A. Memahami Makna Busana Muslim/Muslimah dan Menutup Aurat 1. Makna Aurat
Menurut bahasa, aurat berati malu, aib, dan buruk. Kata aurat berasal dari kata awira yang artinya hilang perasaan. Jika digunakan untuk mata,berarti hilang cahayanya dan lenyap pandangannya. Pada umumnya, kata ini memberi arti yang tidak baik dipandang, memalukan dan mengecewakan.
Menurut istilah dalam hukum Islam, aurat adalah batas minimal dari bagian tubuh yang wajib ditutupi karena perintah Allah Swt.
2. Makna Jilbab dan Busana Muslimah
Secara etimologi, jilbab adalah sebuah pakaian yang longgar untuk menutup seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalam bahasa Arab, jilbab dikenal dengan istilah khimar, dan bahasa inggris jilbab dikenal dengan istilah veil. Selain kata jilbab untuk menutup bagian dada hingga kepala wanita untuk menutup aurat perempuan, dikenal pula istilah kerudung, hijab, dan sebagainya. Pakaian adalah barang yang dipakai (baju, celana, dan sebagainya). Dalam bahasa Indonesia, pakaian juga disebut busana. Jadi, busana muslimah artinya pakaian yang dipakai oleh perempuan. Pakaian perempuan yang beragama Islam disebut busana muslimah. Berdasarkan makna tersebut, busana muslimah dapat diartikan sebagai pakaian wanita Islam yang dapat menutup aurat yang diwajibkan agama untuk menutupinya, guna kemaslahatan dan kebaikan wanita itu sendiri serta masyarakat di mana ia berada.
Perintah menutup aurat sesungguhnya adalah perintah Allah Swt. yang dilakukan secara bertahap. Perintah menutup aurat bagi kaum perempuan pertama kali diperintahkan kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. agar tidak berbuat seperti kebanyakan perempuan pada waktu itu (Q.S. al-Ahzab/33: 32-33). Setelah itu, Allah Swt. memerintahkan kepada istri-istri Nabi saw. agar tidak berhadapan langsung dengan laki-laki bukan mahramnya (Q.S. alAhzab/33:53).
Selanjutnya, karena istri-istri Nabi saw. juga perlu keluar rumah untuk mencari kebutuhan rumah tangganya, Allah Swt. memerintahkan mereka untuk menutup aurat apabila hendak keluar rumah (Q.S. al-Ahzab/33:59). Dalam ayat ini, Allah Swt. memerintahkan untuk memakai jilbab, bukan hanya kepada istri-istri Nabi Muhammad saw. dan anak-anak perempuannya, tetapi juga kepada istri-istri orang-orang yang beriman. Dengan demikian, menutup aurat atau berbusana muslimah adalah wajib hukumnya bagi seluruh wanita yang beriman. B. Ayat-ayat Al-Qur’an Al-Qur’an dan Hadis tentang Perintah Berbusana Muslim/Muslimah 1. Q.S. al-Ahzab/33:59
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, istri -istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun, Maha penyayang.” 2. Q.S. An-Nμr/24:31 An-N μr/24:31
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah ja nganlah menampakkan perhiasannya perhiasann ya (auratnya), kecuali kepada suami s uami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putraputra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” be runtung.” 32. QS. Al-A’raf: Al- A’raf: 26
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa531 itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Perintah Menutup Aurat Menutup aurat adalah kewajiban agama yang ditegaskan dalam Al-Qur’an maupun hadist Rasulullah saw. Kewajiban menutup aurat disyari’atkan untuk kepentingan manusia itu sendiri sebagai wujud kasih sayang dan perhatian Allah Swt. Terhadap kemaslahatan hamba Nya di muka bumi. Memahami aurat dan batasan-batasannya
Ditegaskan perintah menggunakan jilbab dan memanjangkannya hingga ke dada, dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada setiap mukminah. Memahami dalil menutup aurat BERIKUT ADALAH DALIL DALAM AL- QUR’AN DAN AL-HADITS YANG SANGAT TERANG BENDERANG MEWAJIBKAN BAGI MUSLIMAH UNTUK MENUTUP AURATNYA “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Makna busana muslim/muslimah Penutup Kepala (Jilbab atau Kerudung) Gaun abaya meliputi seluruh tubuh wanita, tidak termasuk tangan, kaki dan wajah, sehingga dalam beberapa budaya itu dipasangkan dengan penutup kepala. Niqab adalah penutup kepala konservatif yang menutupi seluruh kepala dan wajah, kecuali mata. Sebuah kerudung kepala lebih liberal seperti ini adalah jilbab ,paling sering mengacu pada kerudung yang menutupi kepala wanita, rambut, telinga, leher dan menyapu untuk dibaurkan di atas dadanya untuk kesopanan. Menurut buku Bodman dan Tohidi itu, “Perempu an dalam Masyarakat Muslim: Keanekaragaman dengan Persatuan,” jilbab kata secara harfiah diterjemahkan berarti “perlindungan” atau “Pelindung.” Kata juga dapat diterjemahkan sebagai “jilbab” atau “cover” dan dapat lebih luas mengekspresikan kerendahan hati wanita itu dan privasi.
PENGERTIAN AURAT
Aurat secara bahasa berasal dari kata ‘araa , dari kata tersebut muncul derivasi kata bentukan baru dan makna baru pula. Bentuk ‘awira (menjadikan buta sebelah mata), ‘awwara (menyimpangkan, membelokkan dan memalingkan), a’wara (tampak lahir atau auratnya), al-‘awaar (cela atau aib), al-‘wwar (yang lemah, penakut), al-‘aura’ (kata-kata dan perbuatan buruk, keji dan kotor), sedangkan al-‘aurat adalah segala perkara yang dirasa malu.
Pendapat senada juga dinyatakan bahwa aurat adalah sesuatu yang terbuka, tidak tertutup, kemaluan, telanjang, aib dan cacat. Artinya aurat dipahami sebagai sesuatu yang oleh seseorang ditutupi karena merasa malu atau rendah diri jika sesuatu itu kelihatan atau diketahui orang lain.
Berdasarkan pada makna kata aurat adalah yang berarti segala sesuatu yang dapat menjadikan seseorang malu atau mendapatkan aib (cacat), entah perkataan, sikap ataupun tindakan, aurat sebagai bentuk dari satu kekurangan maka sudah seharusnya ditutupi dan tidak untuk dibuka atau dipertontonkan di muka umum.
Q.S. Al A'raf : 26
" …Dan kaum wanita yang berpakaian tetapi telanjang (karena pakaiannya tipis dan tembus pandang), menyimpang (dari kehormatannya) dan mengajak wanita lain untuk berbuat seperti dirinya, kepala mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapati aromanya, padahal aromanya bisa didapat dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Tidak diterima shalat seorang perempuan yang sudah haidh (maksudnya sudah baligh) kecuali dengan memakai khimar (kerudung yang menutup kepala)." (HR. Hadits shahih, diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka ayat dan kedua hadits di atas menunjukkan wajibnya seorang muslim maupun muslimah untuk menutup auratnya, dan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengancam para wanita membuka auratnya dengan ancaman neraka. Dan sebagaimana
sudah
kita
ketahui
bersama,
bahwasanya
tidak
syari'at
ini
memerintahkan sesuatu kecuali di sana ada maslahat, dan tidaklah melarang dari sesuatu kecuali karena di sana ada mafsadat (bahaya).
BATASAN AURAT
Islam mengajarkan bahwa pakaian adalah penutup aurat, bukan sekedar perhiasan. Islam mewajibkan setiap wanita dan pria untuk menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya. Bertelanjang adalah suatu perbuatan yang tidak beradab dan tidak senonoh. Langkah pertama yang diambil Islam dalam usaha mengokohkan
bangunan
masyarakatnya,
adalah
melarang
bertelanjang
dan
menentukan aurat laki-laki dan perempuan. Inilah mengapa fiqh mengartikan bahwa aurat adalah bagian tubuh seseorang yang wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Islam dengan ajarannya memberikan batasan aurat laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang disampaikan Muhammad Ibnu Muhammad Ali bahwa:
1. Aurat laki-laki
a. Aurat laki-laki sewaktu shalat, juga ketika di antara laki-laki dan perempuan yang mahramnya, ialah bagian tubuh antara pusar dan lutut. Pusar dan lutut bukanlah aurat, tetapi dianjurkan supaya ditutup juga karena sepadan dengan aurat. Ini berdasarkan kaidah kaidah ushul fiqh: Ma la yatimmu al-wajib illa bihi fahuwa wajib (Apa yang tidak sempurna yang wajib melainkan dengann ya, maka ia adalah wajib).
b. Aurat laki-laki pada perempuan yang ajnabiyah, yakni yang bukan mahramnya ialah sekalian badannya.
c. Aurat laki-laki sewaktu khalwah, yakni ketika bersunyi-sunyi seorang diri, ialah dua kemaluannya.
2. Aurat wanita sahaya
Aurat wanita sahaya atau hamba wanita ialah bagian antara pusar dan lutut.
3. Aurat wanita merdeka
a. Aurat wanita yang merdeka di dalam shalat ialah bagian yang lain dari wajah dan dua telapak tangannya yang dhahir dan batin hingga pergelangan tangannya, wajah dan dua telapak tangannya, luar dalam, hingga pergelangan tangannya, bukanlah aurat dalam shalat dan selebihnya adalah aurat yang harus tertutup.
b. Aurat wanita yang merdeka di luar shalat.
- Di hadapan laki-laki yang ajnabi atau yang bukan mahramnya, auratnya adalah seluruh badan. Artinya termasuk wajah dan rambut serta kedua telapak tangannya, lahir-batin dan termasuk kedua telapak kakinya, lahir- batin, sehingga seluruh badannya wajib ditutup atau dilindungi dari pandangan laki-laki yang ajnabi, wajah dan kedua telapak tangannya tidak harus di buka ketika untuk menjadi saksi sejenisnya, kecuali karena darurat.
- Di hadapan perempuan kafir, auratnya ialah anggota badan selain anggota badan yang lahir ketika ia bekerja di rumah. Bagian yang lahir ketika ia aktif di rumah ialah kepala, muka, leher, dua telapak tangan sampai kedua sikunya dan dua telapak kakinya. Demikian juga auratnya ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi atau wataknya atau perempuan yang rusak akhlaknya.
- Di dalam khalwah, di hadapan muslimah, dan pada laki-laki yang menjadi mahramnya, auratnya ialah anggota badan antara pusar dan lutut, seperti aurat lakilaki dalam shalat.
Aurat walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara timbulnya fitnah, maka yang perlu ditutup tak hanya yang antara pusar dan kedua lutut. Menutup aurat karena fitnah, yaitu yang memungkinkan tergiurnya nafsu adalah suatu kewajiban. Hal inilah yang menjadi perhatian Islam sebagai agama yang berusaha mengangkat martabat manusia di hadapan manusia lainnya dengan mempertinggi akhlak dan menutup aurat adalah salah satunya.
PENDAPAT ULAMA TENTANG MENUTUP AURAT
Secara normatif aturan hukum baku berkenaan dengan perintah berpakaian dan menutup aurat beserta batasan-batasannya diungkapkan secara eskplisit dalam alQur’an. Beberapa ayat yang terkait dengan hal tersebut memberikan rambu-rambu bagi para wanita mukallaf untuk memenuhi batasan yang diberikan oleh kitab yang diturunkan pada Nabi akhir zaman.
Menurut syariat Islam menutup aurat hukumnya wajib bagi setiap orang mukmin baik laki-laki
maupun
perempuan
terutama
yang
telah
dewasa
dan
dilarang
memperhatikannya kepada orang lain dengan sengaja tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat, demikian juga syariat Islam pada dasarnya memerintahkan kepada setiap mukmin, khususnya yang sudah memiliki nafsu birahi untuk tidak melihat dan tidak memperlihatkan auratnya kepada orang lain terutama yang berlainan jenis.
Adapun melihat aurat orang lain atau memperlihatkan aurat kepada orang lain yang dibenarkan syariat seperti sesama mahram dan terutama suami atau istri, hukumnya
boleh sebagaimana terdapat dalam surah an-Nur ayat 30-31. Demikian pula orang muslim boleh melihat aurat orang lain atau memperlihatkan auratnya kepada orang lain (walaupun bukan mahram) jika ada alasan yang dibenarkan syariat seperti ketika berobat atau mengobati penyakit yang pengobatannya memerlukan melihat atau memperlihatkan aurat karena darurat.
Q.S. An-Nur : 30
Surah al-Nur ayat 30 memerintahkan kepada kaum mukmin untuk menundukkan pandangannya dari perkara yang diharamkan dan menjaga kemaluannya. Karena hal tersebut dapat menyebabkan perantara penyakit hati dan menyebabkan seseorang terjerumus dalam perbuatan tercela. Dan menundukkan pandangan merupakan sebab keselamatan dari hal tersebut.
Ayat tersebut juga mengandung perintah wajib untuk ditaati berupa larangan melihat wanita asing atau pria asing, merupakan suatu larangan mutlak yang diharamkan, tanpa adanya suatu keperluan yang dibenarkan oleh syara'. Pandangan yang bisa memunculkan rangsangan pria, sehingga menimbulkan sikap mengabaikan nilai moral dan
penyimpangan
perilaku
individu
dalam
masyarakat.
Sehingga
Allah
memerintahkan pada kaum wanita menggunakan hijab untuk menjaga terlepasnya
kobaran nafsu seksual, sehingga pria dan wanita yang dekat dan yang jauh tidak akan saling menarik karena secara fitrah wanita dan pria selalu tarik menarik dan ini merupakan sunnah kehidupan atau hukum alam. Karena itu Allah melarang apabila dua orang yang berlainan jenis menyepi karena sudah pasti syaitan akan menjadi yang ketiga di antara mereka dan mengganggunya, lalu mereka berbuat tidak senonoh sebagaimana firman Allah dalam surah Yusuf ayat 53 yang berisi bahwa “sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan kecuali nafsu yang telah diberkahi oleh Allah”.
Para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menentukan batas-batas aurat itu sendiri, baik aurat laki-laki maupun perempuan. Menurut kebanyakan ulama’ batas aurat orang laki-laki ialah anggota-anggota tubuh yang terletak antara pusat dan lutut, terutama alat kelamin dan dubur di samping juga paha. Sedangkan menurut sebagian ulama’ yang lain, aurat orang laki-laki hanyalah alat vital dan dubur, sedangkan paha tidak termasuk ke dalam kategori aurat yang wajib ditutup. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa aurat laki-laki yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain terutama kepada kaum wanita, ialah anggota-anggota badan yang berkisar antara pusat dan lutut. Sementara sebagian kecil ulama’ yang pendapatnya dianggap lemah oleh kebanyakan ulama’, menyatakan bahwa aurat laki-laki di hadapan kaum wanita yang bukan mahramnya adalah seluruh anggota badannya.
Adapun aurat kaum wanita, menurut kebanyakan ulama’ ialah seluruh anggota tubuhnya selain muka dan kedua telapak tangan, kedua telapak kaki menurut sebagian
ulama’ seperti Imam Abu Hanifah juga merupakan aurat. Di samping itu ada sebagian ulama’, di antaranya Imam Ahmad bin Hanbal yang memandang seluruh anggota badan wanita (termasuk muka dan kedua telapak tangan) adalah aurat.
Para ulama’ membedakan antara aurat kaum wanita di hadapan kaum pria dengan aurat kaum wanita di hadapan sesama wanita. Aurat wanita sebagaimana tersebut di atas, sesuai dengan perbedaan pendapat para ulama’ tidak diperbolehkan diperlihatkan kepada kaum laki-laki selain suami dan mahramnya atau orang lain yang oleh syariat diperbolehkan melihatnya. Adapun aurat wanita terhadap sesama wanita yang tidak boleh dilihat atau diperlihatkan ialah sama dengan aurat laki-laki yakni anggotaanggota tubuh yang berkisar antara pusat dan lutut.
Masalah aurat sangat erat dengan soal pakaian, karena aurat wajib ditutup dan alat penutupnya adalah pakaian. Pakaian setiap muslim adalah harus menutup batas-batas aurat seperti yang dikemukakan di atas. Namun kar ena para ulama’ berbeda pendapat mengenai batas-batas aurat terutama aurat bagi wanita, maka perbedaan pendapat pun muncul pula dalam masalah pakaian kaum wanita. Sebagian mengharuskan menutup seluruh anggota badan selain mata, sedangkan sebagian yang lain menambahkan selain muka, yaitu kedua telapak tangan dan kaki.
Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan dan menjaga kesucian, maka seorang wanita diwajibkan untuk berhijab dan anggota badan yang boleh diperlihatkan adalah wajah dan kedua telapak tangan. Penggunaan hijab antara pria dan wanita mengandung hikmah bahwa sebenarnya Allah bermaksud menata hubungan
interpersonal dalam masyarakat dan menjaga kesucian pria dan wanita agar dapat mencapai kesempurnaannya demi terwujudnya masyarakat yang sehat dan dibangun atas akhlak mulia serta nilai-nilai moralitas yang tinggi.
Di antara para ulama’ yang masih memperdebatkan masalah tentang aurat yang harus ditutupi oleh kaum wanita ketika mereka bertemu dan berinteraksi dengan kaum pria yaitu :
1. Pendapat Al-Ahnaf ( pengikut Hanafi ) berpendapat bahwa wanita boleh membuka muka dan kedua telapak tangan namun pria tetap haram melihat kepadanya dengan pandangan syahwat.
2.
Dalam madzhab Maliki terdapat tiga pendapat
- Mengatakan wajib menutup muka dan kedua telapak tangan.
- Tidak wajib menutup muka dan kedua telapak tangan tetapi pria wajib menundukkan pandangannya.
- Perbedaan cantik dan tidak cantiknya seorang wanita, jika ia cantik maka ia wajib menutup muka dan kedua telapak tangan sedangkan wanita yang tidak cantik tidak wajib menutupnya atau disunahkan.
3. Jumhur (golongan terbesar): Madzhab Syafi’i mengatakan tidak wajib menutup wajah dan kedua telapak tangan sekalipun mereka berfatwa untuk menutupinya.
4. Madzhab Hambali: mengatakan wajib menutup keduan ya.
5. Jumhur Fuqaha (golongan terbesar ahli-ahli fiqh) berpendapat bahwa muka dan dua telapak tangan bukan aurat karena itu tidak wajib menutupnya tetapi wajib ditutup jika dirasa tidak aman.
Sebab perbedaan pendapat itu bersumber dari perbedaan dalam menafsirkan al-Qur’an Surat an-Nûr ayat 31. Seorang wanita yang akan keluar dari rumahnya dan berinteraksi dengan pria bukan mahram, maka ia harus memperhatikan sopan santun dan tata cara busana yang dikenakan haruslah memenuhi beberapa syarat:
a. Meliputi seluruh badan kecuali yang diperbolehkan yaitu wajah dan kedua telapak tangan.
b. Bukan berfungsi sebagai perhiasan.
c. Tebal tidak tipis.
d. Longgar tidak ketat.
e. Tidak diberi parfum atau minyak wangi.
f. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
g. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
h. Bukanlah pakaian untuk mencari popularitas.
HIKMAH MENUTUP AURAT
Berikut ini adalah beberapa kegunaan, kelebihan, fungsi, kebaikan, manfaat yang bisa didapatkan dari menutup aurat:
1. Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat
Salah satu yang menyebabkan banyak wanita masuk neraka adalah karena mereka tidak menutup aurat mereka di mata orang-orang yang bukan mahramnya. Dari begitu besarnya mudharat yang bisa didapat dari membuka aurat, maka Tuhan melarang kita membuka aurat.
2. Menghindari fitnah, tuduhan atau pandangan negative
Orang-orang yang gemar membuka auratnya secara terang-terangan bisa saja dituduh sebagai wanita nakal, pelacur, cewek penggoda, wanita murahan, tukang rebut suami orang, perempuan eksperimen, dan lain-lain. Untuk itu hindari memakai pakaian
minim yang memperlihatkan bagian tubuh yang dapat merangsang lawan jenis untuk meredam berbagai fitnah.
3. Mencegah timbulnya hawa nafsu lawan jenis maupun sesama jenis
Secara umum laki-laki normal akan terangsang melihat wanita yang memakai pakaian ketat, modis, celana pendek atau rok mini ketat, rambut disalon, wajah dimakeup seksi, dan lain sebagainya. Banyak lelaki yang ingin menzinahi perempuan yang seperti itu baik secara paksa maupun tanpa paksaan.
4. Menunjukkan diri sebagai bukan perempuan / laki-laki murahan
Menutup aurat adalah suatu identitas orang-orang yang baik. Ditambah lagi dengan perilaku yang baik dan sopan maka tidak mungkin ada orang yang mengatakan kita sebagai perempuan murahan atau pria murahan.
5. Melindungi tubuh dan kulit dari lingkungan
Dengan pakaian yang menutupi tubuh secara sempurna maka kita tidak akan merasakan kepanasan saat mentari bersinar terik, tidak merasakan kedinginan saat suhu sedang dingin. Begitu pun dengan debu dan kotoran akan terhalang mengenai kulit kita langsung sehingga kebersihan tubuh dapat tetap terjaga dengan baik.
6. Mencegah rasa cemburu pasangan hidup kita
Jika suami atau istri suka tampil seksi maka pasangannya bisa saja merasa cemburu jika ada orang yang menggoda atau bahkan hanya sekedar melihat dengan pandangan penuh nafsu syahwat. Jangan biarkan rasa cemburu muncul dalam kehidupan rumahtangga kita, karena hal itu merupakan awal dari kehancuran sebuah keluarga yang bahagia.
7. Mencegah terkena penyakit dan gangguan kesehatan
Penyakit-penyakit yang dapat muncul jika kita tampil terbuka auratnya di ruang terbuka adalah bisa seperti kanker kulit, kulit terbakar, kulit menjadi hitam, noda flek di kulit, dan lain sebagainya. Cegah penyakit dan gangguan kesehatan tersebut dengan memakai pakaian yang tertutup yang dapat melindungi tubuh dari faktor-faktor penyebab penyakit atau gangguan kesehatan tersebut.
8. Memberikan sesuatu yang spesial bagi suami atau istri kita
Buka-bukaanlah pada saat di depan suami atau istri kita saja. Orang yang demikian biasanya akan sangat dihargai dan disayangi oleh pasangan hidupnya. Terlebih lagi bisa menjaga kesucian dirinya hingga adanya pernikahan. Di depan orang lain yang bukan mahwam, aurat selalu terjaga dengan baik.
9. Melindungi diri kita dari berbagai tindak kejahatan
Biasanya wanita yang auratnya terbuka adalah yang paling sering menjadi korban perkosaan maupun tindak kriminal lainnya seperti perampokan, penjambretan, hipnotis, dan lain sebagainya. Bandingkan dengan wanita bercadar yang tampil tidak menarik di mata penjahat karena penampilannya yang misterius membuat pelaku kejahatan enggan menjahatinya.
10. Menutupi aib rahasia yang ada pada diri kita
Perilaku Mulia Berbusana Muslim dan Muslimah Mengenakan busana yang sesuai dengan syari’at Islam bertujuan agar manusia terjaga kehormatannya. Ajaran Islam tidak bermaksud untuk membatasi atau mempersulit gerak dan langkah umatnya. Justru dengan aturan dan syari’at tersebut, manusia akan terhindar dari berbagai kemungkinan yang akan mendatangkan bencana dan kemudaratan bagi dirinya. Berikut ini beberapa perilaku mulia yang harus dilakukan sebagai pengamalan berbusana sesuai syari’at Islam, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 1. Sopan-santun dan ramah-tamah Sopan-santun dan ramah-tamah merupakan ciri mendasar orang yang beriman. Mengapa demikian? Karena ia merupakan salah satu akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. sebagai teladan dan panutan. Rasulullah adalah orang yang santun dan lembut perkataannya serta ramah-tamah perilakunya. Hal itu ia tunjukan bukan saja kepada keluarga dan sahabatsahabatnya, tetapi kepada orang lain bahkan kepada orang yang memusuhinya sekalipun. 2. Jujur dan amanah Jujur dan amanah adalah sifat orang-orang beriman dan saleh. Tidak akan keluar perkataan dusta dan perilaku khianat jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah Swt. Orang yang membiasakan diri dengan hidup jujur dan amanah, maka hidupnya akan diliputi dengan kebahagiaan. Betapa tidak, banyak orang yang hidupnya gelisah dan menderita karena hidupnya penuh dengan dusta. Dusta adalah seburuk-buruk perkataan. 3. Gemar beribadah Beribadah adalah kebutuhan ruhani bagi manusia sebagaimana olah raga, makan, minum, dan istirahat sebagai kebutuhan jasmaninya. Karena ibadah adalah kebutuhan, maka tidak ada alasan orang yang beriman untuk melalaikan atau meninggalkannya. Malahan, ia akan dengan senang hati melakukannya tanpa ada rasa keterpaksaan sedikitpun. 4. Gemar menolong sesama Menolong orang lain pada hakikatnya menolong diri sendiri. Bagi orang yang beriman, menolong dengan niat ikhlas karena Allah Swt. semata akan mendatangkan rahmat dan karunia yang tiada tara. Berapa banyak orang yang gemar membantu orang lain hidupnya mulia dan terhormat. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang kikir dan enggan membantu
orang lain, dapat dipastikan ia akan mengalami kesulitan hidup di dunia ini. Tolonglah orang lain, niscaya pertolongan akan datang kepadamu meskipun bukan berasal dari orang yang kamu tolong! 5. Menjalankan amar makruf dan nahi munkar Maksud amar makruf dan nahi munkar adalah mengajak dan menyeru orang lain untuk berbuat kebaikan dan mencegah orang lain melakukan kemunkaran/ kemaksiatan. Hal ini dapat dilakukan dengan efektif jika ia telah memberikan contoh yang baik bagi orang lain yang diserunya. Tugas mulia tersebut haruslah dilakukan oleh setiap orang yang beriman. Ajaklah orang lain berbuat kebaikan dan cegahlah ia dari kemunkaran!
BAB 3 ADAB DALAM DALAM KEHIDUPAN A. ADAB BERPAKAIAN
1) Pengertian adab dalam berpakaian Jika diperhatikan cara berpakaian seperti saat ini, terutama dikalangan para remaja puteri tampaknya sudah jauh dari tuntunan Islam. Mereka sudah tidak malu-malu lagi mempertontonkan auratnya, bahkan menjadi suatu kebanggaan bagi mereka. Alasannya, jika tidak berpakaian seperti itu dianggap tidak mengikuti perkembangan mode. Kita boleh saja mengikuti perkembangan mode tetapi jangan sampai mejgobral aurat. Jika demikian, bagaimana berpakaian menurut islam ? Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah Swt, dalam firman-ya:
:
~
Artinya: “Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. AlA’raf:26) Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta anggun dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya. Islam sangan menganjurkan kepada umatnya untuk selalu tanpil rapi dan bersih dalam kehidupan sehari-hari. Karena kerapian dan kebersihan ini, Rasulullah saw. Menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Artinya, orang beriman akan selalu menjaga kerapian dan kebersihan kapan dan di mana dia berada. Semakin tinggi imam seseorang maka dia akan semakin menjaga kebersihan dan kerapian tersebut. Sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu Darda :
Artinya : “Kebersihan merupakan bagian dari iman” Pakaiana yang kita kenakkan harus sesuai dengan tuntutan Islam dan sebaliknya disesuiakan dengan situasi dan kondisi. Pada saat menghadiri pesta, kita menggunakan pakaian yang cocok untuk berpesta, misalnya kemeja, baju batik, pada saat tidur, kita cukup menggunakan piyama; dan begitu seterusnya. Disamping itu, pemilihan model dan warna
pakaian juga harus disesuaikan dengan badan kita, sehingga menjadi serasi dan tidak menjadi bahan tertawaan orang lain. 2)
a) b) c) d) e) f) g)
h)
Contoh adab dalam berpakaian Didalam ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman. Islam mengajarkan tata car atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut: Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat, terutama wanita Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah kiri Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian kebesaran agama lain Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan pemakainya Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :
Artinya : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku dan kekuatanku”
3)
Mempraktikkan adab berpakaian dalam kehidupan sehari -hari
Sebagiana muslim yang beriman, hendaknya kamu berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. Bagi wanita, pakaiannya harus menutupi seluruh aurat. Artinya, seluruh tubuhnya harus tertutup oleh pakaian (busana), kecuali muka dan kedua telapak tangan. Selain itu, seorang muslim juga harus menggunakan pakaian yang pantas dan menarik untuk dipandang, sesuai dengan ukuran tubuhnya. Begitu pula bagi seorang muslim, pakaiannya harus menutupi aurat dan tidak berlebihan. Sebagi remaja mesjid, hendaknya kamu yang mulai membiasakan diri berpakaian secara islami sesuai adab berpakaian dalam Islam. Bagi yang sudah melakukannya, pertahankan sampai akhir hayatmu, bagi yang belum, mulailah dari sekarang berpakaian secara Islam. ridak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan . Kamu tidask perlu merasa malu untuk mempraktekkan adab pakaian secara islami, bahkan sebaliknya harus merasa bangga dan percaya diri terhadap apa yang kamu lakukan. untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih dahulu untuk [erhatikan hal berikut ini : a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan b) Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya
c) Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan martabat umatnya. d) Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah e) Ayo, mulailah dari sekarang.
B. ADAB BERHIAS
1. Pengertian adab berhias Berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya. Berhias dalam pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah atau kebaikan. Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita di hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya. Islam tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar kaidaikaidah agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara laki-laki, begitu pula dengan sebaliknya laki-laki tidak boleh berhias seperti layaknya wanita. Sebab yang demikian itu dilarang dalam ajaran Islam. Perhatikan sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib;
.
Artinya : “ Rasulullah saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni) Dengan demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara yang Islami. Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan menjadi indah dan menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt.
2. Contoh adab dalam berhi as Agama Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa tampil rapid an menarik. Artinya, setiap saat kita boleh berhias sekedar untuk membuat kenyamanan bagi diri sendiri dan oran lain yang memandangnya. Misalnya, menyisisr atau memotong rambut dan merapikannya, membersihkan pakaian dan menyetrikanya, dan sebagainya. Apabila, kalau berhias untuk tujuan ibadah kepada Allah swt. Misalnya, berhias untuk melaksanakan shalat lima waktu, untuk pergi pengajian, ke sekolah atau tempat0tempat kebaikan. Perhatikan firman Allah Swt ;
:
.
Artinya : “Wahai anak Adam, pakailah pakainmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan”(Q.S. Al-A’raf:31) Islam tidak menyukai umatnya yang tidak pandai menghias diri, sehingga penampilannya tanpak kumuh, kumal dan dekil. Sebab hal yang demikian itu tidak dapat mengangkat citra islam di mata orang lain. Islam sangat meyukai keindahan dan keserasian, maka berhiaslah agar kamu tanpak indah dipandang dan menarik diperhatikan. Keindahan itu milik Allah, dan Dia menyukai keindahan. Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abdullah bin Abi Aufa:
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (H.R Ahmad)
a.
b.
c. d. e. f.
Namun demikian, ketika kita berhias atau berdandan maka hendaknya maka hendaknya menggunakan tata cara atau adab secara Islami, yaitu antara lain: Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung efek ketergantungan. Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung lemak babi, alcohol tinggi, benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan, dan tidak berlebihan. Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir, bedak yang terlalu tebal, parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan salat, mengaji, belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya. Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah dan pahala Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias .
Artinya : “Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan hiasilah aku dengan hati yang lembut dan budi pekerti mulia”
3. Mempraktikkan adab berhias dalam kehidupan sehari -hari Dalam kehidupan sehari hari, kita sering sekali menghias diri,. Paling sehabis mandi pagi, ketika hendak berangkat pergi, baik kesekolah maupun ke tempat kerja. Oleh karena itu, hendaknya mulai membiasakan diri secara islami, sesuai dengan adab dan tata cara menurut ajaran Islam, agar selain dapat tampil rapid an indah dipandang, juga mendapat pahala dai Allah Swt. Untuk dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut : a. Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak tergoda oleh buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan
b. Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang tidak dipakai maksiat. c. Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama, d. Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain atau bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya. e. Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak terbiasa menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.
C. ADAB BERPERGIAN (DALAM PERJALANAN)
1) Pengertian adab berpergian Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak dekat. Setiap orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hamper setiap hari kita meninggalkan rumah, baik untuk tujuan bekerja mencari nafkah maupun untuk tujuan belajar mencari ilmu. Dalam agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan adab atau tata cara, sehingga kepergian kita tidak meninggalkan hal-hal yang tidk diinginkan , dan dapat kemabli kerumah dengan senang dan damai. Selain itu,berpergian meninggalkan rumahkita akan berada di tengah perjalanan. Oleh karena itu, baik yang pergi maupun yang ditinggalkan hendaknya saling mendoakan agar keduanya selamat dan dalam lindungan Allah Swt. Dengan demikian, setiap muslim yang beriman hendaknya memegang teguh adab berpergian yang sesuai dengan ajaran islam.
2) Contoh adab dalam perjalanan contoh adab berpergian menurut ajaran agama Islam, yaitu sebagai beri kut: a) Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan b) Menulis wasiat atau pesan jika ada hal-hal yang dianggap penting, dan jika berpergian menuju tempat yang sangat jauh dan memakan waktu lama c) Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak pergi maupun yang ditinggalkan d) Membaca doa sebelum meninggalkan atau keluar rumah, Doanya ialah:
Artinya : “Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah,tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah” e) Berniat sengaja berpergian untuk bekerja atau belajar demi mencari ridha SWT
3)
Mempraktikkan adab berpergian dalam kehidupan sehari -hari Sebagai pelajar muslim, hendaknya kamu mulai mempraktekkan adab berpergian secara islami sejak sekarang dalam kehidupan sehari-hari, agar kelak kamu menjadi seorang yang memiliki akhlak terpuji ketika hendak berpergian.
Sebelum anda mempraktikkan adab berpergian secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu ketika hendak berpergian a. Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu setan di tengah perjalanan
b. Tanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah SWT, termasuk berpergian dengan baik. c. Jangan melenceng dari niat baik semula, agar perjalanan bejalan dan selamat. Misalnya, niat berpergian hendak belajar, tapi tenyata melenceng justru jalan-jalan di mal atau di tempat bermain. d. Jangan berpergian tanpa arah tujuan yang jelas, sebab hal itu hanya dapat menghamburhamburkan harta, tenaga, pikirann dan sebagainya. Lebih berbahaya jika akhirnya tersesat di tengah perjalanan e. Setiap hendak berpergian harus terlebih dahulu member tahu anggota keluarga yang lain, agar jika terjadi sesuatu dapat mudah menghubungi atau dihubungi f. Mualailah memprkatikkan adab berpergian dari sekarang g. Selamat memulai
D. ADAB BETAMU
1)
Pengertian adab bertamu Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah dan Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan Allah, sedangkan Hablum minannas artinya melakukan hubungan antar sesame manusia. Bertemu termasuk salah satu dari kegiatan hablum minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya? Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim. Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi dan sebagainya. bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan sebagainya. Apapun alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi persoalan. Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi atau tali persaudaraan. Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari riowayat Abu Hurairah:
.
:
Artinya : “Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.” (H.R Bukhari Muslim) Mempererat tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan memiliki kesempatan dengan yang mengalami kesempitan. Silaturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat pembicaraan pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau penghasilan, sehingga satu sama lain akan mendapatkan pandangan baru tentang usaha pendapatan rezeki dan sebagainya. Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi lebih menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan
lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal manusia sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt. Sabda Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah: :
.
Artinya : “Sabda Rasulullah saw:” Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik, akan meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Aisyah) Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik ( Husnul Khuluq) dan bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan suasana yang menyenangkan dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat. Karena itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama misalnya bertamu dan yang menerima tamu.
2) Contoh adab bertemu Dalam bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar suasana pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati masing-masing pihak. Diantara tata cara itu contohnya yaitu sebagai berikut : a) Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu dengan mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah kita masuk ke ruamahnya dengan sopan. Perhatikan firman Allah Swt : .
:
Artinya : “Wahai orang -orang yang beriman! Janganlah kamu masukin rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S An-Nur:27) b) Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak diterima oleh tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu dengan segera. Tetapi jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi baik tersebut.
:
Artinya : Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “ (Q.S An. Nur :28)
c) Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang, meskipun udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri . Itu adalah hak dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kemu mempunyai hak dan kewajiban te rsendiri sebagai tamu. d) Menjadi tamu dirumah teman dekat harus tetap menjaga kesopanan. Jangan melihat-lihat semua benda yang ada dirumah itu, kecuali benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah e) Jika kita dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan inuman tersebut setelah kita dipersilahkan oleh tuan rumah untuk dicicipi, seandainya makanan dan minumana itu tidak sesuai dengan selera kita maka jangan ditampakkan bahwa kita tidak suka, tetapi cicipilah sekedarnya saja f) Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak berat kita berpamitan, untuk pulang. Tidak lupa sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas sambutannya dengan harapan kita akan menanti kedatangannya di rumah kita, dan dapat bertemu kembali dilain waktu
3)
a) b) c)
d)
e) f)
Mempraktikkan Adab dalam kehidupan sehari -hari Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kamu dapat mempraktikkan adab bertemu menurut ajaran Islam, dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mempraktikkan adab bertemu, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini: Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati, agar tidak tergoda oleh setan ketika bertamu Tanamkan keyakainan dalam hati bahwa bertamu itu merupakan salah satu sunah rasul, dalam rangka silaturahmi terhadap sesama muslim, baik yang dekat maupun yang jauh Tanamkan keyakinan bahwa bertemau sesuai adab Islam termasuk ibadah, yang tidak hanya akan mendapat pahala juga dapat memperbanyak saudara dan menghilangkan permusuhan Pahami dengan baik tata cara atau adab bertamu secara islami, agar dalam pertemuan tidak menimbulkan hal-hal negative dari kedu belah pihak, baik yang bertamu maupun yang menerima tamu Mulailah membiasakan mempraktikkan adab bertamu secara islam dari sekarang, agar kelak kamu terbiasa bertamu dan menjalin silaturahmi dengan baik terhadap siapa pun Selamat memulai
E. ADAB MENERIMA TAMU
1) Pengertian adab bertamu Menerima tamu ialah menerima seseorang yang berkunjung ke rumah kita, baik yang berasal dari jauh maupun yang tinggal di dekat rumah kita, yang disebut tetangga atau kerabat. Sebagai tuan rumah atau orang yang kedatangan tamu, kita harus menerima mereka dengan baik sesuai tata cara atau adab dalam ajaran Islam. Tamu adalah raja yang harus dihormati dan dihargai. Sesuai kemampuan dan batas-batas penghormatan tertentu. Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menghormati tamu. Menghirmatim tidak berarti menjamu dengan makanan dan minuman yang lezat dan mewah, melainkan yang tepenting menunjukkan sikap hormat dan sopan kepada tamu, selama mereka berada di rumah kita. Menghormati tamu juga berarti mengerahkan segala yang kita punya untuk membahagiakan tamu, apalagi sampai memaksakan diri meminjam atau menghutang kepada orang lain. Sebab hal yang demikian itu, tidak diperintahkan oleh gama islam.
Oleh karena out, kita wajib menghormati tamu yang berkunjung ke rumah kita sesuai kemampuan yang ada. Menghormati tidak harus berbentuk materi, makanan atau minuman, melainkan lebih kepada sikap perilaku yang mulia terhadap tamu. Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Ka’ab bin Malik: .
Artinya : “Hormatilah tamu-tamu yang berkunjung ke rumahmu, karena sesungguhnya dalam penghormatan terhadap mereka terhadap rahmad.” (H.R Ahmad)
2)
Contoh adab menerima tamu
Kalau kita menerima tamu atau menjadi tuan rumah, terdapat beberapa hal yang harus kita perhatikan, antara lain sebagai berikut: a) Apabila kedatangan tamu, kita harus segera menyambutnya dengan penuh hormat. Jika memungkinkan, kita hidangkan kepada mereka makanan dan minuman ala kadarnya sesuai dengan kemampuan kita b) harus bersikap ramah dan sopan, sebab menerima tamu hukumnya wajib, khususnya tamu teman akrab. Bhakan Rasulullah saw menjadikannya sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Perhatikan sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan H.R. Abu Hurairah berikut :
c)
d)
e)
g)
Arintinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tamunya “(H.R. Ahmad) Sebagai tuan rumah, banyak hal yang dapat kita tanyakan atau kita berikan kepada tamu, misalnya tentang kesehatan, keluarga, pekerjaan, peristiwa-peristiwa yang lalu dan sebagainya Dalam Memberikan sesuatu kepada tamu, jangan terlalu menonjolkan diri sendiri, sehingga membuat tamu tidak nyaman, Selain itu juga jangan mendominasi pembicaraan, sehingga tamu hanya sebagai pendengar, tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Jangan sekali-kali menanyakkan pertanyaan yang tidak sopan kepada tamu, misalnya: “Dimana saudara nanti menginap”? “Kapan saudara pulang dari sini”? “Akan kemana saudara sesuadah dari sini”? “Apa maksud saudara dating ke sini”? Ketika tamu berpamitan hendak pulang, nyatakan persaan sayang dan menyesal atas pertemuan yang begitu singkat. Antarkan ke pintu, dan nyatakan pengharapan kita atas kedatangannya kembali lain waktu.
1) Mempraktikkan adab meneri ma tamu Sebaiknya sejak sekarang kamu mulai membiasakan diri mempraktikkan adab menerima tamu, agar kelak setelah dewasa menjadi seseorang yang berakhlak mulia terhadap para tamu yang mengunjungi rumahmu Untuk dapat mempraktikkan adab menerima tamu. hendaknya kamu memperhatikan beberapa hal berikut ini : a) Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar setiap kali menerima tamu tidak tergoda dengan bujuk rayu setan b) Tanamkan keyakinan yang kuat bahwa menerima tamu itu termasuk ibadah, yang kelak akan mendapat pahala dari Allah SWT, asalkan dikerjakan dengan ikhlas.
c) Pahami dengan baik bahwa menghormati tamu sama dengan menghormati diri sediri, sebab suatu waktu kita juga akan bertamu ke rumah orang, dan akan merasa bahagia jika mendapat penghormatan dari tuan rumah d) Yakinkan dalam hati bahwa setipa tamu yang dating ke rumah kita pasti membawa berkah, dan rahmad dari Allah Swt, baik tamu dari jauh maupun tamu dari dekat e) Hidari buruk sangka terhadap setiap tamu yang berkunjung ke rumah kita, baik tamu keluarga maupun kerabat dan handai taulan f) Mulailah dari sekarang menghormati tamu sesuai dengan adab dan tata car a yang islami