Aktualisasi Pancasila Sebagai Benteng Radikalisme di Lingkungan Perguruan Tinggi
Dosen :
Rumaningsih, M.Ap
Disusun oleh :
Rr. Salma Wafiana - J3G218124 J3 G218124 / P2
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH SEKOLAH VOKASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2019 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/Bela Negara tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dosen saya, yaitu Ibu Rumaningsih, M.Ap yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membimbing pada saat kuliah k uliah maupun praktikum serta memberikan kesempatan kes empatan kepada saya untuk menyusun laporan ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran agar dapat lebih baik kedepannya.
Bogor, 28 April 2019
Penyusun i
DAFTAR ISI .................................... ......................... ........................ ........................ ........................ .................i .....i KATA PENGANTAR ....................... DAFTAR ISI ....................... ................................... ......................... ........................ ....................... .......................... ........................ ..................ii ........ii BAB I PENDAHULUAN ........................ .................................... ........................ ........................ ....................... ........................ .............1 1 1.1 Latar belakang..................... belakang.................................. .......................... ........................ ........................ .......................... ..............1 .1 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan...................... Tujuan.................................. ........................ ......................... ........................ ....................... ........................... ................1 .1
.................................. ........................ ........................ .......................... .......................... .............2 .2 BAB II PEMBAHASAN ...................... 2.1 Pengertian radikalisme................... radikalisme................................. .......................... ......................... ......................... ...............2 ...2 2.2 Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme....................2 radikalisme....................2 2.3 Asal kemunculan radikalisme....................... radikalisme.................................. ....................... .......................... ................3 ..3 2.4 Hubungan radikalisme dengan pancasila....................... pancasila...................................... ......................4 .......4 2.5 Implementasi nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme.............4 radikalisme.............4 2.6 Membentengi Pemuda Dari Radikalisme................... Radikalisme................................ ......................... ............6 6 BAB III PENUTUP ....................... ................................... ......................... ......................... ......................... ........................ ....................7 .........7 3.1 Kesimpulan................... Kesimpulan................................ ......................... .......................... .......................... ......................... ....................7 .......7 DAFTAR PUSTAKA ....................... .................................... ......................... ........................ ........................ ........................ ..................7 ......7
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang. Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman radikalisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Radikalisme merupakan ancaman terhadap ketahanan ideologi. Apabila Ideologi negara sudah tidak kokoh maka akan berdampak terhadap ketahanan nasional. Radikalisme dapat diartikan sebagai sikap atau paham yang secara ekstrim, revolusioner dan militan untuk memperjuangkan perubahan dari arus utama yang dianut masyarakat. Radikalisme tidak harus muncul dalam wujud yang berbau kekerasan fisik. Ideologi pemikiran, kampanye yang masif dan demonstrasi sikap yang berlawanan dan ingin mengubah mengubah mainstream dapat digolongkan sebagai sikap radikal. Melalui peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang kini tengah dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meningkatnya radikalisme dalam agama di Indonesia menjadi fenomena sekaligus bukti nyata yang tidak bisa begitu saja diabaikan ataupun dihilangkan. Radikalisme keagamaan yang semakin meningkat di Indonesia ini ditandai dengan berbagai aksi kekerasan dan teror. Aksi tersebut telah menyedot banyak potensi dan energi kemanusiaan serta telah merenggut hak hidup orang banyak banyak termasuk orang yang sama sekali tidak mengerti mengenai permasalahan ini. Meski berbagai seminar dan dialog telah digelar untuk mengupas persoalan ini yaitu mulai dari pencarian sebab hingga sampai pada penawar an solusi, namun tidak juga kunjung memperlihatkan adanya suatu titik terang. Fenomena tindak radikalisme dalam agama memang bisa dipahami secara beragam, namun secara esensial, radikalisme agama umumnya memang selalu dikaitkan dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan kelompok agama tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan pada saat itu. Dengan demikian, adanya pertentangan, pergesekan ataupun ketegangan, pada akhirnya menyebabkan konsep dari radikalisme selalu saja dikonotasikan dengan kekerasan fisik. Apalagi realitas yang saat ini telah te rjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat mendukung dan semakin memperkuat munculnya pemahaman s eperti itu.
1.2
Rumusan masalah. 1. Bagaimana sejarah radikalisme? 2. Bagaimana implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme? 3. Bagaimana pembentengan pemuda terhadap radikalisme?
1.3
Tujuan. 1. Memenuhi tugas mata kuliah PPKn/Bela Negara 2. Menambah pengetahuan tentang tinjauan ideologi pancasila terhadap radikalisme. 1
BAB II PEMBAHASAN 1.1
Pengertian radikalisme. Radikalisme adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar b enar tapi dengan menggunakan cara car a yang salah. Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka.
1.2
Faktor-faktor Faktor-faktor penyebab munculnya munculnya gerakan radikalisme. a. Faktor sosial politik. Gejala kekerasan “agama” lebih tepat dilihat sebagai gejala sebagai gejala sosial politik daripada gejala keagamaan. Gerakan yang secara salah kaparah oleh Barat disebut sebagai radikalisme Islam itu lebih tepat dilihat akar permasalahannya dari sudut konteks sosial politik dalam kerangka historisitas manusia yang ada di masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Azyumardi Azra bahwa memburuknya posisi negaranegara Muslim dalam konflik utara-selatan menjadi penopong utama munculnya radikalisme. Secara historis kita dapat melihat bahwa konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan seperangkat alat kekerasannya dalam menentang dan membenturkan diri dengan kelompok lain ternyata lebih berakar pada masalah sosial politik. Dalam hal ini kaum radikalisme memandang fakta historis bahwa umat Islam tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan terhadap kekuatan yang mendominasi. Dengan membawa bahasa dan simbol serta slogan-slogan agama kaum radikalis mencoba menyentuh emosi keagamaan dan menggalang kekuatan untuk mencapai tujuan “mulia” dari politiknya. b. Faktor emosi keagamaan. Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya dan bukan bukan agama (wahyu suci yang absolut) walalupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama seperti dalih membela agama, jihad dan mati s yahid. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif. Jadi sifatnya nisbi dan subjektif.
2
c. Faktor kultural. Ini juga memiliki andil yang cukup besar yang melatar belakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari 12 bahwa di dalam masyarak at at selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yang dianggab sebagai musuh yang harus dihilangkan dari bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dari berbagai aspeknya atas negeri-negeri dan budaya Muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan universal umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat Islam menjadi terbelakang dan tertindas. d. Faktor ideologis anti westernisme. westernisme. Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan Muslim dalam mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol simbol -simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syari’at Islam. Walaupun motivasi dan gerakan anti Barat tidak bisa disalahkan dengan alasan keyakinan keagamaan tetapi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban. e. Faktor kebijakan pemerintah. Ketidakmampuan pemerintahan di negara-negara Islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dari negera-negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah di negeri-negeri negeri-negeri Muslim belum atau kurang dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi umat. Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yang selalu memojokkan umat Islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat dan sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yaitu perilaku radikal sebagai reaksi atas apa yang ditimpakan kepada komunitas Muslim.
1.3
Asal kemunculan radikalisme. a. Faktor internal. Faktor internal adalah adanya legitimasi teks keagamaan dalam melakukan “perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks “cultural”). Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita berdirinya ”negara islam internasional” internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis yaitu mengebom fasilitas publik dan terorisme.
3
b. Faktor eksternal. Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab diantaranya, pertama, dari aspek ekonomi politik, politik, kekuasaan depostik depostik pemerintah yang yang menyeleweng dari nilainilai fundamental islam. Kedua, faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi. Ketiga, faktor sosial politik, pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah teroris ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya radikalisme di kalangan umat islam.
1.4
Hubungan radikalisme dengan pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala segala sumber hukum di Indonesia, sehingga berbagai perundangan dan peraturan baik di pemerintahan maupun pemerintahan daerah seharusnya tidak boleh keluar dari koridor Pancasila dan UUD 1945. Namun sejauh ini masih banyak perundangan yang tidak mengedepankan nilainilai sebagaimana terkandung dalam pancasila dan UUD 1945. Bahkan uji materiil perundangan di Mahkamah Konstitusi hanya diuji pada batang tubuh (pasal-pasal) tetapi tidak diuji dari Pembukaan UUD 1945. Alhasil pancasila sebagai ‘pusat kekuatan‘ kurang berdampak pada kehidupan bangsa dan negara secara keseluruhan . Menangkal ideologi radikalisme global antara lain : a. Upaya mendasar yang paling efektif utuk menanngkal ideologi radikalisme global adalah dengan memperkuat ketahanan nasional dalam bidang ideologi., antara lain dengan meningkatkan relevansi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara, sehingga sehingga rakyat bukan saja memahaminya secara efektif dan menindaklanjutinya secra psikomotoris. Dengan cara demikian, bukan saja kewibawaan Pancasila semakin meningkat oleh karena didukung oleh kenyataan, tetapi juga daya tarik ideologi radikalisme global semakin menurun. b. Upaya mendasar berikutnya untuk menangkal ideologi radikalisme global adalah dengan mengkaji pola pikir yang paling dalam dari ideologi radikalisme global tersebut dan membuktikan kekeliruan dan kelemahan dalil-dalil yang dianutnya, bukan saja dari aspek internal tetapi juga dari aspek eksternalnya. c. Upaya pencegahan yang sangat efektif yang dalam mencegah timbulnya minat terhadap ideologi radikalisme global adalah dengan meniadakan kondisi yang memungkinkan tumbuh dan bekembangnya ideoloi tersebut, antara lain dengan menegakkan keadilan kebenaran, menghargai harkat dan martabat manusia, mencegah terjadinya diskriminasi dan mencegah dan mengambil tindakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia. d. Mengambil tindakan preventif serta represif yang tepat dan cepat terhadap indikasi telah adanya aksi-aksi radikalisme di dalam masyarakat.
1.5
Implementasi Implementasi nilai pancasila dalam menghadapi radikalisme. Dalam masa orde baru, untuk menanamkan dan memasyarakatkan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dibentuk satu badan yang bernama BP7. BP7. Badan tersebut 4
merupakan penanggung jawab (leading sector) terhadap perumusan, aplikasi, sosialisasi, internalisasi terhadap pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Saat ini Pancasila adalah ideologi yang terbuka., dan sedang diuji daya tahannya terhadap gempuran, pengaruh dan ancaman ideologi-ideologi besar lainnya, seperti liberalisme (yang menjunjung kebebasan dan persaingan), sosialisme (yang menekankan harmoni), humanisme (yang menekankan kemanusiaan), nihilisme (yang menafikan nilai-nilai luhur yang mapan), maupun ideologi yang berdimensi keagamaan. Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nil ai universal yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM, kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan historis jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh. Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada kesamaan latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila, agar tetap aktual menghadapi ancaman radikalisme harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga message berikut message berikut : a. Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, kesetaraan, di mana di dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama, atau warga kelas satu. b. Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya negaranya yang berusaha secara sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara yang melawan hukum. c. Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan pengayoman seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman, berkeadaban dan merdeka. Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap diimplementasikan itu adalah : a. Kebangsaan dan persatuan. b. Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. c. Ketuhanan dan toleransi. d. Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan. e. Demokrasi dan kekeluargaan. Ketahanan Nasional merupakan suatu kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudka dan dibina secara terus menerus secara sinergis dan dinamis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan dan nasional yang bermodalkan keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan pengembangan kekuatan nasional. Salah satu unsur ketahanan nasional adalah Ketahanan Ideologi. Ketahanan Ideologi perlu ditingkatkan dalam bentuk : a. Pengamalan Pancasila secara objektif dan subjektif. b. Aktualisasi, adaptasi dan relevansi ideologi Pancasila terhadap nilai-nilai baru. c. Pengembangan dan penanaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam seluruh kehidupan berbangsa, bermasyarakat.
5
1.6
Membentengi Pemuda Dari Radikalisme. Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga. Masa depan negeri ini bertumpu pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit kaum muda yang justru menjadi pelaku terorisme. Serangkaian aksiterorisme mulai dari Bom Bali-1, Bom Gereja Kepunton, bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton,hingga aksi penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo dan Bom di Beji dan Tambora, melibatkan pemuda. Sebut saja, Dani Dani Dwi Dwi Permana, Permana, salah satu pelaku Bom di JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton, yang saat itu berusia 18 tahun dan baru lulus SMA. Fakta di atas diperkuat oleh riset yang dilakukan Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di kalangan siswa dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan sedikitnya 48,9 persen siswa menyatakan bersedia terlibat dalam aksi kekerasan terkait dengan agama dan moral. Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut menjadi keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda terseret ke dalam tindakan terorisme, mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yang damai, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif. Untuk membentengi para pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah, Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa SMA di empat provinsi. Ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme di kalangan pemuda : a. memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dengan menanamkan pemahaman yang mendalam terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk menjunjung tinggi dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang sejalan dengan kearifan lokal seperti toleransi antar-umat beragama, bera gama, kebebasan yang bertanggung jawab, gotong royong, kejujuran, dan cinta tanah air serta kepedulian antar-warga masyarakat. b. mengarahkan para pemuda pada beragam aktivitas yang berkualitas baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga. c. memberikan pemahaman agama yang damai dan toleran, sehingga pemuda tidak mudah terjebak pada arus ajaran radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di lingkungan sekolah dan para pemuka agama di masyarakat sangat penting. d. memberikan keteladanan kepada pemuda. Sebab, tanpa adanya keteladanan dari para penyelenggara penyelenggara negara, tokoh agama, agama, serta tokoh masyarakat, maka upaya yang yang dilakukan akan sia-sia.
6
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan. Radikalisme adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan satu tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah. Fenomena meningkatnya tindakan radikalisme dikarenakan dangkalnya pemahaman terhadap Agama dan Pancasila. Oleh karena itu, dibutuhkan pengimplementasian terhadap nilai-nilai Pancasila dan pembentengan para pemuda dari radikalisme.
DAFTAR PUSTAKA. 1. https://www.academia.edu/33008417/MAKALAH_RADIKALISME_DI_TINJAU_D ARI_IDEOLOGI_PANCASILA.docx 2. http://wulanilmu.blogspot.com/2017/05/peran-pancasila-dalam-menangkal.html 7