TUGAS ORAL BIOLOGI 1
TUMBUH KEMBANG CAVUM NASI DAN CAVUM ORIS
Disusun Oleh : 1) Mayang Pamudya P.
(04111004007)
2) Regina Desi Gresiana
(04111004008)
3) Keitria Twinsananda
(04111004009)
Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
. .............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3 C. Tujuan.................................................... ......................................... ..................3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10
2
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan oromaksiofasial telah dimulai sejak janin berusia tiga minggu di dalam kandungan. Pertumbuhan dan perkembangan cavum nasi pun terbentuk setelah pertumbuhan dan perkembangan muka dan rongga mulut. Bentuk wajah tidak hanya ditentukan oleh perluasan sinus sinus paranasal, tetapi juga ditentukan oleh pertumbuhan mandibula dan maksilla untuk mempersiapkan gigi geligi. Oromaksiofasial terdiri dari rongga mulut (cavum oris), fasial (muka), frontonasalis (bibir), cavum nasi, maxilla, palatum, mandibula, lidah, kelenjar saliva dan TMJ. Pada makalah ini, kami membahas tumbuh kembang cavum nasi dan cavum oris. Dalam tahap awal perkembangan embrio, cavum nasi dan cavum oris merupakan suatu proses penonjolan pada ektoderm embrio yang disebut stomodeum. Lalu stomodeum terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian atas (nasal) dan bagian bawah (oris). Epitel cavum nasi dan cavum oris memiliki fungsi yang berbeda dimana cavum nasi untuk bernafas dan cavum oris untuk mengunyah. Cavum nasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu kanan dan kiri oleh septum nasi yang sekaligus menjadi dinding medial dari rongga hidung.
3
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses tumbuh kembang cavum nasi? 2. Bagaimana proses tumbuh kembang cavum oris?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tumbuh kembang cavum nasi dan cavum oris sejak masa janin. 2. Untuk mengetahui anomali rongga mulut.
BAB II PEMBAHASAN
TUMBUH KEMBANG CAVUM NASI DAN CAVUM ORIS
Tumbuh kembang cavum oris dimulai pada minggu ke-3 berupa stomodeum yang merupakan proses invaginasi pada lapisan ectoderm. Stomodeum disebut pula primitive oral cavity(POT). Tumbuh kembang cavum nasi di mulai pada akhir minggu ke-4 dimana terjadi proses invaginasi yaitu nasal placode sebagai dasar lekukan.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN CAVUM ORIS
Wajah (fasial) mulai dibentuk pada minggu ke 4 intra uterin. Fase embrioniknya meliputi ketiga lapisan embrional, yaitu Ektoderm, Mesoderm dan Endoderm.
4
Gambar 1: Perkembangan Embrio dengan Lapisan Primer Embrional
Sumber: Dental Assisting, Donna J. Phinney,Delmar Learning, 2000 Setelah itu, wajah akan berkembang dari ketiga lapisan tersebut. Area yang pertama adalah Proc. Frontonassal yang membentuk bagian atas wajah yaitu dahi, mata, hidung dan pilthrum. Area kedua membentuk bagian tengah disebut Proc. Maksilar membentuk pipi, bibir atas, palatum sekunder, Os. Zygomaticum, bagian Os. Tempolar, dan permukaan maksila embrio. Area ke tiga disebut Proc. Mandibulla membentuk lengkungan mandibular, bibir bawah, bagian bawah wajah, temporal area dan mandibula3.
Pertumbuhan dan perkembangan mulut dimulai dengan proses invaginasi lapisan ektoderm di bagian caudal dari processus frontonasal disebut stomodeum atau Primitive Oral Cavity (POT). Disamping itu, terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut Primitive Digestive Tract (PDT). Proses invaginasi ini merupakan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan otak depan dan pembesaran jantung. Lalu terdapat membrane tipis yang memisahkan POT dan PDT disebut membrane bucco pharyngeal, Membran tersebut pecah
5
dan akhirnya terjadi hubungan yang sempurna antara Primitive Oral Cavity dan Primitive Digestive Tract. Cavum oris memiliki fungsi biologis yaitu menyimpan, mengunyah, mencerna dan mengunyah makanan serta respirasi dan untuk bicara.
Gambar 2 : Diagram Skematik Perkembangan Bibir dan Palatum
Sumber : Jurnal “Development of Lip and Pallate” oleh Michael J. Dixon, Mary L. Marazita, Terri H. Beaty & Jeffrey C. Murray, 2011
ANOMALI RONGGA MULUT
6
Gambar 3: Anomali Rongga Mulut
Sumber : Embriologi Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1997
Gambar 4 : Anomali rongga mulut Sumber : Embriologi Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1997
7
Cleft Lip dan Cleft Pallate (bibir sumbing dan palatum)
Cleft lip dan cleft pallate adalah kelainan kongenital yang menyebabkan penurunan fungsi penelanan, pengunyahan dan bicara. Sering terjadi peningkatan prevalensi gangguan yang berhubungan dengan malformasi kongenital seperti ketidakmampuan bicara sekunder dan penurunan fungsi pendengaran yang umumnya dibagi dalam 4 kelompok : 1. Sumbing bibir 2. Sumbing palatum 3. Sumbing bibir dan palatum unilateral 4. Sumbing bibir dan palatum bilateral
Deformitas sumbing dapat bervariasi dari alur dalam kulit dan mukosa sampai meluas membelah tulang dan otot. Kombinasi sumbing bibir dan palatum merupakan deformitas sumbing yang paling sering terlihat. Sebagian besar kasus sumbing bibir dan palatum atau keduanya dapat dijelaskan dengan teori multifaktor. Teori multifaktor menyatakan bahwa gen-gen yang berisiko berinteraksi dengan yang lain dan lingkungan menyebabkan cacat pada perkembangan janin. Sumbing bibir dan palatum merupakan kegagalan bersatunya jaringan selama perkembangan6.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN CAVUM NASI
Tumbuh kembang cavum nasi bermula saat embrio berumur kurang dari 6 minggu intra uterin yang merupakan proses penonjolan pada nasal placode sebagai dasar lekukan. Pada minggu ke-6, lubang hidung semakin dalam karena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang
8
ada di sekitarnya dan karena lubang hidung menembus ke dalam mesenkim di bawahnya.4 Di ujung posterior terdapat membran oronasal yang memisahkan kedua lubang hidung dari rongga mulut primitif. Setelah itu, membran oronasal pecah. Pada minggu ke-7 atau pada hari ke 42-44, rongga hidung primitif dapat berhubungan langsung dengan rongga mulut. Batas cavum nasi dan cavum oris adalah koana primitif yang berbentuk oval dan terletak tepat di belakang palatum primer. Pada minggu ke-9, terjadi pemisahan rongga hidung tetap dan rongga mulut tetap oleh palatum primer dan sekunder. Cavum nasi baru terbentuk sempurna setelah palatum sekunder kanan dan kiri selesai berdifusi dengan septum nasi. Hubungan cavum nasi dan cavum oris berada di belakang palatum sekunder atau terletak pada peralihan rongga hidung dan faring yaitu koana definitif.4
Gambar 5 : Pertumbuhan dan perkembangan cavum nasi dan cavum oris Sumber : Embriologi
Kedokteran Langman Ed 7, T.W. Sadler, EGC, 1997
9
Secara anatomi, hidung terbagi atas nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi (rongga hidung). Cavum nasi meluas dari nares di depan sampai koana di belakang.5 Septum nasi adalah dinding medial rongga hidung yang membagi rongga hidung menjadi 2 bagian yaitu kiri dan kanan. Tiap belahan terdiri atas dasar, atap, dinding lateral dan medial. 1.
Bagian dasar dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina horizontalis ossis palatinum, yaitu permukaan atas palatum durum.
2.
Bagian atap berbentuk menyerupai busur yang sebagian besar dibentuk oleh lamina kribosa tulang ethmoid.
3.
Dinding lateral yang terdiri atas 3 juluran berupa concha nasalis inferior, concha nasalis media, concha nasalis superior.
4.
Dinding medial atau septum nasi adalah sekat osteokartilago yang ditutupi mukosa.2,5
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Avery, James K. 2001. Oral Development and Histology Edisi ke-3. New York: Thieme
2. Herawati, Sri dan Sri Rukmini. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok . Jakarta: EGC.
3. Phinney, Donna J. 2000. Dental Assisting . USA : Delmar
4. Sadler, T.W. 1997. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7. Jakarta: EGC.
5. Snell, Richard S. 1997. Anatomi Klinik Edisi 3 Bagian 3. Jakarta: EGC
11
6. Sudiono, Janti. 2009. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial . Jakarta : EGC
’
12