ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA
Oleh : WAWAN KURNIAWAN A14105620
RINGKASAN WAWAN KURNIAWAN. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO)
Kecap merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan kedelai, yaitu melalui proses fermentasi 1 sampai 2 minggu. Dilihat dari kandungan gizinya kecap kedelai ternyata masih memilki protein dan kadar abu yang cukup tinggi. Sementara komposisi asam amino pada kecap kedelai sebagian besar didukung oleh asam glutamat, prolin, asam asportat dan lesitin (Santoso, 1994). Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan kecap menyebabkan persaingan semakin meningkat di antara perusahaan kecap, terutama dampak persaingan ini dirasakan sekali bagi perusahaan kecap yang masih masi h kecil, sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan. Perusahaan Kecap Segitiga merupakan salah satu produsen kecap yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap kecap seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya
RINGKASAN WAWAN KURNIAWAN. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO)
Kecap merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan kedelai, yaitu melalui proses fermentasi 1 sampai 2 minggu. Dilihat dari kandungan gizinya kecap kedelai ternyata masih memilki protein dan kadar abu yang cukup tinggi. Sementara komposisi asam amino pada kecap kedelai sebagian besar didukung oleh asam glutamat, prolin, asam asportat dan lesitin (Santoso, 1994). Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan kecap menyebabkan persaingan semakin meningkat di antara perusahaan kecap, terutama dampak persaingan ini dirasakan sekali bagi perusahaan kecap yang masih masi h kecil, sehingga keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan. Perusahaan Kecap Segitiga merupakan salah satu produsen kecap yang sedang berkembang. Adanya perubahan permintaan konsumen terhadap kecap seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu, kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu Biaya yang ditanggung perusahaan untuk biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 14 106 009.43 dengan biaya pembelian bahan baku selama periode Maret 2007-Februari 2008 sebesar Rp 1 340 203 482.00. Sedangkan dengan teknik LFL, EOQ dan POQ biaya persediaan perusahaan masing-masing Rp 27 659 748.70 , Rp 9 365 809.48, Rp 8 278 409.65. Sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku kecap belum optimal dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini ditunjukkan dari tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan, dibandingkan dengan biaya persediaan menggunakan metode MRP teknik EOQ dan teknik POQ. Sedangkan dari hasil analisis dengan Metode MRP teknik POQ yang menghasilkan penghematan biaya paling besar di antara teknik yang lainnya, yaitu menghasilkan biaya persediaan sebesar Rp 8 278 409.65 atau perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar 41.3 persen. Biaya pembelian bahan baku dengan teknik POQ sebesar Rp 1 228 478 728.50 atau perusahaan mengalami penghematan biaya pembelian bahan baku sebesar 8.3 persen. Oleh karena itu metode MRP teknik POQ direkomendasikan sebagai model alternatif dalam sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya persediaan bahan bakunya. Penggunaan metode MRP teknik POQ dapat dijadikan alternatif bagi pengendalian persediaan perusahaan karena metode ini menghasilkan periode gabungan yang akan meminimumkan biaya persediaan (biaya pemesanan dan biaya penyimpanan) serta biaya pembelian bahan baku.
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DI PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Judul Skripsi : Nama NRP
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka : Wawan Kurniawan : A14105620
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP:131 578 844
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
BAHAN
BAKU
DI
PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA MAJALENGKA ” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN
UNTUK
TUJUAN
MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Mei 1982 di Majalengka, Jawa Barat. Penulis yang bernama lengkap Wawan Kurniawan adalah anak ketujuh dari enam bersaudara pasangan ayahanda Abu sufyan dan ibunda Yayah Khususiah. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Negeri 1 Maja tahun 1990 hingga tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Maja hingga tahun 1999. Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 1 Majalengka, kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Diploma III Program Studi Teknologi dan Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. Penelitian ini membahas tentang pengendalian persediaan bahan baku kecap khususnya bahan baku Kedelai, Gula Aren, Gula kelapa dan garam. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode alternatif bagi perusahaan dalam pengadaan bahan baku, dengan memberikan tingkat persediaan dan biaya persediaan yang optimal, serta dapat menghemat biaya pembelian bahan baku. Model pengendalian persediaan yang digunakan adalah model Material Requirement Planning (MRP) teknik Lot For Lot (LFL), Teknik Economic Order
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang selalu memberikan Rahmat, Berkah dan Ridho kepada penulis sepanjang hayat ini. 2. Bapak dan ibu tercinta, Teteh-tetehku dan Aa-Aaku atas daya upaya selalu mendoakan, member kasih sayang, dorongan dan kesabarannya dalam membimbing penulis dari kecil hingga sekarang. 3. Ir.Joko Purwono, MS sebagai pembimbing skripsi yang telah begitu banyak memberi bimbingan, saran, dan masukannya selama proses penelitian
8. Daeng Iksal atas segala bantuannya dan kebersamaannya yang memberikan semangat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan Bu Mia atas pinjaman buku-bukunya, selamat atas kelahiran buah hatinya. 9. Dr. Arisman Adnan dan Mas Yuri atas dorongan semangat dan Do’anya. 10. Teman-teman seperjuangan (Asep, Hery, Hayya, Guna, Usman, Erfan, Iyan) atas keceriaan dan kebersamaan kita dalam perjuangan tidak lupa juga untuk mas Way. Sungguh suatu nikmat yang indah bisa mengenal kalian semua saudaraku ;-) 11. Semua teman-teman ekstensi 13(esp :Pengurus KAMUS,dan Tim Pelopor : Husni, Rudy, Husen, dan Abdul, Sol, dan Akhwatnya) atas kebersamaan kita, semoga silaturahim kita tidak terputus. 12. Teman-teman satu atap (Arif, Aris, Fajar, Jam’an, Sudar, Ubay) atas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v I.
II.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 1.5 Ruang LingkupPenelitian ...................................................................
1 4 9 9 9
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecap ................................................................................................... 2.2 Bahan Baku .......................................................................................... 2.3 Persediaan ........................................................................................... 2.3.1 Fungsi dan Peranan Persediaan ................................................ 2.3.2 Jenis-jenis Persediaan fisik
11 13 14 14 15
4.4Rekomendasi Model Alternatif Pengendalian Persediaan Berdasarkan Data Historis ................................................................. 44 4.5 Definisi Operasional ............................................................................. 45 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan..................................................... 5.2 Lokasi Perusahaan .............................................................................. 5.3 Aspek Pemasaran ................................................................................ 5.4 Aspek Teknis/Produksi ....................................................................... 5.4.1 Proses Produksi ......................................................................... 5.5 Aspek Sumberdaya Manusia .............................................................. 5.6 Fasilitas Pabrik dan Kantor ................................................................
46 47 48 49 49 53 53
VI. SISTEM PENANGANAN DAN PENGADAAN BAHAN BAKU KECAP PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA 6.1 Jenis dan Asal Bahan Baku ................................................................ 55 6.1.1 Kacang Kedelai ......................................................................... 56 6.1.2 Gula Aren .................................................................................. 57 6.1.3 Gula Kelapa ............................................................................... 57 6.1.4 Garam ........................................................................................ 57 6.2 Prosedur Pengadaan Bahan Baku....................................................... 58 6.3 Waktu Tunggu Bahan Baku( Lead Time) Pada Perusahaan Segitiga.. 59 6.4 Proses penanganan Bahan Baku 60
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Hal
1.
Produksi Tanaman Sekunder Indonesia Tahun 2003-2007 ..................
1
2.
Konsumsi dan Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Seminggu untuk Komoditas Kecap di Indonesia..............................................................
2
3.
Susunan Aset Suatu Perusahaan Manufaktur (Tipikal) ........................
4
4.
Daftar Industri Kecap Kabupaten Majalengka Tahun 2007 .................
5
5.
Kuantitas Pesanan dan Persediaan Rata-rata Bahan BakuKacang Kedelai Berdasarkan kondisi Aktual Perusahaan Tahun 2007 .............
7
6.
Komposisi Zat Gizi Kecap Kedelai (100gr) .........................................
12
7.
Penentuan Lot dengan Teknik PPB ......................................................
26
8.
Penelitian Terdahulu .............................................................................
30
9.
Format Rencana MRP...........................................................................
40
19. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Segitiga dengan Teknik Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008……. .… 74 20. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 .......................................................... 75 21. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Segitiga Teknik Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 ................................ 76 22. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 .......................................................... 77 23. Perbandingan Frekuensi Biaya Persediaan dan Biaya Pembelian Total Bahan Baku Periode Maret 2007-Februari 2008 ..................................... 78 24. Penghematan Biaya Persediaan dan Pembelian dengan MRP Teknik LFL, EOQ dan POQ................................................................................. 79
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Hal
1. Biaya Persediaan ........................................................... ....................................
23
2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
35
3. Prosedur Pembelian Bahan Baku........................................................
59
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perindustrian merupakan
sektor yang cukup diandalkan dalam
perekonomian Indonesia, terutama dari sektor industri pengolahan hasil pertanian. Hal tersebut menjadikan industri pengolahan hasil produk pertanian sangat berperan dalam pertumbuhan perekonomian, karena sektor pertanian masih menjadi penghasilan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, sebagai masyarakat agraris. Indonesia sebagai negara agraris, yang mempunyai luas lahan pertanian yang cukup luas, masih mempunyai potensi yang besar dalam
meningkatkan
produksi industri pengolahan hasil pertanian. Data produksi beberapa komoditas
Produksi produk pertanian untuk tahun 2007, pada Tabel 1 menunjukkan penurunan dalam produksi
yaitu untuk komoditas kedelai, kacang tanah dan
singkong. Hal ini menimbulkan kenaikan harga beberapa komoditas pertanian, khususnya
yang terjadi pada tahun 2007 adalah kenaikan harga komoditas
kedelai, sehingga berdampak pada melambungnya harga produk-produk olahan kedelai.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu
Krisnamurthi, menyatakan bahwa harga komoditas pangan naik sebesar 10%-35% selama enam bulan terakhir. Peningkatan harga itu dipicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Komoditas pangan yang dimaksud seperti jagung, kedelai, daging, dan terigu.1 Salah satu industri
pengolahan
hasil
pertanian yang menggunakan
komoditas kedelai sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya adalah
Apabila ditinjau dari aspek konsumsi, masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi kecap yang cukup tinggi. Data pengeluaran dan konsumsi kecap di Indonesia pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata–rata konsumsi dan pengeluaran untuk kecap per kapita per minggu pada tahun 2002 mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 31.8 persen, dengan tingkat konsumsi per kapita per minggu sebanyak 0.083 liter, nilai pengeluaran Rp 124.00 serta pertumbuhan nilai pengeluaran sebesar 57 persen. Meskipun pada tahun 2003 dalam tingkat konsumsi mengalami penurunan menjadi 0,078 liter per kapita per minggu, dengan tingkat pertumbuhannya sebesar – 6,0 persen, tetapi dengan nilai pengeluaran yang
mengalami peningkatan menjadi Rp 127.00, tentunya ini
menjadi pendorong bagi pelaku bisnis kecap untuk meningkatkan produksinya. Industri kecap berlomba-lomba menghasilkan kecap dengan berbagai rasa,
efektivitas optimal dalam penyediaan bahan baku. Dalam pengadaan dan penyimpanan bahan baku diperlukan biaya besar, baik itu untuk perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Biasanya biaya yang paling besar adalah nilai inventory dan biaya penyimpanannya. Biaya penyimpanan ini setiap tahun pada umumnya mencapai
sekitar
20
persen
sampai
40
persen
dari
harga
barang
(Indrajit, 2003). Oleh karena itu, perlu ditempuh strategi atau manajemen tertentu yang bertujuan menjaga agar tingkat persediaan barang dapat ditekan seminimal mungkin, namun di lain pihak harus diusahakan agar penjualan dan operasi perusahaan tidak terganggu. Berikut ini dapat dilihat susunan aset tipikal dari suatu perusahaan manufaktur pada Tabel 3. Tabel 3. Susunan Aset Suatu Perusahaan Manufaktur (Tipikal) No
Susunan Aset
Persentase (%)
yang cukup tinggi dalam aspek pemasaran dan harga, dimana sebagian besar dipasarkan di wilayah Kabupaten Majalengka. Tabel 4. Daftar Industri Kecap di Kabupaten Majalengka Tahun 2007 No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Perusahaan/Pengrajin
Segi tiga Maja menjangan Cap Sate Anton Yuliyanto Potret Matahari Terbit dan Merak Ijoh Andon T3 Roda Bersayap H. Santana Panggang Ayam Potret Matahari
Jumlah Produksi
Satuan
860 000 624 175 183 000 108 000 180 000
Botol Botol Botol Botol
960 750 180 000 144 000 250 000 45 000 15
Botol Krat Botol Botol Botol Botol Ton
Jumlah Tenaga Kerja 40 12 7 15 5
2 2 13 10 4 3 5
Banjar, Cianjur, Cirebon dan Majalengka. perusahaan
selama
ini
adalah
perusahaan
Kondisi aktual yang terjadi di tidak
melakukan
perhitungan
berdasarkan metode pengendalian bahan baku tertentu dalam menentukan jumlah bahan baku yang dipesan. Perusahaan hanya melakukan pemesanan berdasarkan kondisi aktual persediaan bahan baku di gudang sehingga sering terjadi pemesanan bahan baku yang tidak terjadwal dan jumlah pesanannya jauh lebih besar dari rata-rata kebutuhan bahan baku.
Hal ini mengakibatkan tingginya
persediaan bahan baku perusahaan yang menyebabkan besarnya biaya kesempatan (opportunity cost ) yang harus ditanggung perusahaan. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 5 yang menjelaskan perbandingan antara kuantitas pesanan dan kebutuhan pemakaian bahan baku kacang kedelai, berdasarkan kondisi aktual perusahaan.
keunggulan kompetitif menjadi penting. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah pengembangan keragaan manajemen produksi dan operasi organisasi melalui manajemen produksi dan persediaan. Tabel 5.
Kuantitas Pesanan dan Persediaan Rata-Rata Bahan Baku Kacang Kedelai Berdasarkan Kondisi Aktual Perusahaan Tahun 2007
Bulan
Januari
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Kuantitas Pesanan (kg) 840 600 1000 8223 8337 3429 6000 6488
Stok Awal (kg)
Pemakaian (kg)
1800 1650 2185 1625 1625 7663 10589 7737 8408 2684
150 305 1160 1000 2185 5411 6281 5329 5724 2166
Stok Akhir (kg) 1650 2185 1625 1625 7663 10589 7737 8408 2684 7006
Persediaan Rata-Rata (kg) 1725 1917.5 1905 1625 4644 9126 9163 8072.5 5546 4845
Perubahan permintaan konsumen terhadap kecap seringkali menuntut pihak perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap rencana produksinya (revisi rencana produksi). Selain itu kebijakan perusahaan menyangkut perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku sering dihadapkan pada kendala investasi yang terlalu banyak atau menekan persediaan. Masing-masing akan memiliki konsekuensi terhadap biaya persediaan, kelancaran produksi dan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu, diperlukan sistem pengendalian
persediaan
yang
optimal
sehingga
perusahaan
mampu
meningkatkan efisiensi produksi dan meminimalkan biaya produksinya. Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting karena menunjang kelancaran dan kesinambungan dalam proses produksi. Persediaan bahan bahan baku yang melebihi maupun yang persediaan bahan
2. Bagaimanakah model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat meminimalkan biaya, sesuai dengan kondisi perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Melakukan kajian terhadap sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan. 2. Menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dan menentukan alternatif teknik pengendalian persediaan bahan baku yang dapat diterapkan pada perusahaan.
1.4. Kegunaan Penelitian
bahan baku. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada perusahaan mengenai teknik pengendalian persediaan bahan baku yang dapat meminimalkan biaya. Kabupaten Majalengka.
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Kecap Segitiga,
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kecap
Kecap adalah sari kedelai yang telah difermentasikan dengan atau tanpa penambahan gula dan bumbu.
Dilihat dari kandungan gizinya, kecap kedelai
ternyata masih memiliki protein dan kadar abu yang cukup tinggi. Sementara komposisi asam amino pada kecap kedelai sebagian besar didukung oleh asam glutamat, prolin, asam asportat dan lesitin (Santoso, 1994). Dengan demikian mengkonsumsi kecap bukanlah sekedar menikmati rasa asin atau manis, akan tetapi kecap kedelai memiliki zat gizi yang lengkap dengan asam aminonya. Pada umumya bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan kecap adalah kacang kedelai (Glycine max merr ).
Hal ini didasarkan kandungan nilai gizi
kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia. Jenis kedelai yang digunakan
untuk pembuatan kecap adalah kedelai
hitam dan kedelai kuning (Judoamidjojo, dalam dalam Ramdhan, 2002). Komposisi kimia antara kedelai hitam dengan kedelai kedelai kuning tidak begitu berbeda. Selain itu perbedaan jenis kedelai tersebut tidak berpengaruh pada efektifitas fermentasi. Kedelai hitam lebih banyak digunakan oleh kalangan industri dalam pembuatan kecap, namun namun beberapa beberapa perusahaan
menggunakan kedelai kuning, dan hasil
Secara umum kecap di Indonesia dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu kecap asin dan kecap manis. Kecap dapat diproduksi dengan tiga metode produksi, yaitu fermentasi kedelai, hidrolisa asam, atau kombinasi keduanya. Kecap hidrolisa kurang populer dibandingkan dengan kecap hasil fermentasi dari segi rasa dan aroma yang kurang baik. Hal ini disebabkan selama proses hidrolisa, beberapa asam amino dan gula rusak, serta timbul senyawa off flavour seperti asam levulinat, H2S dan beberapa komponen lainnya yang ada pada kecap fermentasi tidak terbentuk. Di Indonesia pembuatan kecap pada umumnya dilakukan secara fermentasi.
2.2
Bahan Baku
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari
barang dan jasa, mengidentifikasikan, menilai, dan memilih berbagai alternatif merek dan pemasok.
2.3
Persediaan
Persediaan merupakan merupakan hal penting bagi
suatu perusahaan manufaktur,
dalam menjaga keberlangsungan proses produksi. Karena persediaan dalam hal ini adalah bahan bahan baku, maka persediaan memiliki memiliki persentase terbesar dari modal kerja. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan
Persediaan ”decouples” ini memungkinkan perusahaaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier . 2. Fungsi Economic Lot Sizing adalah fungsi yang memungkinkan perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumberdaya-sumberdaya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Fungsi Lot Size ini perlu mempertimbangkan penghematan biaya. Penghematan dari potongan pembelian, biaya pengangkutan, dan sebagainya. Penghematan ini timbul karena perusahaan membeli dalam kuantitas yang lebih besar. 3. Fungsi Antisipasi merupakan persediaan untuk mengahadapi permintaan yang dapat diramalkan dan menjaga kemungkinan kesulitan memperoleh bahan baku. Fungsi ini untuk menanggulangi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan penerimaan bahan baku selama periode pemesanan
2. Persediaan komponen-komponen rakitan ( purchased parts/component ), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in proses), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi ( finished goods), yaitu persediaan barang-barang
rata persediaan semakin tinggi. Biaya -biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: 1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau pendingin) 2. Biaya modal (oportunity cost of capital , yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan) 3. Biaya keusangan 4. Biaya penghitungan fisik dan kondisi laporan 5. Biaya asuransi persediaan 6. Biaya pajak persediaan 7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
Secara normal biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. c. Biaya penyiapan (manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri ”dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan ( setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya- biaya ini terdiri dari : 1. Biaya mesin-mesin menganggur 2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung
6. Terganggunya operasi 7. Tambahan pengeluaran manajerial dan sebagainya.
2.3.4
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan ( part), bahan baku dan barang hasil/produk, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien (Assauri, 1999). Tujuan dari pengendalian dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi.
Sistem
ini
memainkan
peranan
penting
dalam
menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang bahan-bahan dan komponen-komponen apa yang harus dibuat atau dibeli, berapa jumlah yang dibutuhkan, dan kapan dibutuhkan. Menurut Heizer dan Render (1999), untuk mengetahui model persediaan terikat, maka manajer harus mengetahui : 1. Jadwal produksi master (master production schedule) Master production schedule (MPS) menjabarkan apa yang harus dibuat dan penjadwalan yang harus sesuai dengan jadwal produksi. Rencana produksi diturunkan dari teknik perencanaan agregat (agregat planning techniques). Rencana agregat ini mencakup perencanaan jenis-jenis input, keuangan, permintaan pelanggan, kemampuan teknik, ketersediaan tenaga kerja, fluktuasi persediaan, keragaan pemasok, dan pertimbangan-pertimbangan
penyusunan MRP yang tepat untuk merencanakan jumlah dan waktu pesanan bahan baku yang tepat agar proses produksi tidak terhambat. 4. Posisi pesanan, pembelian ( purchase order outstanding) Pengetahuan atas perjanjian pesanan pembelian harus dimiliki bagian pengendalian persediaan. Ketika pemesan terjadi, catatan tentang persediaan tersebut dan jadwal pengantaran harus tersedia, sehingga manajer dapat menyiapkan rencana produksi dan melakukan sistem MRP dengan baik. 5. Waktu ancang-ancang (lead time) Pengetahuan atas waktu ancang-ancang untuk masing-masing komponen diperlukan dalam menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian, produksi, atau perakitan yang sesuai dengan waktu produk tersebut dibutuhkan.
yang dibutuhkan dan kalau bias tidak ada biaya sama sekali. Kelebihan MRP lainnya dalam menangani barang-barang, yaitu : 1) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan 2) Meningkatkan kegiatan, fasilitas, dan tenaga kerja 3) Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik 4) Respon yang cepat terhadap perubahan pasar 5) Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan terhadap pelanggan
2.4.1
MRP Teknik Lot for lot
Teknik Lot for lot merupakan teknik penentuan ukuran lot, dengan memesan kuantitas bahan baku tepat sebesar yang dibutuhkan, tanpa persediaan
dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Tujuan dari sebagian model persediaan adalah meminimalkan biaya total. Dengan asumsi-asumsi yang diberikan, biaya-biaya yang signifikan adalah biaya pemesanan ( set up cost ) dan biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost ). Biaya- biaya lain seperti biaya satuan ini sendiri adalah konstan. Sehingga dengan meminimalkan jumlah pemesanan dan penyimpanan dapat berarti meminimalkan biaya total. Penjelasan mengenai biaya-biaya tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1. Pada Gambar 1 menunjukkan hubungan antara biaya penyimpanan (holding/carrying cost ) dan biaya pemesanan (ordering atau set up cost ), dalam bentuk grafik. Kuantitas pesanan tetap yang meminimumkan biaya tersebut terjadi
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penentuan kuantitas yang optimal dengan menggunakan model EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut : Total biaya per tahun (TC) = Biaya Penyimpanan + Biaya Pemesanan TC =
HQ 2
+
SD Q
Dimana: TC
= Total biaya tahunan
H
= Biaya penyimpanan (carrying cost ) per unit per tahun
S
= Biaya pemesanan (ordering cost ) Ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama
dari biaya total terhadap kuantitas (Q) tahunan sama dengan 0. TC min :
dTC dQ
=
0
dTC H
SD
1.
Permintaan akan produk adalah konstan, seragam, dan diketahui (deterministik).
2.
Harga per unit adalah konstan
3.
Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan
4.
Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan
5.
Waktu antara pesanan pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time) adalah konstan
6.
Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
Keuntungan penggunaan teknik EOQ adalah pemesanan dilakukan lebih besar dari kebutuhan bersihnya, sehingga apabila terjadi perubahan kualitas produksi menjadi lebih besar, maka persediaan bahan baku tersedia. Kekurangan teknik ini adalah memberikan biaya penyimpanan yang lebih besar dibandingkan
Cp : Biaya pemesanan Per pesanan Ch : Biaya penyimpanan per periode Prinsip dari teknik ini adalah mencoba menggabungkan suatu periode dengan periode berikutnya kemudian menghitung kumulatif bersih dari periode gabungan tersebut serta kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode diperoleh dengan mengakumulasikan perkalian kebutuhan suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung. Tabel 7 menunjukkan penentuan ukuran lot dengan menggunakan PPB. Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP merupakan gabungan periode yang dipilih (Herjanto, 1999). Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi, dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan
2.4.4
MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam teknik POQ ini. Dengan demikian jumlah sediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dihilangkan. Keunggulan teknik POQ adalah dibandingkan dengan teknik EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan sediaan kebutuhan tidak uniform (seragam) karena sediaan yang berlebih dapat dihindarkan. Untuk menghitung jumlah periode kebutuhannya harus dipenuhi oleh satu lot tunggal, digunakan perhitungan sebagai berikut : Jumlah pesanan = EOQ / permintaan rata-rata
2.5
Persediaan Pengaman ( Safety Stock )
menghindari kerugian, karena kelebihan bahan baku yang akan menimbulkan pemborosan biaya.
2.6
Titik Pemesanan Kembali
Titik pemesanan kembali merupakan suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pesanan harus diadakan kembali. Titik ini menunjukkan kepada bagian pembelian untuk mengadakan pesanan kembali bahan-bahan pesanan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Dalam penentuan titik ini harus memperhatikan besarnya penggunaan bahan baku selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima, ditentukan oleh dua faktor yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-
biaya tertinggi untuk pengendalian persediaan bahan baku gula pasir.
Untuk
keempat bahan baku lainnya yaitu bahan baku terigu, mentega, ragi, dan kelapa metode MRP teknik PPB menghasilkan penghematan biaya terbesar. Berdasarkan analisis perbandingan metode perusahaan dengan metode alternatif lainnya, metode MRP teknik PPB adalah teknik yang mampu menghasilkan penghematan biaya persediaan tertinggi untuk kumulatif kelima bahan baku. Widyastuti (2001) melakukan penelitian dengan judul sistem pengandalian persediaan bahan baku susu kental manis, studi kasus PT. Indolakto, Sukabumi. pada penelitiannya menggunakan analisis dengan teknik EOQ, persediaan pengaman ( safety stock ), dan titik pemesanan kembali (reorder point ). Bahan baku yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah susu segar, gula, skimmed milk powder (SMP). Hasil penelitian menyatakan bahwa kebijakan perusahaan
menyebabkan timbulnya biaya kekurangan bahan baku berupa biaya pemesanan mendadak, dan berupa biaya imbangan ( opportunity cost ). Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku, dapat disimpulkan bahwa umumnya model analisis untuk persediaan bahan baku adalah metode MRP. Metode MRP teknik Lot For Lot cocok digunakan pada perusahaan yang melakukan pemesanan hanya sejumlah kebutuhan bersih tanpa adanya persediaan. Metode MRP teknik POQ cocok untuk perusahaan yang memilki kebutuhan bahan baku yang tiap periodenya tidak seragam. Tabel 8. Penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Sofyan M
Tahun 2004
Komoditas
Tepung terigu, mentega, telur,
Topik Analisis Pengendalian
Alat Analisis MRP (Teknik LFL, EOQ,
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini dilakukan dengan dilatarbelakangi oleh upaya perusahaan dalam meningkatkan keuntungannya. Dalam upayanya tersebut sering kali perusahaan terkendala dengan tingginya persediaan bahan baku, ini dikarenakan biaya pengendalian bahan baku yang dikeluarkan belum efisien. Hal ini dapat diketahui dari besarnya penyimpanan bahan baku yang dibebankan pada perusahaan, sebagai konsekuensi dari tingginya tingkat persediaan bahan baku. Dari permasalahan perusahaan ini dapat dianalisis, yang diawali dengan mengidentifikasi kebijakan perusahaan dalam pengadaan bahan baku, kemudiaan dilakukan analisis prosedur pembelian, dan terakhir dengan menganalisis pengendalian persediaan bahan baku.
dikeluarkan dalam pengadaan persediaan bahan baku, harga bahan baku, dan kebijakan bahan baku yang diterapkan perusahaan. Contoh dari kebijakan bahan baku misalnya stok minimum dan maksimum persediaan bahan baku untuk persediaan pengaman. Dalam analisis ini akan banyak digunakan data volume pemakaian bahan baku, sebab volume pemakaian bahan baku akan menentukan besarnya permintaan bahan baku, yang merupakan salah satu variabel dalam penentuan kuantitas optimal. Volume pemakaian bahan baku ini didasarkan pada catatan historis perusahaan. Waktu tunggu digunakan dalam menentukan waktu pelaksanaan pesanan sampai bahan baku diterima perusahaan. Waktu tunggu diperoleh berdasarkan catatan-catatan historis perusahaan.
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang timbul karena adanya bahan baku yang disimpan perusahaan. Biaya penyimpanan meliputi biaya gudang, biaya upah dan gaji pengawas, biaya peralatan penanganan bahan baku di gudang (listrik, air, dan lain-lain), dan bunga atas modal yang ditanamkan ke dalam investasi tersebut sebagai komponen opportunity cost. Dalam keadaan aktual di lapangan biaya-biaya ini didasarkan pada catatan-catatan historis perusahaan atas biaya tersebut. Harga dari bahan baku sangat diperlukan dalam menentukan besarnya beban bunga atas modal (opportunity cost ) dalam penentuan biaya penyimpanan. Harga bahan baku ini merupakan harga rata-rata pembelian bahan baku oleh perusahaan selama periode pencatatan. Selain itu pengetahuan atas besarnya suku bunga bank sangat diperlukan dalam menentukan bunga atas modal ini. Suku
pembelian total bahan baku. Hasil yang diperoleh dari ketiga teknik tersebut kemudian akan dibandingkan dengan metode pengendalian yang dijalankan perusahaan, untuk mengetahui besarnya penghematan biaya yang dihasilkan masing-masing teknik. Dari analisis ini akan menentukan kebijakan bahan baku yang optimal sehingga perusahaan dapat merumuskan suatu strategi alternatif dalam pengendalian persediaan bahan bakunya. Kerangka penelitian operasional peneltian dapat dilihat pada Gambar 2.
Visi Perusahaan: Meningkatkan Keuntungan Perusahaan
Masalah Perusahaan: Biaya pengendalian persediaan bahan baku belum efisien.
Identifikasi kebijakan Perusahaan dalam Pengadaan Bahan Baku
Volume Pemakaian Bahan Baku
Biaya Persediaan Bahan Baku
Harga Bahan Baku
Waktu Tunggu Bahan Baku
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Kondisi Aktual Perusahaan
Metode MRP teknik LFL Metode MRP teknik EOQ
IV.
4.1
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Kecap Segitiga, Jalan Raya Tonjong No 54. Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja ( purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Majalengka terdapat banyak industri kecap dimana dengan banyaknya industri tersebut menyebabkan persaingan dalam mendapatkan bahan baku. Adapun waktu pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2008.
4.2
Jenis dan Sumber Data
mengenai kondisi perusahaan dengan baik, khususnya mengenai kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari (bahan pustaka) buku, hasil laporan penelitian terkait, catatan-catatan yang dimiliki perusahaan, literatur perusahaan dan instansi terkait serta internet.
4.3
Metode Analisis Data
Hasil perolehan data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Output data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara narasi. Sedangkan untuk data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif dengan gambar dan tabel agar mudah dipahami.
4.3.1
Pendugaan dan Penentuan Biaya Persediaan
Dimana : Tc = Biaya pemesanan setahun f = Frekuensi pemesanan selama setahun C = Biaya pemesanan per pesanan Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan diadakannya persediaan. Biaya ini berhubungan dengan jumlah persediaan yang ada di gudang. Termasuk didalamnya biaya gudang, upah dan gaji pegawai gudang, biaya administrasi gudang, dan bunga atas modal yang ditanamkan ke dalam investasi. Biaya penyimpanan dihitung dengan cara: TH = ∑ tHi tHi = Qi x h Maka : TH = ∑ { Qi x h}
4.3.3
Penyesuaian dan Penentuan Waktu Tunggu Pengendalian Persediaan
Waktu tunggu berguna dalam menentukan waktu pelaksanaan pesanan, sehingga pesanan dapat diterima pada saat tepat waktu tunggu bahan baku utama didasarkan atas catatan-catatan historis perusahaan.
4.3.4
Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan atas beberapa model tersebut sehingga akan didapat alternatif pilihan model yang tepat bagi perusahaan. Tujuan dari analisis kuantitatif ini adalah untuk menentukan waktu pesanan yang tepat dan kuantitas pesanan yang optimal. Dengan demikian diharapkan tingkat persediaan di tangan menjadi lebih optimal dan biaya persediaan bahan baku dapat ditekan. Model yang digunakan dalam penelitian ini
Tabel 9. Format Rencana MRP
Uraian 1
2
3
4
Periode 5 6
7
8
9
10
Kebutuhan kotor (kg) Sediaan di tangan (kg) Penerimaan terjadwal (kg) Kebutuhan bersih (kg) Pesanan yang direncanakan (kg) Sumber : Elwood, 1996
Langkah-langkah pengisian tabel MRP (Tabel 9) yaitu sebagai berikut: 6) Menentukan kebutuhan kotor Kebutuhan kotor adalah rencana pemakaian bahan baku yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. 7) Menghitung persediaan di tangan Persediaan di tangan adalah persediaan awal yang ada di tangan pada
3) Kebutuhan bersih Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan ditangan untuk suatu periode lebih besar dari kebutuhan kotor periode tersebut, maka tidak terdapat kebutuhan bersih untuk periode tersebut. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode lebih kecil daripada kebutuhan kotor periode tersebut, maka kebutuhan bersih untuk periode tersebut adalah kebutuhan kotor dikurangi dengan jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan periode tersebut. 4) Rencana penerimaan pesanan Rencana penerimaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan
Ukuran lot adalah jumlah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang minimum. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran lot pada sistem MRP, diantaranya Lot for lot , Teknik EOQ, teknik POQ. Berikut ini beberapa teknik yang digunakan dalam penentuan lot ( lot sizing technique), yaitu: a. Teknik Lot for lot (LFL) Hal yang pertama kali dilakukan dalam metode MRP teknik Lot For Lot adalah menentukan kebutuhan kotor, apabila pada awal periode pengamatan terdapat persediaan yang cukup besar, maka perusahaan akan menghabiskan persediaan awal tersebut terlebih dahulu, sehingga tidak perlu dilakukan
dilakukan metode MRP seperti yang dilakukan dengan teknik Lot for lot , besar pesanan adalah sebesar kelipatan EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih. Biaya-biaya yang signifikan dalam penentuan optimal dengan teknik EOQ adalah biaya pemesanan (ordering ) dan biaya penyimpanan (holding atau
carrying ),
sehingga
dengan
meminimalkan
kuantitas
pesanan
dan
penyimpanan dapat berarti meminimalkan biaya total. Apabila terdapat persediaan awal yang cukup besar, maka perusahaan tidak perlu melakukan rencana permintaan bahan baku sampai persediaan tersebut tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Pesanan yang direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah dan jumlah yang mencukupi dan mendekati kebutuhan bersih sesuai dengan kelipatan EOQ yang telah dihitung sebelumnya.
e. Metode Perusahaan Metode ini disesuaikan dengan kondisi yang dijalankan perusahaan. Biaya persediaan dihitung berdasarkan biaya aktual yang dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya tersebut meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku.
4.3.5
Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan
Dari hasil analisis biaya persediaan bahan baku untuk setiap model yang digunakan, akan dibandingkan besarnya pesanan, banyaknya pesanan, dan biaya persediaan yang timbul. Selain melakukan perbandingan antar teknik juga dilakukan perbandingan antar teknik-teknik tersebut dengan sistem pengendalian persediaan
yang selama
ini dilakukan
perusahaan,
kemudian dilakukan
4.5 Definisi Operasional
1.
Waktu tunggu (lead time) adalah selang antara pemesanan bahan baku dengan saat datang dan diterimanya bahan baku di gudang persediaan. Waktu tunggu ini diukur dalam satuan hari, minggu atau bulan, tergantung dari sifat dan kebutuhan bahan yang diperlukan perusahaan. Untuk bahan baku SMP dan gula dihitung dalam satuan bulan.
2.
Frekuensi pembelian adalah banyaknya (kali) pembelian yang dilakukan perusahaan selama satu tahun produksi.
3.
Biaya pemesanan bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan setiap kali melakukan pemesanan dan penerimaan pesanan. Biaya pemesanan diukur dalam rupiah per pesanan (Rp/pesanan). Besarnya biaya yang dikeluarkan
V.
5.1.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Perkembangan Perusahaan
Perusahaan Kecap Segitiga merupakan perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang usaha industri kecap. Perusahaan ini mulai dirintis sejak tahun 1958 oleh Bapak H. Lukman. Pada awal beroperasinya perusahaan hanya menggunakan peralatan-peralatan sederhana atau hanya diproduksi dalam skala rumah tangga.
Pemberian Lambang atau nama SEGITIGA ini diilhami karena
pada awal pendirian perusahaan ini terdapat kesepakatan diantara tiga orang bersaudara, yaitu Bapak H. Lukman sebagai penanam modal, Bapak Endek sebagai tanaga ahli dalam bagian produksi kecap, dan Bapak Aman sebagai tenaga ahli dalam bidang pemasaran produk.
administrasi perizinan dilengkapi oleh perusahaan, yaitu dengan diterbitkannya Surat
Tanda
Pendaftaran
Industri
Kecil
No.50/Kandep.1.207/I/VII/1980.
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 157/M/SK/4/1980. Pada tahun 1987 ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Surat Standar Industri Indonesia (SII) No. 0032-74.1089/M/9/1987. Kelengkapan perizinan usaha yang terakhir dilakukan adalah dengan diterimanya surat izin yang diperbaharui dan berlaku selama perusahaan itu berdiri yaitu SIUP Nomor : 517/0025/PK-P/KPP/XI/2001; Tanda Daftar Perusahaan Nomor:
Nomor : 102351500113; Tanda Daftar Industri
530/047/TDI/KOPERINDAG/IX/2002;
Surat
Ijin
Gangguan
Nomor: 536/61.SK.KPP/VIII/IG/02; Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Nomor : P-IRT NO.115321007012; Sertifikat Penggunaan Tanda SNI Nomor : 0729/Bd/SNI/IV/1995
Propinsi Jawa Barat. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di tepi jalan raya, dekat dengan lintasan yang menghubungkan lintasan jalan utama Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Cirebon. Sehingga mendukung bagi kelancaran sarana transportasi bahan baku dan pemasaran produk. Letak yang strategis ini juga memudahkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan, karena konsumen dapat langsung mendatangi perusahaan karena lokasi yang mudah dijangkau.
5.3
Aspek Pemasaran
Pada saat ini Perusahaan Kecap SEGI TIGA tengah mempersiapkan diri untuk merubah sifat produksi dari MTO ( Make To Order ) menjadi MTS ( Make To Stock ).
Pada dasarnya hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang
mensuplai ke atau untuk super market , hotel, tempat wisata, Restoran asing / fast food .
5.4
Aspek Teknis/Produksi
5.4.1
Proses produksi
Perusahaan Kecap Segitiga memproduksi tiga jenis produk kecap, yaitu kecap manis, kecap asin, dan kecap manis sedang. Ketiga jenis kecap tersebut dikemas dalam beberapa ukuran dan
merek yang berbeda. Produksi kecap
perusahaan Kecap Segitiga dari tahun ketahun mengalami peningkatan, seiring dengan tingkat penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun. Proses produksi kecap pada Perusahaan Kecap Segitiga terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan bahan baku, tahapan kedua adalah proses produksi
kedelai kemudian ditiriskan dengan tujuan untuk mengurangi kandungan air sisa pencucian dengan menggunakan bakul. Selanjutnya dilakukan perebusan kedelai, perebusan dilakukan selama tiga jam, sampai keempukan kedelai mencapai tingkat yang diinginkan. Perebusan ini untuk menyiapkan kedelai sebagai media pertumbuhan jamur yang baik. Proses perebusan dilakukan dilakukan di atas tungku pembakaran. Kacang kedelai yang telah ditiriskan dari hasil perebusan selama 15 menit. selanjutnya dilakukan penjemuran dalam wadah (tampah) dengan ketebalan 2 cm, dibawah terik sinar matahari selama 2 hari, tergantung intesintas cahaya matahari sampai tingkat kadar air tertentu (setengah kering). Kedelai yang telah kering, kemudian ditebar di atas tampah-tampah dengan ketebalan dua sampai tiga cm dan disimpan dalam rak-rak penyimpanan
100 kg kedelai. Proses perendaman (pembelengan) adalah proses pencampuran larutan garam dengan kedelai hasil dari fermentasi. Perendaman dilakukan dalam tong –tong kayu selama 15 hari. Makin lama proses perendaman semakin baik kecap yang dihasilkan, karena pada proses ini bertujuan agar sari-sari makanan pada kedelai terserap dalam larutan. Pengadukan dilakukan seminggu sekali, dengan menggunakan pengaduk, agar proses perendaman merata.
Pengaturan
suhu dilakukan dengan cara membuka tutup tong pada siang hari, dan ditutup pada malam hari. Proses perendaman ini juga bertujuan agar mikroorganisme yang hanya bertahan dalam larutan garam saja yang dapat tumbuh, sehingga mikroorganisme yang merugikan dapat dihilangkan. Setelah proses perendaman selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka kedelai yang ada dalam tong-tong kayu kemudian diangkat, sehingga yang
telah melalui proses pemasakan, guna memisahkan kotoran yang terdapat pada gula, yaitu dengan penyaringan larutan gula. Kecap yang telah dimasak kemudian disaring dengan menggunakan kain halus. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memisahkan kecap dari gumpalan-gumpalan yang terbentuk pada saat pemasakan. Penyaringan ini berlangsung selama 30 menit. Kecap kemudian dimasukan ke dalam tong-tong kayu yang telah disiapkan. Untuk dilakukan proses pendinginan. Proses pendiaman kecap ini dilakukan selam 2-3 hari, agar kecap benar-benar dingin sebelum dimasukan kedalam botol. Tahapan terakhir adalah pengemasan atau pembotolan. Kecap yang telah melalui proses pendinginan kemudian dimasukan ke dalam botol dengan berbagai
5.5
Aspek Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor yang harus dimilki perusahaan. Sumberdaya di sini adalah tenaga kerja yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan usahanya. Tenaga kerja yang ada pada Perusahaan Kecap Segitiga terdiri dari dua macam tenaga kerja produksi dan tenaga kerja non produksi. Tenaga kerja produksi adalah tenaga kerja yang melakukan proses produksi kecap, sedangkan tenaga kerja non produksi adalah tenaga kerja yang menangani masalah administari, pemasaran dan keuangan. Tenaga kerja pada Perusahaan Kecap Segitiga merupakan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan sekitar perusahaan, sehingga dapat mengurangi pengangguran di daerah sekitar perusahaan. Saat ini tenaga kerja pada Perusahaan Kecap Segitiga berjumlah 40 orang yang dibagi dalam tiga divisi, yaitu divisi
Sarana yang dimiliki perusahaan terdiri dari bangunan pabrik dan kantor. Bangunan pabrik terdiri dari beberapa bagian, yang diperuntukkan untuk proses produksi kecap. Bangunan pabrik terdiri dari gudang penyimpanan bahan baku, area produksi, ruang fermentasi, tempat penjemuran, mushola, toilet. Untuk tempat penjemuran kedelai dan botol kemasan dilakukan di tempat terbuka, yaitu di area pekarangan pabrik yang cukup luas. Bangunan kantor terdiri dari ruangan pimpinan perusahaan, ruang staf administrasi dan keuangan, ruang tamu serta tempat penjualan secara langsung. Peralatan kantor perusahaan telah cukup lengkap, mulai alat tulis, komputer, telepon dan lemari-lemari tempat penyimpanan berkas. Untuk menunjang kelancaran transportasi kecap ke tempat pemasaran, perusahaan mempunyai tiga unit kendaraan mobil box, dan satu unit kendaraan mobil operasional.
VI. SISTEM PENANGANAN DAN PENGADAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA
6.1
Jenis dan Asal Bahan Baku
Perusahaan Kecap Segitiga dalam memproduksi kecapnya memerlukan berbagai bahan baku dalam proses pembuatannya. Bahan baku tersebut meliputi kacang kedelai hitam, gula kelapa dan gula aren, garam, serta beberapa bahan pembantu yang diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil. Ketersediaan bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan mempengaruhi produktifitas perusahaan dalam memproduksi kecap. Bahan baku tersebut diperoleh perusahaan dengan membeli melalui supplier yang telah menjadi mitra perusahaan dalam pengadaan bahan bakunya, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, diperoleh keterangan bahan baku yang vital bagi perusahaan dalam memproduksi kecap yaitu kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, garam. Tingkat kepentingan bahan baku ini didasarkan pada tingkat pemakaian bahan baku tersebut dalam proses produksi, dimana keempat bahan baku tersebut memiliki kontribusi yang besar terhadap biaya pengadaan bahan baku yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, garam termasuk bahan baku utama Perusahaan Kecap Segitiga.
6.1.1
Kacang Kedelai
Kacang kedelai merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan kecap, karena dari sari kedelai inilah kecap dihasilkan. Melalui proses fermentasi
6.1.2
Gula Aren
Gula aren adalah gula merah yang terbuat dari sari air tandan buah aren. Pemilihan jenis gula ini dikarenakan gula aren merupakan gula merah yang cukup digemari masyarakat sebagai pemanis, serta memiliki aroma yang harum dan warna gula yang gelap. Gula aren ini diperoleh perusahaan dengan cara memesan melalui distributor di daerah Kabupaten Bandung, dengan harga Rp 5 625.00 per kg.
6.1.3
Gula Kelapa
Gula kelapa merupakan gula yang dibuat dari sari air tandan buah kelapa. Gula ini digunakan sebagai pemanis tambahan dari gula aren, pemilihan gula ini karena gula kelapa memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan gula
6.2
Prosedur Pengadaan Bahan Baku pada Perusahaan Kecap Segitiga
Sistem pengadaan bahan baku utama yang diterapkan oleh Perusahaan Kecap Segitiga dalam memperoleh bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, dan garam adalah dengan cara melakukan pembelian melalui sistem jatuh tempo.
dengan tambahan biaya upah
pada setiap pengiriman masing-
masing bahan baku. Hal ini juga dilakukan karena lokasi distributor bahan baku yang relatif jauh. Waktu jatuh tempo untuk bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, dan garam memiliki waktu jatuh tempo selama satu bulan semenjak bahan baku diterima perusahaan. Pembelian bahan baku penolong dilakukan secara tunai. Prosedur pembelian dan pemesanan bahan baku pada Perusahaan Kecap
Bagian Pemasaran
Bagian Produksi
Bagian Gudang
Distributor
Bagian Keuangan
Gambar 3 . Prosedur Umum Pembelian Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga
Dalam prosedur pemesanan bahan baku ,
bagian keuangan akan
mengirimkan Purchasing Order (PO) dengan menelepon atau cukup dengan mengirimkan SMS kepada pemasok bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren,
kedalai hitam, gula aren, dan gula kelapa adalah satu minggu dan sedangkan garam memiliki waktu tunggu selama dua minggu.
6.4
Proses Penanganan Bahan Baku
Proses penanganan bahan baku meliputi proses penyimpanan bahan baku di gudang penyimpanan dan pengeluaran bahan baku dari gudang untuk dilakukan proses produksi. Penyimpanan bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa dan garam serta bahan baku lainnya ditempatkan di gudang tertutup, serta tanpa ada perlakuan khusus. Pemeriksaan bahan baku hanya dilakukan pada saat bahan baku tiba di perusahaan untuk dilakukan pengecekan mutu bahan baku. Penempatan bahan baku pada perusahaan dilakukan di gudang yang berbeda, Perusahaan Kecap Segitiga memiliki tiga gudang bahan baku. Penyusunan bahan
rencana produksi yang telah disusun oleh bagian produksi. Penentuan rencana produksi berdasarkan pesanan para sales-sales dan kapasitas produksi perusahaan. Berdasarkan
rencana
prduksi
tersebut
perusahaan
dapat
memperkirakan
kebutuhan bahan baku yang akan digunakan. Pemakaian tertinggi untuk bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, dan garam terjadi pada bulan Juli 2007 yaitu sebesar 6 281.0 kg untuk kacang kedelai hitam, gula aren sebesar 16 395.0 kg pada bulan Agustus 2007, gula kelapa sebesar 17 800.0 kg pada bulan Januari 2008, serta garam sebesar 3 776.0 kg pada bulan Agustus 2007. Untuk pemakaian bahan baku terendah untuk kacang kedelai hitam terjadi pada bulan April 2007 yaitu sebesar 1 000.0 kg, gula aren sebesar 500.0 kg pada bulan Februari 2008, gula kelapa sebesar 2 711.0 kg pada bulan September 2007, serta garam sebesar 1 585.0 kg
Tabel 11.
Volume Pemakaian Bahan Baku Preusan Kecap Segitiga Periode Maret 2007-Februari 2008 (kg)
Bulan
Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007
Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Jumlah Rata-rata
Kacang Kedelai Hitam
Gula Aren
1 160.0 1 000.0 2 185.0 5 411.0 6 281.0 5 329.0 5 724.0 2 166.0 5 409.0 3 946.0 4 245.0 2 126.0 44 982.0 3 788.5
4 431.0 10 623.0 8 167.0 10 014.0 11 933.0 16 395.0 15 494.0 10 856.0 6 272.0 1 500.0 700.0 500.0 95 389.0 7 949.1
Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008
Gula Kelapa 5 241.0 5 663.0 9 266.0 4 334.0 0.0 4 763.0 2 711.0 3 568.0 9 836.0 14 085.0 17 800.0 13 875.0 91 142.0 7 595.2
Garam
1 585.0 3 194.0 3 247.0 3 672.0 3 517.0 3 776.0 3 165.0 3 569.0 3 754.0 2 560.0 2 935.0 2 276.0 37 250.0 3 106.2
adalah hasil dari perkalian antara frekuensi pemesanan dengan biaya per pesanan. Komponen biaya pemesanan untuk berbagai jenis bahan baku terdiri dari biaya telepon, biaya administrasi dan biaya transportasi. Biaya pemesanan bersifat konstan dimana besarnya biaya yang muncul tidak dipengaruhi besarnya kuantitas bahan baku yang dipesan oleh perusahaan. Komponen biaya pemesanan bahan baku kacang kedelai hitam, gula aren, gula kelapa, dan garam dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Biaya administrasi, meliputi biaya pembuatan catatan atau dokumen pemesanan dan penerimaan bahan baku.
Total biaya administrasi per
pesanan perusahaan Segitiga untuk bahan baku kedelai adalah Rp 2 000.00 per pesanan, total biaya administrasi pemesanan gula aren adalah sebesar Rp 1 500.00 per pesanan, total biaya administrasi pemesanan gula kelapa
untuk bahan baku gula aren, gula kelapa dan garam masing-masing sebesar Rp 100 000.00. Komponen
besarnya biaya pemesanan per
pesanan untuk setiap jenis bahan baku Perusahaan Kecap Segitiga secara rinci dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Biaya Pemesanan Bahan Baku Preusan Kecap Segitiga Periode Maret 2007 – Februari 2008 (Rupiah/pesanan)
Jenis Biaya -Biaya telepon -Biaya administrasi -Biaya upah
Total
Kacang Gula Aren Kedelai Hitam 9 500.00 10 000.00 2 000.00 1 500.00 250 000.00 100 000.00
261 500.00
111 500.00
Sumber: wawancara dengan pihak perusahaan, 2008
6.6.2
Biaya Penyimpanan
Gula Kelapa 8 000.00 1 500.00 100 000.00
Garam
8 000.00 1 500.00 100 000.00
109 500.00
109 500.00
barang disimpan dan tingkat suku bunga yang berlaku. Opportunity cost tahunan merupakan perkalian dari rata-rata tingkat suku bunga deposito per tahun dengan rata-rata harga bahan baku. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga simpanan berjangka rupiah bank umum (12 bulan) periode bulan Maret 2007sampai dengan Februari 2008, yaitu sebesar 8.38 persen. Opportunity
cost
untuk
bahan
baku
kedelai
sebesar
Rp 426.71/kg (Rp 5 092.00 x 8.38%) per tahun, gula aren sebesar Rp 448.50/kg (Rp 5 352.00 x 8.38%) per tahun, gula kelapa sebesar Rp 412.97/kg (Rp 4 928.00 x 8.38%) per tahun, dan garam sebesar Rp 38.46/kg (Rp 459.00 x 8.38%) per tahun. Semakin banyak persediaan di gudang, maka akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya penyimpanan.
VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN KECAP SEGITIGA
7.1
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Perusahaan
Pengendalian persediaan dilakukan
oleh perusahaan bertujuan untuk
memperlancar proses produksi dan melindungi perusahaan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, yang dapat menghambat kegiatan produksi perusahaan. Pengendalian persediaan juga berguna untuk mengantisipasi kelebihan bahan baku yang dapat meningkatkan biaya penyimpanan. Sehingga diharapkan metode pengendalian persediaan yang dilakukan ini dapat lebih mengefisienkan biaya yang yang harus dikeluarkan perusahaan, terkait dengan pengadaan bahan baku serta dapat menjamin kontinuitas kegiatan produksi perusahaan. Biaya pengadaan
tersebut haruslah dapat meminimumkan total biaya persediaan dan biaya pembelian bahan baku. Dalam pembahasan metode pengendalian persediaan ini digunakan lembaran MRP. Contoh penggunaan lembaran MRP untuk bahan baku kacang kedelai akan dilampirkan pada lampiran 9, 11 dan 13 sedangkan untuk bahan baku lainnya tidak dilampirkan karena pada prinsipnya penggunaan lembaran MRP sam untuk semua bahan baku. Sistem pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk melakukan pemesanan sejumlah kebutuhan untuk beberapa waktu tertentu (sesuai lead time). Lead time untuk bahan baku kacang kedelai, gula aren, gula kelapa adalah satu minggu, dan garam adalah selama dua minggu.pemesanan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk kacang kedelai setiap satu bulan sekali, untuk gula aren dan gula kelapa setiap 2-3 kali perbulan, hal ini
Persediaan bahan baku kacang kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa selama periode Maret 2007 sampai periode Februari 2008, total persediaan yang tersimpan di gudang untuk kacang kedelai adalah sebesar 297 379.0 kg, gula aren sebesar 205 612.0 kg, gula kelapa sebesar 181 972.0 kg, dan garam sebesar 217 890.0 kg. Adanya persediaan bahan baku akan berpengaruh terhadap biaya penyimpanan perusahaan. Semakin besar tingkat persediaan bahan baku yang disimpan, maka semakin besar biaya penyimpanannya. Tabel 15. Biaya Persediaan Bahan Baku Periode Maret 2007–Februari 2008 Menggunakan Kondisi Aktual Perusahaan Bahan Baku
Biaya Pemesanan/tahun Rp/pesan
Frek
Total biaya Pemesanan Per tahun
Biaya Penyimpanan/tahun Rp/kg
Jumlah Total Biaya persediaan Penyimpanan (Kg/tahun) Per tahun
Biaya total persediaan (Rp/tahun)
sama yaitu untuk bahan baku kedelai sebesar Rp 2 441 481.59 karena bahan baku kedelai merupakan bahan baku dengan tingkat persediaan terbesar pada perusahaan, sedangkan biaya penyimpanan terendah adalah untuk bahan baku garam sebesar Rp 161 238.60. Biaya persediaan total perusahaan terbesar adalah untuk biaya persediaan bahan baku kedelai yaitu sebesar Rp 5 317 981.59 dan biaya persediaan terendah adalah sebesar Rp 818 238.60 untuk bahan baku garam. Total Biaya persediaan untuk keempat bahan baku yang harus ditanggung perusahaan adalah sebesar Rp 14 106 009.43. Pada Tabel 15 terlihat bahwa biaya pemesanan lebih besar dari biaya penyimpanan, hal ini dikarenakan tingginya biaya per pesanan yang harus ditanggung perusahaan. Sehingga perusahaan perlu menurunkan frekuensi pemesanan dengan tanpa menggangu proses produksi, agar biaya persediaan bahan baku dapat ditekan.
periode produksi Maret 2007 sampai dengan Februari 2008. Biaya pembelian terbesar yaitu untuk bahan baku gula aren yang mencapai Rp 606 858 750.00 dan merupakan bahan baku dengan kuantitas pemesanan yang terbesar dari ketiga bahan baku lainnya. Sedangkan biaya pembelian terkecil yaitu untuk bahan baku garam
yaitu
sebesar
Rp
19
213
740.00
dan
biaya
pembelian
total
Rp 1 340 203 482.00 untuk keempat bahan baku.
7.2
Metode Material Requirement Planning (MRP)
MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan persediaan untuk barang-barang dengan sifat permintaan dependent (terikat). Keempat bahan baku yang digunakan oleh perusahaan merupakan bahan baku untuk produksi kecap yang bersifat terikat. Oleh karena itu metode MRP ini dapat
7.2.1
Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Penggunaan
metode
LFL
mengharuskan
perusahaan
melakukan
pemesanan bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam sebesar kebutuhan bersih keempat bahan baku tersebut, tanpa menghendaki adanya persediaan. Dengan menggunakan teknik LFL, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku untuk setiap periode, teknik ini memiliki kelemahan bila bahan baku mengalami keterlambatan, dimana proses produksi akan terganggu dikarenakan perusahaan tidak memiliki persediaan.dalam teknik ini sebanyak 44 kali untuk bahan baku kedelai, 51 kali untuk bahan baku gula aren, 47 kali untuk gula kelapa, dan 48 kali untuk pembelian bahan baku garam. Frekuensi pemesanan pada teknik LFL ini lebih besar dari frekuensi yang dilakukan perusahaan, sehingga berdampak pada melambungnya biaya pemesanan.
bahan baku dengan biaya persediaan terbesar adalah bahanbaku kedelai sebesar Rp 11 568 724.40. Biaya persediaan yang tinggi ini disebabkan karena dalam teknik LFL frekuensi pemesanan bahan baku menjadi lebih sering karena pemesanan bahan baku berdasarkan pada kebutuhan bersih tiap periode. Secara rinci mengenai biaya persediaan bahan baku dengan teknik LFL dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga dengan Teknik Lot For Lot Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan Baku
Biaya Pemesanan/tahun Rp/pesan
Kedelai Gula aren
261 500.00 111 500.00
Frek
Biaya penyimpanan /tahun
Biaya Total Persediaan
(Rp/tahun) Total biaya Rp/kg Jumlah Total Biaya pemesanan per persediaan Penyimpanan tahun setahun Pertahun (Rp/tahun) (Kg/tahun) (Rp/tahun) 44 11 506 000.00 8.21 7 640.0 62 724.40 11 568 724.40 51 5 686 500.00 8.63 0.0 0.00 5 686 500.00
Tabel 18. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Lot For Lot Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan Baku kedelai gula aren gula kelapa garam Total biaya pembelian
Kuantitas (Kg) 42 797.0 96 874.0 91 139.0 35 579.0
Harga beli (Rp/kg) 5 092.00 5 625.00 4 928.00 459.00
Biaya pembelian total (Rp/tahun) 217 922 324.00 544 916 250.00 449 132 992.00 16 330 761.00 1 228 302 327.00
Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008
7.2.2
Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Penggunaan
teknik
EOQ
mengharuskan
perusahaan
melakukan
pemesanan kacang kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam sebesar tingkat EOQnya atau kelipatan dari EOQ pada setiap kali melakukan pemesanan bahan baku, apabila kebutuhan bersih melebihi dari tingkat EOQ-nya. Nilai EOQ untuk kacang kedelai adalah 7 423.18 kg, untuk gula aren sebesar 6 938.23 kg, gula
sebesar 155 462.6 kg dengan biaya persediaan sebesar Rp 2 791 142.24. Biaya persediaan total untuk keempat bahan baku dengan menggunakan teknik EOQ adalah sebesar Rp 9 365 809.48. Penghematan dari teknik ini hampir setengahnya dari biaya
persediaan yang ditanggung perusahaan. Secara rinci biaya
peresediaan bahan baku dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga Teknik Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan baku
Kedelai Gula aren Gula kelapa
Biaya Pemesanan/tahun Rp/pesan Frek Total Biaya Pemesanan Per tahun (Rp/tahun) 261 500.00 6 1 569 000.00
Biaya Penyimpanan/tahun Jumlah Total Biaya Rp/kg persediaan Penyimpanan setahun per tahun (kg/tahun) (Rp/tahun) 8.21 185 872.7 1 526 014.50
Biaya Total Persediaan (Rp/tahun)
3 095 014.50
111 500.00
13 1 449 500.00
8.63
155 462.6
1 341 642.24
2 791 142.24
109 500.00
12 1 314 000.00
7.94
195 614.7
1 553 180.90
2 867 180.90
Tabel 20. Kuntitas Pembelian Bahan Baku Teknik Economic Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan Baku kedelai gula aren gula kelapa garam Total biaya pembelian
Kuantitas (Kg) 44 539.1 97 135.0 97 340.7 43 680.8
Harga beli (Rp/kg) 5 092.00 5 625.00 4 928.00 459.00
Biaya pembelian total (Rp/tahun) 226 793 097.20 546 384 375.00 479 694 969.60 20 049 487.20 1 272 921 929.00
Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008
7.2.3
Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Dalam teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, kelebihan persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dapat ditekan. Keunggulan teknik POQ dibandingkan dengan teknik EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan sediaan bila kebutuhan tidak uniform, karena
dengan teknik ini perusahaan dapat menekan biaya persediaan dari biaya penyimpanan. Pemesanan bahan baku yang dilakukan dalam teknik ini untuk bahan baku kedelai sebanyak 5 kali, bahan baku gula aren 12 kali, bahan baku gula kelapa 12 kali, dan bahan baku garam 3 kali. Tabel 21. Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan Kecap Segitiga Teknik Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008 Bahan baku
Biaya Pemesanan/tahun Biaya Penympanan/tahun Rp/pesan Frek Total Biaya Rp/kg Jumlah Total Biaya Pemesanan persediaan Penyimpanan Per tahun setahun per tahun (Rp/tahun) (kg/tahun) (Rp/tahun) Kedelai 261 500.00 5 1 307 500.00 8.21 167 086.0 1 371 776.06 Gula aren 111 500.00 12 1 338 000.00 8.63 141 267.0 1 219 134.21 Gula Kelapa 109 500.00 12 1 314 000.00 7.94 140 495.0 1 115 530.30 Garam 109 500.00 3 328 500.00 0.74 383 742.0 283 969.08 Biaya Total Persediaan Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008
Biaya Total Persediaan (Rp/tahun)
2 679 276.06 2 557 134.21 2 429 530.30 612 469.08 8 278 409.65
bahan baku kedelai sebesar 42 822.0 kg, gula aren sebesar 96 874.0 kg, gula kelapa sebesar 91 141.0 kg, dan garam sebesar 35 664.5 kg. Biaya pembelian terbesar adalah untuk bahan baku gula aren, yaitu mencapai Rp 544 916 250.00 dan biaya pembelian terendah yaitu untuk bahan baku garam sebesar Rp 16 370 005.50. Secara lebih rinci biaya pembelian untuk bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa dan garam dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kuantitas Pembelian Bahan Baku Teknik Period Order Quantity Periode Maret 2007-Februari 2008
Bahan Baku kedelai gula aren gula kelap garam Total biaya pembelian
Kuantitas (Kg) 42 822.0 96 874.0 91 141.0 35 664.5
Harga beli (Rp/kg) 5 092.00 5 625.00 4 928.00 459.00
Biaya Pembelian total (Rp/tahun) 218 049 624.00 544 916 250.00 449 142 848.00 16 370 005.50 1 228 478 728.50
teknik LFL menghasilkan frekuensi yang lebih banyak, sehingga berdampak pada biaya penyimpanan yang melonjak naik. Tabel 23. Perbandingan Frekuensi, Biaya Persediaan dan Biaya Pembelian Total Bahan Baku Periode Maret 2007-Februari 2008 Uraian Frekuensi Pemesanan
Biaya persediaan Kedelai (Rp) Biaya Persediaan Gula Aren (Rp) Biaya Persediaan Gula Kelapa (Rp) Biaya persediaan Garam (Rp) Biaya Persediaan Total (Rp) Biaya Pembelian Kedelai (Rp)
Perusahaan 11 kali Kedelai 21 kali gula aren 22 kali gula kelapa 6 kali garam
LFL 44 kali kedelai 51 kali Gula aren 47 kali Gula kelapa 48 kali garam
EOQ 6 kali Kedelai 13 kali Gulaaren 12 kali Gula kelapa 3 kali garam
POQ 5 kali Kedelai 12 kali Gula aren 12 kali Gula Kelapa 3 Kali Garam
5 317 981.59
11 568 724.40
3 095 014.50
2 679 276.06
4 115 931.56
5 686 500.00
2 791 142.24
2 557 134.21
3 853 857.68
5 146 500.00
2 867 180.90
2 429 530.30
818 238.60
5 258 024.30
612 471.10
612 469.08
14 106 009.43
27 659 748.70
9 365 809.48
8 278 409.65
234 170 896.00
217 922 324.00
226 792 995.20
218 049 624.00
Tabel 24. Penghematan Biaya Persediaan dan Pembelian dengan MRP Teknik LFL, EOQ dan POQ Uraian
EOQ
LFL
(Rp) Biaya persediaan Kedelai -6 250 742.81 Biaya persediaan Gula aren -1 570 568.44 Biaya Persediaan Gula Kelapa -1 292 642.32 Biaya persediaan Garam -4 439 785.67 Biaya Persediaan Total -13 553 739.27 Biaya Pembelian Kedelai 16 248 572.00 Biaya pembelian Gula aren 61 942 500.00 Biaya Pembelian Gula Kelapa 30 827 104.00 Biaya Pembelian Garam 2 882 979.00 Biaya Pembelian Total 111 901 155.00 Sumber : Data Perusahaan (diolah), 2008
(%)
(Rp)
POQ
(%)
(Rp)
(%)
-117.5
2 222 967.09
41.8
2 638 705.53
49.6
-38.2
1 324 789.32
32.2
1 558 797.35
37.8
-33.5
986 676.78
25.6
1 424 327.38
37.0
-542.6
205 767.50
25.1
205 769.52
25.1
-96.1
4 740 199.95
33.6
5 827 599.78
41.3
6.9
7 377 900.80
3.1
16 121 272.00
6.9
10.2
60 484 375.00
10.0
61 942 500.00
10.2
6.4
265 126.40
0.1
30 817 248.00
6.4
15.0
-835 747.20
-4
2 843 734.50
14.8
8.3
67 281 555.00
5.0 111 724 755.50
8.3
7.4
Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Peerusahaan Periode Maret 2007Februari 2008
Berdasarkan hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan biaya pembelian bahan baku serta penghematan metode MRP terhadap kebijakan perusahaan periode Maret 2007 sampai dengan Februari 2008, maka dapat direkomendasikan suatu model alternatif pengendalian persediaan bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam Perusahaan Kecap Segitiga. Metode alternatif
ini
diharapkan
dapat
menghemat
biaya
perusahaan,
melalui
penghematan biaya persediaan bahan baku yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku, serta melalui penghematan biaya pembelian bahan baku. Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode
perusahaan disebabkan oleh kuantitas selama periode tersebut, bahan baku yang dibeli perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan metode MRP teknik LFL, EOQ dan POQ. Hasil analisis dengan metode POQ dalam penelitian ini dapat memberikan alternatif bagi perusahaan untuk menghasilkan penghematan terhadap biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Penghematan biaya persediaan perusahaan dengan teknik POQ untuk keempat bahan baku, yaitu sebesar Rp 5 827 599.78 (41.3%) serta penghematan terhadap biaya pembelian sebesar Rp 111 724 755.50 atau dapat menghemat biaya pembelian perusahaan sebesar 8.3 persen. Penghematan biaya pembelian ini terutama terhadap biaya pembelian gula aren yang menghasilkan penghematan sebesar Rp 61 942 500.00. Metode POQ digunakan untuk menentukan ukuran lot yang ditetapkan
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan
1. Biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan kecap segitga untuk persediaan sebesar
Rp
14
106
009.43
dengan
biaya
pembelian
sebesar
Rp 1 340 203 482.00 sedangkan dengan teknik POQ biaya persediaan perusahaan sebesar Rp 8 278 409.65 atau perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp 5 827 599.78 atau sebesar 41.3 persen dari biaya aktual yang dikeluarkan oleh Perusahaan Kecap Segitiga. Biaya pembelian dengan teknik POQ sebesar Rp 1 228 478 728.00 atau perusahaan mengalami penghematan biaya pembelian bahan baku sebesar Rp 111 724 755.00 atau sebesar 8.3 persen.
perusahaan adalah 41.3 persen dan 8.3 persen terhadap biaya pembelian bahan baku kedelai, gula aren, gula kelapa, dan garam. 8.2
Saran
1. Metode MRP teknik POQ yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan dapat direkomendasikan sebagai model alternatif dalam pengendalian persediaan
bahan baku perusahaan,
dengan
harapan
dapat
lebih
menghemat biaya persediaan, sehingga penghematan yang diperoleh perusahaan, dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. 2. Perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan bersih dari bahan baku, sehingga persediaan bahan baku perusahaan dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. BPS. 2007. Statistik Industri Besar dan Sedang Indonesia. BPS. Jakarta. Buffa, E. S dan Sarin, R. K. 1999. Manajemen Operasi dan Produksi Moderen. Jilid 1. Bina Rupa aksara. Jakarta. Gaspersz, V. 2002. Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Integrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21. Edisi Revisi dan Perluasan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Handoko, T. H. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi ke1. BPFE. Yogyakarta. Heizer, J and Render. 2005. Operation Management (Manajemen Operasi). Edisi ke-7.Salemba Empat. Jakarta. Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedua. Grasindo.
Situs Bank Indonesia. 2008. Tingkat Suku Bunga Pinjaman Berjangka Rrupiah Menurut Kelompok Bank. Bank Umum-12 Bulan. http://www.bi.go.id/utama/datastatistik/.(20 Maret 2008) Situs BPS. 2007. Produksi Tanaman Sekunder Indonesia tahun 2003-2007 . http;/www. BPS.go.id/agriculture. (21 Desember 2007) Widyastuti, M. 2001. Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis (studi kasus : PT. Indolakto, Sukabumi). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1. Daftar Produk Kecap Produksi Perusahaan Kecap Segitiga Pada Bulan Maret 2008 No
Kode
Nama Barang
Unit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
01-001 01-002 01-003 01-004 01-005 01-006 01-007 01-008 01-009 01-010 01-011 01-013 01-015 01-033 01-034 01-035 01-040 01-041 01-042
Kecap Segitiga Asin 140 ml Kecap Segitiga Asin 250 ml Kecap Segitiga Asin 300 ml Kecap Segitiga Asin 500 ml Kecap Segitiga Asin 600 ml Kecap Segitiga Manis Sedang 140 ml Kecap Segitiga Manis Sedang 250 ml Kecap Segitiga Manis Sedang 300 ml Kecap Segitiga Manis Sedang 500 ml Kecap Segitiga Manis Sedang 600 ml Kecap Segitiga Manis 140 ml Kecap Segitiga Manis 300 ml Kecap Segitiga Manis 600 ml Kecap Segitiga Asin 300 ml Plastik Kecap Segitiga M.S 300 ml Plastik Kecap Segitiga Manis 300 ml Plastik Sachet Segitiga Asin 15 ml Sachet Segitiga Manis Sedang 15 ml Sachet Segitiga Manis 15 ml
Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pcs Pak Pak Pak
HARGA Pabrik (Rp) 2 400.00 2800.00 5 250.00 5 600.00 10 000.00 2 650.00 3 400.00 5 500.00 6 800.00 10 500.00 2 900.00 5 750.00 11 000.00 5 000.00 5 300.00 5 700.00 3 500.00 3 500.00 4 000.00
Lampiran 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Kecap Perusahaan Kecap Segitiga 2008
Pencuc Pencucian ian Kedelai Kedelai
Pereb Perebus usan an I
Penjemuran I
Fermen Fermentasi tasi Jamur Jamur
Lampiran 4. Struktur Organisasi Perusahaan Kecap Segitiga
Direktur
Wakil Wakil Direkt Direktur ur
Marketing
Lampiran 5.
Keuangan
Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum (12 Bulan) Maret 2007-Februari 2007-Februar i 2008 (%)
Bulan Maret 2007 April 2007
Produksi
Suku Bunga Simpanan Berjangka 9.00 9.00
Lampiran 7. Perhitungan EOQ Bahan Baku
EOQ Kedelai = 2 SD H
EOQ Gula Aren =
2 x 261500 x865.01
=
8.21
2 SD H
2 x111500 x1862 .96
=
8.63
EOQ Gula Kelapa = 2SD = H
EOQ Garam =
2 SD H
= 7 423.18kg
=
2 x109500 x1752 .73
= 6 938.23 kg
= 6 952.91 kg
7.94
2 x109500 x716.35 0.74
= 14 560.25 kg
Lampiran 8. Perhitungan POQ Bahan Baku
POQ Kedelai
= EOQ/Permintaan Rata-rata (per periode)
Lampiran 9. MRP dengan Teknik LFL untuk Bahan Baku Kedelai
Lead Time 1 Minggu Periode (Minggu)
Komponen Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan 2 185 kg
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
280
300
250
330
200
250
250
300
437
450
420
430
448
1905
1605
1355
1025
825
575
325
25
Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana pelaksanaan Pesanan
Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan
412
0
0
0
0
0
412
450
420
430
448
412
450
420
430
448
450
420
430
448
950
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
950
1250
1350
1861
1500
1500
1320
1961
1069
1100
1065
1065
1030
1030
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kebutuhan bersih
950
1250
1350
1861
1500
1500
1320
1961
1069
1100
1065
1065
Rencana Penerimaan Pesanan
950
1250
1350
1861
1500
1500
1320
1961
1069
1100
1065
1065
1030
Rencana pelaksanaan Pesanan
1250
1350
1861
1500
1500
1320
1961
1069
1100
1065
1065
1030
1250
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Kebutuhan Kotor
1250
1600
1400
1474
433
450
425
435
423
1000
1400
1560
1449
Persediaan di tangan Kebutuhan bersih
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1250
1600
1400
1474
433
450
425
435
423
1000
1400
1560
1449
Rencana Penerimaan Pesanan
1250
1600
1400
1474
433
450
425
435
423
1000
1400
1560
1449
Rencana pelaksnaan Pesanan
1600
1400
1474
433
450
425
435
423
1000
1400
1560
1449
1100
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Kebutuhan Kotor
1100
950
900
996
850
835
849
849
862
645
550
450
481
Persediaan di tangan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kebutuhan bersih
1100
950
900
996
850
835
849
849
862
645
550
450
481
Rencana Penerimaan Pesanan
1100
950
900
996
850
835
849
849
862
645
550
450
481
Rencana pelaksnaan Pesanan
950
900
996
850
835
849
849
862
645
550
450
481
Lampiran 10 . Persediaan di Tangan, Pembelian dan Frekuensi Pembelian Komponen Persediaan di tangan (kg) Frekuensi pemesanan (kali) Pembelian (kg)
Total 7 640 44 42 797
Lampiran 11 .MRP dengan Teknik EOQ untuk Bahan Baku Kedelai
Lead Time 1 Minggu Periode (Minggu)
Jenis Komponen Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan 2185 kg
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
280
300
250
330
200
250
250
300
437
450
420
430
448
1905
1605
1355
1025
825
575
325
25
7011.18
6561.18
6141.18
5711.18
5263.18
Kebutuhan bersih
412
Rencana Penerimaan Pesanan
7423.18
Rencana pelaksnaan Pesanan
Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan
7423.18 14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
950
1250
1350
1861
1500
1500
1320
1961
1069
1100
1065
1065
1030
4313.18
3063.18
2063
202
6125.18
4625.18
3305.18
1694
625
6948.18
5883.18
4818.18
3788.18
Kebutuhan bersih
1298
Rencana Penerimaan Pesanan
7423.18
Rencana pelaksnaan Pesanan
Kebutuhan Kotor Persediaan di tangan
7423.18
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
1250
1600
1400
1474
433
450
425
435
423
1000
1400
1560
1449
2538.18
938.18
6961.36
5487.36
5054.36
4604.36
4179.36
3744.36
3321.36
2321.36
921.36
6784.54
5335.54
461.82
Rencana Penerimaan Pesanan
638.64
7423.18
Rencana pelaksnaan Pesanan
Persediaan di tangan
7423.18
7423.18
Kebutuhan bersih
Kebutuhan Kotor
475
7423.18
7423.18
7423.18
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
1100
950
900
996
850
835
849
849
862
645
550
450
481
4235.54
3285.54
2385.54
1389.54
539.54
7127.72
6278.72
5429.72
4567.72
3922.72
3372.72
2922.72
2441.72
Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan
7423.18
Rencana pelaksnaan Pesanan
7423.18
Lampiran 12. Persediaan di Tangan, Pembelian dan Frekuensi Pembelian Komponen Persediaan di tangan (kg) Frekuensi pemesanan (Kali) Pembelian (kg)
Total 185 873 6 44 539.1