Rp274,00*
Rp6.850.000,00
Rp236,00*
Rp5.900.000,00
46%
Terjual
Produk
Realisasi
P Q Total
Laba Kotor Realisasi Per Unit
Total
*Rata-rata tertimbang (total rupiah dibagi total unit terjual) Analisis terhadap laba kotor yang dianggarkan dan yang realisir secara rinci dilakukan untuk selisih-selisih berikut: 1.
Selisih harga jual (sales price variance)
2.
Selisih volume penjulan (sales volume variance) ditambah selisih volume harga
pokok (cost volume variance) yang dipecah ke dalam selisih : a. Selisih volume penjualan final (final sales volume variance) , dan b. Selisih komposisi penjualan (sales mix variance). 3.
Selisih harga-harga pokok (cost price variance)
SELISIH HARGA JUAL Produk P Q
Harga/Unit Anggaran Rp 480,00 520,00
Harga/Unit Realisasi Rp 450,00 600,00
Volume Realisasi 15.000 10.000 Total
Selisih Harga Jual Rp 450.000 800.000 Rp 350.000
L/R R L L
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga jual produk Q menguntungkan (laba), sementara untuk produk P tidak menguntungkan (rugi). SELISIH HARGA POKOK Produk
Harga
Harga
Volume
Selisih
L/R
%
Pokok Per
Pokok Per
Unit
Unit
Anggaran Rp 250,00 280,00
P Q
Realisasi Rp 270,00 280,00
Realisasi
Harga Pokok
15.000 10.000 Total
Rp 300.000 -0Rp 300.000
R R
Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih harga pokok untuk produk P tidak menguntungkan (rugi), sementara untuk produk Q tidak terjadi selisih (realisasi mampu mencapai anggaran). Secara keseluruhan, selisih harga pokok bersifat tidak menguntungkan. SELISIH VOLUME Produk
Volume
Volume
Laba Kotor
Selisih
L/R Anggaran Volume P Rp 230,00 Rp 1.150.000 L Q 240,00 1.200.000 R Total Rp 500.000 R Dari perhitungan ini tampak bahwa selisih volume untuk produk P menguntungkan (laba), Anggaran 10.000 15.000
Realisasi 15.000 10.000
sementara untuk produk Q selisihnya tidak menguntungkan (rugi). Laba kotor rata-rata anggaran dihitung dengan cara sebagai berikut : =
Total laba kotor dianggarkan Total unit dianggarkan
=
Rp5.900.000,00 25.000
=
Rp236,00 per unit
Sedangkan selisih volume final (“pure” final volume variance) dihitung dengan cara sebagai berikut : SELISIH VOLUME FINAL
(Produk substitusi) Produk P Q
Volume Anggaran 10.000 15.000
Volume Realisasi 15.000 10.000
Laba Kotor Anggaran Rp 236,00 236,00 Total
Selisih Volume Rp 1.180.000 1.180.000 Rp -0-
L/R L R -
Pada satu sisi, selisih volume final untuk produk P menguntungkan, sementara pada sisi lain selisih volume final produk Q tidak menguntungkan. Selisih komposisi produk dihitung dengan cara sebagai berikut :
Produk
Volume
Volume
Anggaran
Realisasi
P Q
10.000 15.000
15.000 10.000
Selisih Laba Kotor Anggaran Rp 600,00 -4,00 Total
Selisih Volume Rp 30.000 20.000 Rp 50.000
L/R R R R
*) Produk P= Rp236,00-Rp230,00 = Rp6,00 Produk Q= Rp236,00-Rp240,00 = -Rp4,00
Selisih harga jual, harga pokok, volume penjualan, volume penjualan final dan selisih komposisi tersebut dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dengan asumsi produk P dan Q adalah produk substitusi): Selisih Harga jual Harga pokok Volume final Komposisi
Produk P Rp 450.000 R 300.000 R 1.180.000 L 30.000 R RP 400.000 L R=Tidak menguntungkan (rugi) L=Menguntungkan (laba)
Produk Q Rp 800.000 L -01.180.000 R 20.000 R Rp 400.000 R
Total Rp 350.000 L 300.000 R -050.000 R -0-
Selisih volume final sebesar Rp0,00 tersebut lebih jauh dapat dipecah ke dalam selisih pasar industri dan selisih bagian pasar (pangsa pasar), dengan cara perhitungan sebagai berikut :
SELISIH PASAR INDUSTRI Total penjualan industri-anggaran Total penjualan industri-realisasi Selisih penjualan industry (Bagian pasar x % laba kotor)-anggaran : 20% x 46,83% Selisih pasar industri
Rp 63.000.000 85.000.000 Rp 22.000.000 0.09365 Rp 2.060.318 (laba)
SELISIH BAGIAN PASAR Laba kotor pada penjualan realisasi, bila bagian pasar, % laba kotor seperti anggaran: =Rp85.000.000 x 20% x 46,83% Laba kotor pada penjualan dan bagian pasar
Rp 7.960.318
Realisasi (komposisi dan % laba kotor seperti anggaran) :
Rp 5.900.000
=25.000 x Rp236,00 Selisih bagian pasar
Rp 2.060.318 (rugi)
Selisih pasar industri menguntungkan, yang berarti bahwa realisasi total penjualan industri lebih besar dibanding total penjulan industri yang dianggarkan.
ANALISIS LABA KOTOR ATAS DASAR DATA PERIODE YANG LALU Analisis Laba Kotor Untuk Satu Jenis Produk Berikut disajikan data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba komparatif PT Bina Putera Sejahtera untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009 dan 2010:
Penjualan Harga pokok penjualan Laba kotor
2009 Unit 2.000 2.000
Total Rp 6.000.000 5.000.000 1.000.000
2010 Unit 2.200 2.200
Total Rp 6380.000 6.050.000 Rp 330.000
Selisih harga jual,harga pokok, dan volume penjualan dihitung sebagai berikut : Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 : 2.200 x Rp3.000,00 Selisih harga jual
Rp 6.380.000 6.600.000 Rp 220.000 (Rugi)
Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) Selisih volume penjualan
Rp 6.600.000 6.000.000 Rp 600.000 (Laba)
Selisih harga jual terjadi, karena harga jual per unit tahun 2010 (sebagai harga realisasi) tidak sama dengan harga jual per unit tahu 2009 (sebagai standar). Oleh karena harga realisasi (Rp2.900,00) lebih kecil dari harga standar (Rp3.000,00), maka selisih harga jualnya tidak menguntungkan (rugi). Selisih volume penjualan terjadi karena volume penjualan tahun 2010 (realisasi) tidak sama dengan volume tahun 2009 (standar). Oleh karena volume realisasi (2.200 nit) lebih besar disbanding volume standar (2.000 unit), maka selisih volumenya menguntungkan (laba). SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK Harga pokok penjualan tahun 2010 Harga pokok penjualan tahun 2010
Rp 6.050.000
pada harga pokok tahun 2009 : 2.200 x Rp2.500,00 Selisih harga pokok
5.500.000 Rp 550.000 (Rugi)
Harga pokok penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) Selisih volume harga pokok
Rp 5.500.000 5.000.000 Rp 500.000 (Rugi)
Total selisih laba kotor sebesar Rp670.000,00 tidak menguntungkan (laba kotor tahun 2008 Rp330.000,00 dibanding laba kotor tahun 2009 Rp1.000.000,00), dapat diringkas sebagai berikut: Harga jual Volume penjualan Harga pokok Volume harga pokok Selisih laba kotor
Rp 220.000, 600.000,00 550.000,00 500.000,00 Rp 670.000,00
Tidak Menguntungkan Menguntungkan Tidak Menguntungkan Tidak Menguntungkan Tidak Menguntungkan
Analisis Laba Kotor untuk Banyak Produk (Multiple Product) Berikut ini
disajikan sebagian data laba kotor yang diperoleh dari laporan rugi-laba
komparatif PT Bina Puteri Sejati untuk tahun yang berakhir 31 desember 2009 dan 2010 :
Penjualan (bersih) Harga okok penjualan Laba kotor
2009 Rp 1.420.000 1.157.000 Rp 262.500
2010 Rp 1.418.000 1.217.500 Rp 200.500
Perubahan Rp 2.000 60.000 Rp 62.000
Disbanding tahun 2009, penjualan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp2.000,00 dan harga pokok penjualan meningkat dengan Rp60.000,00, sehingga laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp62.000,00. Dari berbagai catatan yang berhasil didapat, diperoleh tambahan data tentang harga jual per unit, harga pokok per unit, dan volume penjualan sebagai berikut : Produk X Y Z
Produk X
Volume (unit) 6.000 3.500 1.000
Volume (unit) 5.000
Penjualan tahun 2009 Per unit Total Rp150,00 Rp 900.000 120,00 420.00 100,00 100.000 Rp 1.420.000
HPP 2010 Per unit Total Rp 120,00 Rp 720.000 100,00 350.000 87,50 87.500 Rp 1.156.500
Penjualan tahun 2009 Per unit Total Rp160,00 Rp 800.000
HPP 2010 Per unit Total Rp 140,00 Rp 700.000
Y Z
4.200 1.200
120,00 95,00
504.00 114.000 Rp 1.418.000
97,50 90,00
409.500 108.000 Rp 1.217.500
Analisis selisih penjualan ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung selisih harga jual dan volume penjualan 2. Menghitung selisih harga pokok dan volume harga pokok 3. Selisih volume penjualan dan volume harga pokok dianalisis lebih jauh ke dalam selisih: a.
Selisih komposisi, dan
b.
Selisih volume final SELISIH HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN
Penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 :
Rp 1.418.000
X: 5.000 x Rp150,00 : Rp750.000 Y: 4.200 x Rp120,00 : Rp504.000 Z: 1.200 x Rp100,00 : Rp120.000 Selisih harga jual
1.374.000 Rp 44.000 (Laba)
Penjualan tahun 2010 pada harga jual tahun 2009 Penjualan tahun 2009 (sebagai standar) Selisih volume penjualan
Rp 1.374.000 1.420.000 Rp 46.000 (Rugi)
SELISIH HARGA POKOK DAN VOLUME HARGA POKOK Harga pokok penjualan tahun 2010 (sebagai realisasi) Penjualan tahun 2010 pada harga pokok tahun 2009 : X: 5.000 x Rp120,00 : Rp 600.000
Rp 1.217.500 1.125.000
Y: 4.200 x Rp100,00 : Rp 420.000 Z: 1.200 x Rp 87,50 : Rp 105.000 Selisih harga pokok
Rp 92.500 (Rugi)
Penjualan tahun 2010 pada harga pokok penjualan 2009 Harga pokok penjualan tahun 2009 (sebagai standar) Selisih volume harga pokok
Rp 1.125.000 1.157.000 Rp 32.500 (Laba)
Hasil analisis ini telah dapat menjelaskan alasan atau sebab-sebab penurunan laba kotor sebesar Rp62.000,00 sebagai berikut: Selisih harga jual (Laba) Selisih volume bersih terdiri atas: - Volume harga pokok (Laba) - Volume penjualan (Rugi) Selisih volume bersih (Rugi) Kurang: selisih harga pokok (Rugi) Penurunan bersih laba kotor
Rp 44.000 Rp 32.500 46.000 Rp 13.500 Rp30.500 92.500 Rp 62.000
Selisih volume bersih Rp13.500,00 tidak menguntungkan (rugi) merupakan kombinasi dari selisih volume penjualan Rp46.000,00 (tidak menguntungkan) dan selisih volume harga pokok Rp32.500,00 menguntungkan (laba). Selisih bersih ini harus dianalisis lebih jauh untuk menentukan selisih komposisi dan selisih volume final. Untuk dapat melakukan analisis ini, harus dihitung lebih dahulu laba kotor rata-rata standar (tahun 2009), dengan cara sebagai berikut : =
Total laba kotor tahun 2009 (standar) Total unit yang dijual tahun 2009
=
Rp262.500,00 10.500
=
Rp25,00 per unit
Laba kotor rata-rata per unit produk yang dijual tahun 2009 Rp25,00 ini bila dikalikan dengan jumlah unit yang dijual tahun 2010 (10.400 unit), akan menghasilkan laba kotor sebesar Rp260.000,00, yang merupakan laba kotor yang akan dicapai bila semua unit tersebut dijual pada laba kotor rata-rata per unit tahun 2009. Selisih komposisi dan selisih volume final dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: SELISIH KOMPOSISI Penjualan tahun 2010 pada harga jual 2009 Penjualan tahun 2010 pada harga pokok 2009 Selisih Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 Selisih komposisi
Rp 1.374.000 1.125.000 Rp 249.000 260.000 Rp 11.000 (Rugi)
SELISIH VOLUME FINAL Penjualan tahun 2010 pada laba kotor rata-rata 2009 Penjualan 2009 (standar) Rp1.420.000 Harga pokok penjualan 2009 1.157.000 Selisih Selisih volume final
Rp 260.000 Rp 262.500 2.500 (Rugi)
Cek: Selisih komposisi
Rp11.000,00
(Rugi)
Selisih Volume final
Rp 2.500,00
(Rugi)
Selisih volume bersih
Rp13.500,00
(Rugi)
Selisih komposisi dan selisih volume final tersebut juga dapat dihitung dengan cara sebgai berikut :
Penjualan tahun 2010 pada Produk X Y Z Total
Komposisi tahun 2010 2009 5.000 unit 5.943 unit 4.200 unit 3.467 unit 1.200 unit 990 unit 10.400 unit 10.400 unit
Laba kotor per
Selisih
Unit 2009
komposisi
Rp 30,00 20,00 12,50
Rp 28.285 R 14.660 L 2.625 L Rp 11.000 R
SELISIH VOLUME FINAL Total penjualan 2010 (dalam unit) Total penjualan 2009 (dalam unit) Selisih penjualan (dalam unit) Laba kotor rata-rata 2009 Selisih volume final
10.400 unit 10.500 unit 100 unit Rp 25,00 Rp 2.500 (Rugi)
MANFAAT BAGI MANAJEMEN Ringkasan-ringkasan dan analisis sebelumnya telah memberikan cukup motivasi bagi manajemen untuk memulai suatu pemeriksaan, yang akan membawa kepada berbagai kemungkinan tindakan koreksi, khususnya analisis yang menunjukkan perbedaan tidak menguntungkan (rugi) antara anggaran dan realisasi. Analisis laba kotor yang didasarkan pada anggaran atau biaya standar dapat memberikan gambaran titik-titik kelemahan dari kinerja periode tersebut. Dengan demikiam, manajemen akan mampu untuk menguraikan tindakan-tindakan perbikan yang diperlukan untuk mengoreksi situasi. RINGKASAN Pada suatu periode, seorang manajer pusat laba atau manajer pusat investigasi mungkin tidak mampu mencapai kinerja yang telah ditetapkan (dalam anggaran). Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu analisis untuk dapat menentukan sebab-sebab terjadinya penyimpangan yang tidak menguntungkan tersebut. Sau teknik yang sangat membantu untuk dapat
menjelaskan sebab-sebab terjadinya penyimpangan tersebut adalah
analisis laba kotor
(gross profit analysis). Pembahasan analisis laba kotor ini juga difokuskan baik pada perusahaan yang menjual satu produk (single product) maupun lebih dari satu produk (multiple product). Manfaat analisis laba kotor bagi manajemen juga dibahas pada bab ini.