MAKALAH PROTISTA MIRIP HEWAN FILUM ACETOSPORA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Tugas Mata Protista Yang dibina oleh : oleh : 1. Dra. Hj. Susilowati, M.S. 2. Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si., M.Si
Disusun oleh KELOMPOK 3 OFFERING A PENDIDIKAN BIOLOGI 2016 1.
Anisah Suroya B.
(160341606079) (160341606079)
2.
Desi Indah Sari
(160341606016) (160341606016)
3.
Dinda Tiara Sukma
(160341606013) (160341606013)
4.
Firdaus
(160341606021)
5. Nur Aini
(160341606069) (160341606069)
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG Januari, 2017
BAB I PENDAHULUAN
Protozoa merupakan protista mirip hewan yang bersifat eukariotik. Protozoa hidup di air atau di tempat yang basah yang mendekati lembab. Mereka umumnya hidup bebas danterdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. z ooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit at au di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Dan ada juga protozoa lain yang membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa protozoa dapat hidup pada lingkung ananaerobik misalnya pada saluran pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik, dan untuk menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis. Protozoa yang hidup di lingkungan air, maka oksideng dan air ma upun molekul-molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis. Tetesan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh kemudian masuk ke dalam membrane yang berikatan berikata n denga vakuola. Vakuola kecil terbentuk, kemudian dibawa ke bagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam vakuola dipindahkan ke sitoplasma. Partikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim ke dalam vakuola makanan tersebut untuk mencernakan makanan, kemudian vakuola membesar kembali. Hasil pencernaan makanan didispersikan ke dalam sitoplasma secara pinositosis, dan sisa yang tidak tercerna dikeluarkan dari sel. Cara inilah yang digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok Ciliata, ada organ mirip mulut di permukaan sel yang disebut
sitosom. Sitosom dapat digunakan menangkap makanan dengan dibantu silia. Setelah makanan masuk ke dalam vakuola makanan kemudian dicernakan, sisanya dikeluarkan dari sel melalui sitopig yang terletak disamping sitosom. Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberapa jenis protozoa seperti Foraminifera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si dan Ca. Beberapa protozoa seperti Difflugia, dapat mengikat partikel mineral untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan Heliozoan dapat menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam bentuk fosil. Kerangka luar Foraminifera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif. Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah protozoa dikelompokkan ke dalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara amoeboid dikelompokkan ke dalam Sarcodina, yang bergerak dengan flagela dimasukkan ke dalam Mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan ke dalam Ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan maupun manusia dikelompokkan ke dalam Sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh Commitee on Systematics and Evolution of the Society ofProtozoologist,
mengklasifikasikan
protozoa
menjadi
7
kelas
baru,
yaitu
Sarcomastigophora,Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Labyrinthomorpha. Padaklasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora digabung menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadilima kelas.
BAB II ISI PROTOZOA
Gb. Protozoa Secara umum, dapat dijelaskan bahwa protozoa berasal dari bahasa Yunani, bahasa Yunani, yaitu yaitu protos
artinya
pertama
dan
zoon
artinya
hewan.
Jadi,
protozoa
adalah
hewan
pertama.Protozoa merupakan kelompok lain protistaeukariotik. protistaeukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa
ilmuwan
memasukkannya
ke
dalam
filum
protozoa.
Contohnya
strainmutanalgaegenu strainmutanalgaegenusChlamydomonas sChlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. genus Polytoma. Hal Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah. Protozoa merupakan organisme uniseluler atau organisme bersel satu yang mana seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Protozoa ada yang hidup secara bebas, komensalisme/mutualisme dan ada pula yang hidup secara parasit. Organisme parasit merupakan organisme yang hidupnya selalu merugikan organisme yang ditempatinya (Sofa, 2008).
Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan dan salah satunya adalah Leishmania donovani yang merupakan penyebab leishmaniasis visceral (penyakit kala-azar) (Sofa, 2008).
KARAKTERISTIK
1.
Eukariot, uniseluler
2.
Tidak memiliki dinding sel
3.
Heterotrof
4.
Mikroskopis
5.
Alat gerak : Flagella, Cilia, Pseudopodia
6.
Struktur tubuh : membrane sel, sitoplasma, mitokondria, robosom, lisosom, nucleus, vakuola berdenyut (kontraktil), vakuola makanan, kloroplas (han ya dimiliki oleh Flagellata)
a. b. c.
Membrane sel sebagai pelindung, pengatur pertukaran makanan & gas. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan. Vakuola kontraktil berfungsi mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair, dan mengatur kadar air sel.
d.
Inti sel mengatur aktivitas sel.
7.
Soliter atau berkoloni.
8.
Sebagian besar habitatnya di air tawar atau ata u laut yang kaya dengan zat organik.
9.
Reproduksi asexual : pembelahan biner.
10. Reproduksi sexual : penyatuan 2 gamet yg berbeda, atau dengan penyatuan 2 inti sel vegetatif. 11. Aktivitas makan dilakukan dengan cara fagositosis (memangsa bakteri, proti sta lain maupun sampah organisme) dan pinositosis (meminum cairan atau nutrisi terlarut) 12. Sebagian besar protozoa bersifat parasit dan memiliki dua bentuk 13. Dalam keadaan yang sesuai bentuknya adalah Tropozoit, Menghasilkan kista yg diselubungi kapsul polisakarida jika lingkungan li ngkungan tidak menguntungkan. menguntungkan. 14. Beberapa protozoa dikelompokkan sama dengan algae, atau fungi. Misalnya Euglena, slime molds.
KLASIFIKASI
Hewan Protozoa diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasar alat geraknya, yaitu:
Gb. Protozoa berdasarkan alat geraknya 1. Sarcodina/Rhizopoda (bergerak secara amoeboid) : Entamoeba : Entamoeba histolytica 2. Mastigophora/Flagellata
(ada
flagela)
:
Trypanosoma
brucei
var.gambiense,
Trichomonas vaginalis 3. Ciliata (ada cilia) : Balantidium : Balantidium coli 4. Sporozoa (tidak ada bentuk dewasanya) : Plasmodium, : Plasmodium, Toxoplasma
Klasifikasi berdasarkan struktur sel di bawah elektron mikroskop, yaitu: 1. Phylum : Sarcomastigophora : Trypanosoma a. Sub-phylum Mastigophora b. Sub-pyhlum Opalinata c. Sub-pyhlum Sarcodina 2. Phylum : Labyrinthomorpha : Labyrinthula 3. Phylum : Apicomplexa: Toxoplasma 4. Phylum : Myxozoa : Ceratomyxa 5. Phylum : Microspora :Encephalitozoon 6. Phylum : Ascetospora : Marteilia 7. Phylum : Ciliophora : Balantidium
ACETOSPORA
Gb. Acetospora Filum dari organisme intraseluler protozoa yang parasit di Turbellaria, annelida, moluska, dan krustasea. Mereka termasuk dua kelas (Haplosporea dan Paramyxea) dan tidak memiliki kapsul polar atau filamen polar. Sporoplasma meninggalkan kapsul melalui pori pori setelah meledak dari cangkang. Genera: misalnya, Haplosporidium, Marteilia, Marteilia, Bonamia. Acetospora adalah kelompok eukariota yang parasit dari hewan, terutama invertebrata laut. Ada dua kelompok acetospora yaitu haplosporid dan paramyxid, yang tidak terlalu mirip secara morfologis tetapi konsisten bersama-sama di pohon molekul, yang menempatkan mereka di dekat pangkal Cercozoa. Keduanya menghasilkan spora tanpa struktur kompleks yang ditemukan dalam kelompok yang sama (seperti filamen polar atau tubulus). Spora haplosporid memiliki inti tunggal dan pembukaan di salah satu ujung, ditutupi dengan diafragma internal atau tutup berengsel yang khas. Setelah muncul, berkembang dalam sel inangnya, biasanya moluska laut atau annelida, meskipun beberapa menginfeksi kelompok lain atau spesies air tawar. Sel trofik umumnya multinukleat. Paramyxid berkembang dalam sistem pencernaan invertebrata laut dan menjadi pemula internal untuk menghasilkan spora multiseluler. Sebuah studi pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa spesies Haplosporidium membentuk kelompok paraphyletic dan bahwa taksonomi dari haplosporidians perlu revisi menyeluruh.
KARAKTERISTIK
1. Parasit pada inveterbrata dan sedikit vertebrata. 2. Spora multisel, tanpa kapul atau filamen. 3. Seluruh spesiesnya adalah parasit. 4. Contoh : Marteilia, Haplosporodium, genera Paramyxa, Paramyxa , Minchinia, Minchinia, Urosporidium, Urosporidium, Bonamia, Bonamia, Paramarteilia, Paramarteilia, Claustrosporidium, Claustrosporidium, Microcytos. Microcytos.
MARTEILIA
Marteilia Marteilia adalah genus dari Rhizaria. Marteilia refringens adalah refringens adalah protozoa yang bersifat parasit dari kelompok Paramyxea. Marteilia refringens menginfeksi sistem pencernaan beberapa spesies kerang dan menyebabkan gangguan fisiologis dan sampai menyebabkan kematian bagi hewan yang terkena infeksinya. Marteilia refringens adalah parasit bersel satu yang bersifat endoparasit yang mempengaruhi sistem pencernaan dari tiram datar, Ostrea edulis. Spesies lain yang dapat terinfeksi diantaranya :tiram lumpur Australia (O. angasi), tiram Argentina (O. puelchana), tiram datar Chili (O. chilensis), kerang biru (Mytilus edulis) dan kerang Mediterania (M. galloprovincialis). Tahap awal siklus hidup terjadi pada epitel dari saluran-saluran pencernaan dan bisa saja dari insang inang. Kemudian parasit berpindah ke sel epitel tubulus pencernaan. Mungkin tidak ada gejala infeksi. Faktor pemicu respon patogen tidak jelas, tetapi mungkin berhubungan dengan stres lingkungan.Tanda-tanda terkena marteiliosis yaitu pada jaringan visceral kehilangan pigmentasi dan menjadi berwarna kuning pucat. Dalam beberapa kasus mantel menjadi tembus pandang dan pertumbuhan cangkang mungkin berhenti. Kerang yang terkena bisa menjadi kurus dan pada jaringan infeksi berat terlihat menyusut dan berlendir. Kematian diakibatkan karena sporulasi parasit. Parasit ini pertama kali diamati di Perancis pada tahun 1979 dan dan sejak itu menyebar ke negara lain di Eropa. Infeksi Marteilia Infeksi Marteilia refringens r efringens (Marteiliosis) (Marteiliosis) adalah penyakit mematikan bagi tiram. Kematian terjadi selama tahun kedua setelah infeksi awal. Gejala klinis pada tiram yang terinfeksi adalah kerang terlihat kurus, tingginya tingkat kematian, dan terhentinya pertumbuhan cangkang tiram. Sebagai tanda-tanda kotor, kita biasanya dapat mengamati perubahan warna dari kelenjar pencernaan. Di Eropa, E ropa, penyakit pen yakit ini umumnya dikenal sebagai s ebagai penyakit Aber, penyakit kelenjar pencernaan dari tiram Eropa, atau marteiliosis. Tahapan yang berbeda dari parasit dapat diamati dalam tiram dan kerang yang terinfeksi. Plasmodia muda terutama ditemukan dalam epitel dari palps labial dan perut.Sporulasi terjadi di kelenjar tubulus pencernaan. Propagul yang dilepaskan ke dalam
lumen saluran pencernaan dan membuang ke lingkungan dalam bentuk feses.Mereka dapat bertahan dari beberapa hari sampai 2-3 minggu tergantung pada pada kondisi lingkungan. lingkungan.
Histopatologi
Marteilia refringens menginfeksi jaringan pencernaan tiram dan membentuk spora matang dalam epitel tubulus pencernaan. Tahap-tahap awal terjadi pada epitel dari saluransaluran pencernaan dan mungkin insang. Rincian jaringan kelenjar pencernaan terjadi ketika spora parasit dilepaskan. Karena infiltrasi hemosit, juga terjadi pada berbagai tingkat infeksi dalam tiram yang terinfeksi. Lintas-bagian dari kelenjar pencernaan menunjukkan parasit pada sel s el epitel saluran pencernaan dan sel-sel epitel tubulus pencernaan. Kejadian yang unik dari pembelahan internal untuk menghasilkan sel dalam sel selama sporulasi membedakan Marteilia spp. dari semua protista lain.
Siklus Hidup
Siklus hidup Marteilia hidup Marteilia refringens adalah tidak langsung dan mungkin termasuk Paracartia grani, paling tidak dalam sistem budidaya.Spesies lainnya, termasuk cyclopoida Oithona sp. dan spesies harpaticoida, telah terdeteksi oleh polymerase chain reaction (PCR) di muara alam di Delta Ebro (Spanyol), tetapi tujuan dari siklus hidup marteilia belum terbukti secara ilmiah.
HAPLOSPORODIUM HAPLOSPORODIUM SP
Haplosporodium sp bersifat sp bersifat parasite obligat dan merupakan patogen dalam tiram. Salah satu spesiesnya yakni adalah Haplosporodium nelsoni. Parasit ini menyebabkan penyakit MSX (multinucleate sphere X) pada Crassostrea virginica dan Crassostrea gigas. Infeksi oleh H. nelsoni berlangsung antara pertengahan Mei dan akhir Oktober. Kematian dari infeksi baru terjadi sepanjang musim panas dan puncaknya pada bulan Juli/Agustus. MSX pertama kali terdeteksi te rdeteksi dua dekade lalu di Sungai Damariscotta, jantung ja ntung industri tiram Maine. Tahap plasmodium H. nelsoni terjadi interseluler dalam jaringan ikat dan epitel. Spora H. nelsoni terjadi secara eksklusif di epitel tubulus pencernaan. Sporulasi H. Nelsoni langka menginfeksi tiram dewasa, tetapi sering ditemukan pada tiram remaja yang terinfeksi. MSX tidak berbahaya bagi manusia, dan dapat hadir dalam jumlah kecil tanpa menyakiti tiram. Prevalensi H. nelsoni bervariasi tergantung salinitas, tetapi prevalensi sebesar 5090% tidak jarang ditemukan pada salinitas diatas 15 ppt. Infeksi biasanya fatal. Kematian terjadi dalam 1-3 bulan setelah infeksi. Tanda-tanda inang yang terinfeksi parasit ini adalah kelenjar pencernaan pucat, tampak kurus, dan tidak ada pertumbuhan cangkang baru. Siklus
hidupnya tidak diketahui tetapi kemungkinan menggunakan inang antara dalam daur hidupnya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Protozoa adalah hewan pertama.Protozoa merupakan kelompok lain protistaeukariotik. lain protistaeukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis je nis hidupsebagai parasit pada binatang dan manusia. Sesuai dengan klasifikasi Protozoa termasukProtista yang menyerupai hewan. Kelompok ini mulanya “dibentuk” untukmenge lompokan organisme yang bukan tumbuhan dan bukan hewan. Itulah sebabnyaProtozoa disebut organisme seperti hewan Acetospora merupakan protozoa dengan spora multiseluler dan satu atau lebih sporoplasma, tanpa kapsul polar atau filamen polar. Keseluruhan anggotanya bersifat parasit. Anggota filum Acetospora bersifat parasite obligat ekstraseluler, dengan ciri yang yang kehilangan sumbat dikutub atau filamen. Contoh dari filum ini adalah Marteilia refringens dan Haplosporodium dan Haplosporodium sp.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan ajar Protista Mirip Hewan, Sofia Ery Er y Rahayu, 2014
Ruggiero, MA. 2015. Research article : a Higher Level Classificat ion of All Living Organism. Jurnal: journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journ Jurnal: journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0119248 al.pone.0119248 diakses pada tanggal 1 Februari 2017
Schwelm, Arne. 2015. Evolutionary Origins of Rhizarian Parasite. Jurnal: https://www.researchgate.net/publication/287327102_Evolutionary_Origins_of_Rhizarian_Pa rasites diakses pada tanggal 1 Februari 2017
http://taxonomicon.taxonomy.nl diakses pada tanggal 28 Januari 2017
http://link.springer.com/reference diakses pada tanggal 28 Januari 2017
https://www.nies.go.jp/chiiki1/protoz/systemat/s-protoz.htm diakses pada tanggal 29 Januari 2017
http://ir-fa.blogspot.co.id/2012/11/protozoa.html diakses pada tanggal 29 Januari 2017
http://zoologyinfosolution.blogspot.co.id/2013/03/outline-classification-of-protozoa.html diakses pada tanggal 29 Januari 2017
https://semuatentangbiologi.wordpress.com/2011/10/16/protozoa/ diakses pada tanggal 27 Januari 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa diakses pada tanggal 30 Januari 2017
https://en.wikipedia.org/wiki/Ascetosporea diakses pada tanggal 27 Januari 2017