BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakang Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh beberapa aspek lingkungan kerja fisik. Adapun aspek-aspek tersebut dapat berupa temperatur, kelembaban relatif, pergerakan udara serta aspek personal seperti insulasi pakaian dan jenis kegiatan. Kondisi termal dapat mengakibatkan kenyamanan dan juga ketidaknyamanan dalam bekerja. Ketidaknyamanan kerja dapat disebabkan oleh adanya paparan panas di tempat kerja. Paparan panas terjadi ketika tubuh menyerap atau memproduksi panas yang lebih besar dari pada yang diterima melalui proses regulasi termal. Paparan panas akibat adanya temperatur yang tinggi dalam ruangan kerja bisa ditimbulkan oleh kondisi ruangan, mesin-mesin ataupun alat yang mengeluarkan panas serta panas yang bersumber dari sinar matahari yang memanasi atap pabrik yang kemudian menimbulkan radiasi kedalam ruangan kerja produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrani [5] pada ruangan rumah susun diperoleh hasil bahwa keberadaan ventilasi pada bangunan di daerah tropis sangat penting bagi kesehatan dan berperan dalam menciptakan kenyamanan termal ruang dalam. Sistem ventilasi yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan karyawan. Suplai udara segar yang kurang, penyaringan polutan udara luar yang tidak efektif, serta gerakan sirkulasi udara dalam ruangan yang terlalu kecil adalah sebagian besar masalah yang berkaitan dalam sistem ventilasi (Soedirman, 1991). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kualitas udara yang tidak memenuhi syarat menyebabkan biaya tinggi yang meliputi biaya pemeliharaan kesehatan langsung, kerusakan bahan dan peralatan serta biaya kehilangan produksi. Di Amerika diestimasikan bahwa
kehilangan produksi mendekati lima kali dari biaya pemeliharaan kesehatan (WHS, 1992). Ketidaknyamanan atau gangguan kesehatan yang disebabkan karena kualitas udara dalam ruangan yang rendah lebih lanjut dikenal sebagai Sick Building Syndrome (SBS) dan Building Related Illnesses (BRI). Sedangkan kualitas udara dalam ruangan dipengaruhi oleh suhu ruangan, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
kontaminasi
udara
(WHO,
1984).
Kenyataan
dilapangan
menunjukkan, bahwa akibat ketidaknyamanan, gangguan kesehatan dan kecelakaan tidak saja memperlambat pelayanan atau ketepatan waktu produksi, tetapi juga dapat mengurangi kepercayaan pelanggan (Djojodibroto, 1999). Ukuran ventilasi yang pada standar nya berkisar antara 10 sampai 20% dapat ditingkat kan hingga mencapai 50% dari luasan lantai jika kebutuhan kecepatan angin dalam ruangan belum memadai. Pemilihan jenis bukaan atau jendela dapat mendorong terjadinya pergerakan yang lebih cepat atau memperbesar kecepatan udara. Menurut Prianto dan Depecker [12], pada hunian di lingkungan beriklim tropis terutama dengan kelembaban tinggi, kenyamanan lingkungan kerja tidak hanya tergantung pada banyaknya suplai udara segar ke dalam ruangan, tetapi juga tergantung pada kecepatan angin. Hal ini diperkuat oleh teori Macfarlane dalam buku berjudul Architectural Aerodynamics (Aynsley [2]) yang menyatakan bahwa kenyamanan termal dapat diprediksi dengan menggunakan indeks keefektifan bukaan (dalam m /s) dengan memasukkan temperatur kering dan kelembaban ke dalam persamaan Macfarlane. Teori ini juga didukung oleh penelitian Liping dan Hien [9] yang mengatakan bahwa ada dua cara dalam meningkatkan kenyamanan termal ruangan, yaitu meningkatkan kecepatan angin dan menentukan posisi serta ukuran bukaan yang tepat. B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN A. Pengenalan Bahaya Ventilasi di Lingkungan Kerja 1. Definisi Dalam pengertian umum ventilasi adalah pergerakan udara dari luar bangunan ke dalam. Agar pengertian tidak rancu, pengertian ini berbeda dengan peralatan pembakar yang menggunakan udara seperti
pemanas
air,
perapian
dan
tungku
pembuangan udaranya dinamakan exhausts. Hasil
kayu.
Sistem
pembakaran
dibuang keluar agar tidak meracuni penghuni bangunan. Sementara pergerakan udara dalam ruangan dinamakan transfer udara. Ventilasi udara diperkenakan untuk menjaga kualitas dalam ruangan. Tujuan utama dari sebuah sistem ventilasi udara adalah untuk membatasi konsentrasi karbondioksida serta polutan seperti debu, asap dan komponen organik halus. Ventilasi udara seringkali didesain untuk menjaga temperatur dan kelembaban ruangan. Untuk menyediakan sebuah kondisi iklim mikro yang dapat diterima didalam sebuah ruangan, baik dari aspek kenyamanan maupun kesehatan bagi para penghuni ruangan (occupant). Dalam hal ini, iklim mikro mengacu pada lingkungan termal dan kualitas udara ruang dalam (IAQ, Indoor Air Quality). Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan untuk menjaga agar kualitas udara memenuhi standard kualitas yang ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara yang sesuai bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau peralatan yang digunakan dan
penyimpanan
barang atau hasil produksi. Salah satu cara pengendalian udara dalam ruang adalah ventilasi, yaitu pemasukan dan pengeluaran udara kedalam ruang melalui bukaan atau lubang yang ada untuk mendapatkan udara yang memenuhi standard kualitas kesehatan dan proses produksi industri.
2. Jenis Secara umum jenis- jenis ventilasi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Ventilasi alami (Natural Ventilation) Merupakan suatu bentuk pertukaran udara secara alamiah tanpa bantuan alat-alat mekanik seperti kipas. Ventilasi alami masih dapat dimungkinkan membersihkan udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian dengan udara yang segar dan bercampur dengan udara yang kotor yang ada dalam ruangan. Secara umum, standar luas ventilasi alami dihitung lebih dari 20 % luas lantai tempat kerja (Suma‟mur, 1987) Penggunaan ventilasi alami tidak efektif jika digunakan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas, debu dan vapours ditempat kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi pada ventilasi alami terkait penentuan parameter yang harus kita ketahui menyangkut kecepatan angin, tekanan angin dari luar, arah angin, radiasi panas dan berapa besar pengaruh lubang-lubang yang ada pada dinding dan atap, Ventilasi alami biasanya
digunakan
dengan
tujuan
untuk
memberikan
kesegaran dan kenyamanan pada tempat Kerja yang tidak memiliki sumber bahaya yang tinggi. Ventilasi umum dapat berlangsung dengan baik bila : Kadar kontaminan udara dalam ruang tidak terlalu tinggi agar volume udara pengencer tidak terlalu besar. Pekerja berada cukup jauh dari sumber pengencer agar tidak terpengaruh pencemaran, kadar kontaminan udara masih dibawah nilai ambang
batas.
Toksisitas
kontaminan
masih
rendah
Pencemaran terjadi merata. b. Ventilasi mekanik Ventilasi mekanik merupakan ventilasi buatan, beberapa conoth ventilasi mekanik adalah seperti di bawah ini:
1) Ventilasi Umum (General Ventilation) Jenis ventilasi ini biasanya digunakan pada tempat kerja dengan emisi gas yang sedang dan derajat panas yang tidak begitu tinggi. Jenis ventilasi ini biasanya dilengkapi dengan alat mekanik berupa kipas penghisap contohnya adalah (exhaust fan). Prinsip kerja dari general ventilation ini adalah udara yang dibangun di luar tempat kerja di hisap dan di hembuskan oleh kipas kedalam rungan bercampur dengan bahan
pencemar sehingga
terjadi pengenceran. Kemudian udara kotor yang telah diencerkan tersebut dihisap dan di buang keluar, sehingga udara di dalm ruangan dapat tetap tejaga kebersihannya. 2) Ventilasi pengeluaran setempat (Local Exhaust Ventilation) Jenis ventilasi ini dipakai dengan pertimbangan teknis, bahwa bahan
pencemar berupa gas, debu dan vapours
yang ada pada tempat kerja dalam konsentrasi tinggi tidak dapat
dibuang
atau
diencerkan
hanya
dengan
menggunakan ventilasi umum ataupun ventilasi alami, namun harus dengan ventilasi pengeluaran setempat yang diletakan tepat pada sumber pencemar. Bahan pencemar yang keluar dari proses kerja akan langsung di hisap oleh ventilasi, sebelum sampai pada tenaga kerja. 3) Comfort Ventilation Jenis ventilasi ini dengan menggunakan alat yang biasa disebut Air Conditioner (AC) pada suatu ruangan. Jenis ventilasi ini berfungsi menciptakan kondisi tempat kerja agar menjadi nyaman, hangat bagi tempat kerja yang dingin, atau menjadi sejuk pada tempat kerja yang panas. Sementara pendapat serupa mengatakan, bahwa untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan cara :
a. Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah, dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang angin yang sengaja dibuat. b. Ventilasi
Mekanik,
merupakan
ventilasi
buatan
dengan
menggunakan: 1) AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam ruang kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan 2) Fan
(Baling-baling)
yang
menghasilkan
udara
yang
dialirkan ke depan 3) Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai. Faktor yang harus diperhatikan dalam membangun sistem ventilasi, selain bentuk juga harus sangat diperhatikan kekuatan aliran dan tata letak ventilasi. Letak ventilasi harus sesuai dengan priciples of dilution ventilation, terutama untuk tempat kerja dengan resiko paparan bahan kimia. 3. Sumber Bahaya Sumber bahaya berada pada lingkungan pekerja, dimana para pekerja yg bekerja pada suhu ruangan yang tidak nyaman akan menurunkan semangat kerja, dan banyak penyakit yang dapat menyerang, seperti gatal-gatal pada kulit/ iritasi. Perubahan suhu/temperatur ruangan yang terjadi pada lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai kondisi seperti gangguan perilaku dan performansi kerja, dehidrasi, keadaan keringat (heat rash) atau gatal karena kulit terus basah, hilangnya garam natrium (heat champs) dari tubuh yang dapat menyebabkan kejang otot, heat syncope dan heat exhaustion. Suhu ideal mampu membuat pengunjung dan karyawan betah dan
secara
nyaman
melakukan
aktifitasnya
masing-masing.
Menurut hasil penelitian PUSPERKES (1995) suhu nyaman di dalam ruang kerja untuk orang Indonesia adalah 220 C – 260 Co. 4. Dampak Pada Pekerja Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap
pekerja/karyawan berupa keluhan
gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut : a. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair b. Mengurangi efektivitas kerja c. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering d. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai,
mudah
tersinggung, sulit berkonsentrasi. e. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada dan juga hydropneumonia (paruparu basah) f.
Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal
g. Gangguan saluran cerna: Diare / mencret h. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran kencing 5. Dampak Pada Lingkungan dan Masyarakat Sekitar Perusahaan B. Evaluasi Bahaya Ventilasi di Lingkungan Kerja 1. Alat Ukur Hygro-Thermometers:
Mengukur:
Kelembaban
udara
dan
Temperatur udara. 2. Cara Mengukur Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relative (RH). Proses Pengukuran Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan
temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau
suhu
dengan
derajat
celcius.
Ada
bentuk
higrometer lamayakni berbentuk bundar atau berupa termometer yangdipasang
didinding.
Cara
membacanya juga
sama,
bisa
dilihat pada raksanya ditermometer satu yang untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu.yang bundar ya dibaca skalanya.Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer
selama
pembacaan
haruslah
diberi
aliran
udara yangberhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat tersebut dengansecarik kertas atau kipas. 3. Nilai Ambang Batas
C. Pengendalian Bahaya Ventilasi di Lingkungan Kerja Adapun pengendalian Ventilasi Yang Baik Diantaranya : 1. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan pada dinding-dinging yang saling berhadapan agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang. 2. Lubang-lubang ventilasi ditempatkan tidak sama tinggi dari lantai agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang. 3. Cerobong udara keluar dibuat setinggi mungkin agar terjadi aliran udara yang baik dalam ruang (efek cerobong). 4. Tinggi letak lubang ventilasi masuk sedemikian sehingga aliran udara masuk mengenai daerah hunian (living zone) pada batas ketinggian 0.30 m- 1.80m diatas lantai. 5. Lubang-lubang ventilasi sebaiknya dibuat dengan kombinasi ventilasi horizontal dan vertikal. 6. Untuk kenyamanan ruang, kecepatan aliran udara dibuat berkisar antara 0.10-0.15 m/detik. Untuk kesehatan tidak melebihi 0.5 m/det, atau
kurang
mempengaruhi
dari
0.10
m/det.
kenyamanan,
Suhu
udara
udara
yang
yang
mengalir
mengalir dengan
kecepatan 0.6 m/det pada suhu 300C tidak terasa jelek, tetapi aliran udara dengan kecepatan 0.15 m/det. Pada suhu 120C terasa tidak enak. Udara yang mengalir diatas lantai yang dingin terasa tidak enak. Udara yang mengalir dengan kecepatan 0.10 m/det didaerah
pegunungan terasa sangat dingin pada kaki. Pada
tempat-tempat
dengan
kecepatan
udara
tinggi,
dikendalikan
dengan memasang penahan atau pembelok arah angin (deflektor) pada bukaan, yang dapat digerakkan untuk mengatur arah angin, dan kecepatan angin masuk. 7. Pemeriksaan kualitas udara dalam ruangan secara berkala sesuai parameter kualitas udara (kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi) agar tercipta lingkungan kerja yang sehat. 8. Monitoring kesehatan dengan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui sejak dini gangguan kesehatan yang terjadi sebelum berkoloni di dalam tubuh. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pemasangan ventilasi yang baik akan menghasilkan jumlah dan kualitas udara yang segar ke seluruh ruangan yang dapat berfungsi mengurangi dan membebaskan udara dari bau maupun udara yang beracun. Oleh karena itu pengaturan ventilasi udara dalam ruangan hendaknya direncanakan dengan sebaik-baiknya agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar, sehingga kondisi udara dalam ruangan tidak menjadi lembab, yang kemudian hal tersebut dapat mengganggu tingkat kenyamanan meningkatkan kenyamanan, kesehatan, dan produktivitas pekerja ataupun seseorang yang berada di dalam ruangan. Keberhasilan sistim ventilasi sangat tergantung kepada faktorfaktor temperatur, kecepatan dan tingkat kontaminasi udara yang terjadi pada sebuah ruangan.
Ketiga faktor tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh parameterparameter kapasitas/laju ventilasi, jumlah dan besar sumber panas, tinggi plafon, pergerakan orang (penghuni ruang), total laju/emisi gas kontaminan serta penempatan difusor. Oleh sebab itu aspek-aspek tersebut perlu diteliti agar didapatkan sistim ventilasi yang terbaik, sehingga akan diperoleh suatu rancang bangun sistim ventilasi yang efektif dalam peningkatan kenyamanan dan penjagaan kesehatan bagi penghuni ruangan. B. Saran 1. Menyediakan Local Exhaust ventilation untuk mengeluarkan polutan dari dalam ruangan. 2. Melakukan
air
cleaning
dengan
menggunakan
electrostatic
precipitators filters untuk mengikat partikel debu. 3. Pengendalian administratif penting untuk dilakukan, seperti menjaga kebersihan ruangan, pemeliharan secara teratur terhadap ACsentral dan menyediakan tempat istirahat bagi karyawan di luar ruangan. 4. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA SOLICHUL HADI A. BAKRI & TARWAKA Program Studi ErgonomiFisiologi
Kerja
Program
Ph.+62(0271)642.482;
Pascasarjana,
e-mail:
Universitas
[email protected].
Udayana TELAAH
SISTEM VENTILASI PADA BASEMENT UNTUK RUANG KERJA PERKANTORAN Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Desember 2012, 129-136 ISSN 1411-2485 print / ISSN 2087-7439 online Kajian Termal Akibat Paparan Panas dan Perbaikan Lingkungan Kerja Listiani Nurul Huda1*, Kristoffel Colbert Pandiangan1