Oleh :
Alexander Arif Christian S, S.Ak
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Fakultas Bisnis
Jurusan Akuntansi
Latar Belakang
Indonesia hingga saat ini masih dikategorikan sebagai negara
berkembang. Dalam lima tahun terakhir yang dimulai sejak tahun 2011
perkembangan ekonomi Indonesia menunjukan arah yang posisif rata – rata
pertumbuhan ekonomi mencapai ±5% per tahun walaupun semenjak kebijakan The
Fed (Bank Central Amerika Serikat) untuk memotong stimulusnya menyebabkan
nilai tukar rupiah melemah dan hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia sejak tahun 2014 (menjadi dibawah 7% per tahun). Kondisi
perekonomian sebuah negara diukur berdasarkan indikator – indikator
tertentu secara umum indikator yang digunakan yakni ekonomi makro yaitu
pengukuran terhadap rata - rata suku bunga bank di negara tersebut, Produk
Domestik Bruto (PDB), indeks harga konsumen, indikator ketenagakerjaan,
penjualan eceran, neraca pembayaran, kebijakan fiskal dan moneter
pemerintah.
Data tahun 2015 pendapatan per kapita Negara Indonesia berada di
urutan 114 di dunia dengan jumlah Usd. 3.362 per tahun. Sedangkan produk
domestik bruto Negara Indonesia di tahun 2015 sebesar Usd. 862 miliar
sehingga Indonesia termasuk dalam kelompok negara – negara yang memiliki
PDB tinggi di dunia dan tergabung dalam kelompok G-20 (Indonesia berada di
urutan ke 16 dunia). Suku bunga SPN 3 bulan di Indonesia pada tahun 2015
adalah sebesar 6,2% (cukup tinggi). Indeks harga konsumen merupakan nomor
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga. IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi
suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah,
uang pensiun, dan kontrak lainnya, besaran indeks harga konsumen Indonesia
pada akhir tahun 2015 adalah 122,99 dengan prosentase perubahan per tahun
3,4 menurun jauh dibanding tahun sebelumnya serta rata – rata tingkat
inflasi 5%. Angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta
orang sedangkan penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta
orang dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18
persen. Tingkat kemiskinan 10,3% dari keseluruhan masyarakat Indonesia.
Gini rasio yang menunjukan kesenjangan antara masyarakat yang kayak dengan
yang miskin berada di level sedang yakni 0,40. Indeks pembangunan manusia
di Indonesia 69,4 persen artinya sumber daya manusia Indonesia masih
tergolong rendah. Neraca pembayaran yang dimiliki Indonesia di tahun 2015
masih menunjukan tren yang negative artinya Negara Indonesia melakukan
lebih banyak impor dibanding ekspor hal ini tentunya sangat dipengaruhi
oleh jatuhnya harga komoditas ekspor Indonesia seperti crude palm oil, batu
bara dan karet. Data – data di atas menunjukan bahwa perekonomian
Indonesia memang mengalami pertumbuhan ekonomi yang posisif selama lima
tahun terakhir namun masih banyak hal yang perlu menjadi perhatian
pemerintah terutama terkait usaha yang harus dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan per kapita, produk domestic bruto, meningkatkan ekspor,
meminimalkan kegiatan impor, mengendalikan inflasi serta meningkatkan
investasi asing dan swasta. Berdasarkan penjelasan dan data di atas
penulis mencoba untuk menjelaskan lebih dalam mengenai perekonomian makro
dan indikator – indikatornya, mengapa indikator – indikator perekonomian
makro dijadikan tolak ukur perekonomian suatu Negara serta memberikan data
tahun 2015 mengenai indikator indikator tersebut.
Rumusan Masalah
1. Mengapa perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator –
indikator perekonomian makro ?
2. Bagaimanakah pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur
dari indikator – indikator tersebut tahun 2015 dibandingkan dengan negara
lain di Asia Tenggara serta negara maju di tahun 2015 ?
Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui alasan perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator
– indikator perekonomian makro.
2. Memahami indikator – indikator perekonomian makro.
3. Mengetahui pencapaian dan kondisi perekonomian Indonesia jika diukur
dari indikator – indikator tersebut dengan negara lain di Asia Tenggara
serta negara maju di tahun 2015.
Pembahasan
Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah ekonomi yang menganalisa semua masalah dalam satu
system ekonomi. Analisa ini lebih bersifat umum, ekonomi ini sangat
mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan pasar.
Pembahasan tentang ekonomi makro adalah:
1. Faktor yang menentukan kegiatan sistem ekonomi
2. Pertumbuhan ekonomi yang rendah
3. Inflasi dan penggangguran tinggi
Dalam masalah di Negara pembahasan yang sangat serius adalah pertumbuhan
ekonomi, deficit anggaran Negara, tingginya angka kemiskinan, penggangguran
dan insflasi, rendahnya nilai kurs rupiah serta krisis energy, juga
ketimpangan neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Pemerintah harus
lebih fokus terhadap masalah ini yang berpengaruh terhadap perkembangan
Negara.
Ini adalah permasalahan ekonomi nasional:
Rendahnya pertumbuhan ekonomi
Kemiskinan dan pengangguran
Inflasi dan rendahnya kurs rupiah
Defisit APBN
Krisis energi
Indikator yang mewakili ekonomi makro:
1. Pengumuman suku bunga
2. Produk Domestik Bruto (PDB)
3. Indeks Harga Konsumen
4. Indikator Ketenagakerjaan
5. Penjualan Eceraan
6. Neraca Pembayaran
7. Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah
Indikator Makro Ekonomi. Indikator Makro ekonomi adalah statistik yang
menunjukkan status ekonomi sebuah negara tergantung pada area tertentu dari
ekonomi (industri, pasar tenaga kerja, perdagangan, dll).
Indikator Makro ekonomi diterbitkan secara berkala pada waktu tertentu.
Setelah publikasi indikator ini kita bisa melihat volatilitas pasar.
Tingkat volatilitas ditentukan tergantung pada pentingnya indikator.
1. Pengumuman Suku Bunga
Suku bunga memainkan peran paling penting dalam menggerakkan harga mata
uang di pasar valuta asing. Sebagai lembaga yang menetapkan suku bunga,
bank sentral merupakan aktor yang paling berpengaruh. Suku bunga mendikte
arus investasi. Karena mata uang adalah representasi dari ekonomi suatu
negara, perbedaan suku bunga memengaruhi nilai mata uang relatif dalam
hubungannya dengan satu sama lain.
2. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB adalah ukuran terluas dari ekonomi suatu negara, dan hal ini mewakili
total nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu
negara selama tahun tertentu.
3. Indeks Harga Konsumen (IHK) mungkin merupakan indikator inflasi yang
paling penting. Indeks ini mewakili perubahan tingkat harga eceran untuk
keranjang konsumen dasar. Inflasi terikat secara langsung dengan daya
beli mata uang dalam negeri dan memengaruhi posisinya di pasar
internasional.
4. Indikator Ketenagakerjaan
Indikator ketenagakerjaan mencerminkan kesehatan ekonomi atau siklus
bisnis secara keseluruhan. Dalam rangka untuk memahami bagaimana ekonomi
berfungsi, penting untuk mengetahui berapa banyak pekerjaan yang
diciptakan atau dihancurkan, berapa persen tenaga kerja yang aktif
bekerja, dan berapa banyak orang-orang baru yang mengklaim sebagai
pengangguran.
5. Penjualan Eceran
Indikator penjualan eceran (ritel) dirilis secara bulanan dan penting
bagi pedagang valuta asing karena menunjukkan kekuatan keseluruhan
belanja konsumen dan keberhasilan toko eceran.
6. Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran (Balance of Payments) mewakili rasio antara jumlah
pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar
negeri. Dengan kata lain, hal ini menunjukkan total operasi perdagangan
luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan
impor, pembayaran transfer.
7. Kebijakan Fiskal dan Moneter Pemerintah
Stabilisasi ekonomi (misalnya, kesempatan kerja penuh, pengendalian
inflasi, dan keseimbangan pembayaran yang adil) merupakan salah satu
tujuan yang berusaha untuk dicapai pemerintah melalui manipulasi
kebijakan fiskal dan moneter.
Angka Ekonomi Makro Indonesia
Bagian ini memberi gambaran terperinci indikator-indikator tertentu ekonomi
makro Indonesia yang merupakan sarana penting untuk mengevaluasi keadaan
ekonomi Indonesia sekarang. Terlebih lagi, analisis statistik-statistik
tersebut bisa membantu memprediksi kinerja ekonomi di masa depan.
Update Terakhir: 5 Februari 2016
" " 2009 "
"Rank "Country "US$ "Per Tahun "Per Bulan "
"1 "Luxembourg "101,994 "IDR 1,338,161,280 "IDR 111,513,440 "
"2 "Switzerland "80,675 "IDR 1,058,456,000 "IDR 88,204,667 "
"3 "Qatar "76,576 "IDR 1,004,677,120 "IDR 83,723,093 "
"4 "Norway "74,822 "IDR 981,664,640 "IDR 81,805,387 "
"5 "United States "55,805 "IDR 732,161,600 "IDR 61,013,467 "
"6 "Singapore "52,888 "IDR 693,890,560 "IDR 57,824,213 "
"7 "Denmark "52,114 "IDR 683,735,680 "IDR 56,977,973 "
"8 "Ireland "51,351 "IDR 673,725,120 "IDR 56,143,760 "
"9 "Australia "50,962 "IDR 668,621,440 "IDR 55,718,453 "
"10 "Iceland "50,855 "IDR 667,217,600 "IDR 55,601,467 "
"24 "Japan "32,486 "IDR 426,216,320 "IDR 35,518,027 "
"61 "Malaysia "9,557 "IDR 125,387,840 "IDR 10,448,987 "
"72 "China "7,990 "IDR 104,828,800 "IDR 8,735,733 "
"88 "Thailand "5,742 "IDR 75,335,040 "IDR 6,277,920 "
"115 "Indonesia "3,362 "IDR 44,109,440 "IDR 3,675,787 "
"123 "Philippines "2,858 "IDR 37,496,960 "IDR 3,124,747 "
"128 "East Timor "2,244 "IDR 29,441,280 "IDR 2,453,440 "
"131 "Vietnam "2,088 "IDR 27,394,560 "IDR 2,282,880 "
"132 "Papua New Guinea "2,085 "IDR 27,355,200 "IDR 2,279,600 "
"139 "Laos "1,779 "IDR 23,340,480 "IDR 1,945,040 "
"140 "India "1,617 "IDR 21,215,040 "IDR 1,767,920 "
"149 "Myanmar "1,292 "IDR 16,951,040 "IDR 1,412,587 "
"150 "Bangladesh "1,287 "IDR 16,885,440 "IDR 1,407,120 "
Artinya pendapatan per kapita penduduk Indonesia berada di bawah Singapura,
Malaysia dan Thailand namun beraa di atas Filipina, Vietnam, Laos, India,
Myanmar,Bangladesh.
Produk Domestik Bruto
Pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB adalah hasil output produksi
dalam suatu perekonomian dengan tidak memperhitungkan pemilik faktor
produksi dan hanya menghitung total produksi dalam suatu perekonomian saja.
Rumusnya adalah
PDB = C + G + I + ( X - M )
atau
Produk Domestik Bruto = Pengeluaran Rumah Tangga + Pengeluaran Pemerintah +
Pengeluaran investasi + ( Ekspor - Impor )
Data – data tahun 2015 komponen rumus perhitungan PDB 2015
Pengeluaran Rumah Tangga
Sektor pengeluaran rumah tangga masih menjadi pendorong terbesar
pertumbuhan ekonomi 2015 dengan persentase 55,92%, disusul komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 33,19% dan komponen ekspor barang dan
jasa 21,09%. "PMTB meningkat sebagai dampak pembangunan infastruktur yang
dijalankan pemerintah," ungkapnya di Jakarta, Jumat (5/2/2016).
Tren pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada sektor konsumsi rumah tangga
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya 2012 (54,56%), 2013 (55,82%), dan 2014
(56,07%). Namun, laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2015 hanya
4,96% yang merupakan terendah sejak 2012. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga
pada 2011 sebesar 4,7%, 2012 sebesar 5,28%, 2013 sebesar 5,28%, dan pada
2014 sebesar 5,14%.
Pengeluaran Pemerintah
APBN-P tahun 2015, alokasinya :
Belanja Kementerian Negara/Lembaga : Rp795,5 triliun
Subsidi : Rp212,1 triliun
Pembayaran bunga utang : Rp155,7 triliun
Transfer ke daerah : Rp643,8 triliun
Dana desa : Rp20,8 triliun
Belanja lainnya : Rp156,2 triliun
Data Ekspor Indonesia tahun 2015
(Dalam US$)
"Sektor "2012 "2013 "2014 "2015 "Peran "
" " " " " "Th. 2015"
" " " " " "(%) "
"I. MIGAS "36.977.261.378"32.633.031.285"30.331.863.792"24.253.173.022"15,05% "
" 1. "12.293.410.847"10.204.709.564"9.528.227.064 "8.316.679.551 "5,16% "
"Minyak " " " " " "
"Mentah " " " " " "
" 2. Hasil"4.163.368.221 "4.299.127.072 "3.623.353.404 "2.361.713.411 "1,47% "
"Minyak " " " " " "
" 3. Gas "20.520.482.310"18.129.194.649"17.180.283.324"3.234.002.422 "2,01% "
" 4. Gas "0 "0 "0 "10.340.777.638"6,42% "
"Alam " " " " " "
"II. NON "153.043.004.65"149.918.763.41"145.960.796.46"136.922.728.66"84,95% "
"MIGAS "2 "6 "3 "7 " "
" 1. "5.569.216.244 "5.712.976.032 "5.770.578.795 "5.629.855.373 "3,49% "
"Pertanian " " " " " "
" 2. "116.125.137.76"113.029.939.28"117.329.856.16"106.662.885.58"66,18% "
"Industri "6 "7 "9 "1 " "
" 3. "0 "0 "0 "19.405.276.123"12,04% "
"Pertambangan" " " " " "
" 4. "31.329.944.921"31.159.534.218"22.850.041.499"5.192.401.348 "3,22% "
"Tambang " " " " " "
" 5. "18.705.721 "16.313.879 "10.320.000 "32.310.242 "0,02% "
"Lainnya " " " " " "
"TOTAL "190.020.266.03"182.551.794.70"176.292.660.25"161.175.901.68"100,00% "
" "0 "1 "5 "9 " "
Data Import Indonesia tahun 2015
(Dalam US$)
"Sektor "2012 "2013 "2014 "2015 "Peran "
" " " " " "Th. 2015"
" " " " " "(%) "
"I. MIGAS "42.564.185.201"45.266.350.700"43.459.900.495"30.715.769.358"20,59% "
" 1. "10.803.249.662"13.585.809.560"13.072.429.222"10.015.952.321"6,71% "
"Minyak " " " " " "
"Mentah " " " " " "
" 2. Hasil"28.679.368.375"28.567.587.907"27.362.504.534"18.201.278.884"12,20% "
"Minyak " " " " " "
" 3. Gas "3.081.567.164 "3.112.953.233 "3.024.966.739 "485.586.363 "0,33% "
" 4. Gas "0 "0 "0 "2.012.951.790 "1,35% "
"Alam " " " " " "
"II. NON "149.125.286.32"141.362.319.18"134.718.916.11"118.471.046.13"79,41% "
"MIGAS "6 "0 "0 "7 " "
" 1. "8.256.129.240 "8.657.501.046 "9.346.942.583 "7.685.056.757 "5,15% "
"Pertanian " " " " " "
" 2. "139.734.142.52"131.400.677.06"123.826.398.21"108.906.172.41"73,00% "
"Industri "0 "2 "0 "9 " "
" 3. "0 "0 "0 "1.469.109.269 "0,98% "
"Pertambangan" " " " " "
" 4. "1.120.562.055 "1.277.521.075 "1.515.022.225 "388.639.246 "0,26% "
"Tambang " " " " " "
" 5. "14.452.511 "26.619.997 "30.553.092 "22.068.446 "0,01% "
"Lainnya " " " " " "
"TOTAL "191.689.471.52"186.628.669.88"178.178.816.60"149.186.815.49"100,00% "
" "7 "0 "5 "5 " "
"Gross domestic product 2015 "
"Ranking "Economy "(millions of US "
" " "dollars) "
"1 "United States "17,946,996 "
"2 "China "10,866,444 "
"3 "Japan "4,123,258 "
"4 "Germany "3,355,772 "
"5 "United Kingdom"2,848,755 "
"6 "France "2,421,682 "
"7 "India "2,073,543 "
"8 "Italy "1,814,763 "
"9 "Brazil "1,774,725 "
"10 "Canada "1,550,537 "
"11 "Korea, Rep. "1,377,873 "
"12 "Australia "1,339,539 "
"13 "Russian "1,326,015 "
" "Federation " "
"14 "Spain "1,199,057 "
"15 "Mexico "1,144,331 "
"16 "Indonesia "861,934 "
"17 "Netherlands "752,547 "
"18 "Turkey "718,221 "
"19 "Switzerland "664,738 "
"20 "Saudi Arabia "646,002 "
Berdasarkan jumlah produk domestik bruto Indonesia pada tahun 2015 maka
Indonesia termasuk dalam G-20 yakni Negara – negara yang memiliki produk
domestik bruto tertinggi di dunia dan besarnya PDB Indonesia mengalahkan
Thailand yang berada di urutan ke - 27, Malaysia yang berada di urutan ke -
35 dan Singapura di urutan ke -38.
Pengertian Suku Bunga dan Teori Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengertian, Suku Bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya
dinyatakan dalam persen (%).
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). (Kasmir, 2002: 121)
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan
kepada nasabahnya, yaitu:
Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau
balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan
merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh:
jasa.
Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh:
bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan
bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan
kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima
nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga bunga pinjaman masing-masing
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga
pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik
dan demikian sebaliknya.
Teori Tingkat Suku Bunga
a) Teori Klasik
Teori bunga aliran klasik dinamakan "The Pure Theory of Interest".
Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal telah dianggap sebagai
harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang
dan jasa , tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran,
demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan
penawaran modal.
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga pada
perekonomian akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Berarti
keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga.
Makin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk
menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluaran
guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut klasik
adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah
yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.
Investasi merupakan fungsi tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat
bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi.
Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari
tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi
kondisi tingkat bunga dalam keseimbangan, artinya tidak ada dorongan
untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan
investasi.
Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini
tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilaman
tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah
investasi (keinginan investor guna melakukan investasi) berkurang.
Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya (mereka akan bersaing
menawarkan sehingga tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau
kembali pada tingkat bunga io.
Apabila tingkat bunga io bergerak turun pada tingkat bunga i2, para
investor (pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang
jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga
keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran
dengan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga
pasar suatu barang, maka tingkat bungapun ditentukan antara keseimbangan
penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai
penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi.
Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say
(pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaannya
sendiri. Dengan berttitik tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan
akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga yang mengalami
penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan,
maka pergerakan naik turunnya tingkat bunga hanya bersifat sementara.
Bilamana telah tejadi tarik menarik penawaran dan permintaan atau
bekerjanya mekanisme harga (aeperti pada pasar barang) tingkat bunga
keseimbangan akan tercipta kembali.
b) Teori Keynes
Teori ini dikemukakan oleh Keynes dan dinamakan "Liqudity Preference
Theory of Interest". Menurut Keynes tingkat bunga ditentukan oleh
preference dan suplly of money. Liquidity preference adalah keinginan
memegang atau menahan uang didasarkan tiga alasan yaitu motif transaksi,
berjaga-jaga dan motif spekulasi.
Ahli-ahli ekonomi sesudah klasik pada umumnya memberikan sokongan pada
pandangan Keynes yang berkeyakinan bahwa tingakat bunga merupakan balas
jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity
preferencenya (permintaan uang).
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negative dengan tingkat bunga.
Hubungan yang negative antara permintaan uang dengan tingkat bunga ini
dapat diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai
pendapat tentang adanya tingkat bunga nominal (natural rate). Bilamana
tingkat bunga turun dari tingkat bunga nominal dalam masyarakat ada suatu
keyakinan memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik
(harga obligasi mengalami penurunan) pemegang obligasi tersebut akan
menderita kerugian (capital loss). Guna menghindari kerugian ini,
tindakan yang dilakukan adalah menjual obligasi denga sendirinya akan
mendapatkan uang kas, dan uang kas ini yang akan dipegang pada saat suku
bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang
karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang
akan datang.
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga)
memegang uang kas, karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos
memegang uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas
juga akan makin menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang
uang rendah, sehingga permintaan uang kas naik. Permintaan ini akan
menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga keseimbangan pada io terjadi bila
jumlah kas yang ditawarkan (uang beredar) sama dengan yang diminta. Bila
terjadi peningkatan suku bunga (di atas io) masyarakat akan menginginkan
uang kas lebih sedikit dengan membeli obligasi (tingkat bunga turun)
sampai kembali pada tingkat keseimbangan.
Bilamana tingkat bunga yang terjadi berada dibawah keseimbangan (io)
masyarakat akan menginginkan uang kas lebih besar. Ini perlu agar menjual
obligasi yang dipegang. Tindakan untuk menjual inilah yang mendesak
harganya turun dan tingkat bunga akan bergerak naik.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga
Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal, maka pihak manajemen
bank harus pandai dalam menetukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal
ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku
bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan suku bunga yaitu:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan yaitu, seberapa
besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana,
sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank
agar dan tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatakan suku bunga
simpanan. Namun peningkatan suku bunga simpanan juga akan meningkatkan
suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di
bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit maka bung simpanan
akan turun.
2. Target Laba yang Diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target
laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku
bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman juga
besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing target laba
dapat diturunkan seminimal mungkin.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan
(mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan demikian sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan bunga simpanan maupun bunga pinjaman, bank tidak boleh
mlebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada
batasan maksimal dan ada batasan minimal.untuk suku bunga yang diizinkan.
Tujuannya adalah agar bank dapat bersing sacara sehat.
5. Jangka Waktu
Baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman, faktor jangka waktu
sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka semakin
tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet
dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka waktu
pendek, maka bunganya relatif rendah. Akan tetapi untuk bunga simpanan
berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan
semakin rendah dan sebaliknya.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk
bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
sangat menentukan tungkata suku bunga yang akan dibebankan nantinya,
karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet
dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang
kurang bonafid factor resiko kredit macet cukup besar.
7. Produk yang Kompetitif
Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya pinjaman.
Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai sangat laku di pasaran.
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah
jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini
disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi
sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan factor kepercayaan kepada
seseorang atau lembaga. Dalam prakteknya, bank menggolongkan nasabahnya
antara nasabah uatam (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana sementara maka
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka
bank harus bersaing ketat dengan bank lainnya.
Mekanisme Penetapan Suku Bunga Pinjaman Bank
Saat Anda mengajukan pinjaman di bank, tentu hal yang pertama Anda
pertimbangkan adalah besarnya suku bunga yang ditetapkan bank tersebut.
Masing-masing bank memberikan tingkat suku bunga yang berbeda, ada suku
bunga yang tinggi dan juga ada bank yang memberikan suku bunga rendah.
Masing-masing bank memang diberikan kebebasan dalam penetapan suku bunga
pinjaman asalkan tidak terlalu tinggi dan menyalahi aturan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Bunga adalah salah satu bagian penting dari perbankan untuk mendapatkkan
keuntungan, bunga tersebut merupakan imbalan atau ajsa yang diberikan
nasabah atas pinjaman yang diberikan oleh bank. Dalam perbankan dikenal
beberapa suku bunga diantaranya adalah bunga sederhana dan bunga berbunga.
Bunga sederhana merupakan bunga hasil dari besarnya pokok utang, suku bunga
per periode dan juga lamanya pinjaman dari bank tersebut. Sedangkan bunga
berbunga yang diterapkan oleh beberaa bank sering juga dikenal dengan buang
majemuk.
Bunga majemuk merupakan bunga yang berasal dari nilai pokok suatu pinjaman
yang akan terus berubah pada akhir periodik bersamaan dengan penambahan
nilai pokok beserta bunganya. Beberapa perusahan perbankan dan juga
perusahan jasa keuangan saat ini menerapkan suku bunga yang sangat ringan
pertahun.
Suku bunga yang sering diterapkan bank biasanya sebesar 11, 25% hingga
13,30 % Pa. Bank juga sering menetapkan suuku bunga tetap dan suku bunga
mengambang.
Suku bunga pinjaman pada tahun 2014 pada beberapa indrusri perbankan ini
memang mengalami peningkatan menjadi sekitar 8, 67%. Untuk suku bunga yang
diberikan kepada nasabah dalam hal deposito, deposan akan mendapatkan bunga
dengan kisaran 11% lebih-lebih pada kelompok bank BUKU 4 dan 3. Di
Indonesia suku bunga yang diterapkan pada bank umumnya adalah sekitar
11,25% hingga 13,30% untuk bank umum atau kkonvensional.
Suku bunga yang diterapkan bank untuk kredit mikro berkisar antara 16%
hingga 23%. Persaingan suku bunga yang terdapat pada perusahaan industri
perbankan saat ini banyak ditentukan oleh pemilik dana besar yang bisa
menguasai hampir 45% dari sumber dana perbankan yang bersangkutan.
Perbankan di Indonesia memang sering mendapatkan kucuran dana dari pemilik
dana besar yang menekan perusahaan perbankan untuk memberikan bunga yang
tinggi atas dana yang didepositokannya.
Sudah tidak asing lagi bila di Indonesia meman terjadi persaingan suku
bunga, masing-masing bank memberikan suku bunga yang berbeda, hal ini juga
termasuk trik untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Nasabah
cenderung akan memilih bank yang memberikan suku bunga rendah untuk
pinjaman sedangkan nasabah akan memilih suku bunga tinggi untuk deposito
yang mereka tanamkan di bank. Bahkan suku bunga saat ini juga dipengaruhi
oleh lembaga keuangan yang memberikan layanan kredit lunak dan bunga rendah
kepada masyarakat.
Pemerintah dalam hal penetapan suku bunga harus mendapatkan masukan dari
bank-bank yang ada di Indonesia. Penetapan suku bunga maksimal DP dibuat
dengan mempertimbangkan keuntungan biaya dalam penempatan dana nasabah pada
tingkat suku bunga SUN, Jadi, pada tanggal 1 Oktober 2014 penetapan suku
bunga perbankan akan diterapkan.
Perbankan di Indonesia dalam rangka menetapkan suku bunga maksimum harus
melaksanakan penuruhan suku bunga kredit yang telah ditetapkan jika suku
bunga tersebut tidak sesuai dengan keputusan pemerintah. Selain itu , bank
juga harus melakukan perluasan kredit dengan hati-hati dan juga untuk
mempertimbangkan dana yang dimiliki.
Pemberian suku bunga DPK yang ditetapkan oleh departemen pengawas perbankan
baik perusahaan perbankan Indonesia adalah sebesar 7,75% saja untuk
pinjaman hingga 2 milyar rupiah. Departemen pengawas perbankan pun jug a
harus melakukan monitoring terhadap perbankan agar tingkat suku bunga yang
ditetapkan bisa dijalankan dengan baik.
Penentuan suku bunga yang terlalu tinggi bagi perusahaan perbankan memang
bukan cara yang tepat. Di satu sisi hal ini memang menguntungkan pihak
bank, namun di sisi lain tentu saja nasabah yang akan dirugikan. Semakin
banyaknya pertumbuhan perusahaan perbankan di Indonesia, hal ini juga
menjadikan suku bunga yang ditetapkan berubah-ubah. Seperti persaingan suku
bunga dan ini adalah fakta perusahaan perbankan di Indonesia.
Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
Suku bunga Bank Indonesia (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia
sebagai otoritas moneter dan diumumkan kepada publik. Suku bunga Bank
Indonesia diimplementasikan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang
yang akan berpengaruh untuk mencapai sasaran kebijakan moneter. BI rate
menjadi acuan langsung suku bunga SBI, suku bunga Pasar Uang Antar Bank dan
juga mempengaruhi suku bunga perbankan oleh semua bank-bank di Indonesia.
Semua produk perbankan yang mempunyai unsur bunga akan terpengaruh dengan
kebijakan ini, baik itu suku bunga deposito maupun suku bunga kredit. Suku
bunga kredit, dari mulai bunga kredit investasi, kredit konsumsi maupun
KPR, hingga semua varian-varian dibawahnya.
Fungsi BI Rate
Ada tiga fungsi utama (setahu saya) dari penetapan BI rate, yaitu antara
lain: mengendalikan inflasi, mengontrol nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing, dan mengontrol kondisi neraca transaksi berjalan.
1. BI Rate sebagai instrument pengontrol inflasi
Hukum ekonomi mengatakan bahwa harga terbentuk atas penawaran dan
permintaan (supply and demand). Ketika BI menerapkan kebijakan uang ketat
(Tight Money Policy) dengan menaikkan suku bunga, diharapkan dapat
menyerap uang yang beredar di masyarakat karena bunga deposito yang
menarik. Karena jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang, demand
atas consumer goods menjadi turun, otomatis harga menjadi turun.
Data inflasi dikeluarkan oleh BPS. Dimana komponen-komponen yang
menentukan perhitungan inflasi dikelompokkan dalam tujuh kelompok
pengeluaran yaitu: bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sandang,
kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olah raga, dan transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan. Melihat komponen-komponen diatas dapat
dikatakan bahwa harga yang lebih perlu dikontrol ketimbang angka inflasi,
bahkan dengan mengontrol harga otomatis angka inflasi juga terkendali
(mungkin mengontrol harga lebih susah). Bagi masyarakat yang lebih utama
ialah harga bahan pokok terjangkau sedangkan besarnya angka inflasi tidak
menjadi perhatian. Kebijakan uang ketat dapat mengontrol harga dari sisi
penawaran (demand), tapi untuk kebutuhan pokok seperti bahan makanan,
listrik dan gas sepertinya lebih relevan diintervensi dari sisi supply.
Mengontrol dari sisi supply dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
produksi, hal ini malah menjadi bertolak belakang dengan kebijakan
meningkatkan suku bunga. Karena peningkatan kapasitas produksi lazimnya
membutuhkan tambahan modal, sementara bunga yang tinggi membuat produk
consumer goods nya menjadi mahal yang artinya justru meningkatkan angka
inflasi. Mengendalikan inflasi dengan menaikkan Suku bunga Bank Indonesia
atau BI rate seharusnya bersifat jangka pendek, untuk jangka panjang
menurut saya justru malah kontra produktif. Tapi kenyataannya selama ini
BI rate kita selalu tinggi.
2. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Nilai Rupiah Terhadap Mata Uang
Asing
Dengan menaikkan BI rate, diharapkan aliran modal asing untuk
berinvestasi di Indonesia menjadi lebih meningkat. Karenanya permintaan
terhadap rupiah menjadi meningkat otomatis nilai rupiah juga
terapresiasi, karena nilai tukar mata uang juga ditentukan oleh supply
and demand. Tapi hal ini hanya masuk akal kalau BI rate "hanya"
berpengaruh terhadap suku bunga instrument investasi dalam bentuk rupiah.
3. BI Rate Sebagai Instrumen Pengendali Kondisi Neraca Transaksi Berjalan
Dengan penetapan tinggi rendahnya suku bunga bank oleh Bank Indonesia
maka akan berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil oleh para pengusaha
dan direksi perusahaan dalam melakukan kegiatan impor. Hal ini disebabkan
karena pembayaran yang akan dilakukan terhadap sebuah kegiatan impor
tidaklah kecil selain harga barang maka pembeli harus menanggung ongkos
angkut (freight), bea masuk, serta pajak dan pengeluaran (spending) dalam
jumlah banyak akan berpengaruh terhadap keseimbangan neraca keuangan
perusahaan yang bisa berakibat pada permohonan kredit pada lembaga
keuangan.
"BI Rate "
" BI Rate "
"(Based on decision of board "
"meeting) "
"17 December 2015 "7.50 % "Press Release "
" " "Link "
Suku bunga bank di Indonesia termasuk tinggi jika dibandingkan dengan
negara – negara lain sehingga berdampak perekonimian khususnya industri
riil dimana umumnya membutuhkan tambahan dana yang biasanya diperoleh dari
kredit dan bunga pinjamannya tinggi. Bunga usaha tinggi akan mempengaruhi
biaya produksi (ekonomi biaya tinggi) sehingga harga jual produk jadi
tinggi. Tingginya harga barang mengakibatkan terjadinya inflasi dan salah
satu cara untuk mengatasi inflasi yaitu dengan menaikan suku bunga bank.
Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen (bahasa Inggris: consumer price index) adalah nomor
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat
inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji,
upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada
masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata
bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk
mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks
Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga
Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan
barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja
masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan
barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan
aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen.
Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk
menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang
digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.
Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen
(IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai dengan
mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah
berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai
produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks
tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.
Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan
menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen
tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap
harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks
yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat
digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga sekelompok
barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen). Adapun rumus
untuk menghitung IHK adalah:
IHK = (Pn/Po)x100 Di mana, Pn = Harga sekarang Po = Harga pada tahun dasar
Contoh: Harga untuk jenis barang tertentu pada tahun 2005 Rp10.000,00 per
unit, sedangkan harga pada tahun dasar Rp8.000,00 per unit maka indeks
harga pada tahun 2005 dapat dihitung sebagai berikut.
IHK = (Rp 10.000 / Rp 8.000) x 100 = 125
Ini berarti pada tahun 2005 telah terjadi kenaikan IHK sebesar 25% dari
harga dasar yaitu 125-100 (sebagai tahun dasar). Sedangkan untuk menghitung
tingkat inflasi digunakan rumus sebagai berikut.
Inflasi = {(IHKn - IHKo)/IHKo}x 100%
Dimana, IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini IHKo = Indeks Harga
Konsumen periode lalu
Contoh: Pada guntingan berita di atas Kepala BPS Choiril Maksum
mengemukakan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada bulan
Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57. Terjadi kenaikan indeks dari 127,91
pada September 2005 menjadi 164,45% pada bulan Oktober 2005. Dikatakan pada
berita tersebut terjadi inflasi sebesar 28,57% dari bulan September 2005
sampai Oktober 2005. Bagaimana kita menghitung angka 28,57%?
Inflasi = {(164,45% - 127,91%)/127,91%}x 100% = 28,57 %
Jadi jelas bahwa angka 28,57 % tersebut dihitung dengan rumus di atas.
"Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia, "
"2005, 2006, 2007, Jan-Mei 2008 ( 2002=100 ), Juni 2008 - Desember 2013 ( 2007"
"= 100 ), Januari 2014 - Juni 2016 (2012=100) "
"Bulan "2015 "2016 "
"18/07/201"Mei 2016 "170 "
"6 " " "
"09/06/201"April 2016 "561 "
"6 " " "
"11/05/201"Mar-16 "656 "
"6 " " "
"12/04/201"Feb-16 "735 "
"6 " " "
"11/03/201"Jan-16 "907 "
"6 " " "
"10/02/201"Des-15 "928 "
"6 " " "
"11/01/201"November 2015"996 "
"6 " " "
"08/12/201"Okt-15 "1039 "
"5 " " "
"10/11/201"September 201"1084 "
"5 "5 " "
"08/10/201"Agust-15 "1307 "
"5 " " "
Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-
transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca pembayaran mencakup
pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah
asing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca pembayaran terbagi atas
neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca perdagangan, neraca
jasa dan transfer payment) dan neraca lalu lintas modal dan finansial, dan
item-item finansial.
Neraca Pembayaran adalah catatan (dokumen) sistematis yang mengikhtisarkan
seluruh transaksi ekonomi antara penduduk (resident) suatu negara, dengan
penduduk negana lain selama masa tertentu (1 tahun). Dan untuk menyusun
neraca pembayaran luar negeri atau neraca pembayaran internasional, perlu
dibedakan antara transaksi debit dengan transaksi kredit.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua macam
transaksi.
Transaksi debit, yaitu transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus
uang (devisa) dari dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut
transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang menyebabkan berkurangnya
posisi cadangan devisa.
Transaksi kredit adalah transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus
uang (devisa) dari luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut
juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang menyebabkan
bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
Komponen Neraca Pembayaran
Berdasarkan Neraca pembayaran di atas, diketahui bahwa neraca tersebut
dibagi ke dalam beberapa transaksi ekonomi internasional. Secara garis
besar transaksi ekonomi internasional (luar negeri) atau pos-pos dasar
suatu negara dapat dibedakan sebagai berikut:
a) Transaksi dagang (Trade account)
b) Transaksi Pendapatan modal (income on investment)
c) Transaksi-transaksi unilateral (Unilateral Transaction)
d) Transaksi Penanaman Modal Langsung ( Direct Investment)
e) Transaksi Utang-piutang jangka panjang (Long term Loan)
f) Transaksi Utang-piutang jangka pendek (Short term capital)
g) Transaksi Lalu Lintas Moneter (Monetary acomodating)
Pos-pos di debit dan di kredit dalam neraca pembayaran
Pos-pos yang tertuang di dalam neraca pembayaran antara lain transaksi:
1. Barang.
2. Jasa-jasa.
3. Bunga modal dan dividen.
4. Hadiah.
5. Investasi jangka panjang.
6. Investasi jangka pendek.
7. Perpindahan emas moneter.
Dalam transaksi internasional terdapat suatu transaksi yang harus dicatat
pada sisi debit dan dicatat pada sisi kredit. Pos-pos yang di debit dan pos-
pos yang di kredit dalam neraca pembayaran :
"Transaksi Debit "Transaksi Kredit "
"1. Neraca barang "1. Neraca barang "
"- Impor barang dari Negara lain " - Ekspor barang ke Negara "
"2. Neraca jasa "lain "
"- Pembayaran jasa ke penduduk LN"2. Neraca jasa "
"- Pembayaran biaya pariwisata ke" - Penerimaan jasa dari "
"LN "penduduk LN "
"3. Neraca Hasil Modal " - Penerimaan pariwisata "
"- Pembayaran bunga dan deviden "dari LN "
"4. Neraca Modal "3. Neraca Hasil Modal "
"- Kredit yang diberikan ke " - Penerimaan bunga dan "
"LN dan Pembayaran cicilan utang "deviden "
"5. Neraca Utang Piutang jangka"4. Neraca Modal "
"panjang " - Kredit yang diproleh dari"
"- - Pembelian obligasi dari "LN dan Penerimaan cicilan utang"
"LN "5. Neraca Utang Piutang jangka "
" "panjang "
" " - Penjualan obligasi ke LN "
Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran.
Dalam neraca pembayaran kemungkinan terjadi surplus dan kemungkinan terjadi
defisit, yakni :
1. Defisit, apabila jumlah ekspor lebih kecil dari pada impor
2. Surplus, apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada impor.
Defisit atau surplus yang terjadi pada suatu negara yang mempunyai neraca
pembayaran dikarenakan oleh :
1. Stok Nasional, maksudnya Jika terjadi penurunan stok nasional berarti
defisit, dan jika terjadi kenaikan stok nasional berarti surplus.
2. Pinjaman akomodatif, maksudnya Pinjaman yang masuk karena berkaitan
dengan adanya kelebihan impor berarti merupakan bagian dan defisit.
Sedangkan Pinjaman yang masuk atas kemauannya sendiri (pinjaman otonam)
tidak mempengaruhi defisit.
3. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman
akomodatif
4. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjaman
akomodatif.
5. Sedangkan dampak neraca pembayaran terhadap kegiatan ekonomi suatu
negara antara lain :
Perubahan terhadap Kurs Devisa.
Perubahan terhadap harga.
Perubahan terhadap tingkat pendapatan.
Perubahan terhadap tingkat bunga
Negara yang menyusun neraca pembayaran memperoleh manfaat yaitu dapat
mengetahui:
1. Keadaan keuangan
Keadaan keuangan yang terkait dengan pembayaran luar negeri dengan
mencermati neraca pembayaran, kita dapat mengetahui apakah sebaiknya
suatu negara menambah impor atau sebaliknya justru harus menambah ekspor.
2. Sumbangan
Sumbangan dari transaksi ekonomi internasional terhadap penerimaan negara
yang bersangkutan.
3. Perdagangan Luar Negri
Hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan luar negeri.
4. Hubungan ekonomi
Hubungan ekonomi suatu negara dengan negara-negara tertentu.
Neraca perdagangan
Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai
ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu, diukur menggunakan
mata uang yang berlaku. Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan
jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca
negatif. Neraca pedagangan seringkali dibagi berdasarkan sektor barang dan
sektor jasa.
Kebijakan ekonomi di berbagai negara di Eropa pada abad pertengahan
dikelompokkan dalam merkantilisme. Pemahaman awal mengenai
ketidakseimbangan perdagangan muncul dari praktik dan penyelewengan pada
merkantilisme ketika sumber daya alam dari koloni di benua Amerika diekspor
untuk ditukar dengan barang jadi dari Inggris, yang lalu memicu Revolusi
Amerika.
Neraca Perdagangan Vs Neraca Pembayaran
Neraca Perdagangan atau balance of trade adalah ikhtisar yang menunjukkan
selisih antara niali transaksi ekspor dan impor suatu negara dalam jangka
waktu tertentu. Neraca perdagangan suatu negara yang positif, menunjukkan
negara itu mengalami ekspor yang nilai moneternya melebihi impor. Terjadi
surplus perdagangan. Sementara itu, neraca perdagangan suatu negara yang
negatif menunjukkan nilai moneter impornya melebihi nilai moneter ekspor.
Terjadi defisit perdagangan.
Neraca pembayaran adalah suatu ikhtisar yang menunjukkan aliran pembayaran
yang dilakukan dari negara-negara lain ke dalam negeri dan dari dalam
negeri ke negara lain dalam satu tahun tertentu. Neraca pembayaran
bermasalah apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Artinya, pembayaran
ke luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri.
Namun demikian, yang dicatat di dalam neraca pembayaran hanyalah transaksi
ekonomi. Transaksi yang menimbulkan hak untuk menerima pembayaran dari
penduduk negara lain disebut transaksi kredit, sedangkan transaksi yang
menimbulkan kewajiban untuk membayar penduduk negara lain disebut transaksi
debit.
Untuk menentukan apakah seseorang sebagai penduduk (orang dalam negeri)
ataukah sebagai orang luar negeri, perlu diperhatikan tempat tinggalnya.
Seseorang dianggap penduduk suatu negara apabila bertempat tinggal di
negara tersebut.
Orang yang telah menetap dalam enam bulan atau lebih baik warga negara
Indonesia atau warga negara asing, dianggap sebagai penduduk Indonesia.
Namun, para wisatawan asing dan para diplomat tidak dapat dianggap sebagai
penduduk Indonesia.
Alasannya adalah, mereka hanya bertempat tinggal sementara. Transaksi yang
dicatat di dalam neraca pembayaran dapat dibedakan menjadi transaksi sedang
berjalan dan transaksi kapital.
Yang dimaksud dengan transaksi sedang berjalan (current account) adalah
transaksi yang meliputi barang barang dan jasa. Adapun yang dimaksud dengan
transaksi kapital (capital account) adalah transaksi yang menyangkut
investasi modal dan emas.
Transaksi satu arah (bukan transaksi timbal balik) antara lain pemberian
hadiah (gift), bantuan (aid), dan pemberian yang lain dapat digolongkan ke
dalam transaksi sedang berjalan (transaksi tersendiri).
"NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TOTAL " "
"Period" " " " " "
"e : " " " " " "
"2011-2" " " " " "
"016 " " " " " "
" " " " "2015 "2016 " "
"I "E X P O R "150.366,30"-6,59 "78.425,10 "69.509,90 "-11,37 "
" "T " " " " " "
" "- OIL & "18.574,40 "-16,6 "9.992,10 "6.497,40 "-34,97 "
" "GAS " " " " " "
" "- NON OIL "131.791,90"-4,5 "68.433,00 "63.012,50 "-7,92 "
" "& GAS " " " " " "
"II "I M P O R "142.695,60"-4,96 "73.949,40 "65.915,60 "-10,86 "
" "T " " " " " "
" "- OIL & "24.613,20 "-9,38 "13.096,90 "8.612,90 "-34,24 "
" "GAS " " " " " "
" "- NON OIL "118.082,40"-3,87 "60.852,50 "57.302,70 "-5,83 "
" "& GAS " " " " " "
"III "TOTAL "293.061,90"-5,82 "152.374,50"135.425,50"-11,12 "
" "- OIL & "43.187,50 "-12,77 "23.089,00 "15.110,30 "-34,56 "
" "GAS " " " " " "
" "- NON OIL "249.874,30"-4,22 "129.285,50"120.315,20"-6,94 "
" "& GAS " " " " " "
"IV "BALANCE "7.670,70 " "4.475,70 "3.594,30 "-19,69 "
" "- OIL & "-6.038,80 " "-3.104,80 "-2.115,50 "-31,86 "
" "GAS " " " " " "
" "- NON OIL "13.709,50 "-1,69 "7.580,50 "5.709,80 "-24,68 "
" "& GAS " " " " " "
" " " " "
" " " " " " " " " " " "Keterangan: " " " " " " " " " " " " " " " " " " " "
" " "*) Angka sementara " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " " "
Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
Kebijakan moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara
untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja
penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset
standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau
bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan
untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal
(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro,
yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka
kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor
perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan
barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan
antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai
berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta
asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang
apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan
daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian
mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan
moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain :
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities).
Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat
berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI
atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan
atas Surat Berharga Pasar Uang.
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-
kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga
bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah
menaikkan rasio.
Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang
beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.
Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004
pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada
inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia
menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama
kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem
nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar
sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk
mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan
nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang
beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-
sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain
operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-
cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga
dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah
pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan
pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
Pola persebaran sumber daya
Distribusi pendapatan
Pemerintah menjalankan kebijakan fiskal adalah dengan maksud untuk
mempengaruhi jalannya perekonomian atau dengan perkataan lain, dengan
kebijakan fiskal pemerintah berusaha mengarahkan jalannya perekonomian
menuju keadaan yang diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara
lain pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat
mempengaruhi kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
investasi nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.
Penutup
Perekonomian suatu negara diukur menggunakan indikator – indikator
perekonomian makro dikarenakan ekonomi makro adalah ekonomi yang
menganalisa semua masalah dalam satu sistem ekonomi dan analisa ini lebih
bersifat umum, ekonomi ini sangat mempengaruhi masyarakat, perusahaan dan
pasar. Pencapaian dan kondisi Indonesia dari indikator – indikator
perekonomian makro yang pertama jika dilihat dari pendapatan per kapita
maka pendapatan warga negara Indonesia dapat dikatakan masih rendah Rp.
3.675.787 per bulan dan berada diurutan ke 114 dunia dibawah Singapura,
Thailand, Malaysia namun lebih tinggi dari Negara Asia Tenggara yang lain.
Produk Domestik Bruto Indonesia merupakan hal yang dapat memberikan harapan
serta kebanggan bagi rakyat Indonesia karena berada di urutan ke - 16 dunia
sehingga Indonesia termasuk dalam G-20. Besaran jumlah PDB Indonesia berada
di atas Negara – negara Asia Tenggara yang lain dan masih berpeluang untuk
meningkatkan pencapaian PDBnya. Jika melihat besarnya PDB Indonesia namun
pendapatan per kapita Negara Republik Indonesia masih tergolong rendah
berarti dapat disimpulkan bahwa besarnya PDB tidak berbanding lurus dengan
besarnya pendapatan per kapita dan sebaliknya. Suku bunga bank di
Indonesia termasuk tinggi jika dibandingkan dengan negara – negara lain
sehingga berdampak perekonimian. Industri khususnya industri riil dimana
umumnya membutuhkan tambahan dana yang biasanya diperoleh dari kredit dan
bunga pinjamannya tinggi. Bunga usaha tinggi akan mempengaruhi biaya
produksi (ekonomi biaya tinggi) sehingga harga jual produk jadi tinggi.
Tingginya harga barang mengakibatkan terjadinya inflasi dan salah satu cara
untuk mengatasi inflasi yaitu dengan menaikan suku bunga bank. Indeks Harga
Konsumen di Indonesia di tahun 2015 mengalami peningkatan terus menerus
dengan selisih yang tidak gitu besar besaran inflasi berdasarkan IHK 3,35
termasuk inflasi ringan. Indikator Ketenagakerjaan dengan melambatnya
pertumbuhan perekonomian dan kondisi perekonomian yang kurang baik maka
tingkat pengangguran pun juga bertambah. Pada tahun 2015 Tingkat
Pengangguran Terbuka di Indonesia 6,18 % dari angkatan kerja. Berdasarkan
hasil survei penjualan eceran (retail) di Indonesia mengalami penurunan
secara terus menerus hal ini kemungkinan besar diakibatkan ketatnya
persaingan serta penghematan anggaran belanja yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia sehingga penjualan menjadi sepi. Neraca Pembayaran
Indonesia pada 2015 surplus artinya Negara Indonesia mulai dapat
meninggalkan ketergantungan dari produk Impor dan ini menunjukan
keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan impor dan menguatkan BUMN untuk
mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri dan bahkan melakukan ekspor. Dari
keseluruhan indikator perekonomian dapat dikatakan perekonomian Indonesia
masih berada dalam kondisi yang cukup baik dan tetap berusahan untuk terus
berkembang walau terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kondisi
ekonomi global yang kurang baik. Dibutuhkan optimisme dan kerja keras
dapat meningkatkan kembali pertumbuhan ekonomi yang terhambat.
Daftar Pustaka
Ackley, Gardner.,1991. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan Paul Sitohang.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Boediono. 1992. Ekonomi Makro. Edisi 4. BPFE : Yogyakarta.
Boediono. 1993. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2.
BPFE :Yogyakarta.
Boediono. 1994. Ekonomi Moneter. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.
2. BPFE : Yogyakarta.
Boediono. 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No. 2. BPFE : Yogyakarta.
Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.
Denburg, F Thomas. 1986. Makro Ekonomi. Konsep Teori dan Kebijaksanaan.
Edisi 7. Erlangga : Jakarta.
Diulio, Eugene A. 1993. Teori Makro Ekonomi. Cetakan keempat. Jakarta :
Erlangga
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Terjemahan :
Imam Nurmawan. Jakarta : Erlangga.
Mc Eachern, William A. 2000. Ekonomi Makro. Diterjemahkan oleh Sigit
Triandaru. Salemba Empat : Thomson Learning Asia.
Nopirin., 1993. Ekonomi Moneter. Edisi 4. Cetakan Kedua, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Samuelson, Paul A. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ke-
17. Cetakan ketiga. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi 2. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
www.bps.go.id
www.wikipedia.co.id
http://www.berjubel.net/mengapa-suku-bunga-bank-indonesia-begitu-tinggi/
-----------------------
Indikator – indikator Perekonomian Makro dan Pencapaian Indonesia pada
Tahun 2015