BAB I PENDAHULUAN
Suatu sistem wilayah merupakan sistem yang rumit, hanya sebagian saja parameter-parameter yang dapat diamati oleh manusia, atau yang mampu diamati dengan "mikroskop" perencana. Beberapa parameter yang dapat diamati antara lain: hubungan antar manusia atau masyarakat, perusahaan industri, aparat pemerintahan dan lainnya. Berbagai sistem pendekatan telah dilakukan dalam usaha menghayati sistem wilayah yang rumit tersebut. Misalnya dengan pendekatan analisis kependudukan, analisis ekonomi, analisis input-output, input-output, program linear dan lainnya. Pendekatan lain yang dapat digunakan untuk melihat atau menilai hubungan antar daerah adalah Model ra!itasi. alam model ini, daerah dianggap sebagai suatu massa. #uungan antar daerah disamakan dengan hubungan antar massa. Massa wilayah juga juga mempunyai daya tarik, sehingga sehingga terjadi pengaruh mempengaruhi antar daerah sebagai perwujudan kekuatan tarik-menarik antar daerah. $arena kenyataan ini maka model gra!itasi dapat diterapkan sebagai salah satu model analisis. Sudah barang tentu dengan modi%ikasi tertentu sesuai dengan karakter massa yang dihadapi. Model gra!iotasi diambil dari konsepsi %isika yang menyatakan daya tarik-menarik antar dua kutub magnet. alam analisis daerah, pengemolpokkan penduduk, penduduk, pemusatan kegiatan, atau potensi sumberdaya alam, dianggap mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan dengan daya tarik magnet. Penggunaan model ini dalam analisis daerah tentu saja mengandung beberapa kelemahan yang harus diperhatikan. Model ini lebih banyak banyak digunakan dalam analisis pengangkutan untuk untuk menilai besarnya besarnya interaksi antar dua kutub yang diukur melalui besarnya arus lalu lintas. &eori &eori gra!itasi juga dapat di terapkan dan di pergunakan untuk mengetahui potensi penduduk di setiap kawasan. ra!itasi dan migrasi juga di kembangkan dalam hubungannya dengan penelitian perpindahan penduduk seperti yang telah di terapkan oleh sarjana-sarjana di 'egara maju. Perhitungan gra!itasi dengan %ormula tipe Pareto hanya memperhatikan jarak, sedangkan hambatan-hambatan dalam proses perpindahan penduduk tidak hanya %aktor jarak tetapi juga ada
1
hambatan alami, seperti topogra%i, iklim, hutan, daerah aride, dan sebagainya. #ambatan-hambatan yang bersi%at alami ini dapat menghalangi proses perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. $elemahan model ini dalam analisis daerah terutama terletak pada !ariabel yang digunakan sebagai ukuran. alam ilmu %isika, setiap molekul suatu (at mempunyai si%at homogen, tetapi tidak demikian halnya unsur ) yang dianalogikan dengan molekul (at* pembentuk suatu daerah, misalnya unsur penduduk. +ntuk menutupi kelemahan ini model gra!itasi telah banyak dikembangkan dengan memasukkan tidak hanya !ariabel massa, tetapi juga gejala sosial sebagai %aktor yang disebut bobot.
2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Model Pendekatan Gravitasi
Si%at ilmu kewilayahan yang multi disiplin membuat cabang ilmu ini menjadi sangat terbuka bagi berbagai perkembangan ilmu dan kontribusi cabang keilmuan yang lain. $ajian-kajian mengenai perkotaan misalnya, tidak sematamata menjadi domain ilmu geogra%i tetapi juga cabang-cabang ilmu lain seperi sosiologi, ekonomi antropologi, pertanian, perencaan dan sebagainya. nteraksi antar cabang keilmuan tersebut pada giliranya banyak melahirkan ino!asi dalam metode analisis. Penerapan metode gra!itasi dalam beberapa analisis kewilayahan merupakan contoh dari interaksi cabang keilmuan tersebut. #ukum gra!itasi dicetuskan oleh Sir ssac 'ewton seorang ahli ilmu %isika atau %isikawan pada tahun /012. ia mengatakan bahwa dua buah benda atau materi memiliki gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak benda tersebut. Secara matematis, rumus dari #ukum ra!itasi adalah sebagai berikut: G= g .
m A . m B
( d A . B )2
$eterangan:
: $ekuatan gra!itasi diantara dua benda
g
: $etetapan gra!itasi 'ewton
m3
: Massa benda 3
mB
: Massa benda B #ukum gra!itasi 'ewton dapat diterapkan dalam studi geogra%i pemasaran
dan studi transportasi. Selain itu, juga digunakan dalam studi perpindahan
3
penduduk, masalah memilih lokasi, dan masalah interaksi. Model ra!itasi dapat pula digunakan untuk mendeskripsikan intensitas pergerakan manusia atau komoditas diantara wilayah- wilayah dengan berbagai jenis ukuran )dimana kecenderungan interaksi naik seiring dengan luas wilayah* menarik ke dalam penipisan e%ek jarak. Menurut &arigan model gra!itasi yang digunakan untuk menganalisa daya tarik suatu lokasi dapat juga digunakan untuk memperkirakan besarnya arus lalulintas pada jalan tertentu, menaksir banyaknya perjalanan antara dua tempat )berdasarkan daya tarik masing- masing tempat*, banyaknya pemukim untuk lokasi tertentu )berdasarkan daya tarik masing-masing permukiman*, banyaknya pelanggan untuk suatu kompleks pasar )berdasarkan daya tarik masing-masing pasar*, banyak murid sekolah untuk masing-masing lokasi )berdasarkan daya tarik masing-masing sekolah untuk jenjang dan kualitas yang sama*, banyaknya masyarakat yang berobat pada berbagai lokasi tempat berobat )berdasarkan daya tarik masing-masing tempat berobat dengan kualitas yang sama*. Selain itu, model ini juga banyak digunakan untuk perencanaan transportasi untuk melihat besarnya arus lalu lintas ke suatu lokasi sesuai daya tarik lokasi tersebut. engan demikian dapat diperkirakan !olume arus lalu lintas dan lebar jalan yang perlu dibangun sesuai !olume jalan tersebut. alam perencanaan wilayah, model gra!itasi yang pertama kali digunakan adalah model gra!itasi yang dikembangkan oleh 4. #ansen. Model ini berkaitan dengan prediksi lokasi dari pemukiman penduduk berdasarkan daya tarik masingmasing lokasi. Model ini didasarkan pada asumsi bahwa tersedianya lapangan kerja, tingkat aksesibilatas,dan adanya lahan perumahan yang masih kosong, akan menarik penduduk berlokasi ke subwilayah tersebut. Sekali lagi menurut &arigan, model ini tidak persis sa ma dengan model gra!itasi karena tidak didasarkan atas saling interaksi antar subwilayah )(ona*, melainkan tiap subwilayah destinasi dianggap memiliki daya tarik tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. 3rtinya, origin tidak diperinci per subwilayah hanya destinasi yang diperinci per subwilayah. #ansen mula-mula menggabung jumlah lapangan kerja
4
dan kemudahan mencapai lokasi sebagai accessibility inde5 )indeks aksesibilitas*. Secara umum indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan untuk mencapai subwilayah tersebut. Menurut #ansen accessibility inde5 adalah %aktor utama dalam menentukan orang memilih lokasi tempat tinggalnya. Selain indeks aksesibilitas, adanya lahan kosong dan tersediannya %asilitas lainnya adalah merupakan unsur daya tarik lain yang harus diperhatikan, untuk berlokasi di subwilayah tersebut. 6ahan kosong ini oleh #ansen dinamakan holding capacity. Perlu diingat pengertian lahan kosong di ndonesia adalah lahan yang cocok untuk pemukiman penduduk. 6ahan kosong yang tidak sesuai dengan pemukiman penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan ini, misalnya lahan yang kemiringannya diatas 789, daerah rawa-rawa, daerah yang sering banjir, sawah beririgasi teknis, badan jalan, sungai, drainase, dan lahan yang sudah diperuntukan untuk tujuan tertentu, misalnya perkantoran, kompleks milit er, kawasan industri, lapangan olahraga, dan pariwisata. abungan accessibility inde5 dan holding capacity adalah potensi pengembangan daerah tersebut. +ntuk mengetahui daya tarik subwilayah tersebut, potensi pengembangan subwilayah tersebut harus dibandingkan dengan daya tarik keseluruhan wilayah. 3da kegiatan yang harus berada di suatu lokasi tanpa ada pilihan lain, misalnya apabila kegiatan itu terkait dengan potensi alam, seperti pertambangan , daerah pariwisata, olahraga ski )salju*, pengelolahan hutan, perkebunan tembakau eli, dan pelabuhan laut. 3da lokasi kegiatan yang walaupun hasil kreasi manusia telah berada di tempat tersebut sejak dahulu kala sehingga keberadaannya sudah merupakan suatu anugerah. 'amun, berbagai kegiatan yang kemudian muncul dapat dianalisis mengapa kegiatan itu memilih lokasi di tempat tersebut. Salah satu analisis yang memungkinkan kita menjelaskan keberadaan kegiatan pada lokasi tersebut adalah Model ra!itasi. Model gra!itasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. 3nalisis model gra!itasi ini
5
masih berkaitan dengan analisis scalogram, setelah diketahui kota kecamatan yang dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan maka langkah selanjutnya adalah menghitung indeks gra!itasi pada masing-masing hinterland. Metode analisis model gra!itasi ini digunakan untuk: )/* mengukur kekuatan keterkaitan antara sentra komoditi dengan pusat pengembangan wilayah ) ;* menentukan kekuatan tempat kedudukan dari setiap pusat kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi )sentra-sentra komoditi* dalam sistem jaringan jasa, distribusi dan transportasi. alam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai %asilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang benar. Selain itu, apabila kita ingin membangun suatu %asilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. 3rtinya, %asilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. tulah sebabnya model gra!itasi ber%ungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan. Suatu wilayah tertentu bergantung pada wilayah lain, demikian juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada wilayah tertentu. iantara wilayahwilayah tersebut, terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan dibanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki beberapa %asilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan. Morlok )/<11* mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang dan jasa antar wilayah. alam menyelenggarakan kehidupannya, manusia mempergunakan ruang tempat tinggal yang disebut permukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working, opportunities, circulation, housing, recreation, and other living facilities. Unsur circulation adalah jaringan transportasi dan komunikasi yang ada dalam permukiman. Sistem transportasi dan komunikasi meliputi sistem internal dan eksternal. Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu. &empat asal dan tempat tujuan dihubungkan
6
satu sama lain dengan suatu jaringan )network* dalam ruang. =aringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem transportasi. &ransportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem kehidupan suatu penduduk. &anpa adanya transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara baik. Semakin bertambahnya teknologi karena kemajuan iptek, alat transportasi semakin beragam jenisnya. 3danya transportasi mengurangi gangguan jarak, yakni antara lain: a. ibutuhkan waktu dan tenaga )biaya* untuk mencapai lokasi dari suatu lokasi tertentu. b. Semakin jauh dari lokasi, makin kurang diketahui potensi atau karakter yang ada pada suatu wilayah. c. Semakin jauh jarak yang ditempuh, makin menurunkan minat orang untuk berpergian. $etiga gangguan tersebut sudah dapat diatasi oleh adanya perkembangan transportasi. Misalnya, dahulu kita tidak mengetahui objek wisata >aja 3mpat di Papua karena letaknya yang sangat jauh dan tidak ada in%ormasi mengenai objek wisata tersebut. 'amun, seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi, dan transportasi, seolah- olah >aja 3mpat begitu dekat dan mudah untuk dijangkau. alam interaksi antar wilayah, semakin kuat interaksinya akan terlihat pada keadaan %asilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa. &ransportasilah yang dapat dijadikan tolok ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Selain tranportasi, rekreasi juga dapat dijadikan %aktor pertimbangan pilihan tinggal atau mendirikan kegiatan ekonomi bagi seseorang atau perusahaan. >ekreasi sebagai tempat berlibur di akhir pekan bagi keluarga. Bila dari susut pandang pelaku kegiatan ekonomi dan mengerti celah ekonomi, maka tempat rekreasi dapat diajadikan sebagai ladang ri(ki. Biasanya, di temapt- tempat rekreasi banyak pedangan berjualan. Mulai dari pedagang kaki lima, hingga pelaku ekonomi besar seperti pemilik sewa !ila, hotel, apartemen dll.
7
#ousing sebagai %aktor penarik berikutnnya dapat diartikan sebagai perumahan, kualitas rumah, letak kestrategisan rumah,kualitas sir dalam rumah, hingga harga jual jual rumah yang dinilai sebagai prestise bagi orang- orang tertentu. #arga rumah disesuaikan dengan harga lahan. Bila semakin strstegis suatu tempat, maka sewa atau harga jual lahan semakin tinggi. Semakin bertambahnya (aman, daya dukung atau %asilitas rumah atau bangunan semakin banyak digunakan oleh orang lain. Sehingga orang sekarang berpikiran agar dapat tinggal dan dengan adanya transports semakin memperpendek jarak. engan kata lain, saat ini telah terjadi alternati% pilihan dari yang hospitable ke nonhospitable karena %aktor lahan. ?asilitas- %asilitas lain yang mendukung adanya daya tarik wilayah atau tempat. Misalnya, %asilitas pendidikan, kesehatan dan in%ormasi. +ntuk saat ini, pendidikan dan kesehatan diinilai sangat penting. Sehingga kedua hal tersebut juga menjadi bahan pertimbangan. n%ormasi tak ayal lagi dipandang sebagai keharusan dan bukanlah suatu pilihan lagi bagi seseorang atau pelaku kegiatan ekonomi. &erletak di kawasan industri menyebabkan in%ormasi lebih mudah didapatkan dan harganya relati% terjangkau tergantung pada pentingnya in%ormasi tersebut. Pada umumnya pengusaha yang bertara% internasional akan memilih lokasi yang dapat menjangkau pasar seluas mungkin. Maka dari itu, untuk penetapan lokasi industri yang secara komprehensi%, diperlukan berbagai ilmu pengetahuan dan disiplin. Pemilihan lokasi industri memiliki arti yang sangat penting sebab akan mempengaruhi perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industri. alam hal ini %aktor yang mempengaruhi dan perlu diperhitungkan dalam menentukan pilihan lokasi industri antara lain ketersediaan bahan baku, upah buruh, jaminan keamanan, %asilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan aksebilitas dari tempat produksi ke wilayah pasar yang di tuju )terutama aksebilitas pemasaran ke luar negeri*. Pada dasarnya lokasi industri yang paling ideal terletak pada suatu tempat yang dapat memberikan total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Maksudnya, lokasi tersebut memiliki unit cost dari proses produksi dan distribusi yang rendah, sedangkan untuk harga dan
8
!olume penjualan produk akan mampu untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi suatu perusahaan. Masalah lokasi timbul karena unsur-unsur yang mempengaruhi %aktor lokasi tersebut tidak selalu terdapat pada daerah yang sama dan sering terpencar. @leh karena itu, berdasarkan orientasi %aktor-%aktor lokasi yang mempengaruhinya maka ada kecenderungan lokasi industri berada dekat dengan bahan mentah atau berada dekat sumber tenaga atau berada sumber tenaga kerja atau dekat dengan pasar. Pada umumnya industri demikian akan memilih daerah pasar sebagai lokasinya. Permodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola interaksi atau keterkaitan antardaerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah lainnya, adalah Model ra!itasi. alam hukum gra!itasi dikatakanbesarnya kekuatan tarik menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik dengan jarak dua benda pangkat dua. Penerapan model ini ini dalam bidang analisis perencanaan kota adalah dengan anggapan dasar bahwa %aktor aglomerasi penduduk, pemusatan kegiatan atau potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara ; )dua* kutub magnet. 1.1
Interaksi Antar Lokasi
Banyak permasalahan yang menghimpit suatu kota seperti : kesulitan ekspansi dan administrasi, harga tanah, penggunaan lahan di kota tersebut, supply, keterjangkauan dan transportasi, masalah air, limbah, dan sebagainya. &erlebih lagi unsur-unsur pendukung kota satu dengan kota lainnya itu berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh interaksi masyarakat dan lingkungan tempat tinggal. Sumberdaya alam yang ada menjadi penopang kelangsungan hidup masyarakat setempat. Sama halnya dangan karakteristik yang dimiliki oleh suatu kota. Perbedaan karakteristik antara dua kota atau dua wilayah akan menyebabkan terjadinya keterkaitan di antara kedua kota atau kedua wilayah. Menurut #agget )/<28:77-7A* masalah interaksi keruangan telah menjadi perhatian dalam geogra%i sejak tahun /1A8-an. ntensitas keterkaitan yang terjadi
9
akan sangat ditentukan oleh tipe keterkaitan yang berlaku di antara kedua kota tersebut. ntensitas keterkaitan ini salah satunya berdampak interaksi yang terjadi. $arakteristik kota yang saling bertolak belakang di antara keduanya mengakibatkan tingginya intensitas keterkaitan. Semakin banyak perbedaan suatu kota dengan kota lainnya maka keterkaitannya semakin kuat, namun hal ini harus didukung dengan jarak yang relati!e mudah diakses dan terjangkau. #ubungan antara dua lokasi didekati dengan model gra!itasi. +ntuk itu maka masing-masing lokasi diasumsikan sebagai suatu massa tertentu yang memiliki gaya tarik. alam hal ini jumlah penduduk sering digunakan sebagai ukuran penentu besaran massa suatu lokasi. Selain ukuran massa lokasi, besarnya gaya tarik menarik antara dua massa ditentukan oleh jarak antara keduanya, semakin dekat jarak antara dua lokasi semakin besar juga gaya tark yang terjadi antara keduanya. 3tau sebaliknya, semakin besar jarak antara dua lokasi, semakin kecil gaya tarik menarik yang terjadi antara keduanya.engan demikian gaya tarik antara dua lokasi terbalik dengan jarak. Selanjutnya mengacu ke hokum gra!itasi 'ewton, maka besar gaya tarik menarik atau interaksi antara dua lokasi berbanding lurus dengan perkalian massa )populasi* dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, atau dalam bentuk %ormula dinyatakan sebagai berikut: F 12=
( P 1 ) x ( p 2) ( d 212)
engan: F 12 gaya tarik menarik antara lokasi / dan lokasi ; P/ pupolasi di lokasi / P; populasi di lokasi ; 2
d 12 jarak antara lokasi / dan lokasi ; Perlu diingat bahwa %ormula diatas merupakan %ormula umum yang dibangun secara hipoteti dengan asumsi bahwa %enomena alam beralaku pula 10
terhadap hubungan gaya tarik menarik antar dua lokasi. aya tarik menarik itu sendiri secara intuiti% sering dikaitkan dengan interksi social-ekonomi antar lokasi yang bersangkutan. @leh sebab itu, aplikasi dari persamaan tersebut lebih sering diterapkan untuk melakukan analisis interaksi social-ekonomi. 1.2
Ideks Potensial Akses ke Pasar (IPAP)
Contoh aplikasi lain yang dikembangkan dari hukum gra!itasi adalah perhitungan ndeks Potensial 3kses ke Pasar )P3P*. Potensial akses ke pasar dinyatakan dalam indeks yang dihitung dengan menggunakan hubungan gra!itasi yang berbandng lurus dengan !olume penjualan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Berikut diberikan contoh analisis P3P yang diambil dari soal +jian &engah Semester Mata $uliah Dkonomi 4ilayah dan $ota =urusan Planologi & &ahun ;888.
2. a.
onto! Soal #itunglah interaksi antara 3, B, dan C, bila diketahui: =umlah penduduk wilayah pertumbuhan 3 788.888 jiwa. • =umlah penduduk wilayah pertumbuhan B ;8.888 jiwa. • =umlah penduduk wilayah pertumbuhan C /8.888 jiwa. • =arak antara wilayah pertumbuhan 3 dengan wilayah pertumbuhan B •
A km maka, I A .B
=
300.000 x 20.000 2
(5 )
=
6.000 .000 .000 25
=240.000 .000
=ika di dekat wilayah pertumbuhan 3 ada desa lain, yaitu wilayah pertumbuhan C dengan jumlah penduduk /8.888 jiwa dan jaraknya dengan 3 /8 km, maka:
=
I A .C
300.000 x 10.000
( 10)2
=
3.000.000 .000 100
=30.000 .000
=adi, interaksi antara wilayah pertumbuhan 3 dengan wilayah pertumbuhan B dan wilayah pertumbuhan C dapat ditulis dengan angka sederhana, yaitu ;E berbanding 7 atau 1 berbanding /. =ika digambarkan sebagai berikut: C
A
8
B
1 11
ari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi 3 dengan B lebih besar daripada interaksi antara 3 dengan C. Berarti pengaruh 3 terhadap B lebih besar daripada pengaruh 3 terhadap C. b. #itunglah interaksi antara kota Malang, Surabaya, $ediri, dan Bojonegoro, bila diketahui: =umlah penduduk kota Malang 1A/.;<1 jiwa. • =umlah penduduk kota Surabaya ;.1E1.A17 jiwa. • =umlah penduduk kota kediri ;18.88E jiwa. • =umlah penduduk kota bojonegoro /.;70.082 jiwa. • =arak antara kota Malang dan Surabaya
I M . S=
I S . B=
=
I B . K
( 95 )
2
=
2.848.583 x 1.236.607
(110 )
2
1.236 .607 x 280.004
I K . M =
(100 )2 280.004 x 851.298 2
( 101 )
9.025
=
=
=
2.424.993 .010 .734
=268.697 .286,5
3.522.577 .677 .881 12.100
346.254 .906 .428 10.000
238.366 .845.192 10.201
=
291.122.122,1
=34.625 .490,6
=23.367 .007,6
#asil perhitungan diatas menyatakan Surabaya dan Bojonegoro sebagai kota yang memiliki interaksi terbesar )
291.122.122,1 * artinya %rekuensi hubungan
sosial, ekonomi dan sebagainya kedua tempat tersebut tertinggi jika dibandingkan dengan interaksi antar kota lainnya. Meski jarak antara keduannya adalah jarak
12
terpanjang dibandingkan jarak kota lainnya, hal ini dikarenakan dua kota tersebut merupakan kota industri. c. Suatu industry bermaksud mendirikan pusat distribusi untuk melayani permintaan dari lima buah pasar: P, F, >, S, &. #asil sur!ey menyarankan empat alternati!e lokasi, yakni: 3, B, C, dan . Golume penjualan di lima pasar dan jarak ke masing-masing lokasi alternati!e disajikan dalam tabel dibawah ini. &entukan lokasi yang paling menguntungkan sebagai pusat distribusi bagi industry tersebut. "a#el $.%. Data Pen&'alan B'lanan dan arak antar Lokasi
Gol
Penjualan
Bulanan
)juta
P / 88
F / A8
> ; 88
S /
& ;
18
88
rpHminggu* =arak dariHke 3
/
A
E
0
7
)km* =arak dariHke 3
0
/
0
0
1
)km* =arak dariHke 3
;
;
;
7
1
)km* =arak dariHke 3
1
0
;
1
0
)km*
engan menerapkan perhitungan P3P di masing-masing alternati!e lokasi )3, B, C, * kita bisa mendapatkan lokasi paling menguntungkan. +ntuk itu P3P dihitung dengan persamaan: P3P Golume Penjualan H )jarak*;
)7.//*
#asil Perhitungan P3P untuk masing-masing lokasi disajikan pada tabel berikut ini. "a#el $.1. Hasil Per!it'n*an IPAP
13
P asar
P
P
asar P
P
); )
88
3
)/*;
)
H
/ A8
88
B
)0*; 88
C
);*;
H
88
)1*;
)
)
E*
I)7*I )E*I)A*
A*
H
88
/ A8
H
88
)0*;
H
H
18
);*;
H
88
18
)1*;
H ;
H
88
/7A,0 H
)1*; /
18
/00,A
)1*;
)7*; H
H ;
/
; 88
88
/EA,2
)7*;
)0*;
);*; H
H /
;
/ A8
18
;
)0*;
)0*;
);*; H
H
/
;
)/*; H
88 )E*;
A8
/
P3P
H /
/
P3P
asar P
;
)A*; /
P3P
asar P
&otal )/*I);*
7* /
P3P
P
P
*
/*
asar
P
; H
88
0E,/ H
)0*;
&otal nilai P3P dari masing J masing lokasi merupakan penjumlahan dari seluruh nilai P3P lokasi tersebut terhadap pasar J pasar yang dilayani )P, F, >, S, dan &*. ari hasil perhitungan total nilai P3P terlihat lokasi B memberikan total nilai P3P yang terbesar yakni /00,A. engan demikian, B merupakan lokasi yang paling menguntungkan untuk dijadikan pusat distribusi yang melayani lima pasar P, F, >, S, dan &. Sedangkan lokasi merupakan lokasi yang paling tidak menguntungkan karena memiliki total nilai P3P yang paling rendah.
14
BAB III PENU"UP
aya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. aya tarik kota yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang bersangkutan. #al ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. +nsur - unsur pendukung suatu kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, %aktor %isioga%is, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. 3danya komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua kota, hal ini juga didukung oleh trans%erbilitas yang dapat tercipta antar keduanya. Semakin besar tran%erbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran interaksi keduanya.
15