ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE
Pembimbing: kharitunisa ,SKM, MKes Di Susun Oleh Kelompok: V Eka Pramitha
1313192014
Gunawan Amensap
1313192021
Iman Putra Gulo
1313192026
Novi Arianna Harahap
1313192034
Silvia Harini
1313192049
Tina Rahmadhani
1313192054
Tri Nurhayati
1313192056
PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis kebijakan kesehatan demam berdarah dengue ” ini. Tak lupa shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan kita. Namun, penyusun menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran pembaca sangat diperlukan guna melengkapi makalah ini. Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Medan, 2016
November
Analisis Segtiga K ebijakan Demam B erdarah Dengue 1. Aktor
Beberapa aktor yang membentuk kebijakan demam berdarah dengue adalah a. Pemerintah . Didalamnya terdiri akan Presiden, kementerian kesehatan, dinas kesehatan kota, pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten, puskesmas. b. Organisasi internasional Organisasi internasional yang ikut serta dalam pembuatan kebijakan ini adalah ASEAN. Ssehingga terbentuk sebuah peringatan hari demam dengue ASEAN di peringati pertama kali di Angeles City, Filipina pada bulan juni tahun 2014 c. Grup Adapun yang ikut serta dalam kebijakan demam berdarah dengue adalah lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat. LSM Yayasan insan sembada ( YIS) melakukan program pengembangan pengadaan sarana sanitasi keluarga yang dikelola secara dana pinjaman berputar dalam kelompok yang dilakukan sebagai proses pencegahan penyakit DBD.
2. Faktor Kontekstual Yang Mempengaruhi Kebijakan
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pada kebijakan ini adalah a. Faktor situasional Demam berdarah yang pertama kali muncul di tahun 1779 terjadi di afrika, amerika serikat, yunani dan asia. Hingga virus dengue menyebar keseluruh dunia dan mengakibatkan wabah pada tahun 1992 di asia tenggara termasuk di Indonesia. Pada tahun 1992 terjadi wabah di Indonesia dan asia tenggara , hingga terbit sebuah kebijakan pada tahun ini tentang pemberantasan demam berdarah dengue yang menyebutkan bahwa “ upaya pemberantasan penyakit demam
berdarah dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat, pemberantasan
sarang
nyamuk
yang
dilakkukan
berdasarkan
hasil
penyelidikan epidemiologi”. Dalam pengendalian demam berdarah dengue pada faktor situasional yang biasa terjadi pada musim penghujan dilakukan suatu upaya fogging didaerah yang endemis demam berdarah dengue, ataupun penyebaran bubuk abate sebelum terjadinya musim penetasan nyamuk aedes agypti.
b. Faktor structural Dalam penyampaian kebijakan demam dengue atau informasi dalam pengendalian dan pemberantasan demam berdarah dengue ini dapat disampaikan dan disebarluaskan oleh dinas kesehatan melalui media elektronik/cetak, LSM, puskesmas, Unit kesehatan sekolah.
c. Faktor budaya Terjadinya Demam berdarah dengue dipengaruhi oleh kebiasan menyimpan air bersih di wadah penampungan, membuang sampah yang dapat menampung air hujan, menggunakan barang yang dapat menampung air hujan
dan
tidak
menutupnya.
Hinggga
menjadi
tempat
favorit
perkembangbiakan nyamuk penyebab demam dengue. Dari sini muncul upaya pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) yang menjadi upaya pertama dalam pengendalian demam berdarah dengue.
d. Faktor internasional Indonesia berkerjasama dengan Perkumpulan Negara Asia Tenggara dalam pemberantasan demam dengue dengan mengembangkan vaksin virus dengue serta bekerja sama dengan Austaralia dalam usaha meneliti lebih jauh mengenai pathogenesis dan dalam mengontrol nyamuk penyebab demam berdarah dengue.
3. Proses Penyusunan Kebijakan
a. Identifikasi masalah dan isu: Sejarah DBD Pertama kali dikenal dan dinamai pada tahun 1779 dan wabah ini pertama kali terjadi pada tahun 1780 an secara bersamaan di Asia, Afrika dan Amerika Utara.Wabah DBD juga terjadi di Yunani, Amerika Serikat,Australia dan Jepang pada tahun 1920 an.Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada tahun 1950 an hingga 1975,DBD ini menjadi penyebab kematian pertama khususnya yang terjadi pada anak-anak. DBD pertama kali masuk di Indonesia pada tahun 1969 dan dilaporkan terjadi di jakarta. Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut.dokter dan tenaga kesehatan lainnya sering kali salah dalam penegakan
diagnose,
karena
kecenderungan
gejala
awal
yang
menyerupai penyakit lain seperti flu dan tipus.
b. Perumusan kebijakan Perumusan
kebijakan
dalam
pengendalian/pemberantasan
demam
berdarah dengue yang ikut terlibat dalam pembuatan kebijakan adalah Presiden,
Menteri
kesehatan
serta
berbagai
lintas
sector
yang
melancarkan akan jalannya kebijakan yang telah diterbitkan. Kebijakan mengenai demam berdarah dengue dimulai pada tahun 1975/1979 dibentuk oleh subdit arbovirsis pada Direktorat Jendral PPMPPL. Kegiatan pemberantasan mulai diprogramkan yang meliputi pengamatan pengobatan penderita dan penyemprotan disekitar lokasi penderita (foging fokus) dengan radius 100 m. Dan diikutin dengan dibentuknya unit-unit pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat Dati I dan Dati II.
Tahun 1980 s/d 1984 program kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dikembangkan dengan melaksanakan abatisasi missal terhadap kota-koa dengan endemisitas demam berdarah dengue yang tinggi. Kemudian mulia tahun 1985 s/d 1989 abatisasi massal dipertajam sasarannya melalui stratifikasi desa endemis dan non endemis. Untuk desa endemis dilakukan abatisasi selektif (abatisasi terhadap tempattempat penampungan air yang ditemukan jentik nyamuk aedes aegypti), fogging massal dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Mulia tahun 1990 s/d sekarang dikembangkan program pemberantasan intensif demam berdarah dengue di desa/kelurahan endemis demam berdarah. c. Pelaksanaan kebijakan Pelaksanaan kebijakan demam dengue banyak mengalami berbagai perubahan karena sulitnya dalam pemberantasan/pengendalian sejak pertama kali muncul di tahun 1968 Jakarta dan surabaya hingga terjadi wabah di asia tenggara pada tahun 1992 hingga saat ini pengendalian demam berdarah masih terus dilakakukan. Hal ini dilakukan karena sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk yang kian meningkat serta kurangnya pemahaman tentang pathogenesis demam berdarah dengue. Dalam hal ini dilakukakn berbagai upaya kegiatan seperti gerakan masyarakat
untuk
mengendalikan
tempat
perindukan
nyamuk,
pengendalian larva, kegiatan penyuluhan yang melibatkan masyarakat secara intensif serta pengendalian jentik dan nyamuk dewasa penular demam berdarah dengue. Dan melakukan gerakan lingkungan bersih (pembersihan perindukan nyamuk) serta melakukan surveilans dan pengobatan secara pro-aktif.
d. Evaluasi kebijakan Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam menanggulangi penyakit DBD disuatu wilayah atau kabupaten,
bisa dilakukan dalam bentuk penelitian, dari penelitian akan didapat tingkat keberhasilan. Setiap tahunnya kejadian demam berdarah dengue terus terjadi. Pada tahun 2015 terjadi kenaikan penderita demam dengue sebesar 50,75 % dibandingkan pada tahun 2014 jumlah penderita sebesar 39,8 %. Sehingga belum tercapainya target Renstra untuk angka kesakitan demam berdarah dengue tahun 2015 sebesar < 49 per 100.000 penduduk. Sulitnya dalam penanggulangan demam berdarah dengue karena masih rendah upaya dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain). Namun sudah mulai digalakkan kemabali kegiatan pemantaun
jentik
nyamuk berkala secara rutin pada tahun 2015 dengan peningkatan yang signifikan dari 24,06% pada tahun 2014 menjadi 54,24%. Walaupun jika dibandingkan dengan tahun 2010-2013 masih lebih kecil dan masih belum tercapai program yang sebesar > 95%.
4. Isi (Konten) Kebijakan Demam Berdarah Dengue
BAB I PENDAHULUAN 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. 2. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. 3. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang:
a. Terutama menyerang anak b. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan kematian c. Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah. 4. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan memberantas nyamuk penularnya. 5. Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan pembinaan peran serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit. 6. Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala Wilayah/Daerah.
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan serendah-rendahnya.
BAB III DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068). 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).
3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Negara, Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153). 4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal daerah. 7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447). 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.
BAB IV PENGERTIAN 1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). 2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau sekurang-kurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan lainnya.
3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang dilaksanakan secara teratur. 4. Pemusnahan penyebab penyakit adalah penyemprotan insektisida untuk membasmi nyamuk pembawa virus dengue. 5. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian Demam Berdarah Dengue termasuk tindakan untuk membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue. 6. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kuranya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut. 7. Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi. 8. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian penyakit demam berdarah dengue yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. 9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue. 10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air. 11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola. 12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen, asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor,
terminal/stasiun, stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana kemungkinan terjadinya penularan tinggi. 13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala. 14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian luar biasa.
BAB V TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE 1. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut: a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah dengue. c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya: 1) Penderita sembuh 2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan 9lemah lunglai, denyut nadi lemah atau teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun.
2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam darahnya (carier). 3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke kelenjar liurnya. 4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 minggu. 5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. 6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat umum. 7. Nyamuk penular demam berdarah dengue teruitama adalah Aedes aegypti. a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti: 1) Berwarna hitam dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya, dengan bercak bercak putih di sayap dan kakinya.Berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/wc, tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain. 2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu, lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain. 3) Biasanya menggigit pada siang hari. 4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya.
5) Kemampuan terbangnya 100 meter. b. Daur hidup: 1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya. 2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari telur-jentikkepompong-nyamuk membutuhkan waktu 7-10 hari). 3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan dengan nyamuk jantan. 4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuhtumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan dengan tempat perkembang biakannya. 5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari. 6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat menularkan virus it u. 7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.
BAB VI UPAYA PEMBERANTASAN Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2) penemuan, pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan.
1. PENCEGAHA N Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:
a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau menutupnya rapat-rapat. b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) d. Memelihara ikan e. Cara-cara lain membasmi jentik.
2. PENEMUAN, PERTOLONGAN DAN PELAPORAN Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb: a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan. b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada puskesmas. c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun. d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa. e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada puskesmas. f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit.
3.PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau menerima laporan penderita tersangka untuk: 1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin 2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue. b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut: 1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi. 2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran pelaksanaan penyelidikan. 3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD, membantu petugaskesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi. c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana penanggulangan seperlunya.
4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit. b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut: 1) Bila: - ditemukan penderita/tersangka demam berdarah dengue lainnya atau - ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.
2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang terjangkit. 3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun yang bersangkutan. c. Langkah Kegiatan 1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan RW/Lingkungan/Dusun 2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih 3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.
BAB VIII PEMBINAAN PELAKSANAAN Untuk membina pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, dibentuk Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam Berdarah Dengue
(POKJANAL
DBD)
di
setiap
tingkatan
administrasi
pemerintahan.
POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue. 1. Susunan Oeganisasi Pokjanal DBD. a. POKJANAL DBd tingkat Kecamatan, tingkat dati II dan tingkat Dati I, masingmasing dibentuk oleh Camat, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tk II, Gubernur Kepala daerah TK I, dan merupakan forum koordinasi dalam wadah Tim Pembina LKMD. Anggotanya terdiri dari unsur instansi dan lembaga terkait dalam pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue termasuk Tim Penggerak PKK Pusat, tingkat 1, tingkat II dan PKK Tingkat Kecamatan. b. POKJANAL DBD Tingkat Pusat dibentuk oleh menteri Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Departemen Penerangan, Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait . 2. Penggorganisasian POKJANAL DBD di setiap tingkatan administrasi pemerintahan sebagai berikut:
a. Ketua b. Wakil Ketua Bidang Teknis c. Wakil Ketua bidang Bina program d. Sekretaris e. Anggota. 3. Tugas dan Fungsi POKJANAL DBD mempunyai tugas: a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan. b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternative pemecahan masalah yang dihadapi Pokja DBD/POKJANAL DBD. c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah. d. Melakukan pemantauan dan bimbingan teknis pengelolaan program. e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan.
4. Tata hubungan kerja a. Pokjanal DBD untuk dan atas nama Tim Pembina LKMD memberikan bimbingan dan petunjuk teknis kepada tim Pembina LKMD yang lebih rendah, sesuai dengan bidang dan tugasnya. b. POKJANAL DBD menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD pada tingkat pemerintahan yang sama. c. POKJANAL DBD dapat melakukan hubungan kerja dengan Dinas/Instansi dan Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga lain dengan sepengetahuan ketua Harian tim pembina LKMD, sesuai dengan bidang tugasnya. d. POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan dalam melaksanakan kegiatannya
menggunakan sistem UDKP untuk memadukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak lanjut pembangunan masyarakat desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat kecamatan. e. Mekanisme kerja POKJANAL DBD dilaksanakan melalui pendekatan fungsional yaitu dengan memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan. f. Hubungan kerja POKJANAL DBD dengan POKJANAL lain yang ada pada tingkat pemerintahan yang sama, berdasarkan koordinasi dan konsultasi.
5. Langkah Kegiatan a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik) penular demam berdarah dengue. b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah dengue c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program. d. Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh Kepala Wilayah/Daerah. e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan pemerintahan f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan g. Pembinaan dan tindak lanjut. 6.
Dalam
hal
terjadi
Kejadian
Luar
Biasa/Wabah
penyakit
DBD
,
kepalaWilayah/Daerah dapat membentuk Tim gerak cepat yang anggotanya terdiri dari anggota POKJANAL, unsure keamanan, dan unsur lain yang terkait.
BAB IX PEMBIAYAAN Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II, swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah.
BAB X PENGHARGAAN Terhadap kelompok atau perorangan yang berhasil melakukan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dapat diberikan penghargaan oleh Kepala wilayah/Daerah atas usulan POKJANAL DBD setempat.