PEMBAHASAN A. Imitasi Imitasi Persilang Persilangan an Monohibri Monohibrida da
Tabel 01. Tabulasi Hasil Pengamatan Pasangan Gen Tabulasi Merah-Merah IIIII I Merah-Putih IIIII IIIII IIII Putih-putih I I II I Jumlah
Frekuensi 6 14 5 25
Tabel 02. Analisis data persilangan monohibrida No.
Keterangan Fenotipe
o
e
(o - e)
(o – e) 2
(o – e) 2 e
1.
Merah (MM & Mm)
20
18,25
1,25
1,56
0,085
2.
Putih (mm)
5
6,25
1,25
1,56
0,25
25
25
2,5
2,45
0,335
Jumlah
Selanjutny Selanj utnyaa denga dengan n meng menggunak gunakan an tabel X2. Dalam menggunakan tabel ini kita lebih dahulu menetapkan besarnya derajat kebebasan atau degree of freedom (df): df = jumlah kelas fenotif – 1 df = 2 – 1 df = 1 Pada persilangan diatas terdapat dua kelas fenotipe, yaitu merah dan putih, sehingga akan di dapat df sebesar 1. Selanjutnya menentukan simpangan deviasi (K) sebesar K < 0,05. Berdasarkan tabel X2, maka K (df – 1) terletak antara 0,90 dan 0,80. Dari perhitungan X2 = 0,335 dilihat dilihat pada tabel chi kuadrat kuadrat terletak pada α0,90 α0,90 - α0,8. α0,8. Sehingga nilainya berada di bawah batas signifikansi. Karena K> 0,05 (batas signifikansi), maka hasil persilangan diatas tidak mengalami penyimpangan yang berarti, sehingga hasil itu dapat dianggap sesuai dengan hukum Mendel. Darii dat Dar dataa ana analis lisis is dia diatas tas,, mak makaa gen genoti otipe pe ind indivi ividu du yan yang g dil dilamb ambang angkan kan den dengan gan kan kancin cing g genetika dengan kombiansi merah-merah: merah-putih: dan putih-putih secara berturut-turut adalah: MM: Mm: mm. Jika sifat merah dominan terhadap sifat putih, ratio fenotipe dan genotipe pada F2-nya adalah sebagai berikut: •
Ratio fenotipe : Merah: Putih = 3 : 1
•
Ratio genotipe : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah frekuensi yang di dapatkan antar kelompok adalah bahwa kita mengambil kancing secara acak tanpa melihat (random), sehingga akan terjadi probability yang sangat tinggi. Genotif
=
Fenotif
=
Perbandingan harapan
·
MM 6 Merah 20
: : : :
Mm 14 Putih 5
: :
mm 5
: 1 :2 : 1 (genotif) 3:1 (fenotif)
Pada praktikum digunakan teori kemungkinan (chi kuadrat) , untuk mengetahui kemungkinan yang akan diperoleh dari suatu persilangan. Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu. Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain. Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas. (Kusdianti.L.1986) Pada praktikum genetika kali ini yaitu Imitasi Persilangan Monohibrid dengan tujuan untuk membuktikan Hukum Mendel 1 tentang persilangan monohybrid. Percobaan persilangan monohibrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Pada percobaan ini menggunakan kancing yang berwarna merah dan putih yang dimasukkan ke dalam polibag yang berbeda yang kemudian mengambil masing masing 25X dari masing-masing polibag sebanyak 2x sehingga hasilnya dapat terlihat di tabel hasil pengamatan, dalam Hukum Mendel 1 persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan rasio fenotip 3 : 1. Hal ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Dengan menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (MM) dan warna putih dilambangkan dengan (mm), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua gen (Bb) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing merah dan kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm : mm adalah 6: 14 : 5 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 20 : 5. kedua perbandingan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotifnya adalah 1 : 2 : 1 danperbandingan fenotifnya adalah 3 : 1. Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, di dapatkan hasil persilangan dengan perbandingan yaitu sebagai berikut: Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm
·
6 : 14 : 5 → 1 : 3 : 1 Rasio Fenotifnya = Merah : Putih 20 : 5 → 4 : 1 Genotif (MM) ini merupakan hasil interaksi dari dua faktor dominan yang berdiri sendiri-sendiri, sedangkan genotif (mm) merupakan hasil dari interaksi dua faktor resesif. Dan (M) digunakan untuk menandakan warna merah dan (m) untuk menandakan warna putih. Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid yang diambil secara acak berdasarkan data di atas jelas tidak sesuai dengan hukum Mendel. Dalam suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan. Secara umum kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang di dalam ember, dan kurang kompaknya para paraktikan dalam mengambil kancing, menyebutkan, dan mencatatnya sehingga terdapat perbedaan rasio fenotif dan rasio genotifnya dengan hukum Mendel . Pada individu F2 dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM : 50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1 dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25% berbunga merah : 50% berbunga merah : 25% berbunga putih. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan putih selalu homozigot, yaitu MM dan mm. Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh. Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori. B. Imitasi Persilangan Dihibrida
Kombinasi Model Gen Merah-Putih + Hijau-Kuning
Genotype
Fenotipe
MMHH
Merah-Merah + Hijau- II Hijau Merah-Merah + Hijau- IIII Kuning Merah-Merah + III Kuning-kuning Merah-Putih + HIjau- IIIII I Hijau Merah-Putih + Hijau- IIIII IIIII Kuning IIIII Merah-Putih + Kuning- IIIII IIII Kuning Putih-Putih + HijauIII Hijau
MMHh MMhh MmHH MmHh Mmhh mmHH
Tabulasi
Frekuensi 2 4 3 6 15 9 3
mmHh
Putih-Putih +HijauKuning Putih-Putih +KuningKuning
mmhh
IIIII I
6
II
2
Jumlah
50
Perbandingan harapan : X2 = ∑ (O.E) 2 : E Dengan: X2 = Chi Quadrat O = Nilai pengamatan E = Nilai harapan ∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Noor.R.R.1996). Genotif
= M_H_ : M_hh : mmH_ : mmhh 27 : 12 : 9 :2 Fenotipe = Merah-Hijau : Putih-Kuning 39 : 11 Perbandingan harapan : M_H_
=
x 50 = 28,125
M_hh
=
x 50 = 9,375
mmH_
=
x 50 = 9,375
mmhh
=
x 50 = 3,125
Perbandingan Harapan
= ⅀ (Kenyataan – Harapan)2 Harapan = (27-28,12)2 + (9-9,375)2 + (12-9,375)2 + (2-3,125)2 28,125
9,375
9,375
3,125
= 0,045 + 0,015 + 0,735 + 0,405 = 1,2 Selanjutnya dengan menggunakan tabel X 2. Dalam menggunakan tabel ini kita lebih dahulu menetapkan besarnya derajat kebebasan atau degree of freedom (df) didapatkan nilai d.f
= Frekuensi – 1 =4–1=3
Berdasarkan tabel X2, maka K (df – 1) terletak antara 0,70 dan 0,90. Dari perhitungan didapatkan X2 = 1,2 (nilai terletak antara α 0,95 – α0,05). Sehingga nilainya berada di bawah batas signifikansi. Karena K > 0,05 (batas signifikansi), maka hasil persilangan diatas tidak mengalami penyimpangan yang berarti, sehingga hasil itu dapat dianggap sesuai dengan hukum Mendel. Hasil yang penulis dapatkan jika dibandingkan dengan hasil dari kelompok yang lain adalah sedikit adanya perbedaan dalam hal jumlah kombinasi gen yang didapatkan, tetapi setelah dilakukan analisis data, ternyata hasilnya tidak jauh menyimpang, artinya masih sesuai dengan hukum Mendel pada fenotif keturunannya.
KESIMPULAN •
Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan monohibrid adalah 3:1.
•
Adanya penyimpangan antara hasil yang didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
•
Chi-square test digunakan untuk mengevaluasi penyimpangan dari hasil percobaan.
•
Data yang diperoleh pada percobaan persilangan monohibrid tergolong bagus.
•
Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
• •
•
•
Data yang diperoleh pada percobaan persilangan dihibrid tergolong bagus. Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Dalam praktikum ini menggunakan suatu uji yang dikenal dengan uji X2 dan memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah. Teori kemungkinan banyak digunakan dalam ilmu Genetika.
DAFTAR PUSTAKA
Didjosepoetro.1974.Pengantar Genitika. DeptDikBud: Jakarta Nio,Tjan kwiauw.1990.Genetika Dasar.ITB Press: Bandung Sofro,abdul salam.1992.Keanekaragaman Genetik.Andiofsel:Yogyakarta Suryo.1984.Genetika.UGM Press: Yogyakarta Yatim, Wildan.2003. Genetika. Bandung:Tarsito
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IMITASI PERBANDINGAN GENETIS MENURUT MENDEL
DISUSUN OLEH : Kelompok 7 Kilatsih Kusumaningtyas Novitria Harriyani Mulayasari Ulfa Aristi
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2010