PENGAMATAN KROMOSOM AKAR BAWANG
Oleh :
Nama : Wiwin Hadianti
NIM : B1J014029
Kelompok : 1
Rombongan : VIII
Asisten : Muflih Fuadi
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar Irisan Akar Bawang Bombay (Allium Cepa)
Pembahasan
Bagian utama sebuah sel terdiri atas nukleus dan sitoplasma. Di dalam nukleus terdapat benang-benang halus yaitu kromatin yang kemudian jika sel siap membelah, kromatin akan membentuk kromosom (Aryulina, 2004). Menurut Sastrosumarjo (2006) kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom adalah struktur makromolekul yang berisi berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel kelamin (Suryo, 2007). Menurut Aryulina (2004) Cara penyusunan molekul DNA dan protein dalam kromosom sebenarnya cukup rumit. Untai DNA dipintal pada suatu set protein, yaitu histon menjadi suatu bentukan yang disebut unit nukleosom. Unit nukleosom tersusun atas benang yang padat dan terpintal menjadi lipatan solenoid. Menurut Yuwono (2009) Solenoid merupakan struktur pilinan nukleosom yang terkondensasi struktur khas kromosom dan dapat diamati pada saat sel berada pada fase metafase. Pembentukan solenoid meningkatkan derajat kondensasi DNA menjadi 40 kali yang artinya setiap satu micrometer struktur solenoid mengandung 40 mikrometer DNA.
Mitosis adalah pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap didalamnya, yaitu: interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase (Satrosumarjo, 2006). Pada sel akar bawang, pembelahan mitosis terdapat 4 tahap yaitu:
Fase profase, merupakan tahapan pembelahan sel yang paling lama dan membutuhkan energi yang cukup besar, serta merupakan permulaan dari mitosis yang ditandai dengan beberapa perubahan seperti nukleus mulai menghilang sedangkan kromosom mulai muncul. Untaian kromosom yang semula meluas menjadi pilinan (heliks) yang lebih pendek dan menebal sehingga tampak lebih nyata. Pada tahapan ini, membran nukleus mulai menghilang (Crowder, 1993). Pada akhir profase mulai terbentuk benang-benang spindel pada masing-masing kutub sel, yang letaknya berlawanan dan benang-benang kromatin menebal menjadi kromosom serta menduplikasi diri menjadi kromatid.
Fase metafase, tahapan metafase membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit. Pada tahap ini, kromosom menyusun diri secara acak pada satu bidang ekuator atau tengah-tengah sel. Pada awal fase ini, membran nukleus dan nukleolus lenyap. Sentromer melekat pada serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah pembelahan kromosom selama pembelahan. Metafase dicirikan oleh barisan kromosom yang amat rapi sepanjang bidang ekuatorial (Fried, 2006). Pada tahapan ini sedikit terlihat adanya gambaran benang-benang spindel tetapi kromosom mudah diamati.
Fase anafase, tahapan ini membutuhkan waktu sekitar 3-15 menit. Pada anafase, kromosom yang mengumpul di tengah sel terpisah dan mengumpul pada masing-masing kutub, sehingga terlihat ada dua kumpulan kromosom. Fried (2006) menyatakan bahwa pada awal anafase sentromer masing-masing kromosom terpisah. Satu kromatid dari setiap pasang digerakkan ke salah satu kutub, sementara kromatid yang satunya digerakkan ke kutub yang berlawanan. Pembelahan sentromer menurut Suryo (2007) dapat pula berlangsung pada permulaan anafase. Benang-benang gelendong memendek sehingga belahan sentromer masing-masing bergerak membawa kromatid.
Fase telofase, pada telofase terjadi peristiwa kariokinesis (pembagian inti menjadi dua bagian) dan sitokinesis (pembagian sitoplasma menjadi dua bagian). Pada tahapan ini pembelahan selesai, terbentuk lagi dinding inti. Sel terbagi menjadi dua sel anakan, masing-masing memiliki inti yang mengandung 4 kromosom dengan bahan genetik yang sama dengan induknya (Suryo, 2007).
Praktikum kali ini menggunakan preparat akar bawang merah dan bawang Bombay. Bawang Bombay digunakan sebagai bahan untuk praktikum kromosom karena memiliki sel-sel dengan ukuran yang relatif besar, dan jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak (2n = 16) (Ernawiati, 2008). Akar bawang merah digunakan sebagai preparat praktikum karena akar bawang merah memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak, mudah didapat, dan mudah dilakukan untuk mempelajari analisis mitosis (Stack, 1979). Selain akar bawang, bahan yang relevan untuk digunakan dalam praktikum kromosom pengamatan kromosom dapat dilakukan dengan menggunakan lalat buah (Drosophila melanogaster). Menurut Kimbal (1990) kromosom Drosophila melanogaster ditemukan dalam sel kelenjar ludahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop, tidak semua fase dapat teramati hanya ditemukan tahapan profase pada kromosom akar bawang merah (Allium ascalonema). Menurut Margono (1973), proses mitosis pada akar bawang umumnya terjadi selama 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang terus menerus. Pendapat saya mengenai tidak adanya semua fase dalam pengamatan akar bawang dikarenakan kondisi akar bawang yang sudah tidak baik, pengirisan akar bawang yang tidak sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Selain itu faktor dari pengambilan preparat akar bawang yang dilakukan pada pukul ± 15.30 WIB yang saat itu tidak bisa melakukan pembelahan secara optimal dan waktu pengamatan yang tidak langsung setelah pengambilan sampel akar bawang.
DAFTAR REFERENSI
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., Winarni, E. W. 2004. Biologi 3. Erlangga, Jakarta.
Crowder, I. V. 1993. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Ernawiati, E. 2008. Efek Mutagenik Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superba Lindl.) Terhadap Pembelahan Sel Akar Umbi Bawang Bombay. J. Sains MIPA 14(2):129-132.
Fried, G. H. 2006. Schaum's out Lines Biology Edisi 2. Erlangga, Jakarta.
Kimbal, J. W. 1990. Biologi Jilid 1. Gramedia, Jakarta.
Margono, Hadi. 1973. Pengaruh Colchicine terhadap Pertumbuhan Akar Bawang Merah. IKIP Malang, Malang.
Sastrosumarjo, S., Yudiwanti, S. I., Aisyah, S., Sujiprihati, M., Syukur, R. Yunianti. 2006. Panduang Laboratorium Sitogenetika Tanaman. IPB Press, Bogor.
Stack, S. M. and D. E. Comings. 1979. The chromosomes and DNA of Allium cepa. Chromosoma. 70: 161-181.
Suryo, H. 2007. Sitogenetika. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Yuwono, T. 2009. Biologi Molekular. Erlangga, Jakarta.