PRESENTASI KASUS
ABSES BARTHOLINI RELAPS DENGAN DM TIPE II
Oleh : Dwi Tiara Septiani
G99131035
Nita Prasasti
G99122086
Nur Ismi Mustika F.
G99122088
Pembimbing : Prof , SpOG (K)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2014
ABSES BARTHOLINI RELAPS DENGAN DM TIPE II
Abstrak
BAB I PENDAHULUAN
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya.Tidak terkecuali pada glandula vestibularis mayor atau dikenal dengan kelenjar bartolini.Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina.Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu tumor jinak pada vulva.Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi didalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat dapat mengumpul didalam menjadi abses. 1 Kista bartolini ini merupakan masalah bagi wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun. Kista bartolini bias tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti gonorea adalah penyebab paling umum terjadinya terjadin ya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh.Kista kelenjar bartolin terjadi ketika kelenjar ini tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. 3,4
B. ANATOMI
Glandula Bartholini terletak pada kedua sisi kiri dan kanan bawah, fossa navikulare, dengan ukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot
konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 – 2 2 cm yang bermuara di vulva pada saat koitus kelenjar barthoni mengeluarkan getah lendir. 5
C. PENYEBAB
Peradangan mendadak glandula bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi gonokokkus, dapat pula oleh bakteri lain yang paling dominan berkaitan dengan penyakit hubungan seksual adalah karena Neisseria Gonorrhoeae yang menimbulkan abses.6 Tetapi meskipun termasuk bersamaan dengan penyakit yang ditularkan melalui seksual, abses pada kelenjar bartholini tidak selalu diakibat infeksi Gonorhoeae dan Klamidia. Pembentukan abses duktus bartholini dapat dimulai secara de novo atau sebagai hasil infeksi sekunder kista duktus bartholini. Pembentukan kista disebabkan oleh oklusi orifisum duktus pada vestibulum sehingga menimbulkan pembengkakan kista pada salah satu atau sisi lain pada bagian dalam posterior dan labia mayora. Kadang-kadang obstruksi saluran juga dapat terjadi karena penyebab lain, seperti stenosis traumatik atau kongenital atau akibat lapisan hiperplasia.7
D. PATOLOGI
Kista yang ada kalanya ganda, dapat timbul di daerah sub klitoris atau periuretra atau di daerah kelenjar bartholini vulva pada wanita segala umur. Lebih sering kista timbul sebagai kelainan tunggal yang umumnya berkaitan dengan kelenjar bartholini. Kista yang timbul dalam kelenjar bartholini atau saluran ekskresi,
diameternya dapat sampai 5 cm dan sering sebagai akibat obstruksi salah satu saluran ekskresi utama, sehingga mengakibatkan penimbunan sekret musin yang progresif. Kista yang demikian dilapisi oleh epitel transisional atau epitel kubus dari saluran, tetapi dapat berubah sangat pipih atau hampir hilang karena tekanan intrakista.Selain menyebabkan rasa sakit setempat dan perasaan tidak nyaman, kista ini mudah mengalami infeksi sekunder dan mudah menjadi suatu abses bartholini. bartholini. Kista-kista di tempat lain diduga timbul dari sisa embrional, pada umumnya kecil (berdiameter 1 s/d 2 cm) dan dilapisi oleh epitel silindris atau kubus musinosa atau epitel bersilia yang ada kalanya mengalami perubahan metaplasi menjadi epitel skuamosa. Karena tidak berhubungan dengan vestibulum vulva, kista-kista ini jarang terinfeksi.8
E. GEJALA
Kista Bartholini biasanya kecil, antara ukuran ibu jari dan bola pimpong, tidak terasa nyeri dan tidak mengganggu koitus, bahkan kadang-kadang tidak disadari oleh penderita. Tetapi ada pula yang sebesar telur ayam.5 Biasanya, dokter dapat meraba kelenjar yang membesar di sepertiga posterior labium mayor dimana kelenjar biasanya menonjol ke medial ke arah introitus vagina. Fluktuasi yang tidak nyeri biasanya menandai kelenjar berubah menjadi kista yang tidak terinfeksi.7 Rasa nyeri yang berat sebagai keluhan utama biasanya mengganggu duduk dan berjalan, daerah kelenjar Bartholini membengkak dan nyeri tekan, edema reaktif dapat meluas dan mengenai bagian kulit vulva sehingga sisi seluruh labium terkena.Massa terasa panas, edema, eritema, dan indurasi.9
F. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, manifestasi klinik dari kista bartolini termasuk nyeri, tenderness, dispareunia. Jaringan sekitar mengalami inflamasi dan edema. Pada pemeriksaan fisik, introitus vagina biasanya berubah dengan tampak adanya fluktuasi massa pada pemeriksaan palpasi. Jarang sekali gejala sistemik dan tanda-tanda infeksi dilaporkan.10 Jika kista bartolini tidak terinfeksi, mungkin hanya akan terasa benjolan di daerah vulva, dengan kemerahan atau bengkak. Ukuran kista dapat bervariasi mulai dari 0,25 inci hingga 1 inci. Kista mungkin dapat ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan. Jika kista terinfeksi, hal itu it u mungkin akan menyebabkan kesakitan yang lebih. Kista yang terinfeksi membentuk suatu abses. Kelenjar mungkin terinfeksi jika pasien berada dalam kesakitan yang ekstrim bahkan kesulitan berjalan atau duduk. duduk.11
G. DIAGNOSA BANDING
Bila seorang wanita datang dengan keluhan terabanya benjolan pada daerah kemaluannya terutama bagian introitus vagina, maka kemungkinan dapat kita pertimbangkan adanya :
Abses glandula bartholini
Ca glandula bartholini
H. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Sejumlah tindakan konservatif dapat dilakukan untuk membantu meringankan secara sementara rasa nyeri yang berat sehubungan dengan infeksi kelenjar atau saluran bartholini. Misalnya, anjurkan pasien pas ien untuk mencuci vulva engan air hangat beberapa kali sehari. Berikan obat analgesik jika diperlukan. Setelah mengambil kultur, pertimbangkan untuk memberikan antibiotik spekttrum luas yang efektif melawan organisme yang tersering ditemukan pada infeksi ini seperti bakteri koliform, klamidia dan gonokokus.7 2. Marsupialisasi Kadang merupakan terapi terpilih untuk pasien dibawah umur 40 tahun jika tidak di indikasi eksisi kista.9 Selain itu marsupialisasi ditujukan untuk mencegah kekambuhan dimasa mendatang. 7
Marsupialisasi kista Bartholini.(I) Kelenjar Bartholini kanan sangat membesar dan kritik. Sulkus interlabianya hilang. Suatu insisi dibuat pada sisi dalam labium minus di perbatasan sepertiga tengah dan sepertiga posterior.12
Marsupial isasi kista Bartholini (II)
Setelah kista dikosongkan, pelapisnya dijahit ke kulit labium minus dengan jahitan terputus halus sepanjang pinggir luka. Sepotong kasa dimasukkan ke dalam ostium yang baru dibentuk. 12
3. Mengeksisi Kista Bartholini Pada saat ini jarang ada keperluan mengeksisi kista Bartholini kecuali jika diduga karsinoma kelenjar Bartholini, eksisi bisa menjelaskan diagnosis histologi.
Kulit labium minus diinsisi dan tepi luka ditegangkan.
Kemudian
dinding
kistanya
dikeluarkan secara tajam dengan skalpel.
4. Kateter Word Kateter
word
biasanya
digunakan
untuk
penanganan kista saluran bartolini dan abses. Batang karet kateter ini memiliki panjang 1 inchi dan diameter no.10 french foley catheter. Balon kecil yang ditiup di ujung kateter dapat menahan sekitar 3 ml larutan salin atau garam. Setelah persiapan steril dan anestesi local, dinding kista atau abses dijepit dengan forsep kecil, dan mata pisau no 11 digunakan untuk membuat sayatan 5 mm (menusuk) kedalam kista atau abses. Sayatan harus berada dalam introitus hymenalis eksternal terhadap daerah dilubang saluran. Jika sayatan terlalu besar, besar, kateter word akan jatuh keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter word dimasukkan, dan ujung balon di kembangkan dengan 2-3 ml larutan garam yang disuntikkan melalui pusat kateter yang memungkinkan balon kateter untuk tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung bebas kateter dapat
di tempatkan dalam vagina. Untuk memungkinkan ephitelialisasi dari pembedahan saluran di ciptakan, kateter word dibiarkan pada tempatnya selama empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai empat minggu. Jika kista bartolini atau abses terlalu dalam,
penempatan kateter kateter tidak
praktis, dan pilihan laian harus di pertimbangkan. pertimbangkan.11
I. PROGNOSA
Baik, tetapi walaupun terjadinya karsinoma kelenjar Bartholini jarang, harus dipertimbangkan juga pada pasien tua yang menderita kista atau abses Bartholini pada usia lanjut.7
J. KESIMPULAN
Kista kelenjar bartolin terjadi ketika kelenjar ini tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan kelenjar ini kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. 3,4 Kista bartolini bukanlah suatu infeksi, meskipun dapat disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau penyumbatan fisik (lendir atau halangan lain) ke saluran bartolini (tabung yang mengarah dari kelanjar vulva). 2 Rasa nyeri yang berat sebagai keluhan utama biasanya mengganggu duduk dan berjalan, daerah kelenjar Bartholini membengkak dan nyeri tekan, edema reaktif dapat meluas dan mengenai bagian kulit vulva sehingga sisi seluruh labium terkena. Massa terasa panas, edema, eritema, dan indurasi.7,9 Jika infeksi parah atau berulang prosedur pembedahan yang dikenal sebagai marsupialization diperlukan untuk menghentikan rekuren yang lebih lanjut . 2
BAB III STATUS PENDERITA
A.
ANAMNESIS Tanggal 25 April 2011 jam 15.20 WIB 1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. WA
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Pendidikan
: SD
Alamat
: Serengan
Status Perkawinan
: Menikah 1 kali selama 8 th
Tanggal Masuk
: 4 januari 2014
No.RM
: 01095797 01095797
Berat badan
: 45 Kg
Tinggi Badan
: 153 cm
2. Keluhan Utama
Benjolan di bibir kemaluan kiri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang P 3A2, 38 tahun, dengan keluhan adanya benjolan di bibir kemaluan kiri sebesar telur ayam. Benjolan muncul sejak 1 tahun SMRS. Benjolan mulai terasa mengganggu dan nyeri sejak 5 hari SMRS. Benjolan terasa nyeri saat duduk dan berhubungan dengan suaminya. Pasien juga merasa demam sejak 4 hari SMRS. BAK dan BAB dalam batas normal. Penurunan BB disangkal, perdarahan saat berhubungan dengan suami disangkal. Pasien juga mengeluh benjolan di perut sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung
: Disangkal
Riwayat DM
: (+) DM tipe II (1 thn SMRS)
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan
: Disangkal
Riwayat Minum Obat Selama Hamil
: Disangkal
Riwayat operasi
: Disangkal
Riwayat kista bartholini
: (+) 2 tahun yll
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Mondok
: Disangkal
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung
: Disangkal
Riwayat DM
: (+) ibu pasien
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan
: Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Buruk
7. Riwayat Obstetri
a. Laki - laki, 18 tahun, berat lahir 3000 gr, partus normal
8. Riwayat Haid
-
Menarche
: 13 tahun
-
Lama menstruasi
: 6-7 hari
-
Siklus menstruasi
: 28-30 hari
9. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 8 tahun
10. Riwayat Keluarga Berencana
(+) suntik 3 bulan
B.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Interna
Keadaan Umum : Baik, CM, Gizi cukup Tanda Vital
:
Tensi
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Respiratory Rate : 20 x/menit Suhu
: 38,5 0C
Kepala
: Mesocephal
Mata
: Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT
: Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher
: Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
:
Cor
:
Inspeksi
: IC tidak tampak
Palpasi
: IC tidak kuat angkat
Perkusi
: Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler,bising (-)
Pulmo :
Inspeksi
: Pengembangan dada ka = ki
Palpasi
: Fremitus raba dada ka = ki
Perkusi
: Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen:
Inspeksi
: Dinding perut // dinding dada
Palpasi
: Supel, NT (-), TFU tidak teraba
Perkusi
: undulasi (-), shifting (-), shifting dullness (-) dullness (-)
Auskultasi
: Peristaltik (+) normal
Ekstremitas
: Oedema (-)
Genital
: Tampak benjolan di labia mayor sinistra ukuran 5x2x2 cm berwarna kemerahan. Nyeri tekan (+)
Ekstremitas
:
Oedema -
-
-
-
Akral dingin -
-
-
-
2. Status Obstetri Pemeriksaan Dalam :
a. VT Vulva / uretra tenang, Labia mayor sinistra ada benjolan dengan ukuran 5x2x2, NT (+) , kistik, mobile. Dinding vagina dalam batas normal, portio licin, OUE tertutup, Darah (-) discharge (-).
C.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Laboratorium Darah tanggal 25 April 2011 : Hemoglobin
: 13.5 gr/dl
Hematokrit
: 40 %
Antal Eritrosit
: 13.1 x 10 /uL
Antal Leukosit
: 4.51 x 103/uL
Antal Trombosit
: 429 x 103/uL
Golongan Darah
:B
GDS
: 151 mg/dL
GDP
: 148 mg/Dl
Glukosa 2 jam PP
: 93 mg/dL
Ureum
: 13 mg/dL
Creatinin
: 0,5 mg/dL
Kolestrol Total
: 199 mg/Dl
Kolestrol LDL
: 141 mg/Dl
3
III.
Kolestrol HDL
: 37 mg/Dl
Trigliserid
: 121 mg/dL
Na+
: 137 mmol/L
K +
: 4.2 mmol/L
Ion Calsium
: 1.13 mmol/L
HbS Ag
: nonreactive
PP Test
: negatif
DIAGNOSA AWAL
Abses bartholini
IV.
PROGNOSA
Dubia ad bonam
V.
TERAPI
1. inj metronidazole 500 mg/8j 2. inj ciprofloxacin 1g/8j 3. antasid tab 3x500 mg 4. jika ada tanda-tanda radang dilakukan insisi dan drainase
VI.
DIAGNOSA AKHIR
Abses bartholini dengan DM tipe II VII.
FOLLOW UP Tanggal 6 Januari 2014
Kel
: Benjolan di bibir kemaluan kiri
KU
: Baik, CM, gizi kesan cukup
VS
: T: 140/80 mmHg N: 82 x/ menit
Mata
: CA (-/-), SI (-/-)
Thorax
: cor/pulmo dbn
RR: 20 x/ menit t: 38,5 0C
Abdomen : supel, NT (-), TFU tidak teraba Genital
: insp: vagina tampak tanda radang (+) Palpasi : Nyeri daerah labium sinistra (-)
Massa kistik ukuran 5-6 cm Labium dextra dbn
Diagnosis : Abses bartholini bartholini relaps dengan DM tipe II
Terapi : 1. inj metronidazole 500 mg/8j 2. inj ciprofloxacin 1g/8j 3. antasid tab 3x500 mg 4. Plan: insisi dan drainase
Tanggal 7 April 2011 (06.00)
Kel
: Benjolan di bibir kemaluan kiri
KU
: Baik, CM, gizi kesan cukup
VS
: T: 130/100 mmHg
Rr: 20 x/ menit t: 36,2 0C
N: 80 x/ menit Mata
: CA (-/-), SI (-/-)
Thorax
: cor/pulmo dbn
Abdomen : supel, NT (-),TFU tidak teraba Genital
: Insp: vagina tampak tanda radang (+) Palpasi : Nyeri daerah labium sinistra (-) Massa kistik ukuran 5-6 cm Labium dextra dbn
Diagnosis : Abses bartholini relaps rel aps dengan DM tipe II Terapi
:
Rencana insisi dan drainase hari ini dengan lokal anastesi
Tanggal 7 April 2011 (13.00)
Kel
:-
KU
: Baik, CM, gizi kesan cukup
VS
: T: 120/80 mmHg N: 80 x/ menit
Mata
: CA (-/-), SI (-/-)
Thorax
: cor/pulmo dbn
Rr: 20 x/ menit t: 36,2 0C
Abdomen : supel, NT (-),TFU tidak teraba Genital
: inspeksi : Tampak luka tertutup perban Palpasi : Nyeri daerah labium sinistra (-) , labium dextra dbn
Diagnosis : post incisi dan drainase a/i a/ i Abses bartholini relaps dengan DM tipe II Terapi
:
Aff tampon kassa setelah 2x24 jam
BAB IV ANALISIS KASUS
Analisis Diagnosis
Pada kasus ini ditegakkan diagnosis abses bartholini berdasarkan: 1.
Anaamnesis Dari hasil anamnesis didapatkan gejala berupa benjolan sebesar telur ayam di bibir vagina sebelah kiri yang terasa panas dan nyeri saat duduk maupun berhubungan.
2.
Pemeriksaan Fisik a. Vital sign Tensi
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Respiratory Rate
: 20 x/menit
Suhu
: 38,5 0C
b. Inspeksi Tampak benjolan dilabia mayor sinistra ukuran 5x2x2 cm berwarna kemerahan. c. Pemeriksaan Dalam Vulva / uretra tenang, Labia mayor sinistra ada benjolan dengan ukuran 5x2x2, NT (+) , kistik, mobile. Dinding vagina dalam batas normal, portio licin, OUE tertutup, Darah (-) discharge (-). Analisis Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan berupa injeksi metronidazol dan injeksi ceftriaxone untuk mengatasi infeksi yang terjadi , kemudian dilakukan insisi dan drainase untuk mengeluarkan pus.
DAFTAR PUSTAKA