Bab Adab-Adab Bertamu Allah ta’ala berfirman : “ Dan apakah telah sampai kepadamu – kisah – tamu mulia Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ketika mereka masuk menjumpai beliau seraya mengucapkan salam. Ibrahim emnjawab : Salam bagi kalian wahai kaum yang tidak saya kenali . Maka beliaupun bergegas1 menjumpai keluarganya, kemudian datang dengan hidangan anak sapi yang gemuk. Lalu menyuguhkannya kepada mereka, dan beliau mengatakan : Tidakkah kalian memakannya ? “ (Adz-Dzariyat : 24 – 27)
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia menyakiti tetangganya, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memu memuli liaka akan n tm tmau auny nya. a. Dan Dan bara barang ng siap siapaa yang yang beri berima man n kepa kepada da Alla Allah h dan dan ha hari ri akhi akhirr hendaknya dia berkata yang baik atau diam “2
Di antara adab-adab bertamu: 1. Menyam Menyambut but ajakan/ ajakan/und undanga angan n rese resepsi psi
Ada sejuml sejumlah ah hadits hadits yang yang sanad sanad banyak banyak yang yang mener menereng engkan kan wajibn wajibnya ya menya menyambu mbutt undangan resepsi, seperti seperti sabda beliau Shallallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Kewajiban seorang musl muslim im atas atas musl muslim im lain lainny nyaa ada enam enam:: Menj Menjaw awab ab sala salam, m, meng mengun unju jung ngii yang yang saki sakit, t, mengantar jenazah, menymbut undangan dan menjawab ucapan bersin “3 Dan
sabda
beliau
:
“
Sambutlah
undangan
ini
apabila
kalian
diundang
untukmenghadirinya. Perawi berkata: Adalah Ibnu Umar mendatangi undangan pengantin dan resepsi lainnya lainnya sementara beliau tengah menjalankan menjalankan puasa “4 Mayoritas Mayoritas ulama berpendap berpendapat at bahwa menyambut menyambut undangan undangan adalah suatu yang sunnah sunnah kecuali resepsi pernikahan yang menurut mereka hukumnya wajib, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Seburuk-buruk makanan dalah makanan resepsi yang hanya diundang orang-orang kaya sementara kaum fakir miskin diabaikan. Dan barang siapa yang mengabaikan undangan pernikahan maka sunnguh dia telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya “5. Dan pada beberapa riwayat yang diriwayatkan oleh Muslim dan selain beliau dengan lafazh :
Faraagh : yaitu beranjak pergi dengan bergegas dalam susan a hati yang takut, untuk segera menghidangkan santapan bagi mereka. Lihat Taisir Al-Kariim Ar-Rahman fii Tafsiir Kalaam Al-Mannaan karya Ibnu Sa’di ( 7 / 169 ) 2 HR. Al-Bukhari ( 6018 ), Muslim ( 47 ), Ahmad ( 7571 ), At-Tirmidzi ( 1188 ) dan AdDarimi ( 2222 ). 3 HR. Al-Bukhari ( 1240 ), Musli ( 2162 ), Ahmad ( 27511 ), at-Tirmidzi at-Tirmidzi ( 2737 ), An-Nasaa`I ( 1538 ), Abu Daud ( 5030 ) dan Ibnu Majah ( 1435 ) 4 HR. Al-Bukhari ( 5179 ), Muslim ( 1429 ), ahmad ( 4698 ), At-Tirmidzi ( 1098 ), Abu Daud ( 3736 ), Ibnu Majah ( 1914 ), Malik ( 1159 ) dan Ad-Darimi ( 2205 ) 5 HR. Al-Bukhari Al-Bukhari ( 5177 ), Muslim ( 1432 ), Ahmad ( 10040 ) abu Daud ( 3742 ), Ibnu Majah ( 1913 ), Malik ( 1160 ) dan Ad-Darimi ( 2066 ). 1
“Menghalau yang mendatangi undangan sementara mengundang ke resepsi tersebut orang yang enggan menghadirinya “. Hanya saja sebagian ulama mengutrakan beberapa syarat dalam menghadiri undanganundangan seperti ini. Asy-Syaikh muhammad bin Al-‘Utsaimin menyebutkan syarat-syarat tersebut : a. Yang mengunda mengundang ng bukanlah bukanlah seseorang seseorang yang yang mesti diisolas diisolasii atau sebaiknya sebaiknya diisolasi diisolasi b. Tida Tidak k terd terdap apat at suat suatu u yang yang mun mungkar gkar di temp tempat at unda undang ngan an.. Apab Apabil ilaa terd terdap apat at
kemungkaran, jikalau memungkinkan untuk menghilangkannya maka wajib untuk menghadiri undangan tersebut dengan dua alasan : Memenuhi undangan dan untuk merubah kemungkaran. Apabila kemungkaran tersebut tidak dapat dihilangkanya maka haram baginya untuk menghadiri undangan tersebut. c. Yang Yang mengun mengundan dang g mesti mestilah lah seora seorang ng musli muslim, m, karena karena jika jika bukan bukan seora seorang ng muslim muslim,,
maka maka tidak tidak wajib wajib memen memenuhi uhi undang undangann annya, ya, berdas berdasark arkan an hadits hadits Nabi Nabi Shall Shallall allahu ahu ‘alaihi wa sallam : “ Kewajiban seoang muslim muslim atas muslim lainnya ada enam … “ dan diantaranya : Apabila diundang mestilah memenuhi memenuhi undangannya . d. Undangan tersebut bukan dari hasil usaha yang haram, karena memenuhi undang
tersebut tersebut konsukue konsukuensin nsinya ya adalah memakan memakan makanan yang haram dan hal ini tidak dipe diperb rbol oleh ehkan kan.. Dan Dan ini ini meru merupa paka kan n pend pendap apat at seba sebagi gian an ulam ulama. a. Ulam Ulamaa lain lainny nyaa berpendapat: Suatu yang diperoleh dengan cara yang haram maka dosanya adalah bagi yang yang mengus mengusaha ahakan kan harta harta haram haram terseb tersebut ut bukan bukan bagi bagi yang yang memp mempero eroleh lehnya nya deng dengan an cara cara yang yang dipe diperb rbol oleh ehka kan n dari dari oran orang g yang yang meng mengus usah ahak akan an ha hart rtaa ha haram ram terseb tersebut. ut. Berbed Berbedaa hal halnya nya jikala jikalau u yangdi yangdihid hidang angkan kan adalah adalah suatu suatu yang yang meman memang g diharamkan zatnya seperti khamar, barang curian/rampokan dan lain sebagainya. Ini adalah pendapat yang sesuai, [ lalu beliau mengemukakan beberapa dalilnya ]. e. Undang Undangan an terseb tersebut ut tidak tidak mengak mengakiba ibatka tkan n penga pengabai baian an suatu suatu yang yang wajib wajib lai lainny nnyaa
ataukah yang lebih wajib. Apabila undangan tersebut mengakibatkan hal itu maka haram untuk dipenuhi. f. Tidak mengakibatkan kemudharatan atas diri yang diundang, semisal: Mengharuskan
perj perjal alan anan an yang yang jauh jauh atau atau berp berpis isah ah deng dengan an kelu keluarg argan anya ya yang yang memb membut utuh uhka kan n kehadiran dirinya ditengah-tengah mereka6. Dan kami tambahkan juga: g. Yang mengundang tidak menentukan yang diundang dan juga tidak menkhususkan
seseo seseoran rang g dengan dengan undan undangan gannya nya.. Apabil Apabilaa dia tidak tidak menen menentuk tukan an yang yang diunda diundang, ng, semisa semisall yang yang mengun mengundan dang g menga mengatak takan an disebu disebuah ah ma majli jliss umum umum,, ma maka ka tidakl tidaklah ah
6
Al-Qaul Al-Mufid ‘ala Kitab At-T At-Tauhid ( 3 / 111 – 113 ), dengan sedikit perubahan.
menjadi wajib untuk memenuhi undangan tersebut, karena merupakan undangan yang umum – al-jafalaa7 -
Masalah : Apakah kartu undangan yang disebarkan semisaldenganundangan semisaldenganundangan lisan ? Jawab : Kartu undangan yang dikerimkan kepada orang banyak dan tidak diketahui kepada
siapa kartu undangan itu tiba, mungkin dapat dikatakan bahwa kartu undangan seperti itu semisal dengan undangan secara umum, yang tidak wajib untuk dipenuhi. Adapun jika diketahui atau disangkakan bahwa undangan tersebut dimasuhkan baginya secara khusus, maka hukumnya termasuk hukum undangan secara langsun melalui lisan. Sebagaiamna dikatakan oleh Ibnu ‘Utsaimin8 Faedah : Puasa bukanlah halangan untuk menolak menghadiri undangan. Barang siapa yang
diundang namun dia dalam keadaan ebrpuasa, wajib abginya untuk menghadiri undangan untuk mendoakan ampunan dan berkahbagi pengundang. Baik dia tengah mengerjakan puasa wajib atau puasa sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Apabila seseorang diantara kalian diundang, wajib baginya untuk menghadiri undangan. Apabila dia dalam ekadaan berpuasa maka hendaknya dia mendokannya dan apabila dia dalam keadaan berbuka hendaknya dia mencicipi hidangannya “9 Sabda beliau : “ Hendaknya dia mendoakannya “ yang pada beberapa riwayat lainnya pada pada riwayat riwayat Ahmad Ahmad dan selai selai beliau beliau bahwa yang dimaksu dimaksud d adalah adalah doa: “ apabil apabilaa dia berpuasa maka hendaknya dia mengucapkan shalawat yakni mendoakannya “10 Dan pada hadits abu Sa’id Al-Khudri beliau mengatakan : “ Saya membuat maknan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika makanan tersebut dihidangkan, seseorang berkata : Saya lagi berpuasa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Saudaramu telah telah mengundang engkau engkau dan telah bersusah payah bagimu, berbukalah dan puasalah lain hari penggantinya jika engkau mau “11
Didalam Lisan Al-‘Arab : Mengundang mereka al-jafalaa atau al-ajfalaa, yaitu mengundang khalayak ramai kepada makanan hidangan anda secara umum. Disebuat bait syair disebutkan : Kami yang berada berdiam dimusim dingin diundang secara umum Dan bukanlah adab menurut kami jika undangan dikhususkan Al-Akhfasy mengatakan : Undanglah si fulan ketika an-naqraa jangan ketika al-jafalaa. Maksudnya undanglah dia secara khusus jangan secara umum ( 11 / 114 ) bahasan : ج ف ل 8 Al-Qaul Al-Mufid ‘ala KitabAt-Tauhid ( 3 / 113 ) 9 Muslim ( 1431 ), Ahmad ( 7691 ), At-Tirmidzi ( 780 ) dan AbuDaud ( 2460 ) 10 Ahmad ( 9976 ) 11 Ibnu Hajar mengatakan : “ Diriwayatkan oleh Al-Isma’ili dari Abu Urais dari bapaknya dari Muhamman bin Al-Munkadir dari Abu Sa’id, dan s anadnya hasan “ ( Al-Fath Al-Fath 4 / 182 ). Al-Albani mengatakan : hasan. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi Al-Baihaqi ( 4 / 279 ). Lihat Al-Irwa` ( 7 / 11 ) no. 1952. 7
An-Naw An-Nawawi awi mengat mengatakan akan : “ adapun adapun seseor seseorang ang yang yang berpua berpuasa, sa, tidak tidak ada perbed perbedaan aan pendapat bahwa baginya tidak wajib untuk makan. Akan tetapi apabila puasanya puasa yang wajib tidak boleh baginya untuk memakan hidangan dikarenakan puasa yang wajib tidak diperbolehkan untuk ditinggalkan. Apabila puasa yang sunnah, maka boleh baginya untu untuk k berb berbuk ukaa dan dan juga juga bole boleh h tidak tidak.. Na Namu mun n apab apabil ilaa puas puasan anya ya ters terseb ebut ut mere meresa sahk hkan an pengundang yang menyuguhkan makananm maka lebih utama dia berbuka dan jika tidak maka dia menyempurnakan puasanya. Wallahu ‘alam12.
2. Memuli Memuliakan akan tamu hukumn hukumnya ya wajib wajib
Banyak hadits dalam perkara wajibnya memuliakan tamu dan disenanginya hal itu, dari Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu dia berkata : “ Kami bertanya : “ Wahai Rasulullah apabila anda mengutus kami dan dan kamipun singgah / tinggal pada suatu kaum, tidaklah mereka manjamu kami bagaimana pendapat anda ?”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ” Jika kalian singgah pada suatu kaum maka perintahkanlah bagi kalian dengan apa yang sebaiknya untuk tamu, maka temuilah, jika tidak mereka lakukan maka ambillah dari mereka haknya tamu yang sepantasnya untuk mereka”.13 Dan Dan Lafa Lafazh zh menu menuru rutt At-T At-Tir irmi midz dzii : “ Jika Jika mere mereka ka engg enggan an,, kecu kecual alii hing hingga ga kali kalian an mengambilnya dengan cara yang kurang disenangi maka ambillah”. Demikian pula sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ” Bertamu itu selama tiga hari, dan jaizahnya14 siang dan malam, dan tidaklah dihalalkan bagi seorang muslim berdiam disisi saudaranya hingga dia berbuat dosa kepadanya”. Para sahabat bertanya : “ Wahai Rasulullah bagaimanakah dia berb berbua uatt dosa dosa kepa kepada dany nya? a? ”. Beli Beliau au berk berkat ataa : “ Dia Dia berd berdia iam m disi disisi siny nya, a, dan dan tida tidak k ada sesuatupun untuknya yang bisa dia jamu dengannya”. dengannya”.15 An-Nawawi menyebutkan tentang ijma’ atas bertamu dan bahwasanya dia termasuk apa yang ditekankan oleh Islam16. Kemudian beliau menjelaskan perbedaan pendapat dikalangan ulama akan wajib dan sunnahnya. Adapun Malik, Asy-Syafi’I dan Abu Hanifah berpendapat bahwasanya dia adalah sunnah dan bukan wajib dan membawa hadits-hadits yang serupa dengannya dari hadits-hadits lain semisal hadits tentang mandi Jum’at wajib bagi setiap orang dewasa dan selainnya. Berkata Al-Laits dan Ahmad akan wajibnya bertamu selama
Syarh Muslim, jilid 4 – ( 9 / 197 -198 ) HR. Al-Bukhari ( 6137 ), Muslim ( 1727 ), Ahmad ( 168 94 ), At-Tirmidzi ( 1589 ), Abu Daud ( 3752 ) Ibnu Majah ( 3676 ) 14 Berkata Ibnu Al-Jauzi : “ Jaizah adalah pemberian, dan hadiah dari penguasa adalah pemberiannya”. Dan maksud dari jaizah disini adalah apa yang diperbolehkan dengannya selama jarak siang dan malamnya. ( Kasyful Musykil min Hadist Ash-Shahihain 4 / 86 ) – Cet.pertama- Daarul Wathan, tahun 1418 H ) 15 HR. Al-Bukhari( Al-Bukhari( 6135 ), Muslim ( 48 / Kitab AL-Luqathah ), dan lafazh miliknya. HR. Ahmad ( 26620 ), At-Tirmid At-Tirmidzi zi ( 1967 ) Abu Daud ( 3748 ) Ibnu Majah ( 3672 ) Malik ( 1728 ), Ad-Darimi ( 2035 ) 16 Lihat Syarh Muslim jilid 6 ( 12/ 26 ) 12 13
jarak siang dan malamnya, dan Ahmad membatasi hal tersebut pada penduduk desa dan yang berada dipedalaman padang pasir selain penduduk kota. Faedah : Didalam hadits terdapat larangan tentang tinggalnya seorang seorang tamu lebih lebih dari tiga
hari, agar bertamunya menjerumuskannya kepada persangkaan yang tidak diperbolehkan, atau mengghibah diriya atau lain sebagainya. Al-Khaththabi mengatakan: “ Tidak halal bagi tamu tam u berdia berdiam m disisi disisinya nya setel setelah ah tiga tiga hari hari tanpa tanpa adanya adanya ajakan ajakan,, yang yang akan akan menja menjadik dikan an dadanya sempit dan amalnya menjadi batal17 . Ibnul Jauzi mengatakan dalam menerangkan menerangkan sabda beliau beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “ Hingga menjadikannya berdosa “ : Hal itu apabila tidak ada suatu yang menjadi alasan jamuannya , maka dengan berdiamnya dia akan menjadikan ketidak senangan. Terkadang dirinya akan disinggungdenganpenyebutan yang buruk, dan terkadang diapun akan menjadi berdosa dalam pemberian yang diinfakkannya kepada si tamu “18 Akan tetapi terkecualikan pabila si tamu mengetahui bahwa yang menjamuunya tidak membenci hal itu, ataukah memintanya untuk lebih lama lagi tinggal ditempat itu. Adapun juka si tamu merasa merasa ragu akan keadaan yang menjam, menjam, maka lebih utama dia tidak berdiam diri melebihi tiga hari.
3. Disen Disenang angii menya menyamb mbut ut para para tamu tamu
Dari Ibnu Abbbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : “ Ketika rombongan Abdul Qais telah tiba untuk mengunjungi mengunjungi Nabi Shallallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam bersabda : Marhaban19 – yakni selamat datang – kepada rombongan yang datang tanpa kehinaan dan tanpa penyesalan … al-hadits “ 20 Dan yang tidak tidak disang disangsik sikan an lagi, lagi, bahwa bahwa seseo seseoran rang g menya menyambu mbutt para para tam tamuny unyaa
dengan dengan
ungkapan-ungkapan selamat datang dan yang serupa dengannya akan menanamkan rasa sukacita dan kedekatakan terhadap mereka. Dan hal tersebut dibenarkan dengan kenyataan.
4. Ucapan tamu apabila dia diikuti diikuti seseor seseorang ang yang yang tidak diundang diundang
Dia mengatakannya serupa dengan yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sallam . Dari Dari Abu Mas’ud Mas’ud radhial radhiallah lahu u ‘anhu, ‘anhu, beliau beliau berkata berkata : “ Pada kaum Anshar Anshar terdapat seseorang yang dikenal dengan panggilan Abu Syu’aib. Dia mempunyai seorang anak yang gemuk berisi. Maka dia berkata kepadanya : BUatlah makanan dan undanglah Ghizaa`u Al-Albab karya As-Safariini ( 2 / 159 ) Kasyf Al-Musykil min Hadist Ash-Shahihain ( 4 / 88 ) 19 Dida Didala lam m Al-L Al-Lis isan an ( 1 /414 /414 ) . pada pada baha bahasa san n : رح ب, perkat perkataan aan mereka mereka dalam dalam menyambut yang datang : Ahlan wa marhaban, maknanya bahwa anda telah berjumpa dengan ahlan dan marhaban. Dan mereka mengatakan : Semoga Allah melapangkan dan memudahkan bagiu. Dan perkataan mereka : Marhaban wa ahlan, yaitu saya mentangi anda dengan kelapangan dan mendatangi anda sebagai keluarga, maka sambutlah dan jan janga ganl nlah ah anda anda mera merasa sa kese kesepi pian an.. Al-L Al-Lai aits ts meng mengat atak akan an : makn makna a ungk ungkap apan an Arab Arab : Marhaban : Turunlah urunl ah dalam kelapangan dan keluasan. 20 HR. Al-Bukhari Al-Bukhari ( 6176 ) dan Muslim ( 17 ) 17 18
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama empat lainnya lainnya – menjadi lima orang, penj penj – Maka diapun mengundang mengundang Rasulullah Shallallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama empat lainnya. lainnya. Dan seora seorang ng mengi mengikut kutii mereka, mereka, maka maka Nabi Shalla Shallalla llahu hu ‘alaih ‘alaihii wa sallam sallam bersab bersabda da : “ Sesungguhnya nada mengundang kami berlima, dan orang ini telah mengikuti kami, jikalau anda berkenan anda dapat mengizinkannya dan jika tidak anda dapat menolaknya. Orang tersebut berkata : Melainkan saya mengizinkannya “ 21 Pada Pada ha hadi dits ts ini ini terd terdap apat at bebe bebera rapa pa feda fedah h yang yang akan akan kami kami kemu kemuka kaka kan n seba sebagi gian an diantaranya yang berkaitan dengan pembahasan kita disini. Pada hadits tersebut menunjukkan menunjukkan bahwa seseorang seseorang yangmengundang yangmengundang suatu kaum yang memiliki sifat tertentu, tertentu, lalu kemudian diantara mereka ada yang tidak tidak seperti sifat mereka, mereka, maka orang tersebut tidak termasuk dalam cakupan keumuman undangan tersebut … Dan pada hadits tersebut juga menunjukkan bahwa barang siapa yang bertingkah layaknya anak kecil - ikut-ikutan – bagi yang mengundang dapat memilih berkaitan dengan haknya, apabila dia masuk tanpa izindia dapat mengusirnya. Dan bagi siapa yang bertingkah laku seperti itu tidaklah dilarang diawal mulanya22, karena orang yang mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , tidaklah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolaknya, karena ada kemungkina yang mengundang akan berbaik hati dan memberinya izin. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Hajar23.
5. Berleb Berlebih-le ih-lebih bihan an dalam dalam menjam menjamu u tamu tamu
Tidak sepatutnya sangat berlebihan dalam menjamu tamu hingga melampau batasan yang dapat diterima akal sehat. Dikarenakan berlebhan membebani membebani diris ecara umum adalah suatu yang terlarang. Dari Anas radhiallahu ‘anhu beliau berkata : “ Kami pernah berada bers bersam amaa deng dengan an Umar Umar,, lalu lalu beli beliau au berk berkata ata : Kami Kami tela telah h dila dilara rang ng untu untuk k berl berleb ebih ihan an membebani diri “24 Namun tidak ada batasan yang dapat dijadikan acuan untuk perkataan kami ini : apakah termasuk dalam bentuk membebani diri berlebihan taukah tidak. Namun yang dijadikan acua acuan n dala dalam m ha hall itu itu adala adalah h kebi kebias asaa aan. n. Apab Apabil ilaa kebi kebias asaa aan/ n/ad adat at kaum kaum ma manu nusi siaa tela telah h menga mengangg nggap ap suatu suatu perkar perkaraa sebagai sebagai hal yangber yangberleb lebiha ihan n dan meman memandan dangny gnyaa sebaga sebagaii pembebanan diri yang berlebihan, maka ini tergolong pembebanan diri yang berlebihan, dan jika tidak maka juga tidak. HR. Al-Bukhari ( 5434 ), Muslim ( 2036 ) dan At-Tirmidzi ( 1099 ) An-Nawawi menyelisihi hal tersebut, beliau berkata : “ Dan bagi yang diundang apabila seseroang mengikutinya mengikutinya tanpa undangan sepatutnya sepatutnya untuk tidak mengizinkan dan melarangnya “ ( Syarh Muslim hadits h adits no. 2036 ) . Namun hadits diatas tidak menguatkan pendapat beliau itu. Dan yang tepat adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar. 23 Fathul Baari ( 9 / 471 – 472 ) ( 5434 ) 24 HR. Al-Bukhari Al-Bukhari ( 7293 ), dan dan hadits tersebut hukumnyasetara denganhadits marfu’, karena perkataan sahabat : Kami telah dilarang. Sebagaimana hal tersebut suatu yang baku dalam disiplin ilmu Ushul. 21 22
Dan makanan yang dibuat bagi para tamu, mestilah seukuran yang diinginkan tanpa berlebih-lebihan dan tidak sampai tidak mencukupi. Dan sebaik-baik perkara yang adalah yang pertengahan. Dari hadits Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu beliau berkata : Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Makanan untuk seseorang cukup cukup untuk berdua,makanan untuk tiga orang cukup untuk berempat dan makanan untuk empat orang cukup untuk berdelapan “25 Adapun yang terjadi pada hari ini berupa sifat berlebih-lebihan yang dilakukan sebagian orang dalam acara resepsi mereka, berlebih-lebihan dalam membebani diri untuk resepsi tersebut, dan telah melampaui batas yang disyarii’atkan, maka ceritakanlah semua tanpa segan segan ! Bahkan Bahkan sebagi sebagian an dianta diantara ra mereka mereka berlom berlomba ba siapak siapakah ah yang yang dapat dapat menga mengalah lahkan kan rekann rekannya, ya, dalam dalam banyak banyaknya nya ragam ragam makana makanan n yang yang sihid sihidang angkan kan,, berleb berlebiha ihan n dalam dalam hal tersebut hingga dikatakan bahwa fulan bin fulan telah melakukan ini dan ini. Tidaklah disangsikan lagi bhwa perbuatan ini suatu yang tercela. Dan tidak diperbolehkan memakan makan seperti ini. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallalla Shallallahu hu ‘alaihi wa sallam sallam telah melarang melarang memakan memakan makanan makanan dua orang yang menyajikan makanan untuk menyerupai orang selainnya “26 Al-Khaththabi mengatakan : Al-Mutabariyaini adalah dua orang yang bersaing dengan perbuatan mereka. Dikatakan dua orang tabaaraa apabila seseorang diantara mereka berdua melaku melakukan kan serup serupade adenga nganya nyang ng dilaku dilakukan kan rekann rekannya ya agar terlih terlihat at siapak siapakah ah yang yang dapat dapat menga mengalah lahkan kan rekann rekannya. ya. Dan hal itu dibenc dibencii karena karena terkan terkandun dung g ama amall riya`, riya`, sifat sifat untuk untuk bersaing menonjolkan diri dan juga karena tergolong dalam kategori larangan Allah dari memakan harta dengan batil “27
6. Masuk Masuk dengan dengan izin izin dan beran beranjak jak pulang pulang setel setelah ah selesai selesai
Adab ini telah diterangkan didalam Al-Qur`an. Alah ta’ala berfirman : “ Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian memasuki rumah Nabi kecuali setelah kalian dizinkan untuk masuk mencicipi makanan tanpa menunggu-nunggu waktu makan. Akan tetapi apabila kalian telah diundang maka masuklah dan apabila kalian telah makan maka segeralah kalian beranjak pergi tanpa berlama-lama berbincang “ (Al-Ahzab : 53 )
Allah Allah subhan subhanahu ahu wata’a wata’ala la telah telah melar melarang ang kaum kaum mukmi mukmini ni memas memasuki uki rumah rumah Nabi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali seizin beliau. beliau. Dan dmeikian halnya kaum mukminin tidaklah mereka memasuki rumah sebgian dari mereka kecuali dengan izin. Dan larangan tersebut emnckup seluruh kaum mukminin. HR. Muslim ( 2059 ), ahmad ( 13810 ), At-Tirmi At-Tirmidzi dzi ( 1820 ), Ibnu Majah ( 3254 ) dan AdDarimi ( 2044 ) 26 HR. Abu Daud ( 3754 ) al-Albani mengatakan : Shahih. 27 ‘Aun al-Ma’bud jilid 5 ( 10 / 161 ), Kitab Al-ath’imah, bab Fii Tha’aam Al-Mutabaariyaini. 25
Asy-Syaukani berkata : “ Allah melarang kaum mukminin melakukan hal itu dirumah Nabi Shallallah Shallallahu u ‘alaihi wa sallam . Dan larangan tersebut tersebut mencakup mencakup seluruh seluruh kaum mukminin. mukminin. Dan keharusan seluruh manusia untuk mengambil adab dari Allah untuk mereka dalam hal itu. Allah telah telah melarang melarang mereka masuk kesuatu kesuatu rumah kecuali kecuali setelah setelah diizinkan diizinkan untuk makan bukan sebelumnya untuk menunggu makanan dihidangkan28. Dan telah telah menja menjadi di kebias kebiasaan aan mereka mereka dizama dizaman n Jah Jahili iliyah yah , mereka mereka mendat mendatang angii suatu suatu rese reseps psii lebi lebih h aw awal al,, menu menung ngu u ma maka kana nan n dihi dihida dang ngkan kan.. Maka Maka Alla Allah h mela melara rang ng mere mereka ka melakukan hal itu, didalam firman-Nya : “ Tanpa menunggu-nunggu waktu makan “ ( QS. Al-Ahzab 53 ). Yakni tanpa tanpa menanti makanan makanan dihidangkan kemudian kemudian menyambutnya29. Kemudian
Allah
subhanah ahu u
wata’ ata’aala
meneran ang gkan
bahwa
baran ang g
siapa
yangkeperluannya telah terpenuhi hendaknya segera beranjak pergi dan tidaklah duduk menemaninya berbincang-bincang. Dikarenakan hal itu akan mengganggu Nabi Shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam . Demikian Demikian halnya bagi kaum manusia, manusia, karena sebagian sebagian besar diantara diantara mereka mereka merasa merasa tergan terganggu ggu apabil apabilaa orangorang-ora orang ng yang yang diunda diundang ng berlam berlama-l a-lama ama setela setelah h menye menyeles lesaika aikan n makann makannya. ya. Maka Maka tidak tidak seyog seyogyan yanya ya seseor seseorang ang berdia berdiam m lam lamaa ditemp ditempat at mereka, kecuali jika pemilik rumah mengharapkan mereka tinggal, ataukah jika kebiasaan kaum tersebut seperti itu. Dan tidak ada rasa keberatan dan tidak juga mengganggu maka hal tersebut tidaklah mengapa. Dikarenakan alasan larangan tersebut telah tertiadakan.
7. Mend Mendahu ahuluk lukan an yang yang lebih lebih tua dan mend mendahu ahulu lukan kan yang berada berada pada pada sisi sisi bagia bagian n kanan, baru yang selanjutnya.
Selayaknya bagi seseorang yang menjamu para tamu,agar mendahulukan yang paling tua serta memberi perhatian lebih kepadanya. Hal itu dikarenakan anjuran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadits untuk untuk melakukan hal hal itu. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘ala ‘alaih ihii wa sall sallam am
bers bersab abda da : “ Saya Saya dipe diperl rlih ihat atka kan n dida didala lam m tidu tidurk rku, u, bahw bahwaa saya saya
mempe mempergu rgunak nakan an siwak, siwak, lal lalu u dua orang orang mengha menghamp mpiri iriku ku , salah salah satun satunya ya lebih lebih tua dari dari yanglain, Lalu saya menyodorkan siwka kepada yang lebih muda. Maka dikatakan kepadaku : Yang lebih tua. Lalu sayapun menyodorkannya kepada yang lebih tua “30 Dan Dan beli beliau au bers bersab abda da : “ Sesu Sesung nggu guhn hnya ya yang yang term termas asuk uk dari dari keag keagun unga gan n Alla Allah h : mengh menghorm ormati ati orang orang musl muslim im yang yang sudah sudah tua, tua, orang orang yang yang mengh menghafa afall Al-Qur Al-Qur`an `an,, tanpa tanpa berlebih-lebihan dan tanpa bersikap kasar terhadapnya dan menghormati penguasa yang Fathul Qadir ( 4 / 341 ) Fathul Qadir ( 4 / 341 ) dengan sedikit perubahan. 30 HR. Muslim ( 3003 ) , Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu’allaq didalam kitab AlWudhu`, beliau berkata: Bab. Daf’u Daf’u As-Siwak ilaa Al-Akbar. Al-Akbar. Kemudian Kemudian beliau mencantumkan hadits diatas secara mu’allaq. Hadits ini diriwayatkan secara maushul oleh Abu ‘Awanah. Al-hafidz Ibnu Hajar menyebutkan hal itu didalam Al-Fath ( 1 / 425). Dan yang mengatakan: yang lebih tua tiada lain adalah Jibril ’alaihis salam. 28 29
adil”.31Adapun hadits Sahl bin Sa’ad radhiallahu’anhu : “ Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan kepada beliau minuman maka beliaupun meminumnya, dan disamping kanan beliau ada seorang anak kecil dan disamping kirinya seorang yang sudah tua, maka beliau berkata kepada anak kecil tersebut : “ Apakah engkau mengijinkanku kalau aku memberi mereka ? “. Anak kecil itu menjawab : “ Demi Allah wahai Rasulullah tidak ada yang berat untukmu jika bagianku diberikan kepada seseorang ”. Sahl berkata : “ Maka Rasulullah Shallallahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkannya diatas tangannya”.32Maka hal inilah jika akan memberikan faedah mendahulukan yang kanan entah yang kanan tersebut anak keci kecill atau atau oran orang g besa besar, r, kecu kecual alii dia dia tida tidak k bert berten enta tang ngan an deng dengan an ha hadi dits ts-h -had adit itss yang yang mendahulukan orang yang lebih tua dari selainnya, dan memungkinkan bagi kita untuk menggabungkan antara keduanya maka kita katakan : Sesungguhnya mendahulukan yang kanan diperuntukkan bagi orang yang meminum sesuatu dan menyisakannya minumannya. Lalu memberikan kepada yang berada dibagian kanannya, kecuali jika dia mengizinkanya. Dan seputar makna inilah yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr: “ Dan pada hadits ini33 terkandung adab menyuguhkan makanan dan bermajlis. Bahwa seseorang apabila makan atau minum, memberikan sisanya kepada yang berada dibagian kanannya, siapapun dia, walau dia seorang yang tidak begitu mempunyai keutamaan, sementara yang berada dibagian kirinya seseorang yang memiliki keutamaan34. Mend Mendah ahul uluk ukan an yang yang lebi lebih h tua, tua, dibe diberi rika kan n disa disaat at aw awal al meny menyug uguh uhka kan n mi minu num m atau atau makana makanan. n. Kemudi Kemudian an
setel setelah ah itu dilanjut dilanjutkan kan kepada kepada yang yang berada berada dibagi dibagian an kanann kanannya. ya.
Sepertinya pendapat inilah yang dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata : “ Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuangkan minuman, minuman, beliau bersabda : Mulailan dengan dengan yang lebih tua “35. Dan dengan in, dalil-dalil yang ada dapat diselaraskan. Wallahu a’lam
8. Doa yang diucapkan tamu tamu setelah memperoleh memperoleh jamuan makanan
Termasuk sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau memakan makanan yang dihidangkan oleh kaum, beliau mendoakan mereka. Dari Anas, beliau berkata : Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa wa sallam mengunjungi Sa’ad bin ‘Ubadah, lalu beliau menghidangkan menghidangkan roti dan minyak. Kemudian beliau beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sallam makan, lalu mengucapkan :
HR. Al-Bukhari dalam Adab Al-Mufrad ( 357 ), Abu Daud ( 4843 ), ) , berkata Al-Albani : hasan 32 HR. Al-Bukhari Al-Bukhari ( 5620 ), Muslim ( 2030 ), Ahmad ( 22317 ), Malik ( 1724 ) 33 Yaitu hadits Sahl bin Sa’ad 34 At-Tamhid ( 6 / 155 ) 35 HR. Abu Ya’la ( 4/ 315 ) ( 2425 ). Al-Hafidz mengatakan : Sanadnya kuat. Fathul Bari ( 10 / 89 ). 31
“ Orang-orang yang berpuasa telah berbuka ditempat kalian, dan orang-orang yang baik telah memakan makanan kalian, dan para malaikat mendoakan kalian “36 Sebagian ulama mengkhususkan doa ini ketika berbuka puasa saja, sementara mayoritas ulama berpendapat doa ini berlaku mutlak baik ketika berbuka puasa atau selainnya37. Pada hadits Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiallhu ‘anhu yang panjang tentang menyuguhkan susu. susu. Dan pada pada hadits hadits tersebu tersebut, t, Nabi Shallall Shallallahu ahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam sallam berdoa berdoa : “ Ya Allah, Allah, berilah makan kepada yang telah memberiku makan dan berilah minum bagi yang telah memberiku minum “ 38 An-Naw An-Nawawi awi menga mengatak takan an : “ Pada Pada hadits hadits terseb tersebut ut menunj menunjukk ukkan an doa bagi bagi seoran seorang g yang yang berbiat baik dan juga bagi yang telah melayani, dan bagi yang telah melakukan kebaikan39. Abdullah bin Busr meriwayatkan bahwa bapaknya pernah membuat makanan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kemudian mengundang mengundang beliau dan beliaupun menyambutnya. menyambutnya. Ketika beliau telah selesai menyantap hidangannya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ya Allah ampunilah mereka dan berilah mereka rahmat dan berilah berkah bagi mereka dari apa yang Engkau rizkikan untuk mereka “40
9. Disenang Disenangii keluar keluar bersa bersama ma tamu tamu hingga hingga ke pintu pintu
Perbuatan ini termasuk dalam bagian kesempurnaan menjamu tamu, dan kebaikan dalam melayani tamu. Dan menyertainya menyertainya hingga dia berlalu dari rumah. rumah. Dan tidak satupun hadits yang marfu’ dan shahih shahih yang dapat dijadikan dijadikan pedoman akan hal itu. Hanya beberapa atsar dari Salaf umat ini dan para Imam mereka. Dan kami hanya mencukupkan dengan sebuah atsar saja, yaitu : Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Sallam mengunjungi Ahmad bin Hanbal … Abu ‘Ubaid berkata : “ Dan ketika saya hendak berdiri, beliau berdiri menyertaiku. Saya berkata : Jan Janga ganl nlah ah an anda da mela melaku kuka kan n ha hall itu itu wa waha haii Abu Abu Abdi Abdill llah ah.. Beli Beliau au beka bekata ta : AsyAsy-Sa Sa’b ’bii mengatakan mengatakan : Termasuk Termasuk kesempurnaan kesempurnaan ziarah seorang seorang tamu, tamu, adalah anda menyertai menyertainya nya hingga kepintu rumah dan anda mengambil berkahnya … “41
HR. Abu Daud Daud ( 3854 ) al-Albani al-Albani menshahihkannya. Ahmad ( 11767 11767 ), ad-dArimi ( 1772 ), dan pada riwayat Ahmad dan Ad-Darimi dengan lafazh : “ Dan para malaikat turun kepada kalian kalian “. Dan juga Ibnu Majah ( 1747 ) dengan riwayat Abdullah bin Az-Zubair serupa dengan lafazhAbu Daud. 37 Al-Adab Asy-Syar’iyah Asy-Syar’iyah ( 3 / 217 ) 38 HR. Muslim ( 2055 ), Ahmad ( 23300 ) dan At-Tirmidzi (2719 ) 39 Syarh Shahih Muslim jilid 7 ( 14 / 13 ) 40 HR. Muslim ( 2042 ),Ahmad ),Ahmad ( 17220 ) dan dan lafazh diatas adalah lafazh riwayat riwayat beliau, At-Tirmidzi ( 3576 ), Abu Daud ( 3729 ) dna Ad-Darimi ( 2022 ) 41 Al-Adab Asy-Syar’iyah Asy-Syar’iyah ( 3 / 227 ) 36