ACARA II IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH Abstraksi Praktikum Teknologi Benih acara II yang berjudul “Identifikasi Benih dan Kecambah” dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Maret 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Identifikasi benih dan kecambah merupakan bagian penting dalam proses pengujian kemurnian benih, untuk membedakan dengan pengotor benih yang tidak diinginkan. Setiap benih memiliki karakteristik morfologi khusus yang berbeda-beda antar jenis dan spesies, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dalam identifikasi benih. Proses identifikasi benih dalam praktikum ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi morfologi eksternal benih, identifikasi embrio, dan identifikasi bentuk kecambah. Identifikasi morfologi benih meliputi bentuk, warna, ukuran (panjang, lebar, dan tebal), permukaan, dan berat 100 butir benih. Pada identifikasi morfologi benih digunakan 24 jenis benih, pada identifikasi embrio digunakan 12 benih, dan pada identifikasi bentuk kecambah digunakan 7 benih, yang masing-masing terdiri atas benih tanaman pangan, sayur, dan buah. Selain memiliki bentuk morfologi yang berbeda-beda, setiap jenis benih juga memiliki bentuk dan posisi embrio yang berbeda-beda serta bentuk kecambah yang berbeda pula, tergantung jumlah kotiledon yang dimilikinya. Key words: identifikasi, morfologi, benih, embrio, kecambah.
I.
Pendahuluan
a. Latar Belakang Identifikasi benih merupakan salah satu tahap penting dalam uji kemurnian benih. Identifikasi benih dapat dilakuakn dengan memeriksa ciri-ciri umum famili, morfologi, eksternal, dan internal benih, serta bagian-bagian lain yang melekat pada benih. Kunci utama dalam identifikasi benih adalah dengan mengetahui bentuk morfologi benih yang meliputi bentuk, warna, ukuran, permukaan, dan berat 100 butir benih. Identifikasi morfologi benih bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik benih tanaman satu dengan yang lainnya, sehingga pada saat uji kemurnian benih dapat diketahui apabila terdapat pengotor berupa benih tanaman lain. Selain itu, identifikasi benih juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan pemilihan benih saat akan dilakukan pertanaman. Benih merupakan sarana penurunan sifat genetis tetua tanaman kepada anaknya, yang terkait dengan kelestarian plasma nutfah. Benih menjamin kontribusi panjang dan pendeknya waktu suplai materi reproduksi untuk program penanaman. Program produksi benih dalam skala besar di Indonesia adalah untuk memperbaiki genetis, kualitas fisik, dan fisiologi yang menentukan kualitas tanaman yang dihasilkan. Salah satu tantangan bagi produsen benih adalah untuk memproduksi benih dengan kualitas dan tingkat kemuarnian yang tinggi serta seragam. Pada proses uji sertifikasi benih, benih dianggap berkualitas baik apabila tingkat kemurniannya tinggi, yang ditunjukkan dengan bentuk dan ukuran benih yang seragam. Apabila tingkat kemurnian benih rendah, benih tidak dapat lolos uji sertifikasi, sehingga tidak dapat diedarkan. Saat ini, telah banyak terdapat alat bantu pengujian kemurnian benih, akan tetapi tingkat akurasinya masih sangat rendah karena tidak dapat mengidentifikasi benih dan pengotornya. Oleh karena itu, dalam proses uji kemurnian benih sangat dibutuhkan
sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang baik tentang identifikasi benih. b. Tujuan Mengidentifikasi benih berdasar sifat fisik, bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, embrio, endosperm, serta warna dan bentuk kecambahnya.
II.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan ilmu botani, benih ialah biji yang berasal dari ovule. Dalam pertumbuhannya setelah masak (mature) lalu menjadi biji (seed), sedangkan bagian integumennya menjadi kulit biji (seed cost) dan bagian ovarinya menjadi buah. Setiap benih yang matang selalu terdiri dari paling tidak dua bagian, yaitu embrio dan kulit biji. Kulit biji terbentuk dari integumen yang ada pada ovule. Setiap biji yang masih sangat muda dan sedang tumbuh, selalu paling tidak terdiri dari tiga bagian yaitu, embrio, kulit biji, dan endosperm (Kamil, 1982). Benih merupakan salah satu komponen utama dalam sistem produksi pertanian. Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi karena kualitas benih akan menentukan nilai ekonomi suatu produksi pertanian. Kriteria benih bermutu mencakup kriteria mutu genetis, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih (patologis). Mutu genetis menggambarkan sifat-sifat unggul yang diwariskan oleh tanaman induk. Mutu fisiologis menunjukkan viabilitas dan vigor benih. Mutu fisik mencakup struktur morfologis, ukuran, berat dan penampakan visual benih. Kesehatan benih menggambarkan status kesehatan benih, yaitu potensi benih sebagai pembawa patogen dan penyakit tanaman (Charomaini et. Al., 2005). Mutu fisiologis benih dicapai sebagai hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan dimana benih dihasilkan. Kekurangan hara mineral dan adanya zat-zat beracun pada tanah dapat menghambat tercapainya mutu fisiologis pada saat benih dihasilkan.Besarnya ukuran benih sebagai penyebab tinggi rendahnya vigor benih (Winarto,1987). Benih yang berkualitas baik adalah benih yang memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dan homogen, baik dari segi mutu, ukuran, maupun bentuk. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi benih untuk memperoleh benih yang homogen. Identifikasi benih secara morfologi dapat dilakukan dengan cara mengamati permukaannya. Menurut Anvarkhah et al. (2012), karakter morfologi biji dan ovule serta karakteristik ultra strukturalnya sering menunjukkan variasi permukaan benih yang besar. Karakteristik permukaan benih dapat dijadikan kunci dalam evaluasi hubungan genetik dan taksonomi, sebagai contoh, morfologi kulit biji dapat digunakan untuk mengetahui informasi taksonomi suatu tanaman. Pada identifikasi morfologi benih secara eksternal, salah satu aspek yang diamati adalah warna benih. Menurut Purwanti (2004), terdapat interaksi antara warna kulit benih dengan suhu ruang simpan. Benih kedelai hitam yang disimpan dalam kaleng dan kantong plastik pada suhu rendah maupun suhu tinggi selama enam bulan masih mampu mempertahankan daya tumbuh(> 90%), vigor dan pertumbuhan bibit yang tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning. Benih kedelai kuning yang disimpan enam bulan dalam kaleng maupun kantong plastik pada suhu rendah masih mempunyai daya tumbuh tinggi (> 80 %), pada suhu tinggi daya tumbuh benih mulai mengalami penurunan pada bulan kedua sampai akhir penyimpanan menjadi 41 % dan pertumbuhan bibit rendah. Selain melalui pengamatan eksternal atau permukaan benih, identifikasi benih juga dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi embrio dan endospermnya. Embrio merupakan hasil peleburan sel telur dengan sel inti generatif jantan, sedangkan endosperm merupakan hasil
peleburan sel badan polar dengan sel inti vegetatif di dalam kantung embrio (embrio sac). Endosperm berfungsi sebagai cadangan makanan yang mengelilingi enmbrio (Sutopo, 1993). Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bakal calon akar (Kartasapoetra, 1986). Pengenalan atau identifikasi benih juga dilakukan dengan melihat tipe perkecambahan, bentuk serta pertumbuhan perkecambahannya. Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Pada proses perkecambahan, terjadi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis meliputi, imbibisi dan absorbsi air; hidrasi jaringan pencernaan; absorbsi oksigen; pengaktifan enzim dan pencernaan; transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio; peningkatan respirasi dan asimilasi; inisiasi pembelahan; dan munculnya pembelahan (Gardner et al., 1991). Seperti halnya sifat fisik maka dalam proses perkecambahn ini pun masing-masing biji mempunyai karakteristik tersendiri. Berdasar letak kotiledon terhadap permukaan tanah maka dapat dibedakan dua tipe perkecambahan yaitu, tipe epigeal dan hipogeal. Tipe perkecambahan epigeal adalah perkecambahan di mana kotiledonnya terangkat di atas permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Sedangkan tipe perkecambahan hypogeal adalah perkecambahan di mana kotiledonnya tetap berada di bawah permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya (Kamil,1982).
III.
Metodologi
Praktikum Teknologi Benih acara II yang berjudul Identifikasi Benih dan Kecambah dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Maret 2016 di Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Proses identifikasi benih dalam praktikum ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi morfologi permukaan benih, identifikasi embrio, dan identifikasi bentuk kecambah. Bahan yang digunakan pada identifikasi morfologi permukaan benih adalah benih kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), gandum varietas DWR 195 (Triticum sp.), semangka (Citrullus vulgaris), tomat (Solanum lycopersicum), gandum varietas HD 2189 (Triticum sp.), gambas (Luffa acutangula), padi varietas Fatmawati (Oryza sativa), selada keriting (Lactuca sativa), kacang hijau (Vigna radiata), kacang panjang (Vigna sinensis), jagung lokal kuning (Zea mays), padi varietas Wayapo Bulu (Oryza sativa), terong (Solanum melongena), cabai besar (Capsicum annuum L), wortel (Daucus carota), kacang tanah (Arachis hypogaea), buncis (Phaseolus vulgaris), mentimun (Cucumis sativus L.), padi IR-66 (Oryza sativa), kangkung (Ipomea reptans), kedelai varietas Burangrang (Glycine max), bayam (Amaranthus spinosus L.), bengkuang (Pachyrrhizus erosus), dan padi IR-64 (Oryza sativa). Bahan yang digunakan pada identifikasi embrio adalah benih kedelai, gambas, kecipir, kacang panjang, kacang hijau, jagung, timun, bengkuang, dan buncis, sedangkan bahan untuk identifikasi bentuk kecambah adalah benih kedelai, jagung, dan timun. Alat yang digunakan adalah skalpel, pinset, magnifier, bak perkecambahan, jangka sorong, dan pasir. Identifikasi morfologi permukaan benih dilakukan dengan pengamatan ciri-ciri fisik benih meliputi bentuk, warna, ukuran (panjang, lebar, dan tebal), permukaan, dan berat 100 butir benih, lalu benih digambar pada kertas yang telah disediakan. Identifikasi embrio dilakukan dengan cara benih dilembabkan secukupnya agar lunak. Benih dibelah dan diamati bentuk serta tipe embrionya, lalu bagian-bagiannya digambar. Identifikasi bentuk kecambah dilakukan dengan cara benih dikecambahkan di media pasir selama 2 minggu. Perkembangan perkecambahan diamati setiap dua hari sekali.
IV.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Tabel 1. Identifikasi Embrio dan Endosperm Benih Jenis Benih Kedelai
Warna Embrio Coklat tua
Warna Endosperm
Gambar
Coklat muda B
Gambas
Coklat
Kuning
A
B
A
Kecipir
Coklat
Putih kecoklatan A B
Kacang Panjang
Putih
Putih kecoklatan A B
Kacang Hijau
Putih kecoklatan
Kuning
B A
Jagung
Putih
Oranye
B A
Timun
Putih
Krem
B A
Bengkuang
Buncis
Putih
Kuning kecoklatan
Coklat
B
A
B
A
Coklat
Keterangan: A : Embrio B : Endosperm Tabel 2. Tipe Perkecambahan Benih dan Perkembangannya Hari Pengamatan 2
Kedelai
Jagung
Timun
4
6
8
10
12
14
B. Pembahasan Setiap tanaman memiliki karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula dengan benihnya, baik secara fisik, genetis, dan komponen kimia yang ada di dalamnya. Bahkan, jenis tanaman yang sama dapat memiliki karakteristik benih yang berbeda apabila varietasnya berbeda. Beberapa benih yang memiliki kekerabatan yang dekat secara sekilas memiliki kemiripan bentuk fisik, oleh karena itu identifikasi benih sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan penggunaan benih pada saat penanaman. Selain itu, identifikasi benih sangat penting dilakukan dalam uji kemurnian benih untuk membedakan benih utama dengan benih pengotor agar tidak terjadi pencampuran benih tanaman lain, sehingga menyebabkan benih tidak lolos uji sertifikasi. Adanya campuran benih varietas lain juga dapat merugikan petani karena hasil yang diperoleh menjadi tidak seragam dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. 1. Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) Bentuk
: Bulat pipih
Warna
: Coklat tua
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1 cm
Lebar
: 0,886 cm
Tebal
: 1,04 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 38,87 gram
Deskripsi : Kecipir berasal dari Indonesia bagian Timur. Kecipir dikenal juga sebagai kacang botol atau kacang belimbing di Sumatera. Nama lainnya adalah jaat (Bahasa Sunda), kelongkang (Bahasa Bali), serta biraro (Ternate). Biji kecipir berbentuk bulat dengan diameter 8-10 mm dan berwarna coklat hingga hitam (Umiatun, 2011).
2. Gandum Varietas DWR 195 (Triticum sp.) Bentuk
: Oval menggembung
Warna
: Coklat muda kekuningan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,7 cm
Lebar
: 0,77 cm
Tebal
: 0,354 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 4,56 gram
Deskripsi : Biji gandum berbentuk oval dengan lipatan di bagian tengahnya, sehingga terlihat seperti biji dikotil. Bagian dorsal biji berbentuk bulat dan licin, sedangkan pada bagian ventralnya terdapat lipatan ke dalam. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi bagian endospermnya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melingkupi dan melindungi biji. Biji-biji gandum terdapat di dalam spikelet dan pada ujung bagian distalnya terdapat bulu halus (Kirby, 2001 cit. Malik, 2011). 3. Semangka (Citrullus vulgaris) Bentuk
: Oval pipih, ujung mengerucut
Warna
: Coklat muda
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,8 cm
Lebar
: 0,476 cm
Tebal
: 0,476 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 3,30 gram
Deskripsi : Biji semangka berbentuk pipih lonjong dengan ukuran panjang sekitar 1 cm dan lebar sekitar 0,5 cm. Biji berbentuk memanjang, pipih, warnanya hitam, putih, kuning, atau cokelat kemerahan.Semangka dapat berbiji panjang,pendek,ringan,sedang,berat tergantung varietas (Kalie, 2008).
4. Tomat (Solanum lycopersicum) Bentuk
: Bulat pipih
Warna
: Krem
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,3 cm
Lebar
: 0,25 cm
Tebal
: 0,246 cm
Permukaan
: Berbulu
Berat 100 butir
: 0,27 cm
Deskripsi : Biji tomat ceri umumnya berukuran kecil dan berbentuk pipih, berbulu serta diselimuti daging buah. Warna bijinya ada yang putih, putih kekuningan, hingga kecoklatan. Biji ini umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Pracaya, 1998). 5. Gandum Varietas HD 2189 (Triticum sp.) Bentuk
: Oval menggembung
Warna
: Coklat muda kekuningan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,7 cm
Lebar
: 0,36 cm
Tebal
: 0,36 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 4,53 gram
Deskripsi : Biji gandum berbentuk oval dengan lipatan di bagian tengahnya, sehingga terlihat seperti biji dikotil. Bagian dorsal biji berbentuk bulat dan licin, sedangkan pada bagian ventralnya terdapat lipatan ke dalam. Biji gandum tersusun atas bagian-bagian tertentu yang melingkupi bagian endospermnya. Pada bagian luar biji terdapat lemma dan palea yang melingkupi dan melindungi biji. Biji-biji gandum terdapat di dalam spikelet dan pada ujung bagian distalnya terdapat bulu halus (Kirby, 2001 cit. Malik, 2011).
6. Gambas (Luffa acutangula) Bentuk
: Oval pipih
Warna
: Hitam
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1,3 cm
Lebar
: 0,7 cm
Tebal
: 0,726 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 14,02 gram
Deskripsi : Biji yang dihasilkan oleh gambas dapat berjumlah satu hingga banyak, biasanya berdekatan, kadang-kadang tepian biji melebar, permukaannya halus hingga kasar, memiliki embrio yang besar, dan tidak memiliki endosperma. Kulit biji gambas sangat keras (Ashari, 1995). 7. Padi Varietas Fatmawati (Oryza sativa) Bentuk
: Oval pipih, kedua ujung runcing
Warna
: Kuning kecoklatan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,9 cm
Lebar
: 0,4 cm
Tebal
: 0,24 cm
Permukaan
: Agak kasar, rata
Berat 100 butir
: 2,44 gram
Deskripsi : Biji padi varietas Fatmawati berbentuk langsing dan berwarna kuning bersih. Padi varietas Fatmawati merupakan padi inbrida, karena merupakan tanaman homozigot yang sudah stabil dari aspek genetik dan merupakan hasil seleksi dari populasi segregasi dari suatu seri persilangan. Oleh sebab itu, benih padi ini dapat menggunakan benih dari tanaman yang telah ditanam atau diturunkan dari tanaman sebelumnya (Anonim, 2013).
8. Selada Keriting (Lactuca sativa) Bentuk
: Oval pipih, kedua ujung runcing
Warna
: Coklat kehitaman
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,4 cm
Lebar
: 0,056 cm
Tebal
: 0,055 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 0,09 gram
Deskripsi : Biji selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras, berwarna coklat tua dan berukuran sangat kecil, yaitu 4 mm dan lebar 1 mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua. Biji selada umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994). 9. Kacang Hijau (Vigna radiata) Bentuk
: Ginjal
Warna
: Hijau
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,4 cm
Lebar
: 0,4 cm
Tebal
: 0,352 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 6,06 gram
Deskripsi : Biji kacang hijau berbentuk bulat. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5-0,8 mg. Kulitnya bijinya berwarna hijau dan bagian dalamnya putih. Biji kacang hijau selain untuk dikonsumsi juga digunakan sebagai benih untuk perbanyakan tanaman (Purwono dan Hartono, 2005).
10. Kacang Panjang (Vigna sinensis) Bentuk
: Ginjal
Warna
: Hitam
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1,19 cm
Lebar
: 0,43 cm
Tebal
: 0,38 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 17,77 gram
Deskripsi : Biji kacang panjang berbentuk bulat panjang agak pipih dan terkadang ada yang berbentuk agak melengkung. Warna biji kacang panjang bervariasi dari kuning, coklat, hitam, putih, hingga kuning kemerahan. Ukuran biji kacang panjang memiliki lebar 5-6 mm dan panjang 89 mm (Anonim, 2014). 11. Jagung Lokal Kuning (Zea mays) Bentuk
: Pipih
Warna
: Kuning
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,9 cm
Lebar
: 0,9 cm
Tebal
: 0,25 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 26,59 gram
Deskripsi : Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air,endosperm sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya serta embrio (lembaga) sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman dan Gunsolus 1998 cit. Subekti et al.,2011).
12. Padi Varietas Way Apo Buru (Oryza sativa)
(dokumen pribadi, 2016)
Bentuk
: Lonjong
Warna
: Kuning emas
Ukuran
:
Panjang
: 1 cm
Lebar
: 0,35 cm
Tebal
: 0,14 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 2,53 gram
Deskripsi : Biji padi varietas Way Apo Buru berbentuk panjang ramping dan berwarna kuning bersih. Padi Way Apo Buru memiliki ketahanan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2, tetapi rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit HDP patotipe III. Padi ini cocok untuk ditanam di sawah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl (Sudir, 2014). 13. Terong (Solanum melongena) Bentuk
: Bulat pipih tidak rata
Warna
: Coklat
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,2 cm
Lebar
: 0,2 cm
Tebal
: 0,005 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 0,41 gram
Deskripsi : Buah terong menghasilkan biji yang berukuran kecil, berbentuk pipih, dan berwarna coklat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi secara generatif. Biji terong terdapat bebas dalam selubung lunak yang terlindungi oleh daging buah (Anonim, 2015).
14. Cabai Besar (Capsicum annuum L.) Bentuk
: Pipih
Warna
: Coklat
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,4 cm
Lebar
: 0,3 cm
Tebal
: 0,005 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 0,59 gram
Deskripsi : Biji cabai besar berwarna kuning, berbentuk bulat pipih, dan ada yang berbentuk agak runcing. Biji cabai besar tersusun bergerombol dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabai merah kecil, yaitu antara 3-5 mm (Pitojo, 2003). 15. Wortel (Daucus carota) Bentuk
: Lonjong
Warna
: Coklat
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,3 cm
Lebar
: 0,15 cm
Tebal
: 0,05 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 0,14 gram
Deskripsi : Biji wortel merupakan biji tertutup dan berkeping dua serta dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman. Biji wortel berbentuk bulat pipih dan berwarna kecoklat-coklatan serta berukuran sangat kecil dengan panjang 3 mm dan lebar 1,5 mm. Setiap gram benih berisi kurang lebih 200 biji (Cahyono, 2002).
16. Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Bentuk
: Lonjong asimetris
Warna
: Coklat
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1,2 cm
Lebar
: 0,9 cm
Tebal
: 0,25 cm
Permukaan
: Halus
Berat 100 butir
: 42,87 gram
Deskripsi : Biji kacang tanah mempunyai bentuk yang agak bulat atau lonjong serta terbungkus lapisan tipis berwarna putih dan merah. Biji kacang tanah terletak di dalam polong yang bercangkang keras yang berwarna putih kecoklatan. Setiap polong kacang tanah di dalamnya terdapat 1-4 biji (Anonim, 2015). 17. Buncis (Phaseolus vulgaris) Bentuk
: Ginjal lonjong
Warna
: Hitam
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1,4 cm
Lebar
: 0,5 cm
Tebal
: 0,4 cm
Permukaan
: Licin, mengkilat
Berat 100 butir
: 20,68 gram
Deskripsi : Biji buncis yang telah tua agak keras dan warnanya sangat bervariasi tergantung pada varietasnya, ada yang berwarna putih, hitam, coklat keungu-unguan, coklat kehitam-hitaman, merah, ungu tua, dan coklat. Biji buncis berukuran agak besar dan berbentuk bulat lonjong dengan bagian tengah (mata biji) agak melengkung (cekung). Berat biji buncis berkisar 1640,6 gram/100 biji, tergantung varietasnya (Cahyono, 2003).
18. Mentimun (Cucumis sativus L.) Bentuk
: Lonjong pipih
Warna
: Putih kekuningan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1,1 cm
Lebar
: 0,3 cm
Tebal
: 0,15 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 2,71 gram
Deskripsi : Biji mentimun berbentuk pipih dan kulitnya berwarna putih atau putih kekuningan hingga coklat. Biji mentimun umumnya digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rukmana, 1994). 19. Padi IR-66 (Oryza sativa) Bentuk
: Lonjong pipih
Warna
: Kuning kecoklatan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1 cm
Lebar
: 0,3 cm
Tebal
: 0,15 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 2,71 gram
Deskripsi : Biji padi IR-66 berbentuk ramping dan berwarna kuning bersih dengan warna ujung yang sama. Biji padi IR-66 memiliki berat 25 gram/1000 butir. Setiap malai padi IR-66 terdapat 145 biji yang selain untuk dikonsumsi juga sebagai bahan perbanyakan tanaman (Suprihatno et al., 2010).
20. Kangkung (Ipomea reptans) Bentuk
: Setengah bola cekung
Warna
: Merah keunguan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,6 cm
Lebar
: 0,3 cm
Tebal
: 0,3 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 butir
: 4,05 gram
Deskripsi : Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua (Steenis, 2005). 21. Kedelai Varietas Burangrang (Glycine max) Bentuk
: Ginjal
Warna
: Kuning kecoklatan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1 cm
Lebar
: 0,6 cm
Tebal
: 0,6 cm
Permukaan
: Licin, mengkilat
Berat 100 butir
: 14,44 gram
Deskripsi : Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (1013g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur, Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah prosespembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13% (Anonim,2013).
22. Bayam (Amaranthus spinosus L.) Bentuk
: Bulat pipih
Warna
: Hitam
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,1 cm
Lebar
: 0,1 cm
Tebal
: 0,05 cm
Permukaan
: Mengkilat
Berat 100 butir
: 0,07 gram
Deskripsi : Ukuran biji bayam sangat kecil, sehingga sulit untuk diamati. Tanaman bayam menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak. Biji bayam relatif mudah rontok. Biji bayam berbentuk berbelah-belah dan berwarna hitam atau coklat tua. Satu gram biji bayam terdapat 1200-3000 butir biji (Sastrapradja, 1977). 23. Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) Bentuk
: Kotak menggembung
Warna
: Coklat
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 0,6 cm
Lebar
: 0,5 cm
Tebal
: 0,445 cm
Permukaan
: Mengkilat
Berat 100 gram
: 16,48 cm
Deskripsi : Biji bengkuang memiliki bentuk yang hamper kotak dengan warna kulit biji coklat tua. Permukaan biji bengkuang halus tetapi kulitnya agak keras, sehingga perlu adanya perlakuan terhadap biji sebelum dikecambahkan (Sutopo, 1993).
24. Padi IR-64 (Oryza sativa) Bentuk
: Lonjong pipih
Warna
: Kuning kecoklatan
Ukuran
(dokumen pribadi, 2016)
:
Panjang
: 1 cm
Lebar
: 0,5 cm
Tebal
: 0,145 cm
Permukaan
: Kasar
Berat 100 gram
: 2,73 cm
Deskripsi : Biji padi IR-64 berbentuk ramping dan panjang serta berwarna kuning bersih. Bobot biji padi IR-64 24,1 gram/1000 butir (Suprihatno et al., 2010). Selain dengan mengamati morfologi permukaan benih, identifikasi benih juga dapat dilakukan dengan cara mengamati bagian-bagian dasar benih yang meliputi embrio, jaringan penyimpan cadangan makanan dan pelindung biji. Pada praktikum kali ini, benih yang digunakan untuk identifikasi embrio meliputi benih kedelai, gambas, kecipir, kacang panjang, kacang hijau, timun, bengkuang, dan buncis untuk golongan tanaman dikotil, serta benih jagung untuk golongan monokotil. Berdasarkan hasil pengamatan, struktur benih terdiri atas embrio dan endosperm. Embrio adalah calon tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang perkembangannya sempurna akan terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut, epikotil (calon pucuk), hipokotil (calaon akar), dan kotiledon (calon daun). Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon memiliki satu kotiledon misal, rerumputan (grasses) dan bawang (Allium sp.). tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misal, kacang-kacangan (Legumes). Pada rumput-rumputan (grasses) kotiledon yang seperti perisai disebut scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumula yang ditutupi oleh upih pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat akar embrionik yang disebut radikula dan ditutupi oleh upih pelindung yang disebut coleorhiza (Sutopo, 2012). Setiap jenis tanaman memiliki bentuk, warna, ukuran, dan posisi embrio yang berbedabeda. Berdasarkan hasil identifikasi, kedelai memiliki embrio berwarna coklat tua, embrio gambas berwarna coklat, embrio kecipir berwarna coklat, embrio kacang panjang berwarna putih, embrio kacang hijau berwarna putih kecoklatan, embrio jagung berwarna putih, embrio timun berwarna putih, embrio bengkuang berwarna putih, dan embrio buncis berwarna coklat. Jaringan penyimpan cadangan makanan merupakan tempat bagi benih tanaman untuk menyimpan cadangan makanan (yang dapat berupa lemak, karbohidrat atau protein) yang digunakan pada masa perkecambahan dan awal pertumbuhan di mana benih masih belum mampu
untuk memenuhi kebutuhan makanannya sendiri dengan fotosintesis. Pada biji terdapat beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan yaitu, kotiledon (pada kacang-kacangan, semangka, dan labu), endosperm (pada jagung dan serealia), perisperm (pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae), dan gametofit betina haploid pada kelas Gymnospermae. Dalam hal penggunaan cadangan makanan terdapat perbedaan di antara sub kelas monokotiledon dan dikotiledon. Pada sub kelas monokotiledon, cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah menyerap air, sedangkan pada sub kelas dikotiledon, cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak (Sutopo, 2012). Seperti halnya dengan embrio, setiap jenis tanaman juga memiliki bentuk, warna, dan ukuran endosperm yang berbeda-beda. Endosperm kedelai berwarna coklat muda, endosperm gambas berwarna kuning, endosperm kecipir berwarna putih kecoklatan, endosperm kacang panjang berwarna putih kecoklatan, endosperm kacang hijau berwarna kuning, endosperm jagung berwarna oranye, endosperm timun berwarna krem, endosperm bengkuang berwarna kuning kecoklatan, dan endosperm buncis berwarna coklat. Selain kedua embrio dan endosperm, benih juga memiliki pelindung biji. Pelindung biji pada benih dapat berupa testa terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nukleus dan endosperm dan kadangkadang bagian dari buah, tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecoklatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan cendawan, bakteri dan insekta (Sutopo, 2012). Pengklasifikasian benih juga dapat dilakukan dengan cara mengetahui tipe perkecambahan dan fase perkecambahannya. Berdasarkan tipe pemunculan kotiledonnya, tipe perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, epigeal dan hipogeal. Pada biji yang epigeal, kotiledon muncul dan terangkat dari dalam tanah. Sedangkan pada biji yang hipogeal, kotiledon tetap berada dalam tanah. Tipe perkecambahan epigeal umumnya dimiliki oleh tanaman dikotil, yang dalam praktikum ini digunakan benih kedelai dan timun, sedangkan tipe perkecambahan hipogeal umumnya dimiliki oleh tanaman monokotil, yang dalam praktikum ini digunakan benih jagung. Pada tipe hipogeal, yang pertama kali muncul ke permukaan ialah plumula yang dilingkupi oleh koleoptil. Koleoptil berfungsi sebagai organ proteksi bagi plumula terhadap gesekan tanah. Pada saat koleoptil muncul di permukaan tanah akan langsung terkena cahaya matahari karena koleoptil peka terhadap cahaya matahari, sehingga terjadi rekasi biokimia yang dipengaruhi oleh hormon auksin yang terdapat di dalamnya sehingga pertumbuhan terhenti dan saat itu ditembus oleh plumula yang sedang memanjang dan diikuti dengan keluarnya daun pertama (Sutopo, 2012). Pada biji tipe epigeal, bagian yang pertama kali muncul ke permukaan tanah ialah hipokotil. Kotiledon kemudian terangkat ke atas permukaan tanah oleh hipokotil. Pada proses ini kotiledon tersebut berfungsi sebagai pelindung plumula dari kerusakan yang disebabkan oleh gesekan tanah (Sutopo, 2012).
Selain digunakan untuk identifikasi benih, tipe perkecambahan juga dapat digunakan sebagai dasar teknik yang tepat untuk mengecambahkan benih. Pada benih yang bertipe perkecambahan epigeal, biji sebaiknya ditanam dekat dengan permukaan tanah agar kotiledonnya lebih mudah keluar dari dalam tanah. Sedangkan pada benih yang memiliki tipe perkecambahan hipogeal, biji sebaiknya ditanam lebih dalam di bawah permukaan tanah karena kotiledonnya yang tetap di dalam tanah dan juga agar tehindar dari organisme pengganggu tanaman yang ada di permukaan tanah.
V.
Kesimpulan
1. Setiap jenis benih tanaman memiliki bentuk, warna, ukuran, permukaan, dan berat yang berbeda-beda, tergantung dengan spesies dan varietas tanaman. 2. Struktur benih terdiri atas embrio, endosperm, dan jaringan pelindung yang bentuk, warna dan ukurannya berbeda-beda, tergantung dengan spesies dan varietas tanaman. 3. Terdapat dua tipe perkecambahan benih berdasarkan tipe pemunculan kotiledonnya, yaitu epigeal yang terjadi pada tanaman dikotil (kedelai dan timun) dan hipogeal yang terjadi pada tanaman monokotil (jagung).
Daftar Pustaka Anonim. 2013. Liptan: Mengenal Padi Tipe Baru “Fatmawati”. Departemen Prtanian BPTP Sumatera Selatan, Palembang. Anonim. 2014. Jenis dan Varietas Kacang Panjang. < http://www.petanihebat.com/2014/03/jenisdan-varietas-kacang-panjang.html?m=1>. Diakses pada tanggal 1 April 2016. Anonim. 2015. Botani Tanaman Terung. < http://www.kajianpustaka.com/2015/02/botanitanaman-terung.html?m=1 >/ Diakses pada tanggal 1 April 2016. Anonim. 2015. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman. . Diakses pada tanggal 1 April 2016. Anvarkhah, S., M. Khajeh-Hosseini, and A. D. E. Panah. 2012. Seed identification of ten rangeland species nased on machine learning using combination of RBF and Feed Forward neural networks. International Jornal of Agriculture and Crop Sciences 4 (14): 993-1004. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Bambang, S., A. A. Daradjat, Satoto,Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S. D. Indrasari, I Putu Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Departemen Pertanian, Subang. Cahyono, B. 2002. Wortel. Kanisius, Yogyakarta. Cahyono, B. 2003. Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta. Charomaini, Sri Rukun dan Diana Windiasih. 2005. Hubungan Benih Dengan Patogen Sebagai Penyebar Penyakit. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2 (2) : 68-73. Gardner, F. B., R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI, Jakarta. Kalie, M. Baga. 2008. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya, Jakarta. Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Angkasa, Bandung. Kartasapoetra Ance, G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. PT Bina Aksara, Jakarta. Malik, C. 2011. Karakterisasi galur murni mutan gandum (Tritichum aestivum L.) pada daerah dataran rendah tropis. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi.
Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius, Yogyakarta. Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius, Yogyakarta. Purwanti S. 2004. Kajian ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31. Purwono dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Depok. Rukmana, Rahmat.1994.Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta. Sastrapradja, S. 1977. Syur-Sayuran. Lembaga Biologi Nasional LIPI, Bogor. Steenis, C. G. G. J. Van. 2005. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Subekti, N. A., Syafruddin, R.Efendi, dan S. Sunarti. 2011. Morfologi Tanaman Padi. . Diakses pada tanggal 1 April 2016. Sudir,
N. S. 2014. Mengenal Jenis atau Varietas Tanaman Padi. . Diakses pada tanggal 1 April 2016.
Sutopo, L. 2012. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sutopo, L.1993. Teknologi Benih. Rajawali, Jakarta. Umiatun. 2011. Budidaya Kecipir. . Diakses pada tanggal 1 April 2016. Winarto, A. 1987. Teknologi Benih dan Pasca Panen di Tingkat Pedesaan. BPTPM, Malang.
Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA II MENGENAL ALAT-ALAT TEKNOLOGI BENIH
Disusun oleh: Nama
: Nafila Alifia Azka
NIM
: 14/364512/PN/13624
Gol./Kel.
: C2/2
Asisten
: Vanska Nozelle H.
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2016