E. Analisis Indeks Spesialisasi (IS) Penggunaan alat analisis indeks spesialisasi regional adalah untuk mengetahui tingkat spesialisasi antar daerah di suatu sistem perekonomian. Analisis indeks spesialisasi regional dilakukan dengan menggunakan Indeks Krugman sebagaimana yang ditetapkan oleh Kim (1995 : 881-908), untuk menganalisis spesialisasi regional di wilayah Amerika Serikat.
Rumus perhitungan Indeks Krugman adalah :
Dimana : SI jk Spesialisasi Daerah j dan k jk : Indeks Spesialisasi E jk : PDRB PDRB Sektor Sektor i pada Daerah j E j
: Total PDRB Daerah j
Eik : PDRB Sektor i pada pada Daerah k Ek : Total PDRB Daerah k Penggunaan alat analisis indeks spesialisasi regional adalah untuk mengetahui tingkat
spesialisasi
antar
daerah
di
suatu
sistem
perekonomian.
Kriteria
pengukurannya indeks spesialisasi adalah sebagai berikut : Bila indeks spesialisasi regional mendekati nilai nol, maka kedua daerah j dan k tidak memiliki spesialisasi. Bila indeks spesialisasi regional mendekati nilai dua maka kedua daerah j dan k memiliki spesialisasi. Batas tengah antara angka nol dan dua tersebut adalah satu, dan oleh karena itu bila suatu sektor memiliki nilai indeks spesialisasi regional yang lebih besar dari satu maka sektor tersebut dapat dianggap sebagai sektor yang memiliki spesialisasi. Untuk melihat tinggi rendahnya tingkat spesialisasi suatu daerah terhadap daerah lainnya, dipergunakan nilai rata-rata indeks spesialisasi regional dari seluruh daerah
sebagai pembanding. Bila dalam analisanya menggunakan datanya time series, maka kenaikan nilai indeks spesialisasi regional menunjukkan semakin terspesialisasinya suatu sektor/lapangan usaha antar daerah yang bersangkutan.
0.080 0.070
i s a s i l
0.060 0.050
a i s e p S s k e d n I
0.040 0.030 0.020 0.010 0.000
Indeks Spesialisasi
2011
2012
2013
2014
2015
0.051
ambil nilai yang positif 0.070 0.069 0.069 0.069
RataRata 0.066
(Hasil Jannisah Dwi Rahhadiski. 2017)
Grafik diatas diperoleh dari penjumlahan nilai selisih antara PDRB Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang bernilai positif lalu dibagi seratus. Sektor-sektor yang bernilai positif tersebut adalah sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Bangunan, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan terakhir sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik diatas, dengan menggunakan Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai contoh perhitungan untuk tahun 2011-2015 maka terlihat bahwa antara Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terdapat spesialisasi khusus di antara masing-masing daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilainya yang kurang dari satu dan bila dilihat dari perkembangannya nilai indeks masing-masing sektoral dan total nilai setiap tahunnya cenderung fluktuatif pada tahun 2011-2013 sedangkan pada tahun 2013-2015 stabil nilai indeks spesialisasinya.
Nilai indeks yang lebih kecil dari satu menunjukan bahwa struktur dan pola spesialisasi perekonomian di Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak jauh berbeda. Sedangkan nilai
indeks yang cenderung stabil
walaupun agak sedikit fluktuatif awalnya, ini menunjukan bahwa diversifikasi pada sektor-sektor lapangan usaha antara Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa cenderung normal.
F. Analisis Shift Share Analisis shift share adalah salah satu teknik kuantitatif yang b iasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu : Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national
growth effect), yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi
nasional terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran
proporsional (proporsional
shift) yang
menunjukkan
perubahan relatif kinerja suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di
referensi
shift) disebut
provinsi juga
atau
pengaruh
nasional. bauran
Pergeseran
proporsional (proportional
industri (industry mix).
Pengukuran
ini
memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada indutri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi. Ketiga, pergeseran diferensial (differential shift) yang memberikan informasi
dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif. Formula yang digunakan untuk analisis shift share ini adalah sebagai berikut : Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah. D ij = N ij + M ij + C ij atau E ij* - E ij
Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi N ij = E ij x r n Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran industri M ij = E ij (r in – r n) Pengaruh keunggulan kompetitif C ij = E ij (r ij – r in) Keterangan : E ij = kesempatan kerja di sektor i daerah j E in = kesempatan kerja di sektor i nasional r ij = laju pertumbuhan di sektor i daerah j r in = laju pertumbuhan di sektor i nasional r n = laju pertumbuhan ekonomi nasional
Tabel.4 Analisis Shift Share Kabupaten Bantul Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pri
Ppi
Pwi
409.785,994
-265.408,376
8.207,982
21.723,199
-14.030,477
-1.188,223
466.550,776
-267.004,926
16.717,249
Pengadaan Listrik dan Gas
4.230,921
-570,760
455,838
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
2.658,450
-1.288,425
-86,224
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
281.244,727
-23.918,771
27.088,143
227.687,985
57.522,396
25.051,718
Transportasi dan Pergudangan
148.941,594
-19.724,477
-12.482,117
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
285.880,725
83.578,315
14.970,660
Informasi dan Komunikasi
262.657,594
99.499,286
14.493,720
69.504,133
37.714,295
9.338,572
183.076,184
58.737,985
7.760,231
Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan
15.592,049
4.222,392
-1.466,441
190.456,918
25.257,049
6.574,832
Jasa Pendidikan
202.231,139
42.733,711
19.527,950
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
50.439,496
26.934,687
2.748,817
Jasa lainnya
60.082,414
4.499,666
12.637,320
(Hasil olahan Jannisah Dwi Rahhadiski.2017)
Hasil Analisis Shift Share berdasarkan data diatas adalah: 1. Dalam Pertumbuhan Regional (pri) semua sektor menunjukkan angka yang positif, yang berarti semua sektor memiliki keunggulan yang kompetitif. Namun dari keseluruhan sektor keunggulan kompetitif yang paling unggul adalah sektor Industri Pengolahan sedangkan keunggulan kompetitif yang paling rendah adalah Air, Pengelolaan Sampah, Limbah. 2. Dalam Pertumbuhan Proposional (ppi) angka positif dan negatif menandakan bahwa sektor mampu berkembang atau tidak mampu. Dalam data yang terlampir sektor yang memiliki angka negatif terbesar atau tidak mampu berkembang dengan baik adalah sektor Industri Pengolahan yaitu mencapai ( 267.004,926). Sedangkan untuk sektor yang paling unggul adalah Informasi dan
komunikasi mencapai (99.499,286). 3. Sedangkan dalam data Pertumbuhan Wilayah (pwi) menandakan bahwa sektor yang memiliki penurunan PDRB atau kesempatan kerja atau tidak dapat bersaing produk dari luar yang masuk kedalam kabupaten pada sektor Transportasi dan Pergudangan yang menunjukkan angka negatif terbesar,
sedangkan sektor yang lain memiliki angka positif yang berarti mampu bersaing dengan produk dari luar dari Kabupaten Bantul. Posisi tertinggi atau yang paling unggul diantara sektor lainnya adalah Bangunan. Terjadi korelasi antara Pri, Ppi, Pwi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum karena sama sama menjadi terbesar terbesar. Pernyataan tersebut
sesuai dengan perkembangan penyediaan akomondasi dan makan minum, pada Kabupaten bantul terdapat satu hotel berbintang dengan 71 kamar dan 119 tempat tidur, dan hotel non bintang sebanyak 261 hotel, 2161 kamar dan 2618 ( Sumber: https://yogyakarta.bps.go.id).
G. Sektor Basis Kabupaten Bantul Berdasarkan Analisis LQ, IS, dan Shift Share Indikator
Sektor/sub sektor unggulan
Komoditas/produk Unggulan
PDRB
Industri Pengolahan
Industri makanan dan minuman
Analisis LQ
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Tanaman Pangan (Padi Sawah)
Analisis IS
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Tanaman Pangan (Padi Sawah)
Analisis Shift Share
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Tanaman Pangan (Padi Sawah)
Pri
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Tanaman Pangan (Padi Sawah)
Ppi
Informasi dan Komunikasi
Sistem Informasi Desa
Pwi
Bangunan
Pembangunan industri
(Hasil olahan Jannisah Dwi Rahhadiski. 2017)
Berdasarkan tabel basis unggul di atas pada indikator PDRB sub sektor yang unggul adalah indudtri pengolahan dan komoditas unggulnya industri makanan dan minuman. Produk industri makanan dan minuman yang paling banyak adalah indutri emping dan industri makanan olahan ubi ungu. Emping merupakan camilan yang disajikan dengan rasa gurih, dan di Bantul menurutnya terdapat sentra emping melinjo di wilayah Banguntapan, sementara ubi ungu di Bantul diolah menjadi kue kering juga isi dari makanan khas bakpia. Produk hasil olahan industri makanan tersebut pun sudah merambah pasar internasional. Untuk indikator analisis LQ, IS, Shift Share dan Pri sub sektor unggulannya sama sama Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang komoditas unggulannya adalah
tanaman pangan (padi sawah) dengan jumlah produksi sebesar 198.456 ton pada tahun 2015. Banyaknya hasil produksi padi sawah di kabupaten Bantul didukung dengan area penanaman berupa lahan sawah seluas 15.225 hektar. Menurut Badan Besar Penelitian Tanaman Padi, Kementrian Pertanian, bahwa jenis varietas padi sawah yang ditanam pada kabupaten Bantul mayoritas adalah INPARI 23 Bantul. Padi sawah banyak di tanaman di Kecamatan Sewon, Bantul, dan Jetis. Ubi kayu banyak ditanam Kecamatan Dlingo, Piyungan, dan Imogiri. Sedangkan jagung banyak ditanam di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Piyungan.
Sedangkan indikator lain seperti Ppi dan Pwi, keduanya memiliki seu sektor unggulan yang berbeda, untuk Ppi adalah Informasi dan Komunikasi dan Pwi adalah Bangunan. Pada indikator Ppi komoditas ungulnya adalah sistem informasi desa. Kabupaten Bantul sudah mendorong desa untuk memanfaatkan SID sejak 2009. Telah ada dua desa yang memanfaatkannya secara maksimal. Dengan SID, Desa sebagai sumber data bisa mewujudkan integrasi dari Desa ke Kabupaten. Berbeda pada Pwi dengan komoditas unggulannya yaitu industri bangunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, mengembangkan industri kecil dan menengah, mewujudkan struktur industri yang sehat dan berkeadilan, serta mendorong perkembangan ekonomi di luar Jawa, khususnya, dalam konteks tupoksi Wilayah III, ke Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Pengembangan 5 (lima) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri di 4 Provinsi. Untuk Provinsi DKI. Jakarta, DI. Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur tidak memiliki WPPI, tetapi disiapkan sebagai pendukung WPPI.
H. Kesimpulan Dari data PDRB di Kabupaten Bantul pada tahun 2011-2015 terdapat tiga lapangan usaha tertinggi, yang tertinggi pertama adalah lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 2.276.303,3jt pada tahun 2015, di posisi kedua lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1.961.982,7jt pada tahun 2015, dan yang terakhir lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai PDRB sebesar 1.646,727,0jt pada tahun 2015. Jadi pada tahun 2011-2013 urutan tertinggi nilai PDRB pada lapangan usaha yaitu pertama Industri Pengolahan, kedua Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan terakhir Bangunan. Sedangkan pada tahun 2013-2014 urutan pertama Industri Pengolahan, kedua Informasi dan K omunikasi, dan ketiga Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Namun pada tahun 2015 posisi lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tersingkirkan dan tergantikan dengan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Sehingga dapat disimpulkan dari data PDRB kabupaten dan provinsi bahwa pada lapangan usaha Industri Pengolahan di kabupaten Bantul representatif terhadap provinsi DIY Yogyakarta pada tahun 20112015. Dan pada lapangan usaha Peranian, Kehutanan, dan Perikanan di kabupaten Bantul representatif terhadap provinsi DIY Yogyakarta pada tahun 2011-2013. Berdasarkan Tabel. 3 dapat dilihat nilai LQ Kabupaten Bantul pada tahun 20112015, menunjukan bahwa Kabupaten bantul memiliki sektor-sektor andalan (basis) bila dibandingkan dengan wilayah kabupaten yang lain, yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan nilai LQ 1,363% , lalu Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,167% , dan yang ketiga dengan nilai LQ 1,138% pada sektor Industri Pengolahan. Urutan selanjutnya sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 1,115%, lalu dikuti urutan kelima sektor Bangunan yang bernilai LQ 1,034%, untuk sektor urutan ke enam dan kelima yaitu sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dengan nilai LQ masing-masing 1,005% dan 1,002%. Sektor-sektor yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa sektor tersebut disamping dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, juga memberikan peluang untuk diekspor ke wilayah lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik Indeks Spesialisasi, dengan menggunakan Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
contoh perhitungan untuk tahun 2011-2015 maka terlihat bahwa antara Kabupaten Bantul dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terdapat spesialisasi khusus di antara masing-masing daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari nilainya yang kurang dari satu dan bila dilihat dari perkembangannya nilai indeks masing-masing sektoral dan total nilai setiap tahunnya cenderung fluktuatif pada tahun 2011-2013 sedangkan pada tahun 2013-2015 stabil nilai indeks spesialisasinya. Berdasarkan analisis Shift Share terjadi korelasi antara Pri, Ppi, Pwi pada lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum karena sama sama menjadi terbesar terbesar. Pernyataan tersebut sesuai dengan perkembangan penyediaan akomondasi dan makan minum, pada Kabupaten bantul terdapat satu hotel berbintang dengan 71 kamar dan 119 tempat tidur, dan hotel non bintang sebanyak 261 hotel, 2161 kamar dan 2618 (Sumber: https://yogyakarta.bps.go.id).
I. Saran Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk beberapa instansi, yaitu :
Pemerintah Pusat Diperlukannya kontribusi pempus untuk nilai tambah sector-sektor di kabupaten Bantul diperlukan kebijakan yang rill dari pemerintah untuk lebih meningkatkan sector industry, sektor pertanian, dan sektor lainnya seperti investasi, pemberian insentif pajak yang jelas, kebikanan tenaga kerja yang tidak kaku, serta akses to energy yang kompetitif untuk mendorong pertumbuhan subsector industry lainnya sekaligus untuk menjadikan industry manufaktur sebagai penggerak ekonomi Indonesia.
Pemerintah Daerah Penyusunan kajian kebutuhan infrastruktur dalam Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Bantul ( yang meliputi Infrastruktur Air, Energy, Sumber Daya Manusia, Teknologi, Transportasi dan Logistic ) serta meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung industry, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mempengaruhi kontribusi sector industry terhadap PDRB didaerah Bantul.
Industri Sektor ini adalah salah satu sektor oleh karena itu untuk meningkatkan nilai tambah
di
sector
membutuhkan
industry,
ketersediaan
produsen bahan
baku
industry yang
diwilayah terus
tersebut
berlanjut
dan
ketersediaannya berada di wilayah sekitar untuk memperpendek jalur distribusi bahan baku sehingga mempermudah produsen untuk memproduksi dan juga dapat bersaing dengan industry lainnya di luar Kabupaten Bantul.
Petani Berdasarkan data PDRB dan analisis LQ sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sangat memjanjikan serta terus meningkat dari tahun ke tahun, jadi
disarankan
untuk
pada
petani
maupun
nelayan
untuk
terus
meningkatkan produksi, karena peluangnya sangat besar terutama untuk petani padi, jamur maupun pembudidaya ikan lele.
Daftar Pustaka Sumber Utama BPS ( Badan Pusat Statistik )
Produk-Domestik-Regional-Bruto-Kabupaten-Bantul-Menurut-Lapangan-Usaha2011-2015
Kabupaten-Bantul-Dalam-Angka-2016
Provinsi-Daerah-Istimewa-Yogyakarta-Dalam-Angka-2016
Sumber Lainnya
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/varietas/inbrida-padi-sawah-irigasiinpari/content/item/26-inpari-23-bantul
http://www.cendananews.com/2017/01/keterbatasan-lahan-jamur-tiram-di-diy-takmampu-penuhi-kebutuhan-pasar.html
http://di-yogyakarta.blogspot.co.id/2010/07/potensi-ekonomi-bantul.html
https://www.bantulkab.go.id/datapokok/0603_penghijauan_reboisasi.html
https://yogyakarta.bps.go.id