MAKALAH DIPLOMASI INDONESIA “ Analisis Dampak ACFTA (Asean-China Free Trade Area) dalam Kurun Waktu 2004-2010 dan Kebijakan Pemerintah Indonesia di Balik Keputusan Penandatanganan ACFTA sebagai ASEAN-6 “
Oleh : Anindita Brilianti (1006664653) Colley Windya Tyas Buana (1006694334) (1006694334) Monica Agnes Sylvia (1006764164) (1006764164) Muhammad Iqbal (1006773755) (1006773755) Rista Sanjaya (1006694555)
Departemen Departemen Ilmu Hubungan Internasional Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belak Belakang ang
Globalisasi adalah sebuah fenomena sosial yang ditandai dengan adanya kerjasama global yang intens antara aktor-aktor ( state maupun non-state) dalam berbagai aspek seperti politik, ekonom ekonomi, i, sosial sosial & bud budaya aya hingga hingga lingku lingkunga ngan. n. Kerjas Kerjasama ama terseb tersebut ut membua membuatt batasbatas-bat batas as antarnegara seakan-akan tidak lagi menjadi penghalang. Seiring dengan terjadinya globalisasi yang didukung juga oleh aspek teknologi yang telah berkembang pesat, interdependensi dan kerjasama antarnegara menjadi suatu hal yang sangat esensial dan tidak terelakkan. Kerjasama antarnegara menjadi suatu hal yang mutlak bagi negara-negara tersebut untuk mewujud mewujudkan kan tujuan tujuan mereka mereka masing masing-ma -masin sing. g. Dalam Dalam rangka rangka mewuju mewujudka dkan n kerjas kerjasama ama yang yang memberikan memberikan dampak dampak positif positif bagi negara-negara negara-negara tersebut, tersebut, tercetuslah ide untuk merumuskan merumuskan kerjasama tersebut ke dalam lembaga yang lebih formal, yakni melalui sebuah institusi yang disepakati bersama. Delapan Agustus 1967 Indonesia bersama empat negara lain yakni, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura mendirikan mendirikan organisasi regional regional yang mencakup kawasan Asia Tenggara Tenggara yang kita kenal sebagai ASEAN. Dalam perkembangannya,semakin banyak negara di wilayah Asia Tenggara yang bergabung ke ASEAN. Sebaga Sebagaii suatu suatu organi organisas sasii dengan dengan wilaya wilayah h cakupa cakupan n region regional, al, ASEAN ASEAN berfok berfokus us pada pada beber beberapa apa bidang bidang di antara antaranya nya ekono ekonomi, mi, sosial, sosial, bud budaya aya,, dan bidang bidang-bi -bidan dang g lainnya lainnya.. Seiring Seiring perkembangan, masing-masing bidang mengalami perubahan signifikan yang disesuaikan dengan keadaan keadaan anggotanya anggotanya.. Perkembanga Perkembangan n itu seperti seperti dibentuknya dibentuknya ACFTA antara ASEAN dengan dengan China China yang yang memper memperbol bolehk ehkan an barang barang China China secara secara bebas bebas masuk masuk ke negara negara-ne -negar garaa anggot anggotaa ASEAN. Indonesia sebagai anggota ASEAN menjadi salah satu negara yang ikut serta menyetujui adanya ACFTA. ACFTA. Meskipun Meskipun Indonesia dinilai tidak siap menghadapi menghadapi ACFTA dilihat dari UKMnya. Atas dasar pertimbangan itu, tulisan ini akan membahas tentang dampak ACFTA terhadap perekonomian negara-negara anggotanya serta analisis mengenai keputusan pemerintah Indonesia yang yang berg bergab abun ung g dala dalam m ACFT ACFTA, A, wala walaup upun un indus industr trii Indo Indone nesi siaa (khu (khusu susn snya ya UKM) UKM) dini dinila laii cenderung belum siap dalam menghadapi dampak impelementasinya. Lebih jauh lagi, tulisan ini akan membahas tentang indikasi tindakan pemerintah Indonesia yang bergabung dengan ACFTA sebagai suatu usaha pembangunan citra politik yang baik bagi Indonesia di mata internasional melalui diplomasi. 1.2 Pertanyaan Pertanyaan Permasalah Permasalahan an
1. Bagaimana Bagaimana dampak dampak yang diberika diberikan n oleh ACFTA ACFTA terhadap terhadap perekonom perekonomian ian negara-neg negara-negara ara yang menyetujuinya? 2.
Mengapa pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk menyetujui ACFTA?
1.3 Kerangka Kerangka Teori Teori / Konsep Konsep 1. ACFTA
ACFTA (ASEAN-China (ASEAN-China Free Trade Trade Area) adalah sebuah persetujuan persetujuan kerjasama kerjasama ekonom ekonomii region regional al yang yang mencak mencakup up perdag perdagang angan an bebas bebas antara antara negara negara anggot anggotaa ASEAN ASEAN (Assosiation of South East Asian Nation) dengan China. Persetujuan ini telah disetujui dan ditandatangani oleh negara-negara ASEAN dan China pada tanggal 29 November 2004. Dalam kerjasama ini, hambatan-ha hambatan-hambatan mbatan tarif dan non-tarif dihilangkan dihilangkan atau dikurangi
2
dalam rangka mewujudkan perdagangan bebas dalam kawasan regional ASEAN dan China 1. Namun, tidak semua anggota ASEAN menyetujui penghapusan tarif dalam waktu bersamaan. ASEAN6 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan Filipin Filipinaa menyet menyetuju ujuii pengha penghapus pusan an per 1 Januar Januarii 201 2010 0 sedang sedangkan kan CMLV CMLV (Cambo (Cambodia dia,, Myanmar, Laos,dan Vietnam) baru akan mengeliminasi dan menghapus tarif per 1 Januari 2015. Tidak hanya itu, negara-negara yang telah menyetujuinya juga akan meningkatkan akses pasar pasar jasa, peraturan dan ketentuan ketentuan investasi investasi serta meningkatk meningkatkan an aspek kerjasama ekonomi untuk untuk mendor mendorong ong hub hubung ungan an pereko perekonom nomian ian para para Pihak Pihak ACFTA. ACFTA. Di dalam dalam Framework Agreement Agreement on Comprehens Comprehensive ive Economic Economic Cooperatio Cooperation n between between the ASEAN and People’s People’s Republic of China, kedua pihak sepakat akan melakukan kerjasama yang lebih intensif di beberapa beberapa bidang bidang seperti seperti pertanian, pertanian, teknologi teknologi informasi, informasi, pengembang pengembangan an SDM, investasi, investasi, pengembangan Sungai Mekong, perbankan, keuangan, transportasi, industri, telekomunikasi, perta pertamba mbang ngan, an, energi energi,, perikan perikanan, an, kehuta kehutanan nan,, produk produk-pr -produ oduk k hutan hutan dan sebaga sebagainy inya. a. Kerjasama ekonomi ini dilakukan untuk mencapai tujuan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China2. Secara lebih spesifik, ACFTA antara lain bertujuan untuk : •
•
Memper Memperkua kuatt dan mening meningkatk katkan an kerjas kerjasama ama ekonom ekonomi, i, perdag perdagang angan, an, dan invest investasi asi antara antara negara-negara anggota. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan j asa serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi.
•
Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara negara-negara anggota.
•
Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota ASEAN baru (Camb (Cambod odia ia,, Laos Laos,, My Myan anma mar, r, dan dan Vietn Vietnam– am– CLMV CLMV)) dan dan menj menjem emba batan tanii kese kesenj njan anga gan n 3 pembangunan ekonomi diantara negara-negara anggota. anggota .
2. Kons Konsep ep Dipl Diplom omas asii
Diplomasi secara garis besar didefinisikan sebagai proses bagi pemerintah menjalankan kebijakan luar negerinya. Lebih jauh lagi, pemerintah menempatkan diplomasi sebagai pengimplementasian kebijakan kebijakan luar negeri negeri yang telah dirumuskan dirumuskan4. Kebijak Kebijakan an luar luar negeri negeri dan diplom diplomasi asi merupa merupakan kan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam prakteknya. Mereka berdua akan saling mempengaruhi satu satu sama sama lain lain.. Kebi Kebija jaka kan n luar luar nege negeri ri menj menjad adii pedo pedoma man n bagi bagi para para pelak pelaku u dipl diplom omas asii dalam dalam menjalankan fungsi diplomasinya. Di sisi lain, diplomasi akan menyesuaikan diri dengan kondisi politik luar negeri 5. Harold Harold Nichol Nicholson son membag membagii diplom diplomasi asi ke dalam dalam dua kelomp kelompok ok besar. besar. Kelomp Kelompok ok pertam pertamaa mengartikan diplomasi sebagai pembuatan kebijakan luar negeri dan kelompok kedua mengartikan diplomasi sebagai negoisasi. Pengertian kedua menjadi pemahaman umum yang sering digunakan 1
“Agreement on Trade in Goods of the Framework Agreement Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Association of Southeast Asian Nations and the People’s Republic of China” diakses dari http://www.aseansec.org/16646.htm pada tanggal 23 April 2011 pukul 18: 39 WIB.
2
“ASEAN-China Free Trade Area” diakses dari http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN %20-%20China%20FTA.pdf pada %20-%20China%20FTA.pdf pada tanggal 23 April 2011 pukul 21: 50 WIB. 3 Log.cit. 4 Martin Grifffiths dan Terry O’Challenge, International Relations : The Key Concept, (London: Routledge, 2002) p.79. 5 Bantarto Bandoro, “Diplomasi Indonesia: Dahulu, Kini, dan Masa Depan”. Dalam Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa ed . Hadi Sosastro,( Jakarta: CSIS, 1991). 3
oleh oleh orang orang kebany kebanyaka akan n dalam dalam mengar mengartik tikan an diplom diplomasi asi.. Karya Karya tulis tulis ini juga juga akan akan lebih lebih meliha melihatt diplomasi yang diartikan sebagai negoisasi. Terdapat dua teori diplomasi yang dikembangkan oleh Nicholson yakni warrior dan mercantile. Perbedaan yang ada di kedua teori tersebut terletak pada aspek yang digunakan oleh suatu Negara dalam menjalankan politik luar negerinya. Teori warrior memposisikan diplomasi sebagai poltik kekuatan. Di lain sisi, teori mercantile lebih mengarah pada negosiasi 6. Teori warrior menekankan pada prestige negara dan politik kekuatan. Teori Nicholson tersebut ingin menunjukkan bahwa diplomasi digunakan oleh negara-negara di dunia untuk menunjukkan pada yang lain bahwa mereka merupakan negara yang mempunyai posisi lebih kuat dan terdapat prestis di dalamnya. Jika melihat pada teori ini, diplomasi merupakan jalan yang dipunyai oleh negara untuk menunj menunjukk ukkan an kekuat kekuatan an politik politik mereka mereka kepada kepada negara negara lain. lain. Implem Implement entasi asi diplom diplomasi asi macam macam ini mengharuskan adanya satu pihak yang kalah dan ada pihak lain yang menang. melihat pada pada negosi negosiasi asi sebaga sebagaii upaya upaya perund perunding ingan. an. Di sini, sini, negara negara-ne -negar garaa yang yang Mercantile melihat terlibat berusaha mencari jalan tengah atas persoalan yang ada dan dapat berdampak menguntungkan bagi kedua belah pihak. Teori Mercantile tidak menginginkan adanya satu pihak yang kalah sebagai konsekuensi adanya pemenang. Mereka menginginkan adanya pemahaman satu sama lain. Bentrokan bentr bentroka okan n antar antar kepent kepenting ingan an negara negara dapat dapat dimini diminimal malisi isirr sekeci sekecill mungki mungkin n dan kepent kepenting inganankepentingan tersebut memperoleh penyelesaian yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. 3. Kons Konsep ep Inte Interd rdep epen ende dens nsii
Interdependensi merupakan konsep yang dekat dengan paradigma liberalisme. Interdependensi apabila apabila dilihat dilihat secara secara analisis analisis dapat diartikan sebagai sebagai kondisi kondisi dimana aktor-aktor aktor-aktor atau kejadiankejadian di dalam bagian yang berbeda dari sebuah sistem mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, interdependensi dapat berarti ketergantungan yang saling menguntungkan 7. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan masyarakat luas menjadi lebih sadar akan interdependensi, diantaranya adalah: 1. Meningkatny Meningkatnyaa komunikasi komunikasi dan dan transport transportasi, asi, 2. Meningkatnya aktivitas yang melewati batas-batas negara negara seperti turisme dan investasi, 3. Kebijak Kebijakan an negara negara yang yang memper memperbol bolehk ehkan an masukn masuknya ya barang barang impor impor akibat akibat permin permintaa taan n 8 pasar dalam negeri . Negara-neg Negara-negara ara di dunia tidak bisa mengisolasi mengisolasi diri mereka secara keseluruhan keseluruhan karena negara negara tersebut tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan akhirnya kebijakan isolasi tersebut akan memakan biaya yang besar. Interdependensi dapat dibagi menjadi interdependensi militer yang muncul dari kompetisi militer dan interdependensi ekonomi. Kebijakan interdependensi ekonomi selalu melibatkan nilai dan harga. Dalam interdependensi ekonomi negara memiliki kepentingan untuk memaksimalkan keuntungan sekaligus memelihara hubungan dengan negara lain. 4. Konsep Konsep Region Regionali alisme sme
Dalam kerangka kerangka Teori Ekonomi dan Politik Internasion Internasional, al, suatu region/kawasa region/kawasan n tidak hanya didefinisik didefinisikan an sebagai sebagai wilayah wilayah yang memiliki kesamaan kesamaan letak geografis, geografis, melainkan melainkan lebih kepada bagaimana bagaimana aktor-aktor aktor-aktor politik internasion internasional al menginterp menginterpretasi retasikan kan makna dari region itu sendiri sendiri9.
6
Bandoro, Ibid , hlm. 46. Joseph S. Nye, Jr , Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and History, (United States:Pearson Longman, 2009), hlm. 208. 8 Gary Michael Salloum, Economic Interdependence and International Politics:The Case of OPEC, (Canada, 1975), hlm. 109-110. 9 Andrew Andrew Hurrell. Hurrell. ―”Regiona ―”Regionalism lism in Theoretical Theoretical Perspective”, Perspective”, dalam Louise Fawcett Fawcett dan Andrew Andrew Hurrell Hurrell (ed.), Regionalis (New (New York: York: Oxford Oxford Regionalism m in World Politics: Politics: Regional Regional Organizati Organization on and Internation International al Order Order University Press, 1995), h. 41. 7
4
Regionalisme bukan hanya sebuah konsep geografis, melainkan juga sebuah proses dinamis yang di dalamnya mencakup hubungan ekonomi, politik, dan sosial budaya 10. Secara umum, regionalisme didefinisikan sebagai kondisi di mana sekelompok negara, biasanya yang terletak dalam wilayah geografis yang sama, setuju untuk bekerja sama dan membagi tanggung jawab untuk meraih tujuan yang sama11. Dalam konsep konsep regionalism regionalisme, e, tiap-tiap tiap-tiap negara negara memiliki memiliki nya masing-masing. Regionalisme merupakan sebuah respon logis yang diambil suatu negara interest nya dalam menghadapi masalah yang terlalu besar untuk diselesaikan sendiri, atau masalah di mana tindak tindakan an suatu suatu negara negara akan akan mempen mempengar garuhi uhi negara negara lainny lainnyaa 12. Region Regionali alisme sme merupa merupakan kan kon konsep sep normatif yang merujuk pada nilai, norma, identitas, dan aspirasi yang dipegang oleh pihak-pihak tertentu. Pada beberapa definisi, aktor utama di balik regionalisme adalah negara; sementara pada beberapa definisi lain, aktor yang berperan tidak hanya terbatas pada negara. Menurut Anthony Payne dan Andrew Gamble, “regionalisme adalah sebuah proyek state-led atau states-led yang bertujuan untuk mengatur ulang suatu ruang regional tertentu bersama dengan tujuan ekonomi dan politik yang telah ditentukan”13.
10
Yeo Lay Hwee. Realism Realism and Reactive Regionalism: Where Is East Asian Regionalism Heading http://revistas.ucm.es/cps/16962206/articulos/UNIS0505230008A.pdf diakses pada 6 Mei 2011, pukul 21.07. 11 David N. Balaam dan Michael Veseth. Introduction Introduction to International Political Economy(New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005), h. 242. 12 Ibid, h.243. 13 Andrew Payne dan Andrew Gamble, “Introduction: the Political Economy of Regionalism and World Order”, dalam Andrew Gamble and Anthony Payne (eds.), Regionalism Regionalism and World Order (Macmillan, 1996), h. 2.
5
BAB II PEMBAHASAN
ACFTA merupakan perwujudan dari konsep interdependensi antarnegara, khususnya negaranegara anggota ASEAN dan China. Hal ini khususnya terwujud dalam hal interdependensi ekonomi, dimana tiap-tiap negara memiliki spesialisasi masing-masing dalam memproduksi komoditas tertentu sehing sehingga ga akan akan lebih lebih efisie efisien n bagi bagi negara negara-ne -negar garaa terseb tersebut ut apabil apabilaa melaku melakukan kan ekspor ekspor dan impor impor per perda daga gang ngan an.. Sela Selain in itu, itu, pelu peluan ang g pasa pasarr bese besert rtaa ikat ikatan an geog geogra rafis fis juga juga menj menjad adii fakto faktorr utam utamaa interdependensi negara-negara ASEAN dan China. China melihat peluang pasar yang besar dari negara-negara anggota ASEAN, begitu pula sebaliknya negara-negara ASEAN (termasuk Indonesia) juga melihat peluang pasar yang besar dari China. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari tercetu tercetusny snyaa ide ACFTA. ACFTA. Namun Namun demiki demikian, an, yang yang permas permasala alahan han adalah adalah apakah apakah ACFTA ACFTA dalam dalam implementasinya memang membawa dampak baik bagi perekonomian setiap negara anggota seperti apa yang diekspektasikan sebelumnya. ACFTA merupakan area perdagangan bebas terbesar di dunia dengan 1.9 milyar populasi yang sejumlah dengan 30% populasi dunia. Total perdagangan mencapai 1.2 trilyun US$. Volume perda perdagan gangan gan bilate bilateral ral naik naik sebesa sebesarr 38,9% 38,9% per tahun tahun mencap mencapai ai US $ 105 105.90 .900.0 0.000. 00.000 000.. Dengan Dengan diimplementasikannya ACFTA, impor dan ekspor diharapkan akan meningkat sebesar 50%. Cina merupakan negara ketiga terbesar sumber impor ASEAN. Impor dari China mencapai senilai 107 miliar US$. China merupakan negara terbesar kedelapan investor ASEAN dengan akumulasi investasi sebesar 6.1 miliar US$ pada tahun 2008, sementara akumulasi investasi ASEAN pada tahun 2008 sebesar US$5.6 milyar 14. Berdasarkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia, pelaksanaan ACFTA (terutama perdagangan China dengan Indonesia) telah membuat nilai impor produk industri China di 2010 naik 45% menjadi US$ 20,42 miliar dibanding tahun 2009. Merujuk pada data dalam tabel dibawah, terlihat bahwa negara-negara ASEAN memiliki hubungan dagang yang cukup signifikan dengan China. Negara yang memiliki jumlah ekspor dan impor yang cukup tinggi dengan China adalah Singapura dengan jumlah impor yang sedikit berada di atas jumlah ekspor dan menunjukkan angka yang defisit. Pada tabel di bawah juga j uga ditunjukkan bahwa pada tahun 2004 jumlah ekspor Indonesia masih berada di atas jumlah impornya dengan China, namun sejak tahun 2007 hal yang terjadi justru sebaliknya, yaitu jumlah impor dari China menjadi lebih tinggi daripada jumlah ekspor yang berujung pada terjadinya defisit neraca perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bertendensi semakin tergantung dengan impor barang dari China. Data dibawah juga menunjukkan bahwa hampir semua hubungan ekspor-impor yang dilakukan negaranegara anggota ASEAN dengan China menunjukkan defisit perdagangan, kecuali yang terjadi pada Brunei Darussalam yang sejak 2004 hingga 2007 berhasil mempertahankan surplus perdagangan akan tetapi pada tahun 2008 turut mengalami defisit.
14
http://en.reingex.com/ASEAN-China-ACFTA.shtml diakses pada tanggal 6 Mei 2011 pukul 18:21 WIB. 6
(Value in million US$)
Country Name
20 04
2005
2006
2007
20 08
Brunei Darussalam
243
23 4
1 74
20 1
0
Cambodia
12
15
13
11
13
Indonesia
4.605
6.662
8.344
8.897
11.637
Lao PDR
1
4
1
35
15
Malaysia
8.634
9.465
11.391
15.443
18.422
Myanmar
75
119
133
475
49 9
Philippines
2.653
4.077
4.628
5.750
5.467
Singapore
15.321
19.770
26.472
28.925
29.082
Thailand
7.098
9.083
10.840
14.873
15.931
Viet Nam
2.711
2.828
3.015
3.336
4.491
ASEAN Ex Export
41.352
52.258
65.010
77.945
85.558
Brunei Darussalam
87
94
1 20
15 7
171
Cambodia
337
430
5 16
6 53
933
Indonesia
4.101
5.843
6.637
8.616
15.247
Lao PDR
89
18 5
23
43
1 31
Malaysia
11.353
14.361
15.543
18.897
18.646
Myanmar
35 1
286
397
564
67 1
Philippines
2.659
2.973
3.647
4.001
4.250
Singapore
16.137
20.527
27.185
31.908
31.583
Thailand
8.183
11.116
13.578
16.184
19.936
Viet Nam
4.416
5.322
7.306
12.148
15.545
ASEAN Import
47.714
61.136
74.951
93.173
107.114
Tabel 2.1 ASEAN Member States Trade with China, 2004-200815
Dampak Dampak ACFTA ACFTA terhadap perekonomian Indonesia16
tabe tabell
Di dalam beri beriku kutt ini ini
Source: ASEAN Trade Statistics Database (Data as of July 2009)
disajik jikan data mengenai jumlah ekspor impor Indone Indonesia sia ke negara negara-ne -negar garaa ASEAN dan China17.
15
www.aseansec.org/documents/acfta/AMS-Trade-with-China-2004-2008.xls diakses pada Senin, 2 Mei 2011 pukul 15:34 WIB. 16 http://lipsus.kontan.co.id/v2/acfta/produk-china-menjadi-raja-industri-lokal-tak-berdaya diakses pada 6 Mei 2011 pukul 18:05 WIB. 17 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4375&Itemid=29 diakses pada Jumat, 6 Mei 2011 pukul 17:19 WIB. 7
Tabel 2.2 Ekspor Impor Indonesia ke Negara-negara ASEAN China
Merujuk pada data diatas, terlihat bahwa Indonesia sangat bergantung pada impor dari negara ASEAN lainnya, terlebih lagi bergantung pada China. Perbandingan antara jumlah ekspor dan impor yang dilakukan Indonesia masih jauh timpang. Contohnya hubungan dagang yang dilakukan dengan Singapura, Indonesia melakukan ekspor yang terus naik mulai dari bulan Januari 2009 hingga Januari 2010, namun sebaliknya angka impor turut naik berbanding lurus dengan angka ekspor. Hal ini menunjukka menunjukkan n bahwa Indonesia Indonesia masih belum mampu untuk memenuhi memenuhi kebutuhan kebutuhan sendiri dan masih sangat bergantung pada impor yang dilakukan dengan negara lain. Tidak hanya itu, peningkatan nilai ekspor produk industri Indonesia ke China melalui ACFTA pada tahun 2010 juga hanya naik 34% dibanding tahun 2009 yang hanya sebesar US$ 15,69 miliar. Hal ini membuat perdagangan Indonesia-China pada tahun lalu mengalami defisit hampir US$ 5 miliar. Produk impor dari China yang mendominasi pasar di dalam negeri adalah mainan anak yang menguasai 73% dari total impor negara pengekspor lainnya. Posisi kedua ditempati produk mebel China China dengan dengan mengua menguasai sai 54% dari dari total total negara negara pengek pengekspo sporr lainny lainnya. a. Tidak Tidak hanya hanya itu, itu, produk produk elektronika menguasai 36%, tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar 33% dan permesinan sebesar 22%. Beberapa sektor industri seperti mebel, logam dan barang logam, mainan anak serta TPT cenderung mengalami peningkatan impor setiap bulannya sepanjang 2010. (li hat tabel ) 18.
Tabel 2.3 Share Impor Total Indonesia dari RRT vs Dunia Terhadap 6 Sektor
Berdasarkan Survei Kementerian Perindustrian pada Maret 2011, industri elektronika dan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) khususnya garmen, mengalami peningkatan impor bahan baku, penurunan produksi, penurunan penjualan, penurunan keuntungan dan pengurangan tenaga kerja. Dikutip Dikutip dari Menteri Perindustrian, Perindustrian, MS Hidayat, Hidayat, pasca pasca pelaksanaa pelaksanaan n ACFTA rata-rata industri industri telah memangkas produksi sekitar 25%-50%. Hal ini membuat penjualan melorot sekitar 25%.
18
Diakses dari http://www.google.co.id/imglanding? q=grafik+perdangangan+ACFTA&um=1&hl=id&tbm=isch&tbnid=uRxh9SgBgfRwHM:&imgrefurl=http://lips us.kontan.co.id/v2/acfta/produk-china-menjadi-raja-industri-lokal-tak berdaya&imgurl=http://lipsus.kontan.co.id/assets/lipsus_acfta/images/RRT.jpg&w=326&h=260&ei=YcXDTea OL87orQfTyuDsBA&zoom=1&biw=1102&bih=452 diakses pada tanggal 06 Mei 2011 pukul 17:01 WIB. 8
Penyebab Lemahnya daya saing produksi Indonesia
Meskipun aktualisasi ACFTA dapat menjadi peluang yang baik bagi Indonesia, terdapat permasalahan terhadap lemahnya daya saing produk Indonesia dalam implementasi ACFTA bagi Indonesia. Daya saing produk-produk buatan Indonesia relatif lebih rendah dibanding dengan negaranegara yang menyepakati ACFTA, terutama China. Menurut Kementrian Perindustrian Indonesia, daya saing produk industri dan manufaktur di Indonesia ke sesama negara ASEAN hanya 15% yang memiliki saing kuat dan hampir 60% produk memiliki daya saing yang lemah. Begitu pula halnya terhadap Cina, daya saing produk Indonesia yang bersifat kuat hanya 7%, sisanya memiliki daya saing sedang 29% dan lemah 55% 19. Lemahnya daya saing produk-produk industri dan manufaktur Indonesia dalam kompetisi dengan dengan negara-neg negara-negara ara ACFTA berasal dari faktor eksternal eksternal dan faktor internal. internal. Faktor eksternal eksternal ini merupakan faktor yang berasal dari keunggulan komparatif dan kualitas produk dari negara yang berkompetis berkompetisii dengan dengan Indonesia. Indonesia. Misalnya, produk manufaktur manufaktur yang berasal berasal dari China lebih murah atau produk agrobisnis Thailand lebih berkualitas. Faktor internal merupakan faktor lemahnya daya saing produk-produk produk-produk Indonesia Indonesia yang berasalah dari hambatan hambatan domestik. domestik. Hambatan domestik domestik ini berasal dari high cost economy Indonesia atau biaya tinggi yang ditanggung dalam kegiatan industri dan perdagangan. Biaya ekonomi yang tinggi ini terjadi karena permasalahan birokrasi, infrastruktur, dan suku bunga. Permasalahan birokrasi merupakan permasalahan yang berasal dari sistem prosedur yang harus dilakukan dalam melaksanakan proses industri dan proses perdagangan luar negeri. Proses yang rumit rumit dalam dalam birok birokras rasii yang yang mengat mengatur ur perind perindust ustria rian n menyeb menyebabk abkan an pun pungut gutanan-pun pungut gutan an yang yang membebani biaya produksi. Permasalahan infrastruktur menjadi hal yang perlu disoroti dalam hal lemahnya daya saing pro produ duk k indu indust stri ri dan dan manu manufa faktu kturr Indo Indone nesi sia. a. Keru Kerusa saka kan n infr infras astr truk uktu turr perh perhub ubun unga gan n dapa dapatt mempen mempengar garuhi uhi efekti efektivit vitas as dari dari kegiata kegiatan n indust industri ri di Indone Indonesia sia.. Kerusa Kerusakan kan jalan, jalan, kemacet kemacetan an dan inefek inefektiv tivitas itas kerja kerja pelabu pelabuhan han menjad menjadii beban beban biaya biaya bagi bagi perusa perusahaa haan n sehing sehingga ga menamb menambah ah biaya biaya produksi. Kenaikan biaya produsi ini kemudian berimbas pada harga jual yang meningkat sehingga mengurangi daya saing produk tersebut. Selain Selain hal yang yang berhub berhubung ungan an dengan dengan perhub perhubung ungan, an, permas permasala alahan han infras infrastru truktu kturr sepert sepertii kesediaan energi listrik bagi dunia industri juga menjadi hambatan. Ketidakstabilan sumber energi listrik yang menyebabkan pemadaman listrik bergilir membuat pengusaha industri mengubah sumber listriknya listriknya menjadi menjadi genset . Penggu Penggunaa naan n genset lebih lebih mena menamb mbah ah biay biayaa prod produk uksi si diba diband ndin ing g menggunakan listrik dari perusahaan pembangkit. Permasalahan suku bunga berasal dari tingkat suku bunga bank di Indonesia yang masih tinggi tinggi untuk menunjang menunjang pertumbuhan pertumbuhan industri. industri. Besarnya Besarnya suku bunga ini menyebabka menyebabkan n semakin semakin tingginya costs of loan yang harus ditanggung oleh perusahaan yang dibiayai melalui kredit. Lebih lanjut, suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan sumber pendanaan yang paling potensial bagi sektor UKM di Indonesia merupakan suku bunga kredit rakyat tertinggi kedua di dunia, setelah Myanmar 20. Adapun, idealnya suku bunga kredit yang diperuntukkan bagi pengembangan sektor UKM harus berada di tingkat satu digit atau maksimal 10%. Kenyataannya, saat ini suku bunga KUR untuk usaha mikro di Indonesia untuk pinjaman Rp 20 juta ke bawah, sebesar 22%. Sementara itu, suku bunga KUR ritel untuk pinjaman Rp 20 juta-Rp 500 juta, sebesar 14%. Sedangkan, suku bunga kredit di Cina dan Thailand hanya berkisar pada level 4-8%. Jadi, dapat dikatakan dikatakan bahwa produk-pro produk-produk duk Indonesia memiliki daya saing yang relatif relatif rendah. Hal ini dikarenakan oleh high cost economy yang terjadi di Indonesia. Biaya-biaya produksi tambahan ini berasal dari prosedural birokrasi, tanggungan utang dari suku bunga yang tinggi, dan 19
Pariaman Sinaga, Kajian Awal terhadap Kebijakan ACFTA ( ASEAN- China Free Trade Area) dan Kaitannya dengan KKUM. http://www.smecda.com/File_ACFTA/kebijakan_acfta_PS.pdf diakses pada hari Sabtu, 7 Mei 2011
20
Suku Bunga Kredit Mikro Tertinggi Kedua di Dunia . http://bataviase.co.id/node/424865 diakses pada
hari Sabtu, 7 Mei 2011. 9
kerusakan infrastruktur. Ekonomi biaya tinggi ini mempengaruhi harga jual yang menjadi tinggi tinggi dan kalah bersaing dengan harga negara-negara kompetitor terutama China. Langkah Pemerintah Indonesia dalam Mengambil Keputusan Bergabung dengan ACFTA
Berdas Berdasark arkan an analis analisis is di atas, atas, dapat dapat dilihat dilihat bahwa bahwa Indone Indonesia sia cender cenderung ung belum belum siap siap dengan dengan keputusannya bergabung dengan ASEAN-6 untuk melakukan perdagangan bebas dalam ACFTA per 1 Januari Januari 2010. Namun demikian, demikian, pemerintah pemerintah tetap memberlakuk memberlakukan an kebijakan kebijakan tersebut. Pertanyaan yang muncul adalah apa alasan pemerintah Indonesia dibalik keputusan bergabung dengan ASEAN-6 dalam dalam member memberlak lakuka ukan n ACFTA ACFTA per 1 Januar Januarii 201 2010 0 dan buk bukan an bergab bergabung ung dengan dengan CLMV CLMV yang yang memberlakukan ACFTA per 1 Januari 2015. Indonesia merupakan salah satu negara pencetus berdirinya ASEAN pada tahun 1967. Indonesia juga sedang menjabat sebagai ketua ASEAN tahun 2011. Kedua hal ini menunjukkan besarnya peran Indonesia dalam ASEAN. Tidak hanya itu, citra Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1998 yang sempat sempat terpuru terpuruk k semenj semenjak ak krisis krisis ekono ekonomi mi thn 199 1998 8 mulai mulai beranja beranjak k pulih. pulih. Hal ditand ditandai ai dengan dengan pertumbuhan ekonomi bergerak positif dan tahun 2003 mencapai 4,1%. Peranan Indonesia yang besar dala dalam m ASEA ASEAN N dan dan pert pertum umbu buha han n ekon ekonom omii yang yang berg bergera erak k posi positif tif meru merupa paka kan n hal hal yang yang patu patutt 21 dipertahankan dalam rangka mengharumkan citra Indonesia di forum internasional . Adapun kebijakan Indonesia utnuk bergabung dengan ASEAN-6 dirasakan sebagai sebuah upaya yang yang dinila dinilaii cukup cukup efekti efektiff untuk untuk memban membangun gun dan memper mempertah tahank ankan an citra citra positif positifnya nya di forum forum internasional, terutama citra positif yang terkait dengan aspek ekonomi. Hubungan internasional saat ini ditand ditandai ai oleh oleh perges pergesera eran n kon konste stelas lasii politi politik k global global dari dari bipola bipolarr ke multip multipola olar, r, mengua menguatny tnyaa kecend kecenderu erunga ngan n arus arus global globalisas isasii dan region regionalis alisasi asi,, mening meningkat katnya nya perana peranan n pelaku pelaku non-state, ber berke kemb mban angn gnya ya isu isu sekt sektor oral al yang yang telah telah menj menjad adii agen agenda da inte intern rnas asion ional al dan dan meni mening ngka katn tnya ya kecenderungan perumusan serta penerapan perumusan dan penerapan norma-norma internasional baru yang tidak berpihak kepada aspirasi mayoritas 22. Perlu ditekankan pada fenomena terakhir, yakni penerapan penerapan perumusan perumusan yang tidak berpihak kepada aspirasi aspirasi mayoritas. mayoritas. Dalam kasus kasus persetujua persetujuan n Indone Indonesia sia bergab bergabung ung dengan dengan ASEAN-6 ASEAN-6 terkai terkaitt ACFTA, ACFTA, hal ini dapat dapat dikatak dikatakan an sebaga sebagaii wujud wujud penerapan perumusan yang yang tidak berpihak kepada aspirasi mayoritas. Namun demikian, hal ini dapat menjadi menjadi sebuah sebuah pemben pembenara aran n bagi bagi pemerin pemerintah tah demi demi mewuju mewujudka dkan n citra citra positif positif Indone Indonesia sia terkai terkaitt diplomasi dalam aspek ekonomi. Dengan menyetujui ACFTA dan bergabung dengan ASEAN-6 yang notabene dinilai lebih siap dari CLMV, Indonesia dapat menciptakan citra kematangan ekonominya. Hal ini disebabkan karena forum internasional akan melihat bahwa Indonesia telah siap secara ekonomi untuk bersaing dan stabil secara ekonomi sehingga peluang investasi akan lebih besar. Disini kita dapat melihat interest Indonesia terutama dalam bidang ekonomi untuk menciptakan citra positif agar dapat mendorong iklim iklim invest investasi asi yang yang baik baik dan pada pada akhirn akhirnya ya dapat dapat member memberika ikan n keuntu keuntunga ngan n ekono ekonomi mi kepada kepada Indonesia. Hal ini didukung dengan pernyataan yang dikeluarkan dikeluarkan oleh Makarim Wibisono dalam bukunya bukunya yang berjudul berjudul Tantangan Tantangan Diplomasi Diplomasi Multilatera Multilateral l bahwa arah dan kebijakan politik Luar Negeri Indonesia tidak terlepas dari pernyataan visi politik dan hubungan luar negeri yang dituangkan dalam GBHN 1999-2004, 1999-2004, yang antara lain adalah meningkatk meningkatkan an kualitas kualitas diplomasi diplomasi guna mempercepat mempercepat 21
Makarim Wibisono , Tantangan Diplomasi Multilateral, Makmur Keliat dan Mohtar Mas'oed (ed.), Jakarta:LP3ES, 2006, hal. 285. 22 ., hal 286-287. Ibid ., 10
pemulihan ekonomi dan pembangunan nasional di segala bidang, melalui kerjasama ekonomi maupun internasional dalam rangka membangun stabilitas, kerja sama dan pembangunan kawasan 23. Hal inilah yang disinyalir menjadi alasan pemerintah Indonesia dalam mengambil keputusan untuk bergabung dengan ASEAN-6 daripada bergabung dengan CLMV dalam ACFTA. Dalam hal ini terlihat kaitan antara peranan dasar diplomasi yakni untuk menciptakan citra positif sebuah negara dan konsep regionalism regionalismee yang menjunjung tinggi nilai interdependens interdependensii antar negara demi mencapai mencapai interest nya nya masing-masing. Dilihat Dilihat dari dari segi segi diploma diplomasi si ekonom ekonomi, i, masukn masuknya ya posisi posisi Indone Indonesia sia dalam dalam perjan perjanjian jian ACFTA ACFTA dianalisis sebagai sebuah upaya diplomasi ekonomi Indonesia untuk memenuhi tujuan pertumbuhan ekonom ekonomi. i. Presid Presiden en Susilo Susilo Bamban Bambang g Yudhoy Yudhoyono ono menarg menargetk etkan an rata-r rata-rata ata pertum pertumbuh buhan an ekono ekonomi mi Indone Indonesia sia sebesa sebesarr tujuh tujuh persen persen pada pada tahun tahun 201 2014. 4. Akan Akan tetapi tetapi,, pemeri pemerinta ntah h memilik memilikii keterb keterbasa asan n anggaran anggaran pembangunan pembangunan yang berkisar berkisar Rp. 1000 trilyun trilyun per tahun. tahun. Menteri Menteri Perekonomi Perekonomian an Hatta Rajasa menyatakan bahwa investasi dalam negeri tidak cukup untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang yang ditarg ditargetk etkan. an. Ia menjela menjelaska skan n Indone Indonesia sia membut membutuhk uhkan an anggar anggaran an sebesa sebesarr Rp. 2.100 2.100 trilyun trilyun sehingga memerlukan investasi asing 24. Kepentingan Indonesia dalam ACFTA dapat dikatakan sebagai bentuk kebijakan dalam menarik invest investasi asi asing asing demi demi tercap tercapain ainya ya target target pertumb pertumbuha uhan n ekonom ekonomii yang yang diingin diinginkan kan.. ACFTA ACFTA dapat dapat mencip menciptak takan an integr integrasi asi ekonom ekonomii dan region regional al melalu melaluii pening peningkat katan an laju laju perdag perdagang angan an di antara antara anggotanya anggotanya.. Dampak dari liberalisasi liberalisasi perdagangan perdagangan dan integrasi integrasi tersebut tersebut juga mampu menciptakan menciptakan liberalisasi investasi investasi dari negara-negara negara-negara ASEAN dan China China ke Indonesia. Sebagai contoh, rencana investasi China untuk membuat pabrik semen di Manokwari dan pembangkit listrik di Papua. Selain menarik investasi asing dari negara-negara ACFTA, masuknya Indonesia dalam perjanjian ACFTA juga mampu meningkatkan daya tarik investasi dari dunia internasional. Melalui ACFTA, citra positif ekonomi Indonesia akan terbangun. Hal ini disebabkan karena dengan ikut sertanya Indonesia Indonesia dalam perdaganga perdagangan n bebas akan menciptakan menciptakan citra positif positif bahwa perekonomian perekonomian Indonesia Indonesia telah stabil dan layak untuk ditanamkan modal.
23
Ibid., hal.286 Kejar Target Pertumbuhan Indonesia Pacu Investasi Asing. diakses dari http://www.kabarbisnis.com/nasional/286810http://www.kabarbisnis.com/nasiona l/286810- Kejar_target_pertumbuhan __Indonesia_ pacu_investasi _asing.html pada tanggal 8 Mei 2011 pukul 18:05 WIB. 24
11
BAB III PENUTUP
3.1 3.1 Ke Kesi simp mpul ulan an
Berdas Berdasark arkan an penjel penjelasa asan n yang yang telah telah dipapa dipaparka rkan n di atas, atas, dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa pada pada dasarnya implementasi ACFTA meningkatkan perdagangan kedua belah pihak. Ekspor negara-negara ASEAN memang meningkat, meningkat, akan tetapi impor dari China justru cenderung cenderung lebih besar (mengingat (mengingat China lebih efisien dalam hal memproduks memproduksii barang). barang). Hal ini membuat neraca neraca perdaganga perdagangan n ASEAN cenderung defisit dalam hal perdagangan dengan China. Oleh sebab itu, dalam perjanjian ACFTA keuntungan China pada dasarnya lebih mendominasi. Di sisi sisi lain, lain, kebija kebijakan kan pemeri pemerinta ntah h Indone Indonesia sia untuk untuk bergab bergabung ung dengan dengan ASEAN-6 ASEAN-6 yang yang melaksanakan ACFTA per 1 Januari 2010, meskipun kebijakan ini dinilai cenderung terlalu dini, hal ini ini sebe sebena narn rnya ya meru merupa paka kan n sebu sebuah ah upay upayaa dipl diplom omas asii Indo Indone nesi siaa untu untuk k memp memper erol oleh eh dan dan mempertahankan citra yang baik di dunia internasional. Hal tersebut diwujudkan dalam pencitraan stabilitas ekonomi Indonesia yang dapat meningkatkan iklim investasi dan membawa keuntungan ekonom ekonomii bagi bagi Indone Indonesia sia.. Dalam Dalam penjel penjelasa asan n ini, ini, dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa kon konsep sep region regionalis alisme me memiliki keterkaitan dengan konsep diplomasi dalam upaya mewujudkan interest masing-masing negara.
12
DAFTAR PUSTAKA Buku
Balaam, David N & Veseth Michael. 2005. Introduction to International Political Economy. New York: Oxford University Press Gamble, Andrew & Payne Anthony (ed). 1996. Regionalism and World Order . Macmillan: St Martin Press. Griffiths, Martin dan O’Challenge Terry. 2009. International Relations: The Key Concept . London: Routledge S.Nye, Joseph, Jr. 2009. Understan Understanding ding Internatio International nal Conflicts: Conflicts: An Introductio Introduction n to Theory Theory and History. New Jersey: Pearson Longman. Sosatro, Hadi. 1991. Untuk Kelangsungan Hidup Bangsa. Jakarta: CSIS Wibisono, Makarim. 2006. Tantangan Diplomasi Multilateral. Jakarta: LP3ES Thesis
Salloum, Gary Michael. 1975. Economic Interdependence and International Politics: The Case of OPEC . Canada. Web
http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Regional/Win/ASEAN%20-%20China%20FTA.pdf pada tanggal tanggal 23 April 2011 pukul 21: 50 WIB.
http://revistas.ucm.es/cps/16962206/articulos/UNIS0505230008A.pdf diakses pada 6 Mei 2011, pukul 21.07.
http://en.reingex.com/ASEAN-China-ACFTA.shtml diakses pada tanggal 6 Mei 2011 pukul 18:21 WIB. www.aseansec.org/documents/acfta/AMS-Trade-with-China-2004-2008.xls diakses pada tanggal 23 April 2011 pukul 18: 39 WIB.
http://lipsus.kontan.co.id/v2/acfta/produk-china-menjadi-raja-industri-lokal-tak-berdaya diakses pada 6 Mei 2011 pukul 18:05 WIB.
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4375&Itemid=29
diakses
pada Jumat, 6 Mei 2011 pukul 17:19 WIB.
http://www.google.co.id/imglanding? q=grafik+perdangangan+ACFTA&um=1&hl=id&tbm=isch&tbnid=uRxh9SgBgfRwHM:&imgref url=http://lipsus.kontan.co.id/v2/acfta/produk-china-menjadi-raja-industri-lokal-tak berdaya&imgurl=http://lipsus.kontan.co.id/assets/lipsus_acfta/images/RRT.jpg&w=326&h=260& ei=YcXDTeaOL87orQfTyuDsBA&zoom=1&biw=1102&bih=452 diak diakse sess pada pada tang tangga gall 06 Mei Mei 2011 pukul 17:01 WIB. http://www.kaba http://www. kabarbisni rbisnis.com s.com/nasi /nasional/2 onal/286810 86810-Kejar_targ Keja r_target_pe et_pertumbu rtumbuhan han _asing.html pada tanggal 8 Mei 2011 pukul 18:05 WIB.
__Indonesia __Indo nesia_ _
pacu_inve pacu _investasi stasi
13