VALUASI LINGKUNGAN
A. Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sebelum membahas mengenai konsep valuasi ekonomi, terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai konsep nilai ekonomi terhadap sumber daya. konsep nilai ekonomi bukan hanya menyangkut nilai pemanfaatan langsung dan tidak langsung semata, namun lebih luas dari itu. Value atau nilai bisa diartikan sebagai importance atau desirability. desirability. Di dalam konsep ekonomi menilai diartikan sebagai melakukan valuasi yang berhubungan dengan perubahan kesejahteraan masyarakat. Jadi nilai ekonomi pelayanan sumber daya alam dan lingkungan (economic ( economic value of ecosystem services) services) dapat diartikan sebagai menilai kontribusi sumber daya alam dan lingkungan terhadap human welfare. welfare. Pengertian nilai atau value khususnya yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan li ngkungan bisa saja berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekonomi, konsep nilai akan berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Dengan demikian nilai ekonomi dari sumber daya alam dan lingkungan adalah jasa dan fungsi sumber daya alam yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan manusia, dimana kesejahteraan ini diukur berdasarkan setiap individual assessment terhadap dirinya sendiri. Berbeda dari konsep ekonomi, dari sisi ekologi misalnya, nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat produksi berbagai spesies ikan tertentu, ataupun fungsi ekologis lainnya. Demikian juga dari sisi teknik, nilai hutan mangrove bisa saja sebagai pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan dalam memahami pentingnya suatu ekosistem. Oleh karenanya diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama antara berbagai disiplin ilmu tersebut ters ebut adalah
Valuasi Lingkungan (Contingent (Contingent Valuation Method )
1
dengan memberikan “ price tag ” (harga) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya dan lingkungan. Dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut sebagai nilai ekonomi dari sumberdaya alam. Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut sebagai keinginan membayar (willingness (willingness to pay) pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis dari ekosistim bisa di ”terjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari barang dan jasa. Sebagai contoh jika ekosistim pantai mengalami kerusakan akibat polusi, maka nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali ke aslinya atau mendekati aslinya. Memang benar diakui bahwa ada pula kelemahan dalam pengukuran keinginan membayar ini. Misalnya, meskipun sebagian barang dan jasa yang dihasilkan
dari
sumberdaya
alam
dapat
diukur
nilainya
karena
diperdagangkan, sebagian lagi seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, keaslian alam tidak diperdagangkan sehingga tidak atau sulit diketahui nilainya karena masyarakat tidak membayarnya secara langsung. Selain itu, karena masyarakat tidak familiar dengan cara pembayaran jasa seperti itu, keinginan membayar mereka juga sulit diketahui. Walaupun demikian, dalam pengukuran nilai sumberdaya alam tidak selalu bahwa nilai tersebut harus diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Yang diperlukan disini adalah pengukuran seberapa besar keinginan kemampuan membayar ( purchasing purchasing power ) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumberdaya. Sebaliknya bisa pula kita ukur dari sisi lain yakni seberapa besar masyarakat harus diberikan kompensasi untuk menerima pengorbanan atas hilangnya barang dan jasa dari sumberdaya dan lingkungan. Penggunaan secara legal maupun administratif paradigma ekonomi yang berfokus pada nilai pasar sebagai standard kompensasi pemerintah atas
Valuasi Lingkungan (Contingent (Contingent Valuation Method )
2
private property. Hal tersebut dapat menimbulkan adanya 2 kesalahan dari paradigma pasar yang terjadi, yaitu kesalahan dalam asumsi market yang bersifat perfectly competitive dan perfectly mobile agents (masyarakat yang dapat dengan mudah berpindah). Tendensi menggunakan nilai dengan harga pasar tampaknya sudah sangat meluas tidak hanya dikalangan masyarakat tetapi juga dikalangan para ahli ekonomi. Hal ini tidak mengherankan karena memang menggunakan harga pasar adalah instrumen yang termudah dan menarik untuk menghitung nilai. Jika seseorang ingin menilai sesuatu, apakah itu untuk kepentingan legal, administrasi atau lainnya, tentu saja akan menjadi sederhana, jika nilai adalah sesuatu yang objektif dan robust , sesuatu yang tidak hipotetikal atau spekulatif, sesuatu yang tidak memerlukan banyak asumsi dan sesuatu yang tidak memerlukan teknik prosedur pengukuran yang kompleks, yang dapat menjadi sumber dari ketidakpastian. Sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) patut mendapatkan perhatian dan pemberian label value yang tepat dan dengan dua alasan : pertama adalah SDAL menyediakan manfaat tidak langsung dalam batasan yang luas, kedua aktivitas manusia telah menyumbangkan, dan masih menyumbangkan laju hilangnya biodiversity yang akan mengancam stabilitas dan keberlanjutan dari ekosistem sebagaimana juga penyediaan barang dan jasa yang dihasilkannya bagi kesejahteraan manusia itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan semakin banyaknya studi mengenai rusak, hilang atau berkurangnya baik kualitas maupun kuantitas sumber daya alam dan lingkungan dan kaitannya dengan besaran kerugian secara moneter atas hal tersebut. Values/Nilai sumberdaya alam pada setiap pemanfaatan akan sangat tergantung pada kondisi dan distribusi dari property right dan tingkat kesejahteraan / income masyarakatnya.
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
3
B. Konsep Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Valuasi ekonomi terhadap manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat diperlukan bagi pengambilan kebijakan dan analisis ekonomi suatu aktivitas. Dalam valuasi ekonomi sumberber daya alam dan lingkungan, manfaat dan dampak faktor yang perlu diperhatikan adalah determinasi manfaat dan dampak fisik dan valuasinya dalam aspek moneter. Penilaian manfaat dan dampak secara moneter harus berdasarkan pada penilaian yang tepat akan manfaat dan dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak yang ditimbulkan mengakibatkan
perubahan
produktivitas
maupun
perubahan
kualitas
lingkungan. Para ahli ekonomi telah mengembangkan metode valuasi untuk mengukur nilai dari pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama untuk barang dan jasa yang tidak memiliki nilai pasar. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan. Nilai barang dan jasa lingkungan dapat dikategorikan menjadi (i) nilai yang digunakan (use value) dan (ii) nilai yang tidak digunakan/nilai yang terkandung di dalamnya/nilai intrinsik (non-use value). Option value didasarkan pada penilaian berapa besar kesediaan seseorang individu untuk membayar WTP (willingness to pay) dan atau berapa besar seseorang bersedia menerima ganti rugi WTA (willingness to accept ) dari suatu pilihan melindungi lingkungan. Nilai intrinsik tidak diperoleh dari komoditi tersebut, tetapi bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan komoditas lain, misalnya komoditi yang terkait dengan alam dan lingkungan. Nilai yang diminta (bequest value) didasarkan pada pemahaman individu akan manfaat suatu sumberdaya di masa depan. Sedangkan nilai eksistensi (existence value) didasarkan pada pemahaman akan keberadaan/eksistensi sumberdaya tersebut. Sumberdaya
alam
merupakan
bagian
dari
ekosistem,
yaitu
lingkungan tempat berlangsungnya reaksi timbal balik antara makhluk hidup dengan faktor-faktor alam. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam pada hakekatnya melakukan perubahan-perubahan di dalam ekosistem,
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
4
sehingga perencanaan penggunaan sumberdaya alam dalam rangka proses pembangunan tidak dapat ditinjau secara terpisah, melainkan senantiasa dilakukan dalam hubungannya dengan ekosistem yang mendukungnya. Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi, juga menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat lain, misalnya manfaat keindahan, rekreasi. Mengingat pentingnya manfaat dari sumberdaya alam tersebut, maka manfaat tersebut perlu dinilai. Konsep dasar valuasi merujuk pada kontribusi suatu komoditas untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks ekologi, sebuah gen bernilai tinggi apabila mampu berkontribusi terhadap tingkat survival dari individu yang memiliki gen tersebut. Dalam pandangan ecological economics, nilai (value) tidak hanya untuk maksimalisasi kesejahteraan individu tetapi juga terkait dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non pasar (non market value). Valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool ) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan aplikasi valuasi ekonomi menunjukkan hubungan antara konservasi SDA dengan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat dijadikan alat yang penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Menurut panduan valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan (KNLH, 2007) adalah pengenaan nilai moneter terhadap sebagian atau seluruh potensi sumberdaya alam sesuai dengan tujuan pemanfaatannya. Valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud adalah
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
5
nilai ekonomi total (total net value), nilai pemulihan kerusakan/pencemaran serta pencegahan pencemaran/kerusakan. Bermacam-macam
teknik
yang
dapat
digunakan
untuk
mengkuantifikasi konsep nilai. Namun konsep dasar dalam penilaian ekonomi yang mendasari semua teknik adalah kesediaan untuk membayar dari individu untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya. Menurut Suparmoko dan Maria (2000), nilai sumberdaya alam dibedakan atas nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) dan nilai tanpa penggunaan secara intrinsik melekat dalam aset sumberdaya alam (intrinsic value). Selanjutnya berdasarkan atas penggunaannya, nilai ekonomi suatu sumberdaya dapat dikelompokkan ke dalam nilai ata s dasar penggunaan (use values) dan nilai yang terkandung di dalamnya atau nilai intrinsik (non use values). Nilai penggunaan ada yang bersifat langsung (direct use values) dan nilai penggunaan tidak langsung ( indirect use values) serta nilai pilihan (option values). Sementara itu nilai penggunaan tidak langsung ( non use values) dapat dibedakan atas nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values). Nilai ekonomi total atau total economic value (TEV ) diperoleh dari penjumlahan nilai atas dasar penggunaan dan nilai atas dasar penggunaan tidak.
C. Manfaat Valuasi Ekonomi Lingkungan
Peran valuasi ekonomi terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sangat penting dalam kebijakan pembangunan. Menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan merupakan masalah ekonomi, sebab kemampuan sumberdaya alam tersebut menyediakan barang dan jasa juga semakin berkurang, utamanya pada beberapa kasus sumberdaya alam yang tidak dapat dikembalikan seperti semula (irreversible). Valuasi ekonomi diperlukan dalam memutuskan pilihan kebijakan pembangunan yang berhubungan dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, kuantifikasi manfaat (benefit ) dan kerugian (cost ) harus
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
6
dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan ( fairness). Melihat manfaat valuasi ekonomi yang begitu penting dalam memutuskan pilihan kebijakan, maka yang perlu diketahui adalah hasil dari studi valuasi ekonomi sumberdaya alam umumnya tidak bersifat definitf dan tidak dapat ditransfer pada lokasi dan kondisi yang berbeda. Artinya, hasil valuasi ekonomi sumberdaya lahan umumnya bersifat spesifik lokasi, karena umumnya didasarkan pada persepsi kelompok tertentu pada suatu tempat dan waktu tertentu, dan tidak valid secara universal. Oleh karena itu, sebelum melakukan valuasi ekonomi perlu diketahui tujuan dari kegiatan valuasi ekonomi tersebut dan kepada siapa hasilnya akan diperuntukkan. Jika tujuan valuasi ekonomi adalah untuk meyakinkan pengguna lahan (misalnya petani) akan pentingnya melaksanakan teknik konservasi tanah dan air pada lahan yang dimanfaatkan, maka valuasi ekonomi sebaiknya difokuskan pada konsekuensi langsung pada penggunaan lahan. Misalnya keuntungan ekonomi dan dampaknya pada erosi, runoff, penurunan kesuburan tanah. Sebaliknya jika valuasi ekonomi ditujukan untuk stakeholders yang lebih luas (misalnya pemerintah), maka valuasi ekonomi sumberdaya lahan harus dilakukan secara konprehensif dengan melibatkan variabel penelitian yang lebih besar, sehingga analisis datanya menjadi kompleks.
D. Pendekatan Valuasi Ekonomi Lingkungan
Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan perhitungan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Satuan moneter sebagai patokan pengukuran untuk semua hal merupakan ukuran kepuasan untuk suatu tindakan pengambilan keputusan. Tidak adanya pasar untuk produk lingkungan tertentu tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang atau jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat harus menggunakan satuan moneter. Tidak adanya pasar untuk produk tersebut membuat proses valuasi ekonomi menjadi sulit sehingga harus menggunakan berbagai teknik valuasi. Teknik dan cara yang
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
7
beragam memerlukan pendekatan yang jelas agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting ). Alasan pertama berkaitan dengan masalah kelangkaan sumberdaya alam. Masalah kelangkaan suatu sumberdaya alam atau jenis species tertentu akibat pembangunan akan memperoleh nilai moneter yang rendah. Alasan kedua dapat diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan seseorang untuk membayar bagi kepentingan perbaikan lingkungan. Perhitungan ini secara langsung menggambarkan fakta tentang preferensi lingkungan dari seseorang atau masyarakat. Demikian pula pada seseorang atau masyarakat yang merasa kehilangan manfaat lingkungan, yaitu keinginan untuk menerima kompensasi kerugian yang dialami. Selanjutnya alasan ketiga berkaitan dengan aspek decision making dalam pemanfaatan SDA dan lingkungan, dimana satuan moneter dapat digunakan sebagai salah satu indikator pengambilan keputusan. Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan secara umum dikelompokkan atas dua pendekatan, yaitu pendekatan fungsi permintaan (demand approach) dan pendekatan tidak menggunakan fungsi permintaan
(non-demand
approach).
Pendekatan
fungsi
permintaan
menggunakan empat metode, yaitu metode dampak produksi, metode respon dosis, metode pengeluaran preventif dan metode biaya pengganti. Sedangkan pendekatan selain fungsi permintaan juga menggunakan empat metode, yaitu metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode biaya properti dan metode biaya pengobatan. Adapun secara umum pengelompokkan atas dua pendekatan yaitu : 1. Pendekatan fungsi permintaan, menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode dampak produksi. Metode ini menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun sarana umum, petani yang merelakan tanahnya untuk tujuan konservasi.
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
8
b. Metode respon dosis. Metode ini menilai pengaruh perubahan kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap kegiatan
ekonomi
atau
kepuasan
konsumen,
misalnya
tingkat
pencemaran air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air, menurunkan manfaat kegunaan air, membahayakan kesehatan manusia dan
sebagainya.
Penurunan
tingkat
produksi
dapat
dihitung
menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan ( shadow price). c. Metode pengeluaran preventif. Pada metode nilai eksternalitas lingkungan dari suatu kegiatan dihitung dengan melihat berapa biaya yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan. Misalnya biaya pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau dataran tinggi. d. Metode biaya pengganti. Valuasi ekonomi dengan metode ini berdasarkan biaya ganti rugi asset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Misalnya pengurangan
luas
hutan
bakau
ternyata
berdampak
terhadap
pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka penilaian
terhadap
kerugian
tersebut
merupakan
jumlah
biaya
pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau dilaksanakan. 2. Pendekatan selain fungsi permintaan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode valuasi kontingensi. Metode ini menentukan preferensi konsumen terhadap pemanfaatan SDA dan lingkungan dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar WTP ( willingnes to pay) yang dinyatakan dalam nilai uang. Teknik metode ini dengan melakukan survei dan wawancara dengan responden tentang nilai dan manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Pendekatan WTA (willingnes to accept ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
9
petani mau dibayar agar tetap bersedia mengelola dan mempertahankan lahan sawahnya. Metode valuasi kontingensi dengan metode survei WTP dan WTA telah banyak digunakan oleh peneliti (Navrud dan Mungatana, 1994; Rolfe et al, 2000; Othman, 2002) b. Metode biaya perjalanan. Metode ini mengestimasi kurva permintaan barang-barang rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan terhadap produk rekreasi tersebut karena biaya perjalanan yang mahal. Metode biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa SDA dan lingkungan. Menurut FAO (2001) metode biaya perjalanan dan valuasi kontingensi dapat digunakan untuk menilai barang SDA dan lingkungan, termasuk eksternalitas lahan pertanian. c. Metode nilai properti. Metode ini berdasarkan perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah, dengan asumsi bahwa perbdaan ini disebabkan
oleh
perbedaan
kualitas
lingkungan.
Selisih
harga
merupakan harga kualitas lingkungan tersebut. Othman et al . (2006) menyebut metode ini dengan pendekatan hedonik, yaitu menduga kualitas
lingkungan
berdasarkan
kesanggupan
seseorang
untuk
membayar WTP (willingnes to pay) lahan atau komoditas lingkungan tersebut. d. Metode biaya pengobatan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya kesehatan akibat adanya perubahan kualitas lingkungan yang menyebabkan seseorang sakit. Total biaya dihitung secara langsung dan tidak langsung. Biaya langsung digunakan untuk pengeluaran biaya perawatan, obat-obatan dan sebagainya. Sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai kehilangan produktivitas akibat seseorang menderita sakit. Secara umum terdapat dua pendekatan teknik valuasi ekonomi, yaitu pendekatan langsung (direct) dan pendekatan tidak langsung (indirect).
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
10
Pendekatan langsung yaitu menurunkan preferensi secara langsung dengan cara
survei
dan
teknik-teknik
percobaan
(experimental
tecniques).
Masyarakat ditanya secara langsung tentang kekuatan preferensi mereka. Tabel 2.1 Beberapa Metode Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Pendekatan Pasar
Perilaku Masyarakat
Pasar Konvensional
Berdasarkan
Perubahan produktivitas Kehilangan pendapatan Pengeluaran preventif
Perilaku Aktual
Pasar Pengganti
Berdasarkan
Perilaku Potensial
Biaya pengganti Proyek bayangan
Travel cost method Perbedaan upah (risk estimation) Nilai lahan & properti Metode perilaku pengeluaran Contingent Valuation
Sebaliknya pendekatan tidak langsung, yaitu teknik-teknik yang menurunkan preferensi dari fakta atau informasi berdasarkan pasar yang diamati. Metode penilaian terhadap penggunaan sumberdaya lahan telah dipraktekkan pada berbagai negara. Metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam pendekatan: 1. Pendekatan nilai pasar, menggunakan tiga macam metoda, yaitu: a. Metode perubahan produktivitas berangkat dari pemikiran bahwa pemanfaatan sumberdaya mempengaruhi produksi dan produktivitas. Perubahan produksi yang dihasilkan tentu akan mengubah perilaku pemanfaatannya, sehingga akan mengubah nilai dari sumberdaya tersebut. Menurut Grigalunas dan Congan (1995), pendekatan produktivitas sangat berguna apabila produk finalnya memiliki harga pasar dan informasi tentang aliran barang dan jasa cukup tersedia. b. Metode kehilangan pendapatan. Pendapatan yang hilang dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung akibat berkurangnya mutu
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
11
lingkungan, seperti memburuknya kesehatan, pemandangan yang hilang, berkurangnya kesuburan tanaman. Untuk menilai hal tersebut digunakan pendekatan kesediaan membayar (willingnes to pay) untuk mencapai kondisi yang lebih baik. metode yang secara langsung didasarkan pada pendekatan nilai pasar. c. Metode pengeluaran preventif
adalah biaya yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya dampak lingkungan yang merugikan. Kerusakan lingkungan dinilai berdasarkan atas prinsip biaya dan manfaat, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai ekonomi suatu lingkungan adalah sekurang-kurangnya sama dengan biaya yang diperlukan untuk mencegah kerusakan lingkungan. 2. Pendekatan nilai pasar barang pengganti, terdiri atas empat metode, yaitu: a. Metode harga properti, estimasi nilai ekonomi udara bersih dengan menghubungkan antara harga rumah dengan kualitas udara. b. Metode perbedaan upah (risk estimation); upah/gaji merupakan faktor determinan dari resiko kecelakaan. c. Travel Cost Metod; survei secara detail terhadap perjalanan kemudian dihitung jumlah biaya perjalanannya. d. Metode
perilaku
pengeluaran;
survei
pengeluaran
rumahtangga
terhadap masalah lingkungan. 3. Pendekatan Contingent Valuation (CV), metode valuasi berdasarkan preferensi adalah untuk mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. CV juga merupakan suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang (willingnes to pay) dan seberapa besar nilai yang diinginkan untuk melepas suatu barang ( willingnes to accept ). Pendekatan CV dilakukan untuk mengukur preferensi masyarakat dengan melakukan wawancara (Barton, 1994).
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
12
CONTI NGENT VALUATI ON M ETHOD
(METODE VALUASI KONTINGENSI)
A. Metode Valuasi Kontingensi (Contin gent Valu ation M ethod, CVM)
CVM (Contingent Valuation Method ) merupakan metode penilaian lingkungan di mana tidak terdapat nilai pasarnya. Penilaian ini umumnya mengukur WTP atau WTA seseorang yang berkeinginan membayar atau menerima kompensasi atas kerusakan lingkungan. Penilaian atas lingkungan dikategorikan ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni eksistensi, pilihan, dan nilai perkiraan. Nilai eksistensi merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk beberapa lingkungan yang spesifik atau keindahan sumber daya alam yang akan mencegah kerusakan sumber daya alam tersebut. Nilai perkiraan merupakan nilai di mana mas yarakat ikut serta dalam memelihara lingkungan. CVM (Contingent Valuation Method ) menanyakan
berapa
keinginan
masyarakat
untuk
membayar
akan dalam
keikutsertaannya memelihara lingkungan tersebut. Nilai pilihan merupakan nilai di mana masyarakat berkeinginan membayar (WTP) untuk mencegah kerusakan lingkungan di masa mendatang, walaupun mereka tidak pasti apakah suatu saat nanti akan berkunjung ke tempat tersebut lagi atau tidak.
B. Tahap-Tahap Studi CVM (Contin gent Valuati on M ethod )
Secara umum implementasi CVM dapat dipandang menjadi enam tahap pekerjaan, yaitu : 1. Tahap Satu : Pembangunan Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/ jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/ jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
13
memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar. 2. Tahap Dua : Penentuan Besarnya Penawaran
Begitu kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung (tatap muka) dengan responden, melalui telepon, atau melalui e-mail . Wawancara melalui telepon sebaiknya merupakan alternatif terakhir karena penyampaian informasi benda lingkungan melalui telepon dinilai agak sulit, terutama karena keterbatasan waktu. Survai melalui surat sering digunakan, tetapi seringkali mengalami bias dari jawaban yang diterima. Wawancara dengan menggunakan petugas yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang memadai, tetapi perlu juga diwaspasdai bias yang mungkin terdapat pada petugas yang melaksanakan wawancara. Didalam kuisioner, setiap individu ditanya mengenai nilai uang yang bersedia dibayarkan (nilai WTP). Untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai melalui cara-cara sebagai berikut : a. “ Bidding game” : Nilai tawaran mulai dari nilai terkecil diberikan kepada responden hingga mencapai nilai WTP (willingnes to pay) maksimum yang bersedia dibayarkan responden; b. “Closed-ended referendum” : Sebuah nilai tawaran tunggal diberikan kepada responden, baik untuk responden yang setuju ataupun yang tidak setuju dengan nilai tersebut (jawaban ya atau ti dak); c. “ Payment Card ” (kartu pembayaran) : Suatu kisaran nilai disajikan pada sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap jasa publik yang diberikan; d. “Open-ended question” (pertanyaan terbuka). Setiap responden ditanya maksimum WTP (willingnes to pay) yang bersedia dibayarkan dengan tidak adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun dengan cara ini responden sering mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
14
yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki pengalaman mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan. 3. Tahap Tiga : Pendugaan Besarnya Nilai WTP
Setelah nilai tawaran WTP (willingnes to pay) didapatkan maka segera rata-rata nilai WTP dihitung. Ukuran pemusatan yang digunakan adalah nilai tengah dan/atau median. Nilai median tidak dipengaruhi oleh nilai tawaran ekstrim, namun hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai tengah. Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai
WTP
sebagai
variabel
dependen
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain tingkat pendidikan (PD), Jumlah Anggota Keluarga (AK), tingkat pendapatan keluarga (Y), Pengeluaran rata-rata keluarga (PE), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas air (Q). 4. Tahap Empat : Perkiraan Rataan dan Nilai Tengah WTP
Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran. 5. Tahap Lima : Penjumlahan Data
Penjumlahan
data
merupakan
proses
dimana
rata-rata
penawaran
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan
terhadap
populasi
yang
relevan.
Tujuannya
untuk
mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
15
b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting . 6. Tahap Enam : Evaluasi Penggunaan CVM
Pada tahap ini dilakukan penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Apakah hasil survei memiliki „ protest bid ‟ yang terlalu tinggi. Apakah responden memahami dan mengerti benar tentang pasar hipotetik yang disampaikan. Seberapa pengalaman responden terhadap barang/ jasa lingkungan yang dipertanyakan. Seberapa baik pasar hipotetik yang dibangun dapat mencakup seluruh aspek barang/ jasa lingkungan. Asumsi apakah yang diperlukan untuk menghasilkan nilai tengah dan menggambarkan nilai tawaran (bid ) agregat. Seberapa baik cakupan permasalahan dikaitkan dengan CVM yang ditangani. Bagaimana gambaran nilai tawaran dibandingkan dengan nilai tawaran yang dihasilkan pada studi yang lain.
C. Kelebihan CVM (Contingent Valu ation M ethod )
Salah satu kelebihan CVM (Contingent Valuation Method ) atas teknik valuasi yang lain adalah kapasitas CVM (Contingent Valuation Method ) yang dapat menduga nilai bukan manfaat ( non-use value). Responden juga dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
16
pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara. Hal ini memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non pengguna secara terpisah. Hal-hal yang harus diperhatikan agar studi CVM (Contingent Valuation Method ) dapat berjalan dengan baik : 1. Pasar hipotetis yang dibangun harus kredibel dan realistis. 2. Jenis pembayaran atau ukuran kesejahteraan yang digunakan jangan sampai menimbulkan kontroversi dan harus bersifat netral. 3. Responden harus diberikan informasi yang memadai perihal sumberdaya yang ditanyakan. 4. Idealnya, responden sudah “familiar” dengan sumberdaya (benda lingkungan) yang ditanyakan serta memiliki pengalaman mengenai nilai perdagangan benda lingkungan tersebut. 5. Jika memungkinkan, ukuran WTP (willingnes to pay) seharusnya dikemukakan karena responden sering mengalami kesulitan untuk menduga nilai uang suatu sumberdaya. 6. Sampel (responden) seharusnya memiliki ukuran cukup besar agar memiliki tingkat kepercayaan yang memadai. 7. Sebaiknya diketahui dengan pasti, apakah sampel terpilih memiliki karakteristik yang sama dengan seluruh anggota populasi, sehingga dapat diputuskan apakah perlu atau tidak melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
D. Kelemahan CVM (Contin gent Valu ation M ethod )
Kelemahan yang harus diantisipasi dalam studi CVM ( Contingent Valuation Method )adalah adanya bias. Studi CVM ( Contingent Valuation Method ) dikatakan mengalami bias jika nilai WTP (willingnes to pay) yang dihasilkan dalam studi CVM (Contingent Valuation Method ) lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias ini dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu bias strategi ( strategic bias), bias rancangan (design bias), bias “mental account” (mental account bias), dan kesalahan pasar hipotetis (hypothetical market error ).
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
17
a. Bias Strategi
Bias strategi terjadi karena latar belakang benda lingkungan yang bersifat “non - excludability” dalam pemanfaatannya , sehingga hal ini akan mendorong terciptanya responden yang bertindak sebagai “ free rider ”. Ada kemungkinan seorang responden mengatakan suatu nilai WTP yang relatif kecil untuk mendukung upaya peningkatan kualitas lingkungan (kesejahteraan) karena merasa bahwa dia dapat menggantungkan kegiatan peningkatan kualitas lingkungan tersebut kepada responden yang bersedia membayar dengan harga tinggi. Alternatif untuk mengurangi bias strategi adalah melalui penjelasan bahwa semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata, atau penekanan sifat hipotetis dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP yang benar. Mitchell and Carson (1989) dalam Hanley
dan
Spash
(1993)
menyarankan
empat
langkah
untuk
meminimalkan bias strategi, yaitu :
Menghilangkan seluruh pencilan (outlier )
Penekanan bahwa pembayaran oleh responden lain adalah dapat dijamin
Menyembunyikan nilai tawaran responden lain
Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran.
b. Bias Rancangan (Design Bi as )
Rancangan studi CVM (Contingent Valuation Method ) mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. Beberapa hal dalam rancangan survei yang dapat mempengaruhi responden adalah : a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat mempengaruhi nilai rata-rata tawaran. Contohnya jenis tawaran yang diberikan dalam bentuk “tiket masuk tempat rekreasi” akan menghasilkan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk “trust fund ”. Hal tersebut dikarenakan responden merasa tidak senang
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
18
jika mereka harus membayar saat mereka melakukan rekreasi atau karena kebijakan tiket masuk merupakan kebijakan fiskal yang kurang populer di masyarakat. b) Bias Titik Awal (Starting Point Bias). Pada bidding games titik awal yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid ) yang ditawarkan. Hal ini dapat disebabkan oleh “ketergesagesaan” responden ketika mengisi kuisioner atau karena titik awal yang mengemukakan besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai
perdagangan benda lingkungan yang
dipermasalahkan). c) Sifat informasi yang disampaikan (nature of information provided ). Dalam sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja. Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotetis maupun komoditi spesifik yang diinformasikan pada saat survai. Informasi
yang
memperbaiki
pengetahuan
responden
mengenai
karakteristik benda lingkungan yang dinilai dapat dipandang sebagai penyampaian informasi
sebuah keputusan konsumsi. Sedangkan
informasi yang dapat merubah preferensi responden dapat dipandang menciptakan sebuah bias.
c. Bias “Mental Account” (Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiawaan Responden)
Isu ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. Contoh terjadinya bias mental account dapat diilustrasikan sebagai berikut: katakanlah budget total yang dimiliki seorang individu untuk pelestarian spesies hewan sepenuhnya dibelanjakan pada pelestarian harimau sumatera ( Panthera tigris sumatrae). Namun individu tersebut
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
19
peduli juga pada pelestarian spesies hewan lain dan menyatakan bersedia pula mengeluarkan uangnya untuk kegiatan pelestarian spesies hewan lain tersebut, padahal seluruh anggaran untuk lingkungan yang dimilikinya sudah dihabiskan untuk pelestarian harimau sumatera. Pada kondisi ini telah terjadi bias “mental account ” dan nilai WTP (willingnes to pay) yang dinyatakan individu lebih tinggi dari nilai sesungguhnya.
d. Kesalahan Pasar Hipotetis ( H ypothetical M arket Er ror )
Kesalahan pasar hipotetis terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden didalam pasar hipotetis membuat tanggapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP ( willingnes to pay) yang dihasilkan menjadi berbeda dengan nilai sesungguhnya. Dalam hal ini kesalahan pasar hipotetis akan mengarahkan kepada terjadinya suatu pernyataan nilai WTP yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai sesungguhnya.
Hal
ini
dilatarbelakangi
oleh
karena
studi
CVM
(Contingent Valuation Method ) tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau pasar yang murni hipotetis yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi psikologi dan sosiologi perilaku. Terjadinya bias pasar hipotetis bergantung pada : 1) Bagaimana pertanyaan. disampaikan ketika melaksanakan survai; 2) Seberapa realistik responden merasakan pasar hipotetis akan terjadi 3) Bagaimana format WTP (willingnes to pay) yang digunakan.
E. Unsur-Unsur Yang Penting Dalam Kuesioner CV ( Contin gent Valuati on )
Instrumen survei CV (contingent valuation) mempunyai tiga bagian dasar, yakni : 1. Deskripsi hipotetis kondisi barang atau jasa yang ditawarkan disajikan kepada responden. Deskripsi ini menyajikan informasi yang cukup kepada responden agar mempertimbangkan secara hati-hati barang atau jasa yang ditawarkan atau diusulkan. Dalam wawancara perorangan, gambar dan diagram sering dipakai untuk menyampaikan informasi kepada responden.
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
20
Pada umumnya, deskripsi barang atau jasa yang dinilai sebaiknya mencakup informasi sebagai berikut : a. Kapan jasa itu tersedia ? b. Berapakah yang akan dibayar responden? c. Berapakah jumlah yang akan membayar? d. Lembaga-lembaga apa saja yang bertanggung jawab dalam memberikan jasa yang ditawarkan ? e. Kualitas dan keandalan barang dan jasa yang ditawarkan. f. Pendesain survei memberikan responden dengan informasi yang cukup untuk membuat keputusan yang layak dan tidak membebani responden dengan informasi berlebih yang akan membuat mereka bosan, terganggu dan bingung.
2. Responden ditanyakan satu atau lebih pertanyaan, yang berupa pertanyaan pertanyaan berapa banyak seorang individu akan membayar jasa itu (WTP), atau seberapa jauh ia akan menerima kompensasi untuk menanggung kerugian (WTA). Dalam studi contingent behaviour, responden ditanyakan bagaimana mereka merubah perilaku mereka akibat respon terhadap perubahan hipotetis dalam barang dan jasa. Responrespon mereka kemudian digunakan dalam model ekonometrik untuk menduga
keinginan
digambarkan.
mereka
Responden
juga
dalam
membayar
ditanyakan
perubahan
apakah
mereka
yang akan
memberikan poll (suara) terhadap proposal yang dapat menyediakan barang publik pada harga yang ditentukan.
3. Instrumen survei CV biasanya mencakup serangkaian pertanyaan tentang karakteristik sosial ekonomi dan demografi responden serta keluarganya. Data-data ini diperoleh untuk mengkaitkan jawaban responden dengan pertanyaan-pertanyaan valuasi terhadap karakteristik lain dari responden. Informasi-informasi dikumpulkan berdasarkan pengetahuan responden, sikap (attitudes), dan praktek-praktek yang berhubungan dengan barang
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
21
atau jasa yang serupa atau berkaitan dengan apa yang ditawarkan dalam skenario pasar hipotetis. Rangkaian bagian-bagian dalam kuesioner tergantung pada lingkungan sosial dan budaya tertentu.
F.
Pengaruh Valuasi Ekonomi Dengan Contingent Valu ation M ethod (CVM) Dalam meminimalisir Dampak Lingkungan
Pendekatan
valuasi
ekonomi
lingkungan
dengan
Contingent
Valuation Method (CVM) adalah pendekatan yg tepat untuk memperkirakan kebersediaan membayar disebut metode “Contingent Valuation” didasarkan pada ide sederhana bahwa jika kita ingin mengetahui berapa nilai yang bersedia dikeluarkan oleh orang untuk mencapai kondisi lingkungan tertentu, kita dapat menanyakannya kepada mereka. Metode ini disebut “contingent” valuation karena metode ini mencoba mendorong orang untuk mengungkapkan apa
yangakan
mereka
lakukan
jika
ditempatkan
pada
kondisi
contingent tertentu. Kini telah berkembang berbagai cara valuasi ekonomi dampak lingkungan ditemukan dalam literatur ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Dalam hal ini terdapat jenis pendekatan penilaian ekonomis : 1. Impact analysis : nilai ekonomi dilihat dari dampak akibat adanya aktivitas tertentu. 2. Partial analysis : dengan menetapkan 2 atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem. 3. Total valuation : untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat. Nilai Ekonomi adalah penjumlahan WTP dari banyak individuWTP ini merefleksikan preferensi individu. Seperti dalam hal barang pasar swasta, fitur umum dari semua metode penilaian ekonomi barang dan jasalingkungan adalah bahwa mereka yang didirikan pada aksioma-aksioma teoridan prinsip prinsip ekonomi kesejahteraan. Ini langkah-langkah perubahankesejahteraan yang tercermin dalam rakyat kesediaan membayar (WTP) ataukesediaan
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
22
untuk menerima (WTA) kompensasi untuk perubahan tingkatpenggunaan barang tertentu atau jasa.
Langkah Kegiatan Valuasi Ekonomi dampak lingkungan : 1. Pemilihan pendekatan nilai ekonomi yang sesuai dengan tujuan studi. 2. Mendefinisikan areal dari kegiatan amdal yang akan dianalisis, batas-batas khusus dari ekosistem dengan areal sekitarnya. 3. Mengidentifikasi segenap komponen, fungsi dan atribut dari ruang lingkup kegiatan amdal serta menyusunnya dalam tingkatanberdasarkan derajat kepentingannya. 4. Menyusun klasifikasi segenap fungsi dan manfaat kegiatan amdal kedalam berbagai tipe penggunaan ekosistem yang akan dimanfaatkan(use value and non-use value) 5. Mengidentifikasi informasi dan data yang diperlukan sekaligus metode pengumpulannya. 6. Menganalisis segenap informasi dan data yang sudah dikumpulkan dalam rangka kuantifikasi nilai ekonomi kegiatan amdal. 7. Mengimplementasikan
metode
penilaian
yang
tepat
yaitu
denganmenggunakan metode Cost Benefit Analysis.
G. Contoh Penerapan Contingent Valu ation M ethod 1. Masyarakat hilir menyadari bahwa terjadinya banjir yang secara rutin
melanda wilayah mereka sebagai akibat menurunnya kualitas lingkungan di wilayah hulu. Untuk itu masyarakat ditanya tentang respon mereka terhadap upaya-upaya perbaikan lingkungan di wilayah hulu. Pertanyaan Penawaran WTP:
Apakah setuju bahwa lahan pertanian khususnya sawah mempunyai fungsi lingkungan dalam pengendalian banjir dan erosi.
Apakah responden bersedia membayar untuk memperbaiki kualitas lingkungan hulu
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
23
Jika ”ya”, kemukakan nilai pilihan WTP (mulai dari terendah), lalu lakukan penawaran (bidding ).
Tingkatkan penawaran sekitar 10% atau lebih. Misalnya dari nilai awal Rp 5.000 menjadi Rp 5.500. jika masih bersedia membayar, tingkatkan lagi nilainya menjadi Rp 6.000 dan seterusnya.
Jika responden sudah menyatakan tidak bersedia lagi membayar, maka nilai penawaran tertinggilah merupakan nilai WTP dari responden tersebut.
Pada prinsipnya pendekatan WTA (Willingness to accept) sama dengan WTP, tetapi respondennya adalah masyarakat yang menyediakan atau menghasilkan jasa lingkungan. Misalnya, untuk mengetahui seberapa besar
petani
mau
dibayar
agar
tetap
bersedia
mengelola
dan
mempertahankan lahan pertaniannya. 2.Apakah responden bersedia menerima bantuan pembayaran untuk tetap
mengelola dan mempertahankan lahan pertaniannya. Misaln ya biaya pembuatan teras bangku. Biaya pembuatan teras bangku di lokasi penelitian adalah Rp 3,5 – 5,5 juta/ha. Tingkat penawaran mulai dari 50% nilai biaya yang dikemukakan petani, lalu diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan respon awal petani. Misalnya biaya pembuatan teras menurut petani Rp 1.000.000 (luas lahan 0,25 ha), terdiri dari biaya TK Rp 600.000, biaya bahan Rp 250.000 dan peralatan Rp 150.000 Pertanyaan Penawaran WTA:
Biaya Tenaga Kerja Rp 300.000
Jika responnya bersedia menerima, maka turunkan sekitar 10% atau lebih menjadi Rp 275.00, lalu Rp 250.000, lalu Rp 225.000, dst sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima jumlah tersebut.
Jika responnya tidak bersedia menerima, maka naikkan sekitar 10% atau lebih menjadi Rp 325.000, lalu Rp 350.000, lalu Rp 375.000, atau Rp 400.000 dst, sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai tersebut.
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
24
Bahan Rp 100.000; jika responnya masih bersedia, turunkan sekitar 10% seperti cara di atas sampai responden menyatakan tidak bersedia menerima nilai tersebut. Namun jika responden tidak bersedia menerima, naikkan nilai tersebut sekitar 10% sampai responden menyatakan bersedia menerima nilai bantuan tersebut.
Peralatan Rp 50.000 (caranya sama dengan di atas).
Valuasi Lingkungan (Contingent Valuation Method )
25