ACARA I LUAS MINIMUM DAN JUMLAH MINIMUM SAMPLING KOMUNITAS TUMBUHAN
A. Pelaksanaan Praktikum 1. Tujuan
: a. Memahami cara menentukan luas minimum, b. menentukan luas minimum dengan dengan benar, c. memahami cara menentukan jumlah minimum, dan d. menentukan jumlah minimum dengan benar.
2. Hari, tanggal praktikum
:
3. Tempat
:
B. Landasan Teori Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh area yang ditempati oleh komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan syarat begian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan dalam metode tersebut (Heddy,1986: 78). Untuk memahami luas, metode manapun yang dipakai untuk menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anwar,1995: 89). Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 1993: 33). Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang
sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yakni penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto, 2001: 90). Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Guritno, 1995: 89).
C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Tali rapia b. Patok c. Kuadran d. Meteran e. Alat tulis 2. Bahan a. Semua jenis tumbuhan yang ada di gili sulat
D. Langkah Kerja 1. Luas Minimum a.
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menentukan lokasi pengamatan.
c. Membuat plot dengan bentuk persegi yang berukuran 0,25×0,25 m dengan menggunakan tali rafia, meteran dan patok. kemudian mengamati tumbuhantumbuhan apa saja yang terdapat dalam plot tersebut. d. Membuat kembali plot dengan ukuran 0,5×0,5 m pada lokasi yang sama dan mengambil sampel tumbuhan yang berbeda dengan tumbuhan yang terdapat pada plot sebelumnya. e. Membuat kembali plot dengan ukuran 1×1 dan mengambil sampel tumbuhan yang berbeda pula. Namun jika tidak ditemukan kembali tumbuhan yang berbeda maka pembuatan plot dan pengambilan sampel dihentikan. f.
Membuat kembali plot dengan ukuran 2×2 dan mengambil sampel tumbuhan yang berbeda pula. Namun jika tidak ditemukan kembali tumbuhan yang berbeda maka pembuatan plot dan pengambilan sampel dihentikan. Artinya luas minimum telah berada pada lokasi dimana tidak ditemukan lagi tumbuhan yang berbeda.
g. Mengulangi langkah “a” sampai “f” untuk metode pengambil sampel yang berbentuk lingkaran. h. Mencatat hasil pengamatan. 2. Jumlah Minimum a. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Menentukan lokasi pengamatan. c. Membuat area pengamatan yang berukuran 1×1 m dengan
menggunakan alat
kuadran. d. Mengamati
tumbuhan-tumbuhan
apa
saja
yang
terdapat
pengamatan tersebut. e. Mengulangi langkah “a” sampai “d” untuk lemparan berikutnya. f.
Mencatat hasil pengamatan.
dalam
area
E. Hasil Pengamatan 1. Luas Minimum a. Tabel hasil pengamatan NO
UKURAN KUADRAT (m)
JUMLAH SPESIES YANG DITEMUKAN
1
0,25 X 0,25
2
2
0,5 X 0,5
2
3
1X1
3
4
2X2
3
5
4X4
3
b. Grafik
LUAS MINIMUM 3.5 3 2.5 2 JUMLAH SPESIES
1.5
YANG DITEMUKAN
1 0.5 0 0
0,25 X 0,5 X 1 X 1 2 X 2 4 X 4 0,25
0,5
2. Jumlah Minimum a. Tabel hasil pengamatan NO
SERI TIGA KUADRAT (1 X 1) JUMLAH TUMBUHAN
1
3
1
2
3
4
5
3
3
3
3
3
b. Grafik
JUMLAH MINIMUM 4 S E I S 3 E P S H2 A L M1 U J 0 1
2
3
4
5
F. Pembahasan Praktikum Luas Minimum dan Jumlah Minimum bertujuan agar praktikan memahami cara menentukan luas minimum, menentukan luas minimum dengan benar, memahami cara menentukan jumlah minimum, dan menentukan jumlah minimum dengan benar. Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Praktikum yang dilakukan, untuk menentukan luas minimum, diketahui bahwa pada plot 1 (0,25 X 0,25 m) ditemukan 2 jenis spesies yaitu Species A,Species B. Pada plot 2 (0,50 X 0,50 m) ditemukan 2 jenis species yaitu Species A,Species B. Pada plot 3 (1 X 1 m) ditemukan 3 jenis spesies yaitu Species A,Species B, dan Species C. pada plot 4 (2 X 2 m) ditemukan 3 jenis spesies yaitu Species A,Species B, Species C. Pada plot 5 (4 X 4) ditemukan spesies yang sama dengan plot yang ketiga dan keempat yaitu Species A, Species B, dan Species C. Pada masing-masing spesies yang menempati tiap plot tersebut mempunyai peran masing-masing pada habitat tersebut. Pada teori diatas disebutkan bahwa semakin besar keanekaragaman yang terdapat pada suatu habitat maka akan semakin luas kotak/petak contoh yang digunakan. Pada hasil penelit ian/pengamatan praktikum, keanekaragaman pada areal yang diteliti terhitung rendah karena penggunaan petak/kotakpada plot 3 (1 X 1 m) sampai plot 5 ditemukan 3 jenis spesies yang sama. Sehingga pada grafik akan mulai seimbang pada plot 1 X 1 m. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat diketahui luas minimum yang bisa digunakan untuk melaukan pengamatan analisis vegetasi dan keanekaragaman yaitu dengan kuadran 1 X 1 m. Teori yang menyatakan bahwa luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman yang terdapat pada areal tersebut, maka semakin luas pula petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimun dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimun akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat . Pada pengamatan jumlah minimum dilakukan 5X lemparan dengan 2 kuadran. Jumlah tumbuhan yang didapatkan pada lemparan pertama pada kuadran 1 adalah 3 jenis tumbuhan, pada kuadran juga ditemukan 3 jenis tumbuhan. Pelmparan kedua pada kuadran 1 didapatkan 3 jenis pohon dan begitu pula dengan kuadran yang kedua. Pelemparan ketiga, ditemukan 3 jenis pohon pada kuadran 1 dan 2. Pelemparan selanjutnya yaitu 4 dan 5 ditemukan 3 jenis pohon sama seperti pelemparan sebelumnya sehingga pada grafik terlihat garis datar dari awal pelemparan sampai pelemparan yang terakhir yaitu pelemparan yang kelima. Karena hal tersebut, maka jumlah minimum plot yang bisa digunakan adalah 3 plot.
G. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: a.
semakin besar keanekaragaman yang terdapat pada suatu habitat maka akan semakin luas kotak/petak contoh yang digunakan.
b. Pada hasil penelitian/pengamatan praktikum, keanekaragaman pada areal yang diteliti terhitung rendah karena penggunaan petak/kotakpada plot 3 (1 X 1 m) sampai plot 5 ditemukan 3 jenis spesies yang sama. c. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui luas minimum yang bisa digunakan untuk melaukan pengamatan analisis vegetasi dan keanekaragaman yaitu dengan kuadran 1 X 1 m.
d. Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada s uatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. e. Bentuk luas minimun dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimun akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. f.
Pelemparan pertama sampai pelemperan terakhir yaitu kelima didapatkan jumlah spesies yang sama yaitu 3 sehingga dapat diambil kesimpulan jumlah minimum plot yang bisa digunakan untuk melakukkan analisis vegetasi dan keanekaragaman adalah 3 plot.
2. Saran -
DAFTAR PUSTAKA Anwar. 1995. Biologi Lingkungan. Ganexa exact. Bandung Ewusi. 1990. Pengantar Ekologi TumbuhanTropis. ITB. Bandung Guritno.1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta Harun. 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Angkasa. Bandung. Odum, Eugene P., 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press. Yogyakarta Rahardjanto, A., 2001. Ekologi Tumbuhan.UMM Press.Malang Sastroutomo. 2009. Ekologi Gulma. Erlangga. Jakarta.