Tugas Ekonomi Makro
ANALISIS EKONOMI MAKRO INDONESIA TAHUN 2009 – 2013
MUH. ANIS MADJID 1193140056
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR JURUSAN MANAJEMEN 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak henti-hentinya memberi rahmat dan kemudahan dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Shalawat dan salam kita hatur kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menunjuki jalan yang lurus, sehingga insyaallah kita masih berada dalam jalan lurus-Nya. Dan tak lupa pula ucapan terima kasih kepada bapak dosen makro ekonomi yang dengan bijaknya memberikan waktu, hingga terselesaikannya tugas ini. Dalam pengerjaan tugas ini penulis banyak dibantu oleh teman-teman HIMAJIE Unhas, baik berupa data serta bimbingannya. Namun sebagai manusia pembelajar, tentu tidak lepas dari yang namanya kesalahan dan kekurangan. Demikian pula tugas ini yang penulis rasa masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Semoga tugas ini sesuai sebagaimana mestinya dan bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan bagi penulis pada khususnya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Makassar, 07 November 2014
Penulis
A. PENDAHULUAN Analisis ekonomi makro merupakan salah alat yang sangat penting untuk menilai maupun memahami kinerja perekonomian suatu negara, melalui pendekatan kepada subyek, obyek dan fenomena (gejala) ekonomi secara keseluruhan (aggregate). Maksudnya, dalam ekonomi makro yang diperhatikan adalah tindakan konsumen secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan keseluruhan pengusaha dan perubahan-perubahan keseluruhan kegiatan ekonomi. Menurut Mankiw (2003), analisis makro dalam perekonomian suatu negara adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Selanjutnya, penulis mencoba untuk melakukan analisis sederhana mengenai data ekonomi makro Indonesia, dalam hal ini PDB terkait dengan berbagai variabel seperti inflasi, dan neraca pembayaran, merangkum dan melihatnya menjadi sebuah bagian yang terhubung. Berikut pembahasan hasil analisis ekonomi makro lima tahun terakhir : B. PEMBAHASAN 1. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa akhir yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu biasanya per tahun (wikipedia.org). Dengan berdasarkan PDB kita bisa melakukan analisis dengan mudah terhadap kinerja perekonomian suatu negara. Dari data PDB Indonesia 5 tahun terakhir (2009-2013), terlihat bahwa telah terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata per tahun sekitar enam persen, kecuali tahun 2009 dan 2013. PDB Indonesia turun ke nilai 4.6 persen dan 5.8 persen pada kedua tahun tersebut. Data PDB Indonesia lima tahun terakhir (2009-2013) 2009 2010 2011 PDB 510.2 539.4 706.6 (dalam milyar USD) PDB 4.6 6.1 6.5 (perubahan % tahunan) PDB per Kapita 2,345 2,984 3,467 (dalam USD)
2012
2013
846.8
878.0
6.2
5.8
3,546
3,468
Sumber: Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Keterangan : •
•
Perlambatan ekonomi Indonesia tahun 2009 (4.6 persen) terjadi akibat menurunnya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia akibat dari kegagalan di sektor kredit properti (subprime mortagage crises) yang melanda Amerika Serikat pada akhir 2008, dan berdampak pada negara-negara lain termasuk Indonesia yang memberatkan hingga tahun 2009. Krisis di Amerika tersebut berakibat pada menurunnya daya beli masyarakat Amerika yang menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan demikian,
•
•
•
•
•
•
nilai ekspor Indonesia pun menurun dan terjadi defisit Neraca Pembayaran Indonesia. Selain itu, sentimen terhadap pasar keuangan global membuat terjadinya pelepasan aset finansial oleh investor asing khususnya pada pasar SUN (Surat Utang Negara) & SBI (Sertifikat Bank Indonesia), dan membuat neraca finansial dan modal ikut menjadi defisit. Kemudian, lambannya pertumbuhan ekonomi tahun 2013 (5.8 persen) terjadi karena kombinasi defisit neraca perdagangan dan ketidakpastian global yang parah disebabkan oleh perancangan ulang program pembelian aset per bulan Federal Reserve sebesar USD $85 milyar (pelonggaran kuantitatif) yang mengakibatkan arus keluar modal secara signifikan dari negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. (teori supply-demand) Jika permintaan atas sebuah mata uang meningkat, sementara penawarannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah. Maksudnya, Neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit (impor lebih besar dari ekspor). Impor meningkatkan penawaran atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang negara importir dengan mata uang negara asal. Karena impor Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar Rupiah. Selain itu, keluarnya investasi portofolio asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya, terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Dua kasus di atas sama-sama menyebabkan jatuhnya nilai tukar rupiah, yang mana dampaknya adalah pada kenaikan harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi maupun alat produksi. Kenaikan harga alat-alat produksi impor ini bisa berdampak pada kenaikan harga komoditi yang diproduksi di dalam negeri, tetapi (sebagian besar) alat-alat produksinya impor. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri, karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing.
2. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. (wikipedia.org) Data inflasi lima tahun terakhir (2009-2013) di bawah menunjukkan tingkat inflasi yang tidak stabil namun masih terkendali. Ini bisa dilihat dari jauhnya gap antara inflasi aktual dengan target yang ditetapkan oleh BI. Tahun 2010 dan tahun 2013 menunjukkan tingkat inflasi yang paling tinggi. Sementara tahun 2009, 2011, dan 2012 tingkat inflasi yang
rendah. Semua hal ini tentunya punya dampak dan penyebab terjadinya, serta mempunyai konsekuensi tersendiri jika dibahas menurut tingkat inflasi yang dicapai. Data Inflasi Indonesia lima tahun terakhir (2009-2013) 2009 2010 2011 2012 Inflasi 2.8 7.0 3.8 4.3 (annual percent change) Target Bank Indonesia 4.5 5.0 5.0 4.5 (annual percent change)
2013 8.4 4.5
Sumber: World Bank and Bank Indonesia
Grafik Pertumbuhan Inflasi di Indonesia tahun 2009 - 2013
Keterangan : •
•
• •
Menurunnya laju inflasi sepanjang tahun 2009, sangat dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah. Sejalan dengan terpeliharanya kestabilan nilai tukar rupiah, laju inflasi selama tahun 2009 secara berangsur-angsur terus menurun dari tahun sebelumnya yang pada akhir tahun 2008 mencapai sekitar 11,06 persen, menurun menjadi 2,78 persen pada akhir tahun 2009. Namun, pada tahun 2010, laju inflasi cenderung meningkat sebesar 6,96 persen sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah berdampak pada menurunnya produksi barang dan jasa. Penyebab tingginya inflasi didominasi juga salah satunya oleh tekanan bahan pangan yang antara lain disebabkan terkendalanya pencapaian target produksi pangan akibat anomali cuaca. Pada tahun 2011 dan 2012, inflasi cukup rendah dan disebabkan oleh turunnya harga minyak dan pangan Sedangkan pada tahun 2013, kenaikan harga cukup tinggi, yang disebabkan oleh kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya rupiah; kenaikan tingkat upah tenaga kerja tanpa diimbangi kenaikan produktivitasnya; kenaikan harga BBM. Selain itu, konsumsi publik pada akhir tahun memiliki kecenderungan untuk selalu meningkat dengan adanya liburan Natal dan Tahun Baru yang biasanya diikuti dengan kebutuhan tradisional untuk berliburan.
3. Neraca Pembayaran Indonesia Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan item-item finansial. (wikipedia.org) Neraca Pembayaran Indonesia (2009 – Q3 2013; Quarterly)
Sumber : macroeconomicdashboard, UGM
Keterangan : •
•
•
Pada tahun 2009 terjadi perbaikan signifikan dengan mencatat surplus sekitar USD 12,5 milliar, meskipun mengalami kontraksi akibat penurunan pertumbuhan ekonomi global. Peningkatan surplus neraca transaksi berjalan disebabkan karena masih kuatnya permintaan ekspor SDA (non-migas), permintaan domestik yang tetap terjaga. Pada tahun 2010, NPI mencatat surplus yang cukup besar mencapai USD 30,3 miliar, baik yang bersumber dari transaksi modal dan finansial. Terjadi peningkatan ekspor yang mampu mempertahankan surplus transaksi berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer pendapatan yang meningkat tajam. Seiring dengan itu, kuatnya aliran masuk modal asing, membuat posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar 96,2 miliar dolar AS, cukup memadai untuk mendukung kebutuhan impor dan kewajiban eksternal. Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi dan disertai volatilitas yang cukup rendah. Pada tahun 2011, NPI mengalami surplus sebesar $11,9 miliar. Hal ini ditopang oleh kinerja ekspor yang masih mampu tumbuh cukup tinggi kendati dihadapkan pada permintaan dunia yang melemah, tingginya harga komoditas, penarikan utang luar negeri sektor swasta yang meningkat seiring iklim investasi yang kondusif dan kestabilan makroekonomi yang terjaga. Surplus transaksi modal dan keuangan
•
didukung Surplus transaksi berjalan tersebut lebih rendah dari surplus pada tahun sebelumnya akibat lebih tingginya pertumbuhan impor dibandingkan pertumbuhan ekspor. Tingginya impor terkait dengan kuatnya permintaan domestik, sedangkan melambatnya laju ekspor akibat melemahnya permintaan eksternal dan kecenderungan harga komoditas yang menurun Pada tahun 2012 NPI masih mencatat surplus, meskipun mengalami tekanan defisit transaksi berjalan. Melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang dan merosotnya harga komoditas ekspor berdampak pada menurunnya kinerja ekspor. Di sisi lain, impor masih tumbuh cukup tinggi, terutama dalam bentuk barang modal dan bahan baku, sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi. Tingginya impor juga tercatat pada komoditas migas akibat melonjaknya konsumsi BBM, sehingga berdampak pada defisit neraca migas yang terus meningkat dan menambah tekanan pada defisit transaksi berjalan.
Rincian
Neraca Pembayaran Indonesia (Juta $) 2009 2010
I. Transaksi Berjalan A. Barang, neto (1)
10.628
5.144
2011 1.685
2012
2013*
-24.183
-28,450
30.932
30.627
34.783
8.417
6,149
- Ekspor
119.646
- Impor
-88.714
158.074 127.447 27.395
200.788 166.005 35.433
188.146 179.729 13.535
183,548 177,399 15,851
-4.016
129.416 102.021 -8.653
162.721 127.288 -17.526
152.575 139.040 -20.315
149,960 134,109 -22,476
a. Ekspor
10.790
15.691
19.576
17.891
17,889
b. Impor
-14.806
-24.344
-37.102
-38.206
-40,365
9.388
11.886
16.876
15.197
12,775
a. Ekspor
9.826
12.968
18.491
17.680
15,700
b. Impor
-438
-1.082
-1.615
-2.483
-2,925
-9.741 -15.140
-9.324 -20.790
-10.632 -26.676
-10.770 -25.839
-11,428 -27,227
4.578
4.630
4.211
4.009
4,056
4.852
26.620
13.567
24.911
22,731
96
50
33
37
21
1. Nonmigas
25.560
a. Ekspor
99.030
b. Impor
-73.470
2. Minyak
3. Gas
B. Jasa- jasa, neto C. Pendapatan, neto D. Transfer Beljalan II. Transaksi Modal & Finansial A. Transaksi Modal
4.756
26.571
13.534
24.873
22,710
-14.395
-6.901
-15.657
-15.763
-9,337
19.151
33.471
29.191
40.637
32,047
1. Investasi Langsung
2.628
11.106
11.528
14.430
14,767
a. Ke luar negeri
-2.249
-2.664
-7.713
-5.423
-3,676
4.877
13.771
19.241
19.853
18,444
10.336
13.202
3.806
9.196
9,848
-144
-2.511
-1.189
-5.465
-1,293
b. Kewajiban
10.480
15.713
4.996
14.661
11,141
3. Investasi Lainnya
-8.208
-2.262
-1.801
1.248
10,257
-12.002
-1.725
-6.755
-4.876
-4,368
3.794
3.987
4.954
6.123
2,462
III. Total (I+II)
15.481
31.765
15.252
728
-5,720
IV. Selisih Perhitungan Bersih
-2.975
-1.480
-3.395
-563
-1,605
V. Neraca Keseluruhan (III+IV)
12.506
30.285
11.857
165
-7,325
-12.506
-30.285
-11.857
-165
7,325
66.105
96.207
110.123
112.781
99,387
6,6
7,2
6,5
6,1
5,5
2,0
0,7
0,2
2,7
-3,3
B. Transaksi Finansial (2) - Aset - Kewajiban
b. Di Indonesia (PMA) 2. Investasi Portofolio a. Aset
a. Aset b. Kewajiban
VI. Cadangan Devisa dan Yang Terkait (3) Memorandum: - Posisi Cadangan Devisa Dalam Bulan Impor dan Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah Rasio transaksi berjalan terhadap PDB (%) 1) dalam free on board (FOB) 2) tidak termasuk cadangan devisa dan yang terkait 3) negatif berarti surplus dan positif berarti defisit Sumber : Bank Indonesia
* angka sementara
C. ANALISIS Setelah dilakukan analisis terhadap beberapa varibel di atas, selanjutnya penulis menyimpulkan dan melihat beberapa hubungan di antaranya. Dan dapat diketahui dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013), terjadi 2 kali krisis, hal ini berdampak pada kinerja perekonomian Indonesia. Gambar di bawah menunjukkan hubungan-hubungan variabel tersebut (PDB, inflasi, dan neraca pembayaran).
Keterangan : KK ∆ ek.G ULNJT d.Ang JUB CG U P.Ang X devisa kurs M PDN ∆ ek.D PbM PbX CPI
= krisis keuangan = pertumbuhan ekonomi global (mitra dagang Indonesia) = Utang luar negeri jatuh tempo = defisit anggaran pemerintah = jumlah uang beredar = pengeluaran pemerintah = pegangguran = penyerapan anggaran = ekspor = cadangan devisa = nilai mata uang Rupiah = impor = produksi dalam negeri = pertumbuhan ekonomi domestik = harga barang impor = harga barang ekspor = cost push inflation
DPI Inf KP FC KPP w/p CH COF I PI ↑ ↓ v
= demand pull inflation = inflasi = ketidakpastian proyek = krisis pangan (food crises) = kepercayaan pelaku pasar (ekspectation) = upah riil = konsumsi rumah tangga / daya beli = capital outflow = investasi = pembangunan infrastruktur / sarana-prasarana = kenaikan = penurunan = pelambatan
Catatan : •
• •
•
•
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia didominasi oleh kuatnya pengaruh permintaan domestik. Menurut Perry Warjiyo (Deputi Bidang Fiskal Moneter BI, dalam wawancaranya) mengatakan, “Dominannya permintaan dalam negeri memiliki risiko tertentu. Jika permintaan dalam negeri ini tidak bisa teratasi, maka tekanan inflasi akan muncul sebagai risiko lanjutan. Karena itu, kata dia, dalam jangka menengah dan panjang, keberlanjutan stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional akan sangat bergantung pada peningkatan sisi penawaran dalam merespons akselerasi sisi permintaan.” Hal ini sempat menjadi keuntungan, saat krisis keuangan global tahun 2008 dan 2013, di mana Indonesia masih tetap tahan dan bertumbuh di atas 6 persen. Dari hasil analisis penulis, tekanan terhadap perekonomian global adalah sesuatu yang paling harus diwaspadai, terutama dalam hal nilai tukar. Hal ini tentunya menjadi perhatian mengingat utang luar negeri Indonesia sudah mencapai US$ 290,4 Miliar per Oktober 2014. Ekspor-Impor juga bisa menjadi imbas dari nilai tukar ini, dan akan berpengaruh terhadap produksi dalam negeri dan kemudian terhadap stabilitas perekonomian Indonesia. Dari sisi domestik, tekanan terhadap perekonomian berasal dari jumlah tarikan permintaan total yang bisa terpenuhi, yang akan menyebabkan inflasi. Hal ini biasa terjadi pada bahan makanan yang mengalami kelangkaan akibat gangguan anomali musim, boom permintaan pada hari raya. Oleh karena itu, perlu kebijakan yang tepat oleh pemerintah dalam menghadapi tekanan keuangan global, memenuhi permintaan domestik, melakukan revitalisasi infrastruktur untuk meningkatkan investasi, menyediakan faktor kelembagaan yang mendukung, serta menciptakan kondisi makro ekonomi yang baik.
D. PENUTUP Indonesia rentan terhadap pengaruh krisis global maupun regional sehingga pemerintah harus memantapkan perangkat kebijakannya. Akan berlakunya kesepakan liberalisasi tahun 2015 nantinya, menjadi warning alarm bagi para teknokrat untuk lebih waspada dan harus cerdas-cerdasnya dalam memilih dan menerapkan kebijakan. Kenyataannya Indonesia bukanlah bangsa yang kecil. Tidak cukup dengan pikiran dan usaha segumpal untuk membawanya. Perlu orang yang besar, kumpulan 244 juta lebih orang yang menjadi sangat besar, pikiran besar dan semangat besar yang bersama-sama mengendalikannya. Demikian tugas ini, mudah-mudahan tugas ini dapat menggambarkan analisis yang tepat, meskipun sederhana dan belum menyeluruh.
E. DAFTAR PUSTAKA http://macroeconomicdashboard.com/ http://www.bi.go.id/id/publikasi/neraca-pembayaran/Default.aspx http://economy.okezone.com/