LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN
ACARA IV
PERSILANGAN DIHIBRID
Semester :
Ganjil 2015
Oleh :
Sungging Birawata
A1L114097 / Rombongan 14
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATURIUM PEMULIAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasangan individu dengan sifat atau karakter tertentu menghasilkan anakan dengan variasi sifat genotipe dan fenotipe. Sifat-sifat tersebut diturunkan berdasarkan teori pewarisan sifat yang diperkenalkan oleh Groger Mendel. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada generasinya dapat dilakukan perhitungan secara kuantitatif berdasarkan percobaan-percobaan Mendel.
Mendel melakukan persilangan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Pengelompokkan gen secara bebas pada pembentukan gamet pada persilangan monohibrid merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II. Tampak ada hubungan antara persilangan monohibrid dan dihibrid pada jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya.
Hukum Mendel II menyatakan bahwa dua pasang atau lebih sifat dari dua individu menurunkan sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Artinya alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal tersebut menjelaskan bahwa gen yang menentukan warna bunga tidak saling mempengaruhi dengan gen yang menentukkan tinggi tanaman.
Persilangan dihibrid dapat membuktikan hukum Mendel II bahwa gen-gen kromosom yang berlainan akan bersegregasi bebas dan menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1. Pada persilangan dihibrid sampel yangdigunakan adalahlalat Drosophila melanogaster. Lalat ini mempunyai suatu mekanisme penentuan kelamin yang seimbang. Keseimbangan antara jumlah perangkat autosom dan jumlah kromosom X menentukan prototipe seksual. Manfaat penggunaan lalat Drosophila melanogaster antara lain: Mudah didapat, siklus hidup pendek, mudah membedakan antara lalt jantan dan betina, pemeliharaan mudah dan murah, jumlah keturunan yang dihasilkan sangat banyak.
Praktikum acara IV persilangan dihibrid menggunakan lalat buah (Drosophilla melanogaster). Praktikum kali ini digunakan lalat buah karena lalat buah hidup dengan siklus yang sangat pendek sekitar 10 sampai 15 hari. Hal ini dikarenakan lalat buah hidup bergantung dengan besarnya suhu lingkungan. Selain itu, lalat buah mudah didapatkan dialam bebas.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum pewarisan Mendel merupakan hukum yan mengatur pewarisan sifat secara genetik dari suatu individu terhadap keturunannya. Hukum ini diperoleh dari hasil percobaan Mendel dan hasil kuantitatifnya. Perhitungan kuantiatif pada persilangan bermanfaat untuk menentukan banyaknya gamet pada individu dan jumlah genotipe pada hasil peersilangan serta peluang munculnya genotipe dan memperkirakannya (Cahyono, 2010).
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan dua sifat beda pada dua individu sejenis. Persilangan ini menunjang hukum Perpaduan Bebas Mendel yang berisi "segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas".Gen-gen yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan menghasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9:3:3:1 (Johnson, 1983).
F1 bergenotip AaBb pada proses pembentukan gamet alel A dapat bebas memilih B atau b, dan alel a bebas memilih B atau b. Perpaduan bebas ini mengakibatkan terbentuknya gamet AB, Ab, aB, dan ab dengan fekuensi yang samayaitu masing-maing 0,25. Perpaduan bebas alel-alel dalam pembentukan gamet dan penggabungan bebas gamet dalam perkawinan berakibat pada kasus alel dominan-resesif F2 memiliki fenotipe dengan perbandingan 9:3:3:1. Bukti kebenaran hukum ini dengan uji silang antara F1 terhadap tetua resesif menghasilkan turunan dengan perbandingan 1:1:1:1 (Campbell, 2002)
Dihibrid atau Dihibridisasi ialah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan hokum Mendel II yang terkenal dengan prinsip berpasangan secara bebas, Mendel melakukan experiment dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Gen B (bulat) dominan terhadap b (kisut) , dan K (kuning) dominan terhadap k (hijau). Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat ini berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet (Ferdinand, 2007) .
Perbandingan fenotip yang ditentukan pada persilangan mono hibrid dan dihibrid pada dasarnya hanya perbandingan teoritis. Perbandingan tersebut tidak sama persis tetapi mendekati angka tersebut. Suatu data dikatakan baik jika hasil percobaan mendekati nilai teoritis, artinya tidak ada faktor-faktor lain yang mengganggu. Namun bila nilai observasi jauh dari jumlah yang diharapkan, artinya terdapat faktor lain diluar sifat genetis. Hal tersebutlah yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan (Yatim, 1996).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain adalah botol bening, cawan petridish, dan alat tulis. Bahan yang dibutuhkan adalah lalat Drosophila melanogaster, media lalat, plastik bening, clorofom, dan lembar pengamatan.
B. Prosedur Kerja
Disiapkan lalat drosophila normal dan lalat Drosophila mutan jenis ebony dan white.
Diamati kenampakan tubuh bagian atas dan bawah setiap jenis jantan maupun betina pad ketiga macam laalt tersebut.
Diamati lalu digambar bagian tubuh atas dan bawah lalat jantan dan betina.
Diberi keterangan seperti warna mata, bentuk tubuh, segmen, abdomen posteriornya.
Dilakukan persilangan lalat normal dan ebony untuk mennetukan rasio fenotipnya dan dilakukan uji chi square untuk membuktikan hukum Mendel II.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.Pengamatan pada lalat White.
No.
Tipe Lalat
Terlihat dari
Gambar
Keterangan
1.
White
Atas
Warna mata
White (mutan mata putih).
Tubuh
Berwarna kelabu.
Sayap terinduksi.
2.
White
Bawah
Abdomen posterior berbentuk lancip.
Segmen posterior garis hitam tipis yang relative sama.
3.
White
Atas
Warna mata
White (mutan mata putih).
Tubuh
Berwarna kelabu.
Sayap terinduksi.
4.
White
Bawah
Abdomen posterior berbentuk lancip.
Segmen posterior garis hitam tipis yang relative sama.
Tabel2.Pengamatan pada lalat Ebony.
No
Tipe Lalat
Terlihatdari
Gambar
Keterangan
1
Ebony
Atas
Warna mata :
Merah
Tubuh :
Tubuh ebony hitam
Tubuh ebony lebih besar dari jantan
Segmen posterior :
Bergaris berwarna hitam.
Segmen abdomen posterior berakhir lancip.
Ebony
Atas
Warna mata :
merah
Tubuh :
Tubuh ebony hitam
Jantan lebih kecil dari betina
Segmen posterior :
Bergaris berwarna hitam lebih pekat dan garis hitam diatasnya.
Segmen abdomen berujung tumpul dan garis hitam tebal tidak terlalu jelas.
2
Ebony
Bawah
Segmen posterior bergaris hitam tipis dari tengah hingga ujung
Abdomen posterior berakhir lancip
Ebony
Bawah
Segmen posterior bergaris hitam pekat pada bagian bawahnya dibandingkan bagian atasnya
Abdomen posterior berakhir tumpul
Tabel3.Pengamatan pada lalat mata putih.
No
TipeLalat
Terlihatdari
Gambar
Keterangan
1
White
Atas
Ukurantubuhlebihbesardarijantan
Warnamataputih
White
Atas
Ukurantubuhkecil
Warnamataputih
2
White
Bawah
Segmengaris tipis yang relative samapadadorsalnyadaritengahhinggaujung
Abdomen posterior berujunglsncip
White
Bawah
Segmengarishitamdibagianujungnyajauhlebihbesardanhitampekat
Abdomen posteriorjantanberakhirtumpul
P1 : Normal >< Ebony
(BBTT) (bbtt)
BB : Badan kecil bb : Badan besar
TT : Tubuh kelabu tt : Tubuh hitam
F1 : BbTt
P2 : BbTt >< BbTt
F2 :
BT
bT
Bt
bt
BT
BBTT
BbTT
BBTt
BbTt
bT
BbTT
bbTT
BbTt
bbTt
Bt
BBTt
BbTt
BBtt
Bbtt
bt
BbTt
bbTt
Bbtt
bbtt
150 M_T_ : Badan kecil tubuh kelabu
46 M_tt : Badan kecil tubuh hitam
46 mmTt : Badan besar tubuh kelabu
14 mmtt : Badan besar tubuh hitam
Tabel uji X²
Uji X²
M_T_
M_tt
mmTt
mmtt
O
150
46
46
14
256
E
916×256=144
316×46=48
316×46=48
116×14=16
256
O-E²
150-1442=36
46-482=4
46-482=4
14-162=4
48
O-E²E
36144=0.25
448=0.08
448=0.08
416=0.25
0.66
X²
0.25
0.08
0.08
0.25
0.66
X² hitung = 7.28
X² tabel = 0.66
Kesimpulan : X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan atau pengujian
sesuai dengan perbandingan.
B. Pembahasan
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara individu untuk 2 gen yang berbeda. Eksperimen Mendel dengan bentuk biji dan warna ercis adalah sebuah contoh dari persilangan dihibrid. Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya. Metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrid. Perbedaan utamanya ialah masing – masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda (Johnson, 1983).
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi "independent assortment of genes". Atau pengelompokkan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen se-alel secara bebas pergi kemasing – masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat yang saling bebas. Persilangan monohibrid konvensional, dua induk galur murni dikawinkan untuk menghasilkan generasi F1. Kemudian disilangkan untuk menghasilkan F2. Genotip dihibrid bersifat heterozigot pada dua lokus. Dihibrid membentuk empat gamet yang berbeda secara genetis dengan frekuensi yang sebanding akibat pasangan-pasangan kromosom nonhomolog berorientasi secara acak pada lempeng metafase meiosis pertama (Elrod dan Stansfield, 2007).
Hukum II Mendel (penggabungan bebas) menyatakan bahwa "pada waktu pembentukan gamet, alel-alel berbeda yang telah bersegregasi bebas akan bergabung secara bebas membentuk genotip dengan kombinasi-kombinasi alel yang berbeda". Hukum ini disimpulkan dari perkawinan dihibrid. Perkawinan dihibrid, misalnya suatu inividu memiliki genotip AaBb maka A dan a serta B dan b akan memisah kemudian kedua pasangan tersebut akan bergabung secara bebas sehingga kemungkinan gamet yang terbentuk adalah AB, Ab, aB, ab. Persilangan kacang kapri biji bulat warna kuning (BBKK) dengan biji keriput warna hijau (bbkk) membentuk tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning (BbKk) pada F1. Pembentukan gamet alel-alel BBKK berpisah menjadi BK dan BK (biji bulat warna kuning). Sedangkan alel-alel bbkk berpisah menjadi bk dan bk (biji keriput warna hujau). Sedangkan pada proses perkawinan terjadi peleburan gamet bk ke dalam gamet BK, membentuk individu heterozigot BbKk dengan fenotip biji bulat berwarna kuning. Pada perkawinan BbKk dengan BbKk terjadi segregasi alel B dari b dan K dari k, baik pada betina maupun jantan. Perkawinan dihibrid juga diikuti dengan penggabungan bebas yang menghasilkan empatmacam gamet yaitu BK, Bk, bK, dan bK. Keturunan yang dihasilkan memilki genotip B_K_ (bulat kuning), B_kk (bulat hijau), bbK_ (keriput kuning), dan bbkk (keriput kuning) dengan rasio 9:3:3:1 (Aryulina dkk, 2006).
Beberapa contoh perilangan dihibrid, yaitu:
Persilangan tanaman semangka, terjadi persilangan dihibrid dominan tak penuh. Artinya ada sifat individu hasil persilangan yang tidak sama dengan salah satu sifat induknya. Tanaman semangka berbiji banyak dan berasa manis (BBMM) disilangkan dengan semangka berbiji sedikit dan berasa hambar (bbmm). Hasil persilangannya adalah semangka berbiji sedang dan berasa sedang (BbMm).
Persilangan antara varietas Rajalele (bunga jantan) dengan varietas Sitanur (bunga betina) untuk mendapatkan benih lokal unggul yang memilki rasa nak dan harum, umur pendek, anakan banyak, potensi produksi tinggi dan tinggi tanaman kurang dari 1 meter. Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh kematangan bunga jantan dan bunga betina.
Persilangan galur mutan dan varietas Muria, Tengger, dan Meratus yang rentan terhadap penyakit karat daun dengan sinar gamma. Menghasilkan varietas Mitani (protein tinggi 42,56%, tahan penyakit karat daun dan hama kutu hijau) dan varietas Rajabasa (dengan bobot butir yang tinggi dan hasil tinggi serta tahan karat daun).
Spesies Fragaria ananassa yang sekarang masih dikomersialkan merupakan hasil persilangan dihibrid antara Fragaria chiloensis dengan Fragaria virginiana pada tahun 1714.
Jagung yang ada sekarang mewarisi Teosinte dan tripsakum jenis jagung yang masih liar didaerah Meksiko. Pada persilangan ini terjadi introgresi yaitu persilangan antara dua spesies yang hasilnya menunjukkan seolah-olah sifat satu spesies mendominasi spesies yang lain.
Jika tanaman ercis berbiji bulat - kuning homozigot (BBKK) disilangkan dengan tanaman ercis berbiji keriput – hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat – kuning. Apabila tanaman – tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan maupun betina, masing – masing dengan kombinasi BK, Bk, bK, dan bk. Perhatikan diagram persilangan berikut.
P1 : BBKK >< bbkk
Gamet P1 (BK) >< (bk)
F1 : BbKk
( Kacang ercis biji bulat warna kuning )
Gamet P2 : BK, Bk, bK, bk >< BK, Bk, bK, bk
F2 :
BK
bK
Bk
bk
BK
BBKK
BbKK
BBKk
BbKk
bK
BbKK
bbKK
BbKk
bbKk
Bk
BBKk
BbKk
BBkk
Bbkk
bk
BbKk
bbKk
Bbkk
bbkk
Pada F2 diperoleh 4 x 4 = 16 kombinasi, terdiri atas empat macam fenotip yaitu tnaamn berbiji bulat – kuning ( 9/16 ), berbiji bulat – hijau ( 3/16 ), berbiji keriput – kuning ( 3/16 ), dan berbiji keriput – hijau ( 1/16 ). Jadi, pada persilangan dihibrid dapat disimpulkan bahwa pada F2 diperoleh :
a. Jumlah kombinasi = 16 macam
b. Jumlah genotip = 9 macam
c. jumlah fenotip = 4 macam
d. Rasio perbandingan fenotip antara biji bulat – kuning : biji bulat – hijau :biji keriput - hijau : biji keriput – kuning adalah 9 : 3 : 3 : 1
Lalat buah (Drosophila melanogaster) sering digunakan dalam beberapa pengujian genetika. Lalat buah normal digunakan untuk membandingkan morfologi mutan pada lalat buah. Ciri-ciri lalat buah normal adalah badan kelabu, warna mata merah, dan sayap lurus. Beberapa jenis mutan lalat buah antara lain:
Dumpy
Sayap lebih pendek hingga dua pertiga panjang normal dengan ujung sayap tampak seperti terpotong. Bulu pada dada tampak tidak sama rata. Sayap pada sudut 90o dari tubuh dalam posisi normal mereka (Borroret al, 1998).
Sepia
Mata berwarna coklat sampai hitam akibat adanya kerusakan gen pada kromosom ketiga, lokus 26 (Russell, 1994: 113).
Clot
Mata berwarna maroon yang semakin gelap menjadi coklat seiring dengan pertambahan usia (Borror, 1994).
Ebony
Lalat ini berwarna gelap, hamper hitam dibadannya. Adanya suatu mutasi pada gen yang terletak pada kromosom ketiga. Secara normal fungsi gen tersebut berfungsi untuk membangun pigmen yang memberi warna pada lalat buah normal. Namun karena mengalami kerusakan maka pigmen hitam menumpuk di seluruh tubuh (Borroret al, 1998).
Curly
Sayap – sayap lalat ini keriting. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu "gen keriting" pada kromosom yang kedua. Sayap-sayap keriting ini terjadi karena suatu mutasi dominan, yang berarti bahwa satu salinan gen diubah dan menghasilkan cacat itu. Jika salinan kedua - duanya (orang tuanya) adalah mutan, maka lalat ini tidak akan survive (Borroret al, 1998)
White
Matanya berwarna putih yang terjadi akibat adanya kerusakan pada gen white yang terletak pada kromosom pertama lokus 1,5 dan benar-benar tidak menghasilkan pigmen merah sama sekali (Pai, 1992:51).
Eyemissing
Mata berupa titik, mengalami mutasi pada kromosom ketiga di dalam tubuhnya, sehingga yang harusnya di intruksi sel di dalam larva untuk menjadi mata menjadi tidak terbentuk karena adanya mutasi (Russell, 1994: 113).
Claret
Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7 (Russell, 1994: 113).
Miniature
Sayap berukuran sangat pendek. Lalat dengan sayap vestigial ini tidak mampu untuk terbang. Lalat ini memiliki kecacatan dalam "gen vestigial" mereka pada kromosom kedua. Lalat ini memiliki mutasi resesif.
Taxi
Taxi merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika terbang maupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0 (Russell, 1994: 113).
Black
Seluruh tubuhnya berwarna hitam akibat adanya kerusakan pada gen black pada kromosom kedua lokus 48.5 (Borroret al, 1998)
Yellow Flies
Lalat ini berwarna kekuningan dibanding lalat normal. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen kuning pada kromosom X. Gen kuning diperlukan untuk memproduksi suatu pigmen pada lalat hitam normal. Sedangkan pada mutan ini tidak bisa menghasilkan pigmen atau gen kuning ini (Russell, 1994: 113).
Leg-Headed Flies
Lalat ini mempunyai antena seperti kaki abnormal pada dahi mereka. Mereka mempunyai suatu cacat di dalam tubuh mereka yaitu gen antennapedia (bahasa latin untuk "antenna-leg"), yang secara normal diinstruksikan sel untuk merubah beberapa badan untuk menjadi kaki. Di lalat ini, gen antennapedia dengan licik instruksikan sel yang secara normal untuk membentukan tena menjadi kaki sebagai gantinya (Russell, 1994: 113).
Praktikum persilangan dihibrid menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai bahan percobaan untuk membuktikan hukum Mendel II pada persilangan dihibrid. Lalat yang digunakan merupakan jenis lalat white yang memiliki ciri-ciri pada lalat jantan mata berwarna putih, panjang sayap melebihi badan, warna badan kelabu, segmen abdomen tidak merata dan abdomen posterior tumpul. Lalat buah betina yang normal memiliki ciri-ciri warna mata putih, warna badan kelabu, panjang sayap melebihi badan, segmen abdomen rata, ukuran badan lebih besar dari jantan, dan abdomen posterior lancip. Persilangan yang dilakukan menghasilkan keturunan pada F2 = 150 M_T_: Badan kecil tubuh kelabu, 46 B_tt : Badan kecil tubuh hitam, 46 mmTt : Badan besar tubuh kelabu 14 mmtt : Badan besar tubuh hitam. Hasil tersebut kemudian dengan rasio 9:3:3:1 menggunakan uji X². X² tabel > X² hitung, maka hasil pengujian signifikan , artinya hasil pengujian sesuai dengan hukum Mendel II.Sudjana (1986), signifikan atau tidaknya suatu keturunan dikarenakan perkawinan yang dilakukan secara acak sehingga hasil yang muncul tidak pasti.
Praktikum yang telah dilakukan pada lalat buah tipe white betina menghasilkan warna mata putih, tubuh besar dan berwarna putih segmen posterior terdapat garis hitam tipis yang relatif sama pada dorsal dari tengah hingga ujung. Abdomen posterior berbentuk lancip. Lalt buah mutan tipe white jantan menghasilkan warna mata puti, tubuh lebih kecil dari betinanya dan berwarna putih segmen posterior terdapat garis hitam di bagian ujungnya dan jauh lebih pekat dan besar dari atasnya. Abdomen posterior berbentuk tumpul. Tipe lalat mutan white mengahasilkan segmen tipis abdomen posterior lancip, dari penjelasan tersebut sesuai dengan literature yang ada ( Kusdiarni, 1999 ).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa persilangan dihibrid adalah persilangan yang melibatkan analisis dua sifat beda yang saling bebas. Persilangan dihibrid merupakan dasar hukum Mendel II. Praktikum kali ini menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster) sebagai bahan percobaan. Hasil yang diperoleh sesuai dengan hukum Mendel II setelah diuji menggunakan uji X².
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, saran yang dapat disampaikan diantaranya :
Praktikan diharap dapat lebih baik lagi dalam menggambar lalt buahnya.
Praktikan diharap dapat mencari lalat buah sehingga bisa membawa banyak lalat buah.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah, dkk. 2006. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Erlangga, Jakarta.
Borror et al. 1994.PengenalanPelajaranSerangga. 8th Ed. Terjemahandarian Introduction to Study of Insect olehSoetiyonoPartosoedjono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Cahyono, Fransisca, 2010, Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Mendel, Makalah
II Probabilitas dan Statistik sem.1 th. 2010/2011.
Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Elrod, Susan & Stansfield, William, 2007, Scaum's Outlines of Theory and Problems of Genetics, Jakarta: Elangga.
Ferdinand, Fiktor P. & Mukti. 2007. Praktis Belajar Biologi. Visindo Media Persada. Jakarta
Johnson, L.G. 1983. Genetika. Erlangga, Jakarta.
Kusdiarni, N. 1999. Genetika. Erlangga, Jakarta.
Pai, A.C., 1992. Dasar-dasar Genetika Ilmu untuk Masyarakat .Diterjemahkan
Oleh Machidin Apandi. Erlangga, Jakarta
Russell, P. J. 1994. Fundamental of Genetics.USA: Harper Collins College, Halaman 528
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Tarsito, Bandung