EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM Disusun Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Praktikum dan Mengikuti Ujian Akhir Praktikum Produksi Benih
Disusun Oleh: Kelas VII A Kelompok 1 Ayu Hartinah
NIM. 201410200311035
Dian Ayu Tirtaningtyas
NIM. 201410200311124
LABORATORIUM AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karuniaNya, karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum produksi benih dengan judul “Ekstraksi dan Pengeringan Benih”. Laporan akhir praktikum ini merupakan syarat menyelesaikan praktikum dan mengikuti ujian akhir praktikum produksi benih yang dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Saefurrohman selaku asisten 2. Teman-teman kelompok maupun sekelas 3. Staf laboratorium. Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun m embangun dari pembaca. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan akhir praktikum ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 18 Desember 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
KATA PENGANTAR ........................ ...................................................... .......................................................................... .................... ii DAFTAR ISI ................................................ ....................................................... ................................................................ ......... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................... ............................................. iv DAFTAR LAMPIRAN………………… LAMPIRAN……………………………………..……… …………………..……….. ..……………...vii ……………...vii BAB I PENDAHULUAN ............................................... .............................................. 1 1.1. Latar Belakang ....................................................... ..................................................................................................... .............................................. 1 1.2. Rumusan Masalah .................................................. .............................................. 1 1.3. Tujuan...................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... ................................................................................... ............................. 3 2.1. Ekstraksi Benih .......................................................................................... .......... 3 2.2. Metode ekstraksi .................................................... .................................................................................................. .............................................. 4 BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................. ............................. 7 3.1. Tempat dan Waktu ................................................. .............................................. 7 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................................... 7 3.3. Langkah Kerja .............................................. .................................................... ....................................................... ... 7 3.4. Pengolahan Data Dilakukan Dilaku kan Menggunakan Rumus ............................................ 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 9 4.1. Hasil................. ...................................................... .................................................................................................... .............................................. 9 4.2. Pembahasan ................................................................... ...................................... 9 BAB V KESIMPULAN .................................................. ............................................ 12 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ................................... 13 LAMPIRAN ................................................. ....................................................... ............................................................... ........ 14
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Teks Grafik Perubahan
kadar air berbagai jenis benih pada
beberapa teknik ekstraksi dan pengeringan (metode kimiawi, fermentasi dan ekstraksi kering).
iv
Halaman 9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Teks
Halaman
1.
PerhitunganKadar Air Ekstraksi Basah secara Kimia
14
2.
Hasil Pengamatan Ekstraksi Basah, Ekstraksi Kering dan Kadar Air
15
3.
Dokumentasi Kegiatan Praktikum
15
i
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Pemanenan pada buah kering dapat dilakukan ketika buah mulai pecah saat dipanendan dapat dikeringkan dilahan, sedangkan untuk buah basah atau berdaging harus dispisahkan dari dagingnya sebelum digunakan bijinya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering ke ring yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong Acacia (Acacia sp , Paraserianthes falcataria) falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica (Agrawal, indica (Agrawal, 1980). Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan benih tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya. Benih bersifat bersifat hygroskopis, hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebalikn ya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat. Selain bersifat hygroskopis, benih hygroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya. Oleh karena itu perlu di lakukan uji kadar air melalui praktikum ekstraksi dan pengeringan benih. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah yaitu bagaimana teknik ekstraksi dan pengeringan benih ?
1
2
1.3.
Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah ditemukan pada latar belakang, maka ditemukan pula tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk mengetahui berbagai teknik ekstraksi dan pengeringan benih.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Ekstraksi Benih
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya.Tujuan ekstraksi benih adalah : (1) Mengurangi campuran. Benih biasanya merupakan 1-5% dari total volume buah. Pengurangan campuran dapat membantu mengurangi biaya penyimpanan dan pengangkutan, (2) Mudah penanganannya. Benih umumnya diuji, diberi perlakuan pendahuluan dan ditanam secara individual, sehingga perlu pemisahan benih dari buahnya, (3) Meningkatkan kemampuan penyimpanan (Raja, 2012 ). Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering k ering yang dilakukan terhadap terhad ap buah berbentuk polong polo ng Acacia (Acacia sp., Paraserianthes sp., Paraserianthes falcataria) falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, arborea, Melia azedarach dan azedarach dan Azadirachta Azadirachta indica (Haryati, indica (Haryati, 2013). Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain: 1. Cone dan Cone dan polong Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili Setiap famili pohon pohon ( families) families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili mempengaruhi famili pohon pohon ( families) families) tersebut secara berbeda (Kuswanto, 2003).
3
4
2. Buah kering Metode ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung follicles) (follicles) yang terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah du a belah kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang eucalyptus yang terbelah kedalam ( split split in) in) menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti (Kuswanto, 2003). 3. Buah berdaging Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah tanaman Cabai, Oyong, Okra dan Paria (Kuswanto, 2003). 4. Buah Berdaging dan Berair (Wet (Wet Fleshly Fruit ) Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya Mentimun, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu men ggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir (Kuswanto, 2003). 2.2.
Metode ekstraksi
Ekawati (2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit ) memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin antara lain:
5
2.2.1
Ektraksi Kering
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dimodifikasi dengan ekstraksi ekstraksi basah (wet exstraction) exstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005). Pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji Tomat dan Mentimun. 2.2.2 Ekatraksi Basah a.
Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastik. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C, dibutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur ( pulp) pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pad a suhu 310C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
6
b.
Metode Kimiawi (chemical chemical method method )
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama relative lama terutama bila dilakukan di negara yang beriklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCl 35%, dengan dosis 5 liter HCl 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCl digunakan untuk merendam pulp merendam pulp.. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam di dasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciann ya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus) (Kuswanto,2003). Pitoyo (2005) juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan Sodium Karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan HCl 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia HCl 35% dengan dosis 5 liter HCl 35 % dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp merendam pulp selama selama 30 menit.
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 19Oktober 2017di Laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang . 3.2.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah pisau, cawan petri, timbangan analitik, saringan, kantong plastik, kertas, gelas ukur dan tisue. Bahan yang digunakan yaitu buah basah: Melon, Tomat. Buah kering: Cabe, Semangka, air aquades, HCl 5%. 3.3.
Langkah Kerja
3.3.1 Ekstraksi kering 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Mengupas buah semangka dan cabe lalu mengambil bijinya. 3. Mencuci biji tersebut kemudian meniriskannya. 4. Menimbang berat wadah dan berat basah biji. 5. Mengeringanginkan biji selama 7 hari. 6. Menimbang berat keringnya, menfoto dan menulis hasilnya. 3.3.2 Ekstraksi Basah A. Kimia 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Mengupas buah tomat dan melon diambil bijinya. 3. Mencuci biji tersebut kemudian meniriskannya 4. Menimbang berat wadah dan berat basah biji (15 biji). 5. Merendam biji yang telah ditimbangdengan larutan HCl 5% selama 30menit, kemudian mencucinya. 6. Mengeringanginkan selama 3 hari pada cawan petri. 7. Menimbang berat keringnya, menfoto dan menulis hasilnya.
7
8
B. Fermentasi 1. Menyiapkan alat dan bahan. 2. Mengupas buah tomat dan melon diambil bijinya. 3. Mencuci biji tersebut lalu meniriskannya, kemudian menimbang berat wadah dan berat basah bijinya (15 biji). 4. Memasukkan biji yang telah ditimbang ke dalam kantong plastik yang sudah di isi dengan aquades 100 ml, lalu menfermentasikannya selama 7 hari. 5. Mencuci lalu mengeringanginkannya selama 3 hari. 6. Menimbang berat keringnya, menfoto dan menulis hasilnya. 3.4.
Pengolahan Data Dilakukan Menggunakan Rumus
Rumus perhitunagn kadar air: BB−BK
KA=
BK
100%
Keterangan: KA : Kadar air
BB :Bobot basah BK :Bobot kering
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Hasil
100% 79%
80% r i 60% A r a d a 40% K
53%
59%
57%
65%
28%
20% 0%
KIMIA (MELON)
KIMIA (TOMAT)
FERMENTASI FERMENTASI (MELON) (TOMAT)
ekst kstraks aksi bas basah
CABAI
SEMANGKA
ekst kstraks aksi ker kering
Gambar 1. Perubahan kadar air berbagai jenis benih pada beberapa teknik ekstraksi dan pengeringan (metode kimiawi, fermentasi fermentasi dan ekstraksi ekstraksi kering) kering)
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ekstraksi benih ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekstraksi basah dan ekstraksi kering. Ekstraksi basah ada dua cara, yaitu secara kimia dan secara fermentasi. Secara kimia menggunakan buah Melon dan buah Tomat direndam dengan larutan HCl 5% selama 30 menit. Secara fermentasi juga sama, buah yang digunakan adalah buah Melon dan buah Tomat namun proses perendaman menggunakan aquades 100 ml.Berbeda dengan ekstraksi basah, estraksi kering menggunakan Cabai dan Semangka tanpa melakukan perendaman dengan larutan melainkan langsung dikeringanginkan selama 7 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Pitojo (2005) menyatakan bahwa apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240-270 temperature 240-2700C maka diperlukan waktu 1-2 hari.
9
Sedangkan apabila digunakan temperature 150 - 220C, dibutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa secara kimia dapat digunakan zat kimia HCl 35% dengan dosis 5 liter HCl 35 % dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp merendam pulp selama selama 30 menit. Ektraksi kering menurut Kuswanto(2005), menyatakan benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet (wet ekstraction) ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan). Pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji Tomat dan Mentimun. Berdasarkan grafik batang di atas (Gambar 1), dip erolehkadar air pada ekstraksi basah metode kimia pada Melon 28%, Tomat 79%, metode fermentasi pada Melon 53%, Tomat 57%. Kadar air ekstraksi kering pada buah Cabai 59% dan Semangka 65%. Kadar air paling tinggi dari masing-masing benih tersebut adalah pada ekstraksi basah metode kimia buah Tomat yaitu 79%. Ektraksi secara kimia dengan HCl 5% menunjukkan hasil kadar air yang rendah, yaitu pada buah Melon. Hal ini dikarenakan daging buah pulp) (pulp) yang melekat pada biji Melon sangat baik dibersihkan dengan zat kimia asam HCl 5%. Hal ini telah dibuktikan oleh Sadjad (1980), dalam penelitiannya pada benih Jeruk. Benih Jeruk yang diekstraksi dengan HCl memberikan hasil yang terbaik. Selain dengan HCl, daging buah ( pulp) pulp) yang melekat pada biji juga efektif dihilangkan dengan kapur tohor. Kapur tohor juga biasanya digunakan untuk menghilangkan menghilangkan pulp yang melekat pada pulp yang biji Kakao.
Masing – masing masing
ekstraksi
pada
buah
dengan
menggunakan
metode
menghasilkan jumlah kadar air yang berbeda – beda, benih yang diekstraksi secara kimia hanya biji Melon yang memiliki kadar air rendah sedangkan pada biji Tomat menunjukkan kadar air yang tinggi dari pada penggunaan metode lain. Hal ini diduga penggunaan HCl 5% belum bisa membersihkan me mbersihkan ( pulp) pulp) yang melekat pada biji masih menempel karena Tomat memiliki lendir yang lebih tebal dibandingkan biji Melon (Sadjad, 1980). Sedangkan biji yang diekstasi secara fermentasi memiliki kadar air 53% pada Melon dan 57 % pada Tomat, biji nampak lendir yang melekat masih m asih banyak. Hal ini berarti perendaman aquades kurang optimum dalam menghilangkan lendir yan g melekat pada biji Tomat dan Melon yang akan digunakan untuk benih (Sadjad, 1980). Berdasarkan nilai kadar air yang dihasilkan dari ekstraksi kering pada perlakuan pengeringan selama 7 hari, kadar air yang dihasilkan masih tinggi. Dibandingkan dengan metode ekstraksi basah (kimia). Pada perlakuan penjemuran matahari, perlakuan pengeringan biji selama 7 hari seharusnya memiliki kadar air yang lebih rendah karena kandungan air di dalam benih sudah bisa bisa diuapkan secara optimal. Diduga pengeringan selama 7 hari masih kurang lama yang dibutuhkan pada benih cabai dan semangka.Semakin lama dikeringkan dan dijemur di bawah sinar matahari akan menyebabkan nilai kadar air benih cenderung semakin menurun pada masingmasing kelompok sumber benih. Pada ekstraksi biji ini sangat menentukan kadar air benih yang paling rendah karena kadar k adar air merupakan salah satu faktor penting pe nting yang mempengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya (Agrawal, 1980). Dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya. Rendahnya viabilitas benih (daya berkecambah) dapat disebabkan karena kadar airnya masih tinggi, karena pada kadar air yang tinggi dapat terjadi serangan cendawan. Disamping itu, hal ini dapat menyebabkan aktifitas fisiologis benih meningkat, sehingga dapat mempercepat kemunduran mutu benih (Sutopo, 1985).
BAB V KESIMPULAN 5.1.
Kesimpulan
Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, ada dua macam ekstraksi yaitu ekstraksi basah dan ekstraksi kering. Ekstraksi basah dilakukan dengan dua metode yaitu yaitu kimia dan fermentasi. Metode kimia dan metode fermentasi menggunakan benih yang sama yaitu melon dan tomat. Ekstraksi kering menggunakan benih cabai dan benih semangka. 5.2.
Saran
Sebaiknya buah yang akan kita ekstrasikan hendaknya kita perhatikan kemurnian buah tersebut. Karena tujuan ekstraksi adalah untuk menciptakan benih yang akan di persiapkan untuk proses penananman selanjutnya, jadi kita harus memperhatikan kualitas buah tersebut agar biji yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
12
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, R.L., 1980. 1980. Seed Technology. Technology. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi Haryati 2013. Ekstraksi 2013. Ekstraksi Benih. Benih. Haryatiputri.blogspot.com. diakses pada 08 Desember 2017. Kamil, J., 1982. 1982. Teknologi Benih I , Padang: Universitas Andalas Kuswanto, H., 1997. Analisis 1997. Analisis Benih. Benih. Yogyakart:Andi ---------------.,2003.Teknologi ---------------.,2003.Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius --------------., 2005. Dasar-dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih Yogyakarta: Andi Offset. Mugnisjah, W.Q. dan Asep, S., 1995. Pengantar Produksi Benih. Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Murniati,E., 1996. Informasi 1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Willd.). Keluarga Benih 7(1):59-65 Nurhayati, K.,1997. Pengaruh K.,1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca. anthoteca. Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal (Dirjen) Hortikultura., 2009. Upaya Perbaikan Industri Benih Hortikultura untuk Mengurangi Impor Benih serta Pengembangan Sentra Produksi Hortikultura. Harington, Hortikultura. Harington, J.F. 1983. Seed Storage and Longevity. In. Raja. 2012. Ekstraksi 2012. Ekstraksi Benih. Benih. Sumber: http://rajabenih.com (Diakses pada tanggal 08 Desember 2017). Sadjad, S., 1980. Teknologi Benih dalam Masalah Vigor.Dasar-dasar Teknologi Benih. Bogor. Departemen Agronomi Faperta, IPB. 125 hal. Sumpena, U. 2005. Benih 2005. Benih Sayuran. Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta.
13
LAMPIRAN Lampiran 1. PerhitunganKadar Air Ekstraksi Basah secara Kimia:
A. Melon:
BB=0,644 g BK=0,503 g
BB−BK
KA= =
Bk
,44−,3 ,3
B. Tomat:
× 100% 00% × 100 100%=28,03%
BB=0,052 g BK=0,029 g
BB−BK
KA= =
Bk
,2−,29 ,29
× 100% 00% × 100% 00%=79,31%
PerhitunganKadar Air Ekstraksi Basah secara Fermentasi: Fermentasi:
A. Melon:
BB=0,607 g BK= 0,395 g
BB−BK
KA= =
Bk
,7−,39 ,39
B. Tomat:
× 100% 00% × 100% 00% = 53,67%
BB=0,052 g BK=0,033 g
BB−BK
KA= =
Bk
,2−,33 ,33
× 100% 00% × 100 100% = 57,57%
Perhitungan Kadar Air Ekstraksi Kering :
A. Cabai
BB = 0,097 g BK = 0, 061 g
KA=
BB−BK Bk
× 100% 00%
14
=
,97−, ,
A. Semangka:
× 100% 00%=59,01%
BB=1,086 g BK=0,658 g
KA=
BB−BK Bk
× 100% 00% =
1,08 1,086 6 0,65 0,658 8 0,658
=69,04%
15
× 100 100%
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Ekstraksi Basah, Ekstraksi Ekstraks i Kering dan Kadar Air
Ekstraksi Basah Parameter Pengamatan Bobot basah
Bobot kering
KA %
Kimia
Fermentasi
Ekstraksi kering
Melon = 0,644 g
Melon = 0,607 g
Cabai = 0,097 g
Tomat = 0,052 g
Tomat = 0,052 g
Semangka = 1,086 g
Melon = 0,503 g
Melon = 0,395 g
Cabai = 0,061 g
Tomat = 0,029 g
Tomat = 0,033 g
Semangka = 0,658 g
Melon = 28,03 %
Melon = 53,67 %
Cabai = 59,01%
Tomat = 79,31 %
Tomat = 57,57%
Semangka = 65,04 %
16
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Praktikum
Gambar 1. Persiapan alat dan bahan.
Gambar 2. Pengupasan buah dan pengambilan biji.
Gambar 3. Penimbangan berat basah biji.
Gambar 4. Perendaman biji dengan larutan HCl.
Gambar 5. Perendaman dengan aquades.
Gambar 6. Penimbangan berat kering biji.
17