“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
“A TIME Concept Approach”
Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
”A TIME CONCEPT APPROACH” PARADIGMA TERKINI DALAM PERAWATAN LUKA Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN
A. PEND PENDAH AHUL ULUA UAN N
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kurun waktu dua dekade terakhir sangat pesat, namun sangat tidak sebanding dengan aplikasi di Indonesia yang masih jauh tertinggal. Ketika praktisi di Eropa dan Amerika telah menggunakan modern dressing kita masih menggunakan tradisional dressing. Luka merupakan kerusakan integritas kulit baik superficial, partial, atau full thickness dan dapat bersifat akut ataupun kronis. Sepanjang manusia masih memiliki sistem integument, selama itu pula tubuh beresiko untuk mengalami luka. Perawatan luka bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi jaringan yang menunjang proses penyembuhan luka. Mengingat luka merupakan masalah yang kompleks maka pendekatan dalam perawatan luka tidak lagi monopoli satu profesi akan tetapi pendekatan perawatan luka sudah bersifat multidisipliner.
B. KONSEP DASAR LUKA 1.
Type luka.
Secara garis besar luka, berdasarkan typenya, luka terdiri atas luka akut dan luka kronik. a.
Luka akut.
Luka Luka akut akut adal adalah ah luka luka yang yang dapa dapatt semb sembuh uh sesu sesuai ai deng dengan an kons konsep ep penyembuhan luka. Luka akut berlangsung secara tiba-tiba. Luka akut dapat dikategorikan; karena pembedahan (Insisi, eksisi, skin graft, dll) dan karena trauma (abrasi, laserasi, injuri, dll). b.
Luka Kronik.
Adapun luka kronik yaitu luka yang tidak dapat sembuh sesuai dengan konsep penyembuhan penyembuhan luka dan sembuh sembuh disertai disertai dengan adanya komplikasi. komplikasi.
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
Luka kronik terjadi terjadi secara perlahan. perlahan. Contoh luka kronik seperti; seperti; decubitus, decubitus, luka diabetic, venous ulcer, dll.
2.
Pros Proses es Peny Penyem embu buha han n a.
Fase Fase Infl Inflam amas asii (0(0-3 3 har hari) i)..
Fase Fase inflam inflamasi asi dimula dimulaii sesaat sesaat setela setelah h luka luka terjad terjadi. i. Tujuan Tujuan dari dari fase fase ini adalah adalah menghe menghenti ntikan kan perdar perdaraha ahan n dan member membersih sihkan kan luka luka baik baik itu dari dari mikroorganisme maupun dari jaringan yang mati (debris). b.
Fase Fase Prol Prolif ifer eras asii (3(3-24 24 hari hari). ).
Tujuan dari fase ini adalah pembentukan jaringan granulasi untuk menutupi defek yang hilang dan pembentukan pembuluh darah baru melalui proses angiogenesis. c.
Fase Fase Matur aturas asii (24 (24-1 -1 tahu tahun) n)..
Merupakan proses pematangan, utamanya jaringan fibrin yang diproduksi oleh kolagen. Tujuan akhir dari fase ini adalah meningkatkan kekuatan jaringan parut yang terbentuk. Selama fase ini luka masih beresiko cedera terutama oleh tarikan dan tekanan.
3.
Mode Pen Penyembu embuha han n.
Berdasarkan type penyembuhan, maka ada 3 modalitas penyembuha luka yaitu: a.
Prim Primar ary y Inte Intent ntio ion n He Heal alin ing. g.
Primary Intention Healing adalah modalitas penyembuhan luka dimana luka dapat sembuh hanya dengan mempertemukan kembali kedua tepi luka. Tepi luka dapat direkatkan kembali dengan menggunakan plester, jahitan, klip, dll. b.
Delayed Primary Intention Healing.
Dealyed Primary Intention Healing terjadi apabila ada faktor-faktor yang menghambat proses penyembuhan luka, seperti: adanya benda asing atau adanya infeksi pada luka.
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
c.
Secondary Intention Healing.
Seconda Secondary ry Intent Intention ion Healin Healing g adalah adalah proses proses penyemb penyembuhan uhan yang yang harus harus melalui tahapan inflamasi, granulasi dan epitelisasi.
C. KONSEP ‘TIME’ DALAM PERAWATAN LUKA Konsep ‘moisture ‘moisture balance’ balance’ dalam penyembuhan penyembuhan luka pertama pertama kali diperkenalkan diperkenalkan oleh George Winter (1962). Schultz, et al (2003) al (2003) menyimpulkan bahwa keuntungan lingkungan yang lembab lembab bagi penyembuhan luka adalah sebagai berikut: berikut: 1.
Memb Memban antu tu migr migras asii epi epite tel. l.
2.
Mend Menduk ukung ung pH dan dan kadar kadar oksi oksige gen. n.
3.
Memp Memper erta tahan hanka kan n gradie gradient nt elekt elektro roli lit. t.
4.
Meng Mengik ikat at eks eksud udat at pad padaa perm permuka ukaan an luka luka..
Teori Wound Bed Preparation (WBP) merupakan sebuah konsep pendekatan yang bersifat bersifat dinamis dinamis dalam perawatan perawatan luka. Konsep ini diperkenal diperkenalkan kan
oleh Falanga Falanga
(2004) ke dalam sebuah kerangka kerja yang disebut TIME. Inti dari konsep ini adalah persiapan untuk penyembuhan secara optimal.
T I M E
= = = =
Tiss Tissue ue Manag anagem emen ent. t. Infl Inflam ammat matio ion n and and Infe Infect ctio ion n Cont Contro roll Moisture balance Ephi Ephite teli lial al (edg (edge) e) advan advance ceme ment nt
1. Tissu Tissue e Manageme Management. nt. Pada dasarnya secara klinis, penampilan luka memberikan gambaran terhadap tahapan proses penyembuhan luka. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Necroti otik (Hitam). am).
Luka Luka necrot necrotic ic merupa merupakan kan fase fase tenang tenang dari dari luka, luka, namun namun luka luka nekroti nekrotik k menjadi suatu masalah bukan hanya karena jaringannya sudah mati dan irreversible akan tetapi karena:
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
1)
Jaringan necrotic sebagai “devitalized tissue” merupakan lingk lingkun ungan gan yang yang coco cocok k untu untuk k pertu pertumb mbuh uhan an dan dan perk perkem emban banga gan n mikroorganisme pada luka.
2) Jaringan Jaringan necrotic necrotic menyebabkan menyebabkan bantalan bantalan luka luka sulit sulit untuk dilihat. dilihat. Oleh karena itu perlu dilakukan dilakukan tindakan tindakan debridement debridement (necrotomy). (necrotomy). Ada beberapa jenis tindakan debridement yaitu: 1)
Cons Conser ervat vatic icee Surgi Surgica call Wound Wound Debri Debridem demen entt (CSWD (CSWD). ). Merupakan tindakan pembedahan konservatif dibawah anastesi untuk mengangkat jaringan necrotic.
2)
Autoly Autolytic tic Debrid Debrideme ement, nt, cont contohn ohnya, ya, deng dengan an mengg menggunak unakan an Hydro Hydrogel gel..
3)
Mech Mechan anic ical al Debr Debrid idem emen ent, t, cont contoh ohny nya, a, deng dengan an meng menggu guna naka kan n kasa kasa basah-kering (wet to dry gauze).
4)
Enzy Enzyma mati ticc Debr Debrid idem emen ent, t, contohn contohnya ya,, denga dengan n meng menggun gunak akan an enzy enzyme me papain urea, kolagenase, dll.
5)
Biosurgic gical
Debridement,
conto ntohnya nya
denga ngan
menggun gunakan
Maggot/Larva/Belatung. Adapun indikasi untuk menghentikan tindakan debridement yaitu: 1) Luka Luka berd berdar arah ah.. 2) Pasi Pasien en meng mengel eluh uh nyer nyeri. i. 3) Bantal Bantalan an luka luka telah telah terl terliha ihat. t.
b.
Slough (K (Kuning).
Slough Slough merupakan merupakan tahapan kedua dari proses proses penyembuhan penyembuhan luka. Tahapan Tahapan ini dikenal sebagai fase kritis dalam penyembuhan luka. Slough cenderung untuk menghasilkan eksudat yang banyak dan bau yang tidak sedap. Dalam Dalam mengga mengganti nti baluta balutan, n, hendakn hendaknya ya kita kita bisa bisa membaca membaca eksudat eksudat pada balut balutan an lama. lama. Warna, Warna, Volume Volume,, konsis konsisten tensi si dan bau eksuda eksudatt merupa merupakan kan tanda baca yang perlu kita perhatikan.
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
Untuk mengevaluasi warna kita dapat mengkategorikan atas: 1) Jernih
= serous.
2) Merah
= Haemorrhagic.
3) Gelap
= Hemopurulent.
4) Kunig
= Purulent.
Untuk mengevaluasi volume kita dapat mengkategorikan atas: 1) High, High, balu balutan tan bocor/m bocor/mere erembe mbes. s. 2) Medium Medium,, eksudat eksudat memb membasa asahi hi baluta balutan. n. 3) Low, Low, eksudat eksudat tidak tidak memba membasah sahii balutan balutan.. Untuk mengevaluasi bau eksudat kita dapat menggunakan TELER scale:
Skor 5 4 3 2 1 0
Makna
: : : : : :
Tidak ada bau Bau tercium pada saat balutan dibuka Bau tercium walaupun balutan belum dibuka. Bau tercium dari jarak satu lengan dari pasien. Bau tercium di dalam kamar Bau tercium di luar kamar.
Untuk mengevaluasi konsistens i kita dapat mengkategorikan atas: 1) Kent Kental al dan dan len lengk gket et.. 2) Ence Encerr dan dan cair cair..
c.
Granula ulasi (Merah).
Ciri khas dari jaringan granulasi adalah mudah berdarah, sehingga dalam melepaskan balutan yang lama kita perlu untuk hati-hati. Perdarahan yang terjadi apabila bersifat minor dapat dibalut tekan. Balutan yang cocok untuk tahapan ini adalah Calcium Alginate yang memiliki efek homostatis dan tidak melengket pada bantalan luka. Perlu untuk diwaspadai jangan sampai balutan terlalu lembab sebab dapat menimbulkan hipergranulasi yang dapat menghambat kemajuan tepi luka. Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
d.
Epite itelis lisasi asi (Pi (Pink). k).
Epitelisasi merupakan tahap akhir dari proses panjang penyembuhan yang dapat berlangsung hingga 2 tahun. Pada tahapan ini telah terjadi maturasi, namun kekuatannya hanya mencapai 80 % bila dibandingkan dengan kulit yang sehat. Pada saat luka memasuki tahapan epitelisasi maka tujuan perawatan adalah “meli “melindun ndungi gi jaring jaringan an epitel epitel dari dari cedera cedera atau atau trauma trauma”. ”. Menging Mengingat at luka luka epitelisasi sangat mudah untuk cedera (fragile) maka seminimal mungkin untuk menghindari manipulasi pada luka, seperti tidak mengganti balutan setiap hari. Contoh balutan yang tepat digunakan yaitu “Hydrofilm”.
2. Inflamma Inflammation tion and Infecti Infection on Control. Control. Inflamasi merupakan tahap pertama dari proses penyembuhan luka, inflamasi dibutuhkan dalam penyembuhan luka yang berlangsung hingga 5 hari setelah onset luka. Oleh karena itu adalah tidak tepat bila pasien diberikan obat anti inflamasi selama fase ini belum berakhir. Inflamasi memungkinakan tubuh untuk mengisolasi luka dari jaringan yang sehat dan melakukan fagositosis terhadap mikroorgani mikroorganisme sme yang ada. Apabila proses proses inflamasi inflamasi memanjang (tidak berhenti berhenti di hari ke tiga) maka ini merupakan tanda bahwa luka akan pindah status dari akut menjadi kronik. Bukti telah menunjukkan bahwa apabila pada luka terdapat bakteri 10 juta per gram jaringan maka akan menggangu proses penyembuhan. Koloni bakteri dapat membentuk biofilm berupa mantel polysacarida yang mengakibatkan resistensi 1000 x lipat dibandingkan resistensi terhadap antibiotic. Berdasarkan consensus internasional yang dikeluarkan oleh World Council Of Enterostomal Therapy (WCET), maka kita harus selalu berasumsi bahwa “Luka selalu mengandung bakteri, walaupun tanpa disertai efek yang merugikan”. Keberadaan bakteri pada luka mungkin akan mengakibatkan hal-hal berikut:
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
a.
Kont Kontam amin inas asii (jum (jumla lah h bakt bakter erii tidak tidak mening meningkat kat dan belum belum meni menimb mbul ulka kan n masalah klinis).
b. b.
Kolo Koloni nisa sasi si (bak (bakte teri ri
berk berkem emba bang ng biak, biak, namu namun n belu belum m menim menimbu bulk lkan an
kerusakan jaringan). c.
Infe Infeks ksii Lokal Lokal (Bakt (Bakter erii berk berkem emba bang ng biak biak,, peny penyem embuh buhan an tergan terganggu ggu,, dan dan terjadi kerusakan jaringan luka).
d.
Perluasa asan Inf Infeksi ksi. Bakteri menimbulkan masalah pada jaringan sekitar luka.
e.
Infeks Infeksii siste sistemi mik k (Bakte (Bakteri ri meni menimbu mbulka lkan n infeks infeksii siste sistemik mik). ).
Kontaminasi
Kolonisasi
Infeksi L ok okal
Butuh Kewaspadaan
Perluasan
Infeksi
Infeksi
Sistemik
Butuh Intervensi
Ketika luka sudah masuk ke status infeksi maka perlu diingat bahwa infeksi terjadi dengan rumus sebagai berikut:
Infeksi
=
dosis x virulensi Host resistance
Berdasarkan rumus tersebut diatas, maka pendekatan perawatan luka terinfeksi dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Menurunkan
dosis
atau
jumlah
bakteri
dengan
cara;
melakukan
debridement, irigasi, penggunaan antiseptic, topical terapi dll. b. b.
Viru Virule lens nsii dapat dapat dikenda dikendali likan kan dengan dengan mencip mencipta taka kan n ling lingkun kunga gan n yang yang tidak tidak kondusif bagi pertumbuhan bakteri.
c.
Host Host resi resist stan ance ce diti diting ngka katk tkan an deng dengan an meni mening ngka katk tkan an daya daya taha tahan n tubu tubuh h melalu melaluii pemenuh pemenuhan an nutris nutrisii yang yang adekuat adekuat,, mengel mengelimi iminas nasii factor factor-fa -fakto ktor r psikologis yang dapat menggangu proses penyembuhan luka, dll.
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
3. Moist Moisture ure Balan Balance. ce. Hasil penelitian membuktikan bahwa mempertahankan luka dalam suasana yang lembab lembab akan mempercepat mempercepat epitelisa epitelisasi. si. Sebagai Sebagai akibat dari infeksi infeksi atau inflamasi maka maka luka luka akan akan menghas menghasilk ilkan an lebih lebih banyak banyak exudat. exudat. Hal ini beresiko beresiko untuk untuk menimbulkan 3 masalah: a.
Resiko maserasi pada tepi luka.
b.
Resiko luka kering.
c.
Resi esiko hambatan dal dalam pen penyembuhan. Oleh Oleh karena karena itu tujuan tujuan dari dari prinsi prinsip p “Moist “Moisture ure Balance Balance”” yaitu yaitu mengabs mengabsorb orbsi si kelebi kelebihan han exudat exudat atau atau member memberika ikan n kelemb kelembaba aban n pada luka luka yang yang kering kering.. Ada beberapa tekhnik untuk mempertahankan kelembaban yaitu: a. Bila luka berongga, berongga, diisi diisi.. (contoh, (contoh, gunakan foam cavity) cavity) b. Bila luka basah, diserap. diserap. (contoh, (contoh, gunakan hydrocelul hydrocelulosa) osa) c. Bila luka kering, kering, dilembab dilembabkan. kan. (contoh (contoh,, gunakan gunakan hydrocloid) hydrocloid).. d. Bila luka kotor, bersihkan. bersihkan. (contoh, (contoh, irigas irigasii luka) luka)
4. Epitheli Epithelial al Edge (advanc (advancement ement). ). Tepi luka merupakan merupakan aspek yang paling sering diabaikan dalam perawatan perawatan luka, padahal tepi luka merupakan pemisah antara luka dan kulit yang sehat yang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang kemajuan atau kemunduran proses penyembuhan. Tepi luka sebaiknya kita lihat dari berbagai sudut, dari atas luka, sejajar dengan luka, dan dari bawah luka. Masalah-masalah umum yang sering muncul pada tepi luka antara lain: a. Mase Masera rasi si,, seba sebaga gaii akib akibat at keleb kelebih ihan an exuda exudate tess yang yang meng mengko kont ntam amin inas asii kuli kulitt yang sehat. b. Hypergranul Hypergranulasi, asi, sebagai sebagai akibat akibat luka luka yang yang terlal terlalu u lembab. lembab. c. Callus, Callus, sebagai sebagai akibat tekanan tekanan yang berlebihan berlebihan pada pada tepi tepi luka. luka. d. Edema, Edema, sebaga sebagaii akib akibat at hambat hambatan an venous return. e. Scab format formation, ion, sebagai sebagai akibat panjangnya panjangnya proses proses proliferas proliferasi. i. Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
D. LUKA LUKA YANG YANG SULIT SULIT SEMB SEMBUH. UH.
Luka Luka yang yang sulit sulit sembuh sembuh atau atau hard hard to heal heal wounds wounds merupak merupakan an luka luka yang yang tidak tidak mengal mengalami ami kemaju kemajuan an walaupu walaupun n telah telah dilakuk dilakukan an pendeka pendekatan tan berdas berdasark arkan an standa standar r terapi. Pada dasarnya ada 4 faktor penyebab luka sulit sembuh, yaitu: 1. Faktor Faktor pasien. pasien. Contoh Contohnya nya;; Pathol Pathology ogy,, usia, usia, alergi alergi,, pengoba pengobatan tan,, psikos psikososi osial, al, dan nyeri. 2. Fakt Faktor or luka luka Cont Contoh ohny nya: a: duras durasi, i, ukur ukuran an,, kondi kondisi si bant bantal alan an luka luka,, isch ischem emic ic,, infeksi, lokasi, dan respon terhadap perawatan. 3. Faktor Faktor penget pengetahua ahuan n dan keteram keterampil pilan an petugas petugas.. Contohnya: Penentuan diagnosa, penetapan tindakan, pemberian intervensi. 4. Faktor Faktor sumber sumber daya daya dan dan pera perawat watan an Cont Contoh ohny nya: a:
Sist Sistem em
pela pelaya yana nan n
keseha kesehata tan, n,
avai availa labi bili lity ty
(ket (keter erse sedi diaa aan) n),,
suitability (kesesuaian), effectiveness (efektifitas), dan cost (biaya). Key Points;
Kecemasan, depresi, isolasi social, keterbatasan ekonomi, dan
!
nyeri merupakan factor-faktor psikososial yang berhubungan dengan tertundanya proses penyembuhan luka
E. KE KESI SIM MPULA PULAN N
Wound care expert telah menetapkan bahwa prinsip perawatan luka terkini adalah “moisture balance” artinya apabila luka itu kering maka perlu untuk dilembabkan begit begitu u juga juga sebali sebalikny knyaa apabil apabilaa luka luka itu itu basah. basah. Dalam Dalam perawat perawatan an luka luka tugas tugas kita kita sebagai sebagai perawat perawat hanya menciptakan menciptakan lingkungan lingkungan yang kondusif kondusif untuk mendukung proses penyembuhan. Untuk dapat memberikan lingkungan yang kondusif maka kita harus mampu untuk mengetahui bahwa luka ini sudah berada di fase/tahapan apa dan apa yang paling dibutuhkan oleh luka itu pada setiap fasenya. Masala Masalah-m h-masa asalah lah pada pada luka luka sepert sepertii bau, eksuda eksudat, t, nyeri, nyeri, edema, edema, dll merupak merupakan an “bahasa’ luka kepada kita untuk melaporkan masalahnya dan mengajak kita untuk mengambil keputusan. Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
Apapun keputusan yang anda ambil dalam perawatan luka adalah legal sepanjang itu didasa didasarka rkan n pada evidenc evidencee base. base. Tanpa Tanpa evidenc evidencee base base ucapan ucapan kita kita hanya hanya sebuah sebuah perdebatan dan intervensi kita akan berujung pada malpraktek.
REFERENSI
1. Falanga. In:European wound Management Association (EWMA). Position Document: Wound Bed Praparation in Practice. London:MEP Ltd 2004. 2.
Members Of Of Expert Working Group. Group. Principles Principles of best practice. practice. Wound Wound Infection Infection in Clinical Practice: an international consensus. WCET Journal 2008;28 (4):5-14
3. A World Union Of wound Healing Socities Initiative. Principles of best practice. Minimising pain at dressing-related dressing-related procedure: Implementation of pain relieving strategies. WCET Journal 2009;28 (1):25-36
4. Carville. Wound Care Manual 3rd ed.St. Osborne Park: Silver Chain Foundation;1998. 5. Kathryn Vowden, Peter Vowden. Wound Bed Preparation. [online] 2002.[cited 2008 Dec 11]; Available from URL: http://www.worldwidewoun http://www.wo rldwidewounds.com/wo ds.com/woundbedp undbedp reparation.html reparatio n.html
6. Saldy. Manajemen Luka: Time approach. [online 2009]. [Cited 2009 Mei 9]; Available from URL: http://www.saldyusuf.blogspot.com.
7. Saldy. Manajemen Pengkajian Luka. Seminar Nasional Keperawatan Luka. Makassar (2009). 8.
Saldy. Saldy. Konsep Konsep Dasar Dasar Luka. Luka. Worksh Workshop op Perawat Perawatan an Luka. Luka. Majene Majene (2009). (2009).
9.
Suriadi. Suriadi. Manaje Manajemen men Luka. Luka. Penerbit Penerbit STIKEP STIKEP Muhamma Muhammadiya diyah h Pontianak Pontianak (2007). (2007).
TENTANG PENULIS Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar
“A Time Concept Approach” Paradigma Terkini Dalam Perawatan Luka
Saldy Yusuf, S.Kep.Ns.ETN. lahir di Makassar 26 Oktober 1978. Pendidikan
Kepe Kepera raw watan atan di mula mulaii di Akp Akper Depke epkess Tidun idung g Maka Makasssar sar (200 (2000 0), S 1 Kepe Kepera rawa wata tan n PSIK PSIK-F -FK K UNHA UNHAS S (Tah (Tahun un 2007 2007). ). Tahu Tahun n 2008 2008 mend mendap apat atka kan n beasiswa dari World Council Of Enterostomal Therapy Nursing (WCETN) untuk mengik mengikuti uti Indone Indonesia sian n Entero Enterosto stomal mal Therap Therapy y Nursin Nursing g Educat Education ion Progr Programm ammee (IndoETNEP). Selain sebagai Khalifah di muka bumi, saat ini penulis memiliki pek peker erja jaan an samp sampin inga gan n seba sebaga gaii dose dosen n tamu tamu di bebe bebera rapa pa Perg Pergur urua uan n Ting Tinggi gi,, pembicar pembicaraa dalam dalam beberapa beberapa Seminar Nasional, Nasional, dan trainer trainer dalam dalam bidang bidang luka, luka, stoma, dan continence care. Penulis juga aktif sebagai Professional Board InOA Makassar, Pengurus InETNA, dan anggota WCETN. Korespondensi:
e-mail
:
[email protected]
weblog
:www.saldyusuf.blogpost.com
Saldy Yusuf, S.Kep,Ns.ETN Enterostomal Therapy Nurse Klinik GRIYA AFIAT Makassar