MAKALAH PENGANTAR USHUL FIQH Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Islam Serta Hukum-Hukum di Dalamnya
Dosen Pembimbing: Drs. Mona Eliza, M.Ag
Disusun Oleh: Vanny Rosa Marini (1113051000025) Anjani Naka Murti (1113051000026) Antik Bintari (1113051000037)
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
I.
Pengertian Al-Qur’an
Menurut Bahasa: Makna kata Qur‟an adalah sinonim dengan qiro’ah dan keduanya berasal dari kata qoro’a. Dari segi makna, lafal Qur‟an bermakna bacaan. Kajian yang dilakukan oleh Dr.Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Qur‟an dilihat dari sisi bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang paling mendekati kebenaran.
Menurut Istilah:
Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa teks (dengan jalan) mutawatir.1
Oleh sebagian Ulama, isi kandungan al-Qur‟an dibagi ke dalam lima bagian, yaitu:2 1. Ketauhidan 2. Ibadat 3. Janji akan mendapat ganjaran dan ancaman akan mendapat siksa 4. Penjelasan tentang jalan mencapai kebahagiaan dunia-akhirat 5. Sejarah atau kisah-kisah umat jaman dahulu Al-Qur‟an dalam kajian Ushul Fiqh merupakan objek pertama dan utama pada kegiatan penelitian dalam memecakan suatu hukum. Al-Qur‟an mulai diturunkan di Mekkah, tepatnya di Gua Hira pada tahun 611 M, dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M, dalam jarak waktu kurang lebih 22 tahun beberapa bulan. Ayat pertama diturunkan adalah ayat 1 sampai dengan ayat 5 Surat al-„Alaq: ِ َّ ِّاقْرأْ بِاس ِم رب ٍ ِ ِْ } َعلَّم4{} الَّ ِذي َعلَّم بِالْ َقلَ ِم3{ك ْاْلَ ْكرُم ِ }5{اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم َ َ ْ َ َ َ َ َ ُّ} اقْ َرأْ َوَرب2{} َخلَ َق ْاْلنْ َسا َن م ْن َعلَق1{ك الذي َخلَ َق Bacalah dengan (menyebut)nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha pemurah,Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-„Alaq 1-5)
1 2
A. Basiq Djalil. Ilmu Ushul Fiqh 1 dan 2. Jakarta: Kencana. 2010. hlm. 143 Ibid.hlm. 144
II.
Ayat Makkiyah dan Madaniyah Al-Qur‟an turun dalam dua periode, yaitu pertama periode Mekkah sebelum
Rasulullah hijrah ke Madinah dan ayat yang diturunkan pada periode ini dikenal dengan ayat Makiyyah, dan periode kedua setelah Rasulullah hijrah ke Madinah yang dikenal dengan ayat-ayat Madaniyah. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah pada umumnya yang menjadi inti pembicaraannya adalah tentang masalah-masalah keyakinan (akidah), dalam rangka meluruskan keyakinan umat di masa Jahilliyahdan menanamkan ajaran tauhid. Mengapa masalah akidah yang harus lebih dulu ditanamkan, karena tanpa itu syariat islam belum akan diterima oleh umat. Untuk sampai kepada akidah yang benar, ayat-ayat makkiyah mendorong umat manusia untuk menggunakan akal yang sehat untuk memikirkan alam nyata di sekitarnya sebagai bukti atas wujud dan kekuasaam-Nya. Rahasia mengapa di Mekkah belum banyak ayat-ayat hukum diturunkan karena waktu sebelum hijrah, di mekkah belum terbentuk satu masyarakat atau komunitas Islam seperti halnya di Madinah setelah Rasulullah hijrah ke negeri itu. Peristiwa hijrah Rasulullah ke Madinah adalah garis pemisah antara dua periode tersebut dimana pada saat hijrah ini masalah iman telah tertanam ke dalam hati segenap pribadi yang ikut berhijrah bersama Rasulullah dan dalam hati beberapa orang yang melakukan janji setia dengan Rasulullah sebelum beliau hijrah ke Madinah. Dari kelompok kecil inilah kemudian berkembang menjadi sebuah komunitas besar masyarakat Islam, yang dikenal dengan umat. Maka mulailah turun ayat-ayat Madaniyah yang banyak tterkait dengan hukum dari berbagai aspeknya.
III. Hukum-hukum di dalamnya Jika dilihat dari keseluruhan ayat-ayat al-Qur‟an mengandung berbagai macam dilalah hukum, antara lain: 1.Suatu ayat yang mengandung suatu perintah yang jelas dan tegas, namun tak dijelaskan caranya, seperti firman Allah SWT. yang berbunyi: }43 :{البقرة.... الصالَة َّ أَقِْي ُموا “Dirikanlah Sholat…” (QS. Al-Baqarah: 43) 2.Suatu ayat yang mengandung perintah yang jelas tempatnya namun tidak dijelaskan batasannya, seperti firman Allah SWT. yang berbunyi:
3
}43:{النساء....فَ ْام َس ُحوا بُِو ُج ْوِه ُك ْم َو اَيْ ِديَ ُك ْم “Usaplah wajah kamu dan tangan kamu…” (QS. An-Nisaa: 43) Dalam hal-hal diatas makan Nabi Muhammad-lah yang menjelaskannya dalam bentuk perkataan, perbuata atau taqrir yang kemudian disebut Hadits atau Sunnah. Al-Qur‟an diakui sebagai Nash Qat’iy. yakni Qat’iy Al-Wurud. Sedang dilalahnya belum tentu Qat’iy, kalau yang dilalahnya Dzanny jelas wilayah ijtihad. Bahkan yang dilalah Qat’iy saja ada yang bersifat istinbati dan bersifat tatbiqi. Kalau yang istinbati benar-benar tidak boleh di ijtihad-i seperti haramnya babi. Sedang yang bersifat tatbiqi seperti “Pencuri potong tangannya” boleh di ijtihad-i sebagaimana Umar tidak melakukan hukum potong tangan pada masa paceklik.3. Al-Qur‟an sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung tiga ajaran pokok: 1. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akidah (keimanan) yang membicarakan tentang hal-hal yang wajib diyakini, seperti masalah tauhid, masalah kenabian, mengenai Kitab-Nya, Malaikat, hari Kemudian dan sebagainya. 2. Ajaran-ajaran yang berhubungan dengan akhlak, yaitu hal-hal yang harus dijadikan perhiasan diri oleh setiap mukallaf berupa sifat-sifat keutamaan dan menghindarkan diri dari hal-hal yang membawa kepada kehinaan. 3. Hukum-hukum amaliyah, ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan amal mukallaf. Dari hukum-hukum amaliyah inilah timbul dan perkembangannya ilmu Fiqih. Hukum-hukum amaliyah dalam Al-Qur‟an terdiri dari dua cabang, yaitu hukum-hukum ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dan hukumhukum mu’amalat yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Abdul Wahhab Khallaf memerinci macam hukum-hukum bidang mu‟amalat dan jumlah ayatnya sebagai berikut: 1) Hukum keluarga, mulai dari terbentuknya pernikahan, sampai masalah talak, rujuk, dan sampai ke masalah warisan. 2) Hukum mu’amalat (perdata), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan seseorang dengan yang sejenisnya, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai menggadai dll.
3
A. Basiq Djalil. Ilmu Ushul Fiqh 1 dan 2. Jakarta: Kencana. 2010. hlm. 146
4
3) Hukum jinayat (pidana), yaitu hukum-hukum yang menyangkut dengan tindakan kejahatan. 4) Hukum Al-murafa’at (acara), yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan peradilan, kesaksian, dan sumpah. 5) Hukum ketatanegaraan, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan pemerintahan. 6) Hukum antarbangsa (internasioanl), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan antara negara Islam dengan non-Islam. 7) Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum-hukum yang mengatur hak-hak fakir miskin dari harta orang-orang kaya
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa secara terminologi, di dalam Al-qur‟an terkandung beragam ruang lingkup pembahasan yang luas. Jadi, Al-Qur‟an adalah pedoman hidup bagi manusia yang disajikan dengan status sastra yang tinggi. Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia semenjak Al-Qur‟an diturunkan, terutama terhadap ilmu pengetahuan, peradaban serta akhlak manusia.
5
Daftar Pustaka
Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqh1 dan 2. Jakarta: Kencana, 2010. Effendi, Satria, dan M Zein. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2005. Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011.