SOAL DAN JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER TAKE HOME Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Teori Akuntansi yang dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Sutrisno T., SE., M.Si., Ak.
Oleh: Winda Kurnia
115020305111004 Anggota diskusi:
1.
Hadijah Oemar A.
115020301111044
2.
Yashinta Novindasari
115020301111045
3.
Irene Anggiat N.
115020301111047
4.
Winda Kurnia
115020305111004
Kelas CD
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Mei 2014 1. (Soal no. 1) Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang lainnya. Setujukah saudara? Berikan penjelasan untuk hal tersebut! Jawaban : Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full disclosure), apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat cukup banyak investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat memasukkan bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien. Sebaliknya, perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif pengukuran lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini, perspektif informasi dan perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan badan penyusun standar akuntansi. Literatur-literatur akuntansi membahas kedua perspektif ini secara terpisah. Entwistle dan Phillips (2003), Cornell dan Landsman (2003), dan Francis et al. (2002) menggunakan perspektif informasi, dan menyatakan pentingnya luas pengungkapan untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor. Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999), Collins et al. (1997), Francis dan Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao (2004) didasari perspektif pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan informasi akuntansi berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi. Paparan di atas menunjukkan bahwa perspektif informasi dan perspektif pengukuran dibahas secara terpisah dalam literatur-literatur akuntansi. Tiaptiap perspektif tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif lainnya. Menurut hemat saya bagaimanapu juga kedua perspektif tersebut adalah hal yang sangat penting dalam dunia akuntansi Perspektif pengukuran yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak dapat mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikirpemikir akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi perspektif informasi dan perspektif pengukuran menjadi penting, karena kedua aspek dari kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan informasi secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu mempertimbangkan luas pengungkapan. Jadi sebaiknya kedua persepektif tersebut haruslah dipertimbangkan karena adanya keterkaitan antara kedua persfektif tersebut yang saling mendukung. Disamping itu ketika kedua perspektif tersebut digunakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing informasi yang disajikan akan lebih berkualitas. 2. (Soal no. 2) Seperti dalam studi Ball dan Brown (1968) mengapa reaksi pasar terjadi sebelum pengumuman (laba) dilakukan. Di dalam short window dan long window dalam pengujian reaksi pasar, mana yang memberi bukti yang lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi. Mungkinkah terjadi kebocoran informasi? Jawaban: Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi terhadap harga saham pertama kali oleh Ball dan Brown pada tahun 1958 yang menguji apakah pengumuman laba mempunyai
2
hubungan positif dengan harga saham. Hasilnya menunjukkan adanya abnormal return positif pada pengumuman. Dalam studi tersebut, Ball dan Brown menemukan adanya perbedaan return antara narrow window dengan wider window yaitu: a. Apabila reaksi pasar terhadap informasi laporan keuangan diamati dalam narrow window, dapat diargumentasi bahwa informasi akuntansi adalah cause (penyebab) reaksi pasar. Alasannya adalah karena dalam narrow window belum terdapat informasi lain yang masuk ke pasar. Seandainyapun ada informasi lain yang masuk, misalnya pengumuman dividen dan stock split, maka perusahaan tersebut dikeluarkan dari sampel. Maka, studi dengan narrow window dapat dikategorikan sebagai causation; dan b. Sebaliknya, apabila reaksi pasar terhadap informasi laporan keuangan diamati dalam wider window, dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi berhubungan secara positif terhadap return pasar. Alasannya adalah karena dalam wider window, dimungkinkan sudah banyak informasi lain yang masuk ke pasar selain informasi tentang laba. Karena itu, studi tentang wider window dikategorikan sebagai association. Sehingga narrow windows (short window) lebih memberikan usefulness informasi akuntansi karena reaksi pasar lebih diakibatkan pada informasi laba (causation) dibandingkan pada wider window (long window) banyak informasi yang mengakibatkan reaksi pasar tidak hanya informasi laba (association). Lebih jelasnya, usefullness dari informasi akuntansi akan jauh lebih kuat dalam short window atau observasi yang dilakukan beberapa hari sebelum pengumuman earning. Alasannya yaitu dalam short window faktor-faktor lain yang mempengaruhi laba relatif lebih sedikit. Sehingga informasi akuntansi akan sangat berpengaruh bagi pengguna informasi untuk kepentingan pembuatan keputusan. Hubungan dalam short window memberikan dukungan yang kuat terhadap decision usefulness karena memberikan usulan bahwa informasi akuntansi yang secara aktual mendorong revisi kepercayaan investor dan juga return sekuritas. Short window dapat memberi bukti lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi karena selama short window ada beberapa kejadian spesifik perusahaan yang relative terjadi dari pada laba bersih yang mempengaruhi pengembalian saham. Selain itu, jika kejadian lain terjadi, seperti stock splits atau pengumuman dividen, hal tersebut dapat mempengaruhi perusahaan. Sebuah gabungan short window diantara pengembalian sekuritas dan informasi akuntansi menyarankan bahwa pengungkapan akuntansi merupakan sumber informasi baru untuk investor. Sedangkan evaluasi return dalam long-window bagaimanapun membuka kemungkinan adanya return yang diperoleh melalui faktor yang lain selain earnings. 3. (Soal no. 3) Jelaskan perbedaan antara teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif. Setujukah saudara, jika teori akuntansi normative tidak bisa diuji secara empiris atau diverifikasi ke dalam praktik? Jelaskan dan berikan contohnya! Jawaban: Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Positive Accounting Theory (PAT) dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1986). Selama tahun 1970-an teori akuntansi menerapkan metode empiris yang juga disebut sebagai metodologi positif atau empiris berarti pengujian, atau hipotesis atau teori akuntansi harus dikembalikan sesuai fakta dan kejadian yang ada dalam dunia nyata. Fokus utama kajian akuntansi positif adalah pada pengujian empiris beberapa asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi 3
normatif. Contohnya dengan menggunakan kuisioner dan teknik survei lainnya, sifat atau bentuk dari manfaat teknik-teknik akuntansi yang berbeda akan ditentukan. Yang menjadi perbedaan utama antara teori positif dan normatif adalah teori normatif bersifat preskriptif sedangkan teori positif bersifat deskriptif, penjelasan atau prediksi. teori normatif menuntun utnuk memerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak untuk meraih outcome yang dianggap baik, cocok dan adil dan sebagainya. Sedangkan teori positif menggambarkan bagaimana seseorang bertindak dengan baik dan menjelaskan mengapa orang-orang harus bertindak dengan cara tepat. Teori Akuntansi Normatif Dalam akuntansi teori normatif dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semiresearch”. Teori normatif hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Perumusan akuntansi normatif mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan 1960-an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada: 1. Penciptaan laba sesungguhnya (true income) Teori ini berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Meskipun demikian, tidak ada kesepakatan terhadap apa yang dimaksud denganpengukur nilai dan laba yang benar. 2. Pengambilan keputusan (decision usefulness) Pendekatan ini menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat. Pada kebanyakan kasus, teori ini didasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran (wealth) atau konsep ekonomi pengambilan keputusan rasional. Biasanya konsep tersebut didasarkan juga pada penyesuaian rekening karena pengaruh inflasi atau nilai pasar dari aktiva. Teori ini pada dasarnya merupakan teori pengukuran akuntansi. Teori tersebut bersifat normative karena didasarkan pada anggapan: Akuntansi seharusnya merupakan system pengukuran Laba dan nilai dapat diukur secara tepat Akuntansi keuangan bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi) Ada beberapa pengukur laba yang unik. Saya tidak setuju, karena teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subyektif maka tidak bisa diterima begitu saja, harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Pendukung teori ini biasanya menggambarkan system akuntansi yang dihasilkan sebagai sesuatu yang ideal, merekomendasikan penggantian sistem akuntansi cost historis dan pemakaian teori normatif oleh semua pihak. 4. (Soal no. 4) Konsep historical cost sering mendapat kritik tajam karena dianggap sudah ketinggalan jaman dan tidak relevan dalam menyajikan informasi akuntansi. Namun
4
demikian, keandalan informasi justru telah dibuktikan oleh historical cost. Jelaskan pendapat saudara baik setuju maupun yang tidak setuju! Jawaban: Historical Cost adalah prinsip akuntansi yang mengakui harta/utang pada nilai historisnya/harga perolehan. Penggunaan Historical Cost Principle membuat laporan keuangan yang disajikan akan lebih reliable. Hal tersebut dikarenakan jumlah yang dicatat dalam setiap transaksi didukung dengan bukti yang jelas dan nyata, sehingga pencatatannya pun dapat dipertanggungjawabkan dan akurat. Namun seiring dengan perkembangan kebutuhan pengguna laporan keuangan, muncul berbagai kritik terhadap penggunaan Historical Cost Principle. Sekarang ini investor lebih menuntut informasi yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan. Latar belakang tersebut mendasari penggunaan Fair Value Accounting (FVA) dalam membuat laporan keuangan. Ada tiga komponen ekonomi modern yang menyebabkan Historical Cost Principle kurang valid untuk digunakan dalam penyajian laporan keuangan jika dibandingkan saat model ini dikembangkan, antara lain: tingkat perubahan harga secara khusus yang disebabkan oleh halhal seperti kemajuan teknologi dan pergeseran preferensi konsumen, tingkat perubahan harga secara umum yang disebabkan oleh inflasi, serta fluktuasi nilai tukar mata uang. Menurut pendapat saya penggunaan Fair Value Accounting (FVA) lebih baik dibandingkan Historical Cost Principle. Reliable dan relevan terkadang tidak dapat kita penuhi dengan sempurna secara bersamaan, harus ada salah satu yang dikorbankan. Namun tentu saja, penggunaan Fair Value Accounting (FVA) bukan tanpa cacat sama sekali. Prinsip Fair Value Accounting (FVA) tetap harus lebih dikembangkan kembali karena masih memiliki banyak kelemahan, seperti misalnya dianggap tidak fair karena hanya penaksiran oleh beberapa pihak yang bisa jadi hanya bersifat sangat subjektif. Menurut Penman (2007;33) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan historical cost, yaitu: a. Investor-investor berkaitan dengan nilai, bukan biaya, maka melaporkan fair value b. Dengan berlalunya waktu, harga historis jadinya tidak relevan di dalam menaksir posisi keuangan suatu entitas. Harga menyediakan informasi terbaru sekitar nilai dari aset-aset. c. Akuntansi fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang benar. d. Akuntansi fair value melaporkan economic income seturut diterima secara luas defenisi Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan dalam fair value dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari pendapatan historical cost e. Fair value adalah pengukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktorfaktorkhusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu pengukuran yang tidak bias yang konsisten dari periode ke periode dan lintas entitas. 5. (Soal no. 5) Isu tentang IFRS, IAS, harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan secukupnya tentang isu-isu tersebut! Jawaban: Menurut pendapat saya, Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktikpraktik tersebut dapat beragam (Choi, et al.,1999). Standart harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara. Keuntungan dari harmonisasi antara lain informasi keuangan dapat diperbandingkan, menghemat waktu dan uang, serta meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal internasional. Hal inilah yang mendorong 5
perubahan peraturan akuntansi domestik ke arah IFRS. Dengan menerapkan IAS (IFRS) dalam laporan keuangan perusahaan domestik berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang berbeda, serta meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Sedangkan di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengumumkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Dengan demikian, saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan IFRS. Proses harmonisasi dan kovergensi IFRS tersebut tentu saja mengalami hambatan, antara lain hambatan antara lain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi. Faktor budaya (culture) merupakan hal yang perlu diperhatikan. Budaya timbul dan tercermin dari kehidupan masyarakat di suatu negara, serta tentu saja tercermin dari kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Misalnya saja kehidupan ekonomi di Indonesia dengan Amerika tentu saja memiliki banyak perbedaan dalam hal transaksi ekonomi ataupun sumber dayanya. Budaya juga tercermin dalam prinsip akuntansi domestik di setiap negara yang memang telah disesuaikan dengan perekonomian di negara masing-masing. Selain itu, pastinya setiap negara ingin mempertahankan budaya masing-masing 6. (Soal no. 7) Pengungkapan informasi akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam pengungkapan wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Jelaskan menurut pendapat saudara! Apakah pengungkapan ini telah diatur dengan regulasi? Apakah ada Undangundang yang mengaturnya? Jawaban: Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure), Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Ketentuan mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan nomor X.K.6. Laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profit perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Ikhtisar data keuangan penting meliputi sekurang-kurangnya: penjualan/pendapatan usaha; b. laba (rugi) kotor c. laba (rugi) usaha; d. laba (rugi) bersih; e. jumlah saham yang beredar f. laba (rugi) bersih per saham; g. proforma penjualan/pendapatan usaha (jika ada) h. proforma laba (rugi) bersih (jika ada) i. proforma laba (rugi) bersih per saham (jika ada) j. modal kerja bersih u. rasio kecukupan modal (khusus untuk perbankan); k. jumlah aktiva v. informasi keuangan perbandingan lainnya yang relevan dengan perusahaan. l. jumlah investasi; m. jumlah kewajiban; n. jumlah ekuitas; o. rasio laba (rugi) terhadap jumlah aktiva; p. rasio laba (rugi) terhadap ekuitas; q. rasio lancar; r. rasio kewajiban terhadap ekuitas; s. rasio kewajiban terhadap jumlah aktiva; t. rasio kredit yang diberikan terhadap jumlah simpanan (khusus untuk perbankan). Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure), Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Perusahaan memiliki keleluasaan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan 6
untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis perusahaan. Dalam konteks pengungkapan sukarela manajemen perusahaan bebas memilih untuk memberikan informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam mendukung pengambilan keputusan oleh pemakai laporan tahunan. Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah. Pengunkapan informasi oleh perusahaan diharapkan akan membantu investor dan kreditor memahami risiko investasi. Contohnya adalah laporan tentang lingkungan hidup khusunya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting bagi entitas bisnis tersebut; laporan nilai tambah; laporan CSR. Menurut saya,mandatory disclosure merupakan bentuk dari akuntabilitas entitas terhadap stakeholder-nya, sedangkan voluntary disclosure ini merupakan bentuk responsibilitas entitas tersebut. 7. (Soal no. 9) Saat ini banyak penelitian CSR dan dampak lingkungan yang masih belum konsisten, karena masyarakat dan investor ternyata tidak bersikap seperti yang diharapkan dengan teori. Banyak anggota masyarakat yang jika berbelanja produk tertentu tidak melihat atau menganalisis apakah produk tersebut dihasilkan oleh perusahaan yang melaporkan CSR dan lingkungannya. Jelaskan pendapat saudara! Jawaban: Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara perusahaan, pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas CSR diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga. saham (Almilia dan Wijayanto, 2007). Bagi perusahaan, CSR mampu membentuk persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan. Dari beberapa survey yang dikutip Wibisono (dalam Koetler, 2008: 33) memperlihatkan bahwa masyarakat akan mendukung dan membeli suatu produk dari perusahaan yang mempunyai kepedulian sosial, sebaliknya masyarakat menolak produk dari perusahaan yang tidak mempunyai rasa kepedulian sosial. Hal serupa juga terungkap dari hasil survey CSR 2005 yang menunjukkan manfaat dari CSR yaitu mampu meningkatkan citra perusahaan dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat (Suharto,2009: 41). Dengan terbangunnya citra positif perusahaan dimata masyarakat diharapkan adanya penerimaan masyarakat dan akhirnya dapat menciptakan keseimbangan jalannya perusahaan. Dampak sosial yang nyata terlihat adanya perubahan pola kemasyarakatan seperti perubahan masyarakat yang dulunya merupakan masyarakat desa berubah menjadi masyarakat kota yang tentu saja perubahan tersebut tidak terjadi begitu saja,tetapi mengalami tahapan-tahapanperubahan. Realita yang seringkali terjadi menunjukkan adanya resistensi masyarakat sekitar terhadap perusahaan yang tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungan,yang kemudian seringkali 7
berujung pada adanya konflik terbuka antar perusahaan dengan warga sekitar. Beberapa permasalahan yang sering muncul diantaranya yaitu masalah pencemaran lingkungan dan kesenjangan sosial. Hal ini bisa dilihat dari maraknya aksi demo masyarakat di sekitar kompleks industri tersebut. Pendekatan partisipatif dengan berbagai bentuk akan menopang keberhasilan perusahaan dalam mengimplementasikan program CSR. Adapun pertimbangan utama dalam menerapkan CSR adalah manfaat, baik yang berwujud nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Oleh karena itu manfaat yang diharapkan senantiasa harus mendapat dipantau dan dievaluasi. Penerapan CSR di Indonesia dapat dikatkaan terlambat, hal ini bila dilihat praktek yang dilaksanakan oleh perusahaan besar di Indonesia CSR masih cenderung bersifa niat baik (charity). Keluarnya UU No. 40 tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas secara eksplisit mencantumkan tanggung jawab sosial sebagai bagian daripada kegiatan perusahaan . Secara singkat dapat disimpulkan bahwa setiap perseroan wajib mencantumkan dana untuk tanggung jawab sosial, melaksanakan, dan melaporkannya ke pemerintah setiap tahunnya. Bahkan bagi perseroan yang tidak melaksanakan wajib dikenakan sangsi. Pelaporan demikian tentunya menjadi bagian daripada kesempatan yang memungkinkan pemerintah, salah satu dari pemangku kepentingan untuk terlibat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Walau harus diakui bahwa upaya menerbitkan PP yang beriaktan dengan tanggung jawab sosial lini masih mengalami hambatan. 8. (Soal No. 10) Standar akuntansi dimaksudkan untuk meregulasi praktik, jelaskan perlu/tidaknya regulasi ini, dan siapa yang harus meregulasi. Uraikan jika terlalu banyak standar akuntansi, dan dampaknya dalam praktik, serta alternatif cara mengatasinya. Ada perdebatan apakah akuntansi itu perlu diregulasi atau tidak. Pihak yang tidak menginginkan regulasi menggunakan teori agensi dalam mempertanyakan, mengapa harus ada insentif untuk pembuatan laporan keunagan yang andal dan sukarela bagi pemilik. Untuk menyelesaikan konflik antara pemilik dan manajemen, laporan keuangan digunakan untuk memonitor hubungan kerja, untuk menilai konpensasi manajer. Selain itu perusahaan dituntut untuk menyajikan laporan secara sukarela , penggunaan informasi dapat memaksa pihak-pihak terkait untuk menyajiakan informasi tersebut. Pihak yang menginginkan regulasi menggunakan argumentasi kepentingan umum. Pada dasarnya, kegagalan pasar maupun kebutuhan untuk mencapai tujan sosial memaksa adanya regulasi akuntansi, kegagalan pasar, sebagai isu alokasi yang belum optimal, mungkin disebabkan oleh: • Keengganan perusahaan untuk mengungkapkan informasinya, sebagai pihak yang menguasai informasi tentang dirinya sendiri • Adanya penyelewengan • Penyajian informasi akuntansi (sebagai produk umum) secara ridak semestinya. Terlalu banyaknya standar akuntansi yang ada didunia atau yang akrab disebut standard overload terjadi karena banyaknya faktor. Di masing-masing negara menyusun dan membuat standar dengan karakteristik yang sesuai budaya bisnis yang berkembang dinegara tersebut. Faktor lain adalah sumber daya manusia yang mungkin setimpang ketika kita melihat negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang. Standar lahir mengingat banyak situasi yang mendukung lainnya untuk menciptakan suatu standar akuntansi sendiri daripada menerapkan standar negara lain. Standar yang terlalu banyak, standar yang terlalu detail, standar yang tidak tegas, maupun standar yang tidak mampu mengatasi perbedaaan merupakan karakteristik adanya standar overload. Standar overload ini akan banyak menimbulkan dampak terutama dalam praktik akuntansi. Standar yang menjadi kaku dan terlalu banyak yang harus diungkapkan akan mempengaruhi kinerja seorang akuntan dalam menyajikan suatu informasi. Ketika informasi yang disajikan tidak disusun secara sempurna dikarenakan masalah tersebut maka keputusan 8
yang diambil oleh para penggunannya akan menjadi sebuah hal yang sangat riskan. Standar overload akan membingungkan pengguna dengan banyaknya aturan dan catatan yang harus dibuat oleh mereka karena disatu negara dengan negara lain berbeda standarnya. Dampak yang signifikan akan terlihat dibursa saham seperti wallstreet, NYSE, Nasdaq, atau BEI sekalipun. Perusahaan multinasional yang berekspansi kemasing-masing negara mungkin akan kewalahan dengan semua standar yang berbeda. Alhasil modal yang diharapkan dari publik negara tersebut tidak akan terserap secara efektif dan efisien. Masalah standar overload ini bukan tidak mendapat perhatian dari masyarakat dunia. Pihak-pihak yang berkepentingan seperti AICPA mempunyai kesibukan lain untuk mengantisipasi hal ini. Komite khusus AICPA memberikan berberapa pendekatan untuk mengatasi standar overload, yaitu: a. Tidak ada perubahan, mempertahankan yang sudah ada (status quo) b. Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP menjadi dua jenis GAAP, misalnya GAAP khusus untuk pengusaha besar dan GAAP khusus untuk pengusaha keci c. Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua perusahaan d. Menentukan pengungkapan dan pengukuran yang berbeda e. Menentukan perubahan terhadap standar akuntansi public untuk pelaporan informasi keuangan f. Memberi alternative bagi GAAP sebagai basis pilihan dalam penyajian laporan keuangan g. Usaha mempersatukan perbedaan standar yang dilakukan IASB juga merupakan salah satu solusi untuk mengatasi standar overload. Konvergensi standar akuntansi IFRS oleh negara-negara maju maupun berkembang merupakan langkah yang menguntungkan banyak pihak. Selain perusahaan yang berekspansi ke luar negeri lebih mudah memasuki pasar modal negara tersebut, pemerintah negara juga akan dimudahkan dalam menyusun regulasi lain yang berkaitan dengan standar seperti pajak. 9. (Soal No. 11) Perkembangan teori akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam teori akuntansi tradisional dan teori akuntansi positif, teori akuntansi positif dan teori normatif, dan preskriptif. Jelaskan secukupnya dengan argumen yang mendukung! Jawaban: Teori akuntansi tradisional: Beberapa pendekatan untuk merumuskan suatu teori akuntansi dikenal sebagai pendekatan tradisional, dikarenakan pendekatan-pendekatan tersebut diwarnai oleh tidak adanya proses verifikasi yang sungguh-sungguh dilakukan dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan-pendekatan tradisional lebih merupakan penelitian konvensional daripada aliran baru dalam penelitian yang bersandar pada penalaran tradisional dalam merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Pada awal mulanya para penulis hanya menjelaskan praktik yang telah diamati, dan dengan menyajikan aturan pedagogik untuk mengklasifikasi praktik tersebut.Kemudian setelah U.S. Securities Acts 1933 dan 1934 mengatur disclousure para teoretisi akuntansi mengembangkan teori normative. Pada masa itu, validitas empiris dari hipotesis sebagai tempat bersandarnya teori normative tidak mendapat perhatian. Teori akuntansi positif: Teori akuntansi positif bertawal dari penelitian yang dilakukan oleh Watts dan Zimmerman. Watts dan Zimmerman tidak menggunakan teori normative, melainkan teori positif yang dalilnya menjelaskan bagaimana bekerjanya dunia nyata. Teori akuntansi positif ini dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena. Teori ini tidak akan dibuktikan kebenarannya, melainkan akan diuji apakah prediksinya dapat ditolak oleh bukti empiris. Teori terdiri atas asumsi dan sehimpunan hipotesis substantif. Garis besar metodologi positivist: pengembangan teori dimulai dengan penjelasan fenomena 9
yang dipikirkan oleh peneliti. Di samping itu juga harus ada asumsi baik dinyatakan atau tidak. Setelah dipelajari saling hubungan antar fenomena dengan asumsi tertentu, diderivasi hipotesis, kemudian dikumpulkan data yang dibutuhkan. Prosedur berikutnya, menguji hipotesis. Jika terbukti tidak salah, muncullah teori. Teori akan selalu berubah dan berevolusi jika ada usaha oleh peneliti (lain) untuk mengembangkan metodologi peneliti sebelumnya. Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba menjawab pertanyaan “apa yang semestinya”. Disini akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti tidak peduli apakah berlaku atau dipraktekkan sekarang atau tidak. Teori normative berusaha untuk membenarkan tentang apa yang seharusnya dipraktekkan, misalnya pernyataan yang menyebutkan bahwa laporan keuangan seharusnya didasarkan pada metode pengukuran aktiva tertentu. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normative sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normative bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”. Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Pada awal perkembangannya, teori akuntansi normative belum menggunakan pendekatan investigasi, dan cenderung disusun untuk menghasilkan postulat akuntansi. Perumusan akuntansi normative mencapai masa keemasan pada tahun 1950 dan1960an. Selama periode ini perumus akuntansi lebih tertarik pada rekomendasi kebijakan danapa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang sekarang dipraktekkan. Pada periode tersebut, teori normative lebih berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true income) dan pengambilan keputusan (decision usefulness). Sedangkan Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktek-praktek akuntansi yang ada di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, PAT dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam PAT didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, auditor, pihak pengelola pasar modal dan institusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1986). PAT lebih bersifat deskriptif bukan preskiptif. Tidak seperti teori normative yang didasarkan pada prems bahwa manajer akan memaksimumkan laba atau kemakmuran untuk kepentingan perusahaan , teroi positif didasarkan pada premis bahwa individu selalu bertindak atasdasar motivasi pribadi (self seeking motives) dan berusaha memaksimumkan keuntungan pribadi. 10. (Bonus) Manajemen laba pada umumnya tidak dapat dideteksi secara langsung sehingga digunakan proksi akrual diskresioner. Jelaskan mengenai metode untuk mendeteksi manajemen laba tersebut! Jawaban: Beberapa penelitian telah banyak yang mengangkat tema terkait pendeteksian manajemen laba, salah satunya Jones (1991). Jones (1991) melakukan sped regretion dalam model ini. Akrual diskresioner diperoleh dengan membandingkan akrual tahun t (pada saat terjadinya manipulasi laba) dengan rata-rata akrual perusahaan tersebut dilihat dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, akrual diskresioner dapat juga dihitung dengan menghitung perbedaan antara net income dan cash flow. Manajemen melakukan peningkatan laba melalui kebijakan akrual dapat dideteksi dari empat items akrual yaitu: biaya amortisasi, peningkatan net accounts receivable, peningkatan persediaan, dan penurunan accounts payable and accrual liabilities.
10