BAB I PENDAHULUAN A. Lata Latarr Bel Belak akan angg Dalam kajian Ushul Fiqh, terdapat istilah al-Hakim, al-Hukum, mahkum fih, dan mahkum alaih. Dalam perkembangannya istilah-istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda-beda menurut para ulama’, sehingga kita perlu mengetahui serta memahami apa itu al-Hakim, al-Hukum, mahkum fih, dan mahkum alaih. Ushul Fiqh merupakan alat dalam penetapan hukum, maka dari itu kita perlu memahami lebih dalam penggunaannya. Dari makalah ini, kami selaku penulis akan mencoba untuk menerangkan dan menjelaskan tentang Ushul Fiqh, mulai dari pengertian dan permasalahan dari al-Hakim, pengertian dan pembagian serta macam-macam dari alHukum, pengertian dan permasalahan mahkum fih, dan untuk mahkum alaih penulis akan menjelaskan pengertian, dasar-dasar, serta syarat-syarat taklif dan ahliyya dari mahkum alaih. Dari semua konsep-konsep ini, kita sebagai mukallaf maka perlu kita ketahui serta pahami dalam kehidupan sehari-hari.
1 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
B. Rumusan Masalah . !pa pengertian , pembagian dan macam-macam !l-!hkam" #. !pa pengertian dari al-Hakim" $. !pa pengertian dari al-Hakim dan sebutkan pembagian serta macammacamnya " %. !pa pengertian dan permasalahan dari mahkum fih " &. !pa pengertian, dasar-dasar, serta syarat-syarat taklif dan ahliyya dari mahkum alaih "
B. Tujuan Penulisan . Untuk mengetahui pengertian, pembagian dan macam-macam !l!hkam. #. Untuk mengetahui pengertian !l-Hakim. $. Untuk mengetahui pengertian, pembagian serta macam-macam !lHakim. %. Untuk mengetahui pengertian dan permasalahan 'ahkum Fih. &. Untuk mengetahui pengertian, dasar-dasar, serta syarat-syarat taklif dan ahliyya dari mahkum alaih.
2 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Ahkam alam Ushul !i"h !l-ahkam ()*+ maknanya dilihat dari segi bahasa merupakan bentuk jamak dari kata hukmun () /*+ yang artinya keputusan 0 ketetapan. 1edangkan menurut istilah dalam ushul fiqih yaitu "Apa-apa yang ditetapkan oleh seruan syari'at yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf (orang yang dibebani syari'at) dari tuntutan atau pilihan atau peletakan" 1
Dalam hal ini yang dimaksud dengan seruan syariat adalah !l 2uran dan !s 1unnah. Dari pengertian diatas terdapat tiga poin yang menjadi bentuk dari !l!hkam . 3untunan 3untunan dalam hal ini dapat berupa tuntunan melakukan sesuatu (perintah atau pun tuntunan untuk meninggalkan sesuatu (larangan baik itu berupa keharusan (4ajib ataupun hanya keutamaan #. 5ilihan 1esuatu hal yang dalam melakukan ataupun meninggalkannya tidak ada suatu ketentuan syara’ yang mengatur maka akan menjadi suatu kebebasan untuk memilih melakukan ataupun tidak atau sering disebut mubah $. 5eletakan (4adh’i 6adh’i adalah suatu hal yang diletakkan oleh pembuat syari7at dari tanda-tanda, atau sifat-sifat untuk ditunaikan atau dibatalkan. 1eperti suatu ibadah dapat dikatakan 8sah9 atau 8batal9
B. Pem#agian Al-Ahkam 1 Moh. Rifa’i, Ushul Fiqih, (Bandung: PT Alma’arif, 1994), H. 11.
3 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
Dalam ushul fiqih hukum hukum-hukum syariat di bagi menjadi dua macam. . !l-!hkam at-3aklifiyyah (hukum taklifiyah #. !l-!hkam al-6adh7iyyah (hukum 4adh’iyah :erikut adalah penjelasannya
$. Al-Ahkam at-Takli%i&&ah
Al-Ahkam at-Taklifiyyah
dibagi menjadi lima yaitu 6ajib, 1unnah,
Harom, 'akruh, dan 'ubah.
$. 'aji#. 'akna 4ajib dilihat dari segi bahasa adalah ;yang jatuh dan harus; dan makna 4ajib menurut istilah dalam ushul fiqih adalah, "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at dengan bentuk keharusan" 2
Hukum 4ajib dibagi menjadi beberapa macam dilihat dari berbagai aspek yaitu<
Dilihat dari segi 4aktu pelaksanaannya, 4ajib ada % macam, yaitu i. 'aji# mu(a""at, yaitu ke4ajiban yang ditentukan batas 4aktu untuk melaksanakannya, seperti shalat fardhu yang lima 4aktu, kapan mulai dan berakhirnya 4aktu sudah ditentukan. ii. 'aji# mu(assa), yaitu 4aktu untuk melaksanakan ke4ajiban mempunyai 4aktu yang luas. 1eperti 4aktu untuk melaksanakan shalat d=uhur kurang lebih $ jam, tetapi 4aktu yang diperlukan untuk melakukan sholat tersebut cukup &-> menit saja. iii. 'aji# muh*&a", yaitu 4aktu yang disediakan untuk melaksanakan ke4ajiban sangat terbatas. 1eperti puasa ?amadhan lamanya bulan. i@. 'aji# mutlak , yaitu ke4ajiban yang tidak ditentukan batas 4aktu untuk melaksanakannya. 1eperti ke4ajiban membayar kifarat bagi orang yang melanggar sumpah.
#
Dilihat dari segi orang yang dituntut mengerjakan, 4ajib dibagi sebagai berikut. i. 'aji# +Ain, artinya ke4ajiban yang harus dikerjakan tiap-tiap mukallaf. 1eperti < shalat, puasa, =akat, dan lain-lain.
2 Rachma !"af#’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung:Pu$a%a !#ia,2&&'), H. 1'
4 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
ii. 'aji# ki%a&ah, artinya ke4ajiban yang boleh dilakukan oleh sebagian
$
mukallaf (boleh di4akili oleh kelompok tertentu. Aontoh < mengurus jena=ah, menja4ab salam, dan lain-lain. Dilihat dari segi kadar (ukuran kuantitasnya 4ajib dibagi menjadi berikut ini. i. 'aji# muhaa, yaitu ke4ajiban yang sudah ditentukan kadarnya. Aontoh < jumlah rakaat dalam shalat, jumlah besarnya =akat. ii. 'aji# gh*iru muhaa, yaitu ke4ajiban yang belum ditentukan
%
kadarnya. Aontoh < infaq, tolong menolong, dan shodaqoh. Dilihat dari segi tertentu atau tidaknya yang di4ajibkan, 4ajib dibagi menjadi berikut ini. i. 'aji# mu)a&&an, yaitu ke4ajiban yang telah ditentukan jenis ii.
perbuatannya. Aontoh < shalat, puasa, =akat fitrah. 'aji# mukh*&&ar, yaitu 4ajib tetapi boleh memilih di antara beberapa pilihan. Aontoh < Bifarat bagi orang yang berkumpul suami istri di siang hari ?amadhan boleh memilih memerdekakan budak, bila tidak mampu maka berpuasa # bulan berturut-turut, bila tidak mampu
berpuasa maka memberi makan C> fakir miskin . Sunnah. 'akna mandub dilihat dari segi bahasa adalah ;yang diseru; dan makna mandub menurut istilah dalam ushul fiqih adalah, "Apa-apa yang diperintahkan oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk keharusan”3
'andub secara mayoritas kita kenal dengan istilah sunnah, selain sunnah terdapat beberapa istilah lain dalam ushul fiqih yaitu nafilah, tatha44u’, mustahab, dan ihsan. 'andub (sunnah di bagi menjadi dua yaitu, a. Sunah muakka, artinya perintah melakukan perbuatan yang sangat dianjurkan (sangat penting b. Sunah gh*iru muakka , artinya sunah yang tidak begitu penting (kurang dianjurkan.
Adul *aha +hallaf, Ilmu Usul Fikih, (a%ara:PT Rin#%a -ia, 199/), H. 114011
5 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
$. Haram. 'akna haram dilihat dari segi bahasa adalah ;yang dilarang; dan makna haram menurut istilah dalam ushul fiqih adalah, "sesuatu yang dilarang oleh pembuat syari'at dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan" .
%. Makruh. 'akna makruh dilihat dari segi bahasa adalah
;yang
dimurkai; dan makna makruh menurut istilah dalam ushul fiqih adalah, "sesuatu yang dilarang oleh pembuat syari'at tidak dalam bentuk keharusan untuk ditinggalkan"
&. Mu#ah. 'akna mubah dilihat dari segi bahasa adalah
;yang
diumumkan dan di=inkan denganya; dan makna mubah menurut istilah dalam ushul fiqih adalah, "sesuatu yang tidak berhubungan dengan perintah dan larangan se!ara asalnya"
. Al-Ahkam al-'ah)i&&ah . Se#a#. aitu sesuatu yang jelas adanya mengakibatkan adanya hukum, sebaliknya tidak adanya mengakibatkan tidak adanya hukum. Aontohnya, perbuatan =ina mengakibatkan adanya hukum rajam. #. S&arat . yaitu sesuatu yang harus ada sebelum ada hukum, karena adanya hukum bergantung kepadanya. $. Aimah, yaitu hukum syara’ yang pokok dan berlaku untuk umum bagi seluruh mukallaf, dalam semua keadaan dan 4aktu. 'isalnya, puasa 4ajib pada bulan ?amadhan, sholat fardhu lima 4aktu sehari semalam dan lain sebagainya. %. Rukhs*h, yaitu peraturan tambahan yang ditetapkan !llah 163 sebagai keringanan karena ada hal-hal yang memberatkan mukallaf sebagai pengecualian dari hukum-hukum yang pokok. 5embagian ?ukhsah ?ukhsah terbagi menjadi % macam. a.Dibolehkannya melakukan sesuatu yang seharusnya diharamkan. Hal ini dilakukan karena dalam keadaan darurat. Aontoh < 8memakan bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain !llah, dalam Beadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas. b. Diperbolehkan meninggalkan hal-hal yang di4ajibkan, apabila ada ud=ur yang bersifat dibolehkan secara syar’i.
6 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
c.'enganggap sah sebagian aqad-aqad yang tidak memenuhi syarat tetapi sudah biasa berlaku di masyarakat. Aontohnya jual beli salam (jual beli yang barangnya tidak ada pada 4aktu terjadi aqad jual beli 0 sistem pesanan. d. 3idak berlakunya (pembatalan hukum-hukum yang berlaku bagi umat terdahulu sebelum Eabi 'uhammad 1!6. Aontoh < memotong bagian kain yang terkena najis, mengeluarkan =akat dari jumlah harta, tidak boleh melakukan sholat selain di masjid. &. Mani) (5enghalang aitu sesuatu yang karenanya menyebabkan tidak adanya hukum. 'eskipun sebab telah ada, dan syarat telah terpenuhi, akan tetapi apabila terdapat mani’ maka hukum yang semestinya bisa diberlakukan menjadi tidak bisa diberlakukan. Aontohnya, apabila seseorang mempunyai keluarga 0 kerabat sebagai ahli 4aris. !kan tetapi, apabila keduanya berlainan agama, maka keduanya tidak berhak saling me4arisi. Hal ini karena berlainan agama menjadi mani’ atau penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan harta peninggalan.
/. Per#eaan At-Takli%i&ah an Al-'ai)&ah 5erbedaan keduanya dapat dilihat dari dua hal. #ertama, yang dimaksud
dengan
hukum
3aklifi
adalah
menuntut
perbuatan,
mencegahnya, atau membolehkan memilih antara melakukan atau tidak melakukannya. 1edang hukum 6adh’i tidak bermaksud menuntut melarang atau membolehkan memilih, tetapi hanya menerangkan sebab dan syarat atau halangan suatu hukum. $edua,
hukum 3aklifi selalu dalam kesanggupan orang mukallaf,
baik untuk mengerjakan maupun untuk meninggalkannya. !dapun hukum 6adh’i kadang-kadang dapat dikerjakan (disanggupi mukallaf, kadangkadang tidak.
0. PEMBUAT HU1UM 2AL-HA1IM3
7 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
3elah dijelaskan bah4a definisi hukum syar’G adalah 83itah !llah yang berhubungan dengan tingkah laku orang mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan untuk berbuat dan ketentuan-ketentuan9. Dari definisi itu dapat dipahami bah4a pembuat hukum dalam pengertian islam adalah !llah 163. 1ebab pengetahuan terhadap !l Hakim akan memba4a pengetahuan terhadap hukum dan hal-hal yang berkaitan dengannya. ang dimaksud dengan hakim di sini bukanlah pemegang kekuasaan (pemerintahan, tetapi !l Hakim di sini adalah siapa yang berhak mengeluarkan hukum atas perbuatan manusia (!l !f7aal dan atas benda-benda (!l-!sy-yaa7. Hakim secara etimologi, mempunyai dua pengertian J + IJK L M NO W \J W ] L ^Q J L Q J [* J S LTV WP LQ J R JX LY ZT JP J P J Q J R 85embuat, yang menetapkan, yang memunculkan dan sumber hukum9. W JQ J [ * J+ L M W L W Z L * W JQ J R R JV W_J ` N L R J J L J LQ J IJ W \J W K 8ang menemukan, menjelaskan, memperkenalkan, dan menyingkapkan hukum9. 3entang kedudukan !llah sebagai satu-satunya pembuat hukum dalam pandangan islam tidak ada perbedaan pendapat di kalangan umat islam. 'asalahnya adalah bah4a !llah sebagai pembuat hukum berada di alam yang berbeda dengan manusia yang akan menjalankan hukum itu. !pakah manusia itu sendiri secara pribadi dapat mengenal hukum !llah itu atau hanya mengenalnya melalui perantara !llah yang ditetapkan untuk itu, dalam hal ini adalah ?asul. 'engenai masalah ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. 5endapat mayoritas ulama !hlussunnah mengatakan bah4a satu-satunya yang dapat mengenalkan hukum !llah kepada manusia adalah ?asul atau utusan !llah melalui 4ahyu yang diturunkan !llah kepadanya. 1ebagai kelanjutan dari pendapat ini adalah bah4a tidak ada rasulyang memba4a 4ahyu maka tidak akan ada hukum !llah dan manusia pun tidak akan mengetahuinya. 'enurut paham ini manusia dapat dianggap patuh atau
8 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
ingkar kepada !llah, mendapat pahala atau dosa bila telah datang ?asul memba4a 4ahyu !llah dan belum ada hal-hal yang demikian sebelum datang ?asul. # Balangan Ulama’ Balam 'u’ta=ilah yang berpendapat bah4a memang ?asulullah adalah manusia satu-satunya yang berhak mengenalkan hukum !llah kepada manusia. 'eski demikian seandainya ?asul belum datang mengenalkan hukum !llah itu kepada manusia, tetapi melalui akal yang diberikan !llah kepada manusia, ia mempunyai kemampuan mengenali hukum !llah itu. !tas dasar pendapat ini, maka sebelum kedatangan ?asul pemba4a hukum !llah itu, manusia telah dianggap patuh atau ingkar kepada !llah dan telah berhak mendapat balasan (pahala atau dosa Bedua pendapat ini sepakat dalam menempatkan ?asul sebagai pemba4a hukum !llah dan ?asul sebagai orang yang berhak mengenalkan hukum !llah itu kepada manusia. Dengan datangnya ?asul sebagai pemba4a hukum itu maka berlakulah taklif. 5erbedaan kedua pendapat ini adalah adanya taklif sebelum datangnya ?asul. Belompok ahlussunnah menetapkan tidak ada taklif sebelum datangnya ?asul. Barena jika hanya semata-mata karena akal, manusia tidak akan mungkin bisa mengenal hukum !llah. Eamun kelompok mu’ta=ilah berpendapat adanya taklif sebelum datangnya ?asul. Barena akal manusia dapat menilai baik dan buruknya suatu perbuatan atas penilaian itu maka akal manusia mendorong untuk melakukan hal yang baik dan meninggalkan yang buruk. Hal ini berarti akal manusia dapat menyuruh atau melarang hal yang buruk. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bah4a titik perbedaan pendapat kedua kelompokmitu terletak pada dua hal< pertama, nilai baik dan buruk dalam suatu perbuatan, kedua nilai bai dan buruk untuk mendorong manusia untuk berbuat untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam memahami dua hal itu terdapat tiga kelompok ulama <
9 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
Belompok !sy’ariyah berpendapat bah4a suatu perbuatan dari segi perbuatan itu sendiri tidak dapat dinilai baik atau buruknya. leh karena itu akal manusia tidak dapat mempengaruhi baik atau buruknya suatu perbuatan. :aik atau buruknya suatu perbuatan terletak pada disuruh atau dilarangnya perbuatan itu oleh !llah 163 melalui 4ahyunya. 1etiap perbuatan yang disuruh !llah berarti perbuatan itu adalah perbuatan baik dan mengandung manfaat bagi kehidupan manusia. 1ebaliknya jika perbuatan itu dilarang oleh !llah maka perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang buruk dan tidak memberi manfaat justru merugikan kehidupan manusia.oleh sebab itu 4ahyu !llah lah yang menetapkan baik atau buruknya suatu perbuatan dan 6ahyu allah pula lah yang menyuruh atau melarang perbuatan itu dilakukan atau tidak. Dalam arti taklif hanya ditetapkan oleh !llah ?asulnya. # Belompok 'u’ta=ilah yang berpendapat bah4a suatu perbuatan dari materi perbuatan itu sendiri mengandung nilai baik atau buruk. !kal manusia dapat mengetahui perbuatan itu baik atau buruk. 1uatu perbuatan akan dinilai baik oleh akal bila perbuatan tersebut disenangi oleh manusia dan bermanfaat oleh manusia baik langsung saat ini atau dimana yang akan mendatang. :ila akal dapat mempengaruhi baik atau buruknya suatu perbuatan, maka sebagai kelanjutannya akal memahami pula bah4a suatu perbuatan yang baik harus dilakukan dan suatu perbuatan yang buruk harus ditinggalkan. !lasannya ialah bah4a akal manusia dapat memahami berdasarkan keyakinannya akan keadilan !llah, bah4a !llah tidak mungkin membiarkan suatu perbuatan buruk dilakukan oleh manusia dan tidak mungkin mencegah manusia melakukan suatu perbuatan yang baik. Dengan demikian, keharusan berbuat dan tidak berbuat sudah ada meskipun 4ahyu belum diturunkan oleh !llah. Dan fungsi 4ahyu yang datang kemudian adalah untuk mengokohkan apa yang telah diketahui dan ditetapkan oleh akal. Dan taklif sebelum datangnya rasul. 1eorang manusia dianggap berdosa karena melakukan perbuatan yang buruk dan
10 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
berpahala bila melakukan perbuatan baik sebelum 4ahyu diturunkan oleh !llah kepada ?asul. $ Belompok maturidiyah berpendapat bah4a pada suatu perbuatan dengan semata melihat pada materi perbuatan itu mempunyai niali baik dan buruk. Barena itu akal dapat menetapkan suatu perbuatan itu baik atau buruk. 1elanjutnya dapat dipahami bah4a !llah tidak akan membiarkan manusia melakukan suatu perbuatan yang buruk dan tidak akan mencegah manusia melakukan perbuatan baik. Dengan ini kelompok maturidiyah sependapat dengan kelompok mu’ta=ilah. 'engenai yang berhubungan dengan taklif, kelompok ini berpendapat bah4a akal semata tidak akan dapat menetapkan seseorang harus melakukan perbuatan baik atau harus meninggalkan perbuatan buruk. 5ersoalan taklif, dosa dan pahala hanya ditetapkan oleh 4ahyu !llah atau cara menghubungkan kepada kepada 4ahyu yang telah ada menurut cara-cara tertentu.meskipun akal berdasarkan pengetahuannya mengenai yang baik atau buruk, masalahat atau mafsadat dan dan dapat berbuat atas dasar itu, namun ia harus tunduk pada ketetapan 4ahyu. 1emua perbuatan hukum yang dilakukan seseorang hanya dapat dinilai dengan 4ahyu baik secara langsung atau tidk langsung. Dikalangan ulama fiqh kelompok !hlussunnah, hanafiyah, mengikuti aliran maturidiyah dalam hal penilaian baik dan buruk, juga dalam hal taklif. :erdasarkan pendapat ini maslahat dan mafsadat dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan hukum. Eamun, penetapan hukum itu baru berlaku secara efektif bila mendapat pengakuan dari 4ahyu, baik secara langsung atau tidak. 'aslahat inilah yang dikalangan ulama ushul ahlussunnah yang disebut dengan mashlahat mu%tabarah . Belompok ulama 1yi’ah Gmamiyah sependapat dengan 'u’ta=ilah dalam menempatkan akal sebagai sesuatu yang menilai baik atau buruknya suatu perbuaan dan menetapkan taklif dalam hal 4ahyu tidak ada.
D. MAH1UM !IH
11 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
5engertian 'ahkum Fih ang dimaksud dengan 'ahkum Fih ialah perbuatan mukallaf yang menjadi obyek hukum syara’ (1yukur, >< $#. 1edangkan menurut ulama ushul fiqh yang dimaksud mahkum fih adalah objek hukum, yaitu perbuatan seorang mukallaf yang terkait denganperintah syar’i baik yang bersifat tuntutan mengerjakan, tuntutan meninggalkan, memilih suatu pekerjaan, dan yang bersifat syarat, sebab, halangan, a=imah, rukhsah, sah serta batal (:ardisi dalam 1yafe’G, #>>< $. adi, secara singkatnya dapat disimpulkan bah4a yang dimaksud dengan mahkum fih adalah perbuatan mukallaf yang berkaitan atau dibebani dengan hukum syar’i. 'isalnya firman !llah<
456 78 9: 9; 7<= >? 6 7@ 9 >? >C 75; ? C G?>C !rtinya < "hai orang-orang yang beriman& sempurnakanlah ani"
# 1yarat-1yarat 'ahkum Fih a 'ukallaf mengetahui perbuatan yang akan dilakukan, sehingga tujuannya jelas dan dapat dilaksanakan. b 'ukallaf harus mengetahui sumber taklif, supaya mengetahui bah4a tuntutan itu dari !llah163, sehingga melaksanakannya berdasarkan ketaatan dengan tujuan melaksanakannya karena !llah semata. c 5erbuatan harus mungkin untuk dilaksanakan atau ditinggalkan.dengan catatan< 3idak sah suatu tuntutan yang dinyatakan musthil untuk dikerjakan atau ditinggalkan baik berdasarkan =atnya ataupun tidak. # 3idak sah hukumnya seseorang melakukan perbuatan yang ditaklifkan untuk dan atas nama orang lain. $ 3idak sah tuntutanyang berhubungan dengan perkara yang berhubungan dengan fitrah manusia. % 3ercapainya syarat taklif tersebut (1yafe’G, #>>< $#>
12 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
Disamping syarat-syarat yang penting diatas bercabanglah berbagai masalah yang lain sebagaimana berikut< 1anggup mengerjakan, tidak boleh diberatkan sesuatu yang tidak sanggup dikerjakan oleh mukallaf. # 5ekerjaan yang tidak akan terjadi, karena telah dijelaskan oleh !llah bah4a pekerjaan itu tidak akan terjadi, seperti jauhnya !bu ahab terhadap rasa iman $ 5ekerjaan yang sukar sekali dilaksanakan, yaitu yang kesukarannya luar biasa, dalam arti sangat memberatkan bila perbuatan itu dilaksanakan dan yang tingkatannya tidak sampai pada tingkat yang sangat memberatkan atau terasa lebih berat daripada yang biasa. % 5ekerjaan-pekerjaan yang diijinkan karena menjadi sebab timbulnya kesukaran yang luar biasa
E. MAH1UM +ALAIH $. Pengertian Mahkum +Alaih 5ara ulama usul fiqih mengatakan bah4a yang dimaksud dengan mahkum alaih
( 5JJK7 >> 7JJO9 7 Q >; 7?> adalah seseorang yang dikenai khitab
9 O >Q 9; 7?> 3. 1ecara etimologi, allah ta’ala, yang disebutkan dengan mukallaf 2 mukallaf berarti yang dibebani hukum. Dalam usul fiqih,istilah mukallaf disebut juga mahkum alaih (dalam subjek. rang mukallaf adalah orang yang telah dianggap mampu bertindak hukum, baik yang berhubungan dengan perintah !llah maupun dengan larangan-Eya. !pabila ia mengerjakan perintah !llah, maka ia mendapat resiko dosa dan ke4ajibannya belum terpenuhi. 'engenai sahnya memberi beban kepada mukallaf, dalam syara disyaratkan dua syarat<
Pertama< 'ukallaf dapat memahami dalil taklif, seperti jika dia mampu memahami nash-nash undang-undang yang dibebankan dari al-
13 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
2uran dan as-1unnah dengan langsung atau dengan perantara. Barena orang yang tidak mampu memahami taklif, dia tidak dapat mengikuti yang dibebankan kepadanya, dan tujuannya tidak mengarah kesana. 1edangkan kemampuan memahami dalil itu hanya nyata dalam akal, dan dengan adanya nash-nash yang dibebankan kepada orang-orang yang punya akal itu dapat diterima pemahamanya oleh akal mereka. Barena akal itu adalah alat untuk memahami dan menjangkau. !dapun orang-orang tidak mengerti bahasa !rab dan tidak dapat memahami dalil-dalil tuntutan syara dari al-2uran dan as-1unnah,maka jalan keluarnya untuk menagtasinya ditempuh melalui beberapa jalan, yaitu< a 'enerjemahkan !l-2ur’an dan !s 1unnah ke dalam beberapa bahasa, atau ke dalam bahasa mereka. b 'enyeru orang yang tidak mengetahui bahasa arab untuk mempelajari bahasa arab agar dapat kita sampaikan !l-2ur’an dan !s 1unnah. c 6ajib kita mengadakan segolongan dari umat kita untuk mempelajari bahasa asing dengan sempurna, guna menyampaikan !l-2ur’an dan !s 1unnah kepada orang asing itu. Dalil ke4ajiban itu berdasarkan <
;? Y > 9Z 7C > [?> 5 5< >;? 9O 9@ 75 V 9W5
1eua< 'ukallaf adalah orang yang ahli sesuatu yang dibebankan kepadanya. 5engertian ahli menurut bahasa adalah kelayakan atau layak, (seperti bila dikatakan < 8fullan adalah ahli ( JJ\6;? ]JJ^_@;? `W bcd (layak memelihara 4akaf 8,
artinya ialah ; ;
1edangkan menurut ulama usul < ahli (layak itu terbagi kepada dua bagian yaitu < ahli 4ajib dan ahli melaksanakan a. !hli 6ajib (!hliyyatul 6ujub
14 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
9 6 9;? 9JJK 5W7?>adalah kepantasan seseorang mempunyai hak dan 5 6 7JJ ke4ajiban.
ang dimaksud dengan hak adalah sesuatu yang harus diterimanya dari
orang lain. Be4ajiban adalah sesuatu yang harus diberikan kepada orang lain. adi ahliyyatul 4ujub itu adalah kelayakan seseorang untuk ada padanya dalam keputusan seseorang untuk menerima haknya dari orang lain dan memenuhi ke4ajiban kepada orang lain.
b. !hli 'elaksanakan (!hliyyatul !da’
5? >>?7 9K 5W7?> adalah kepantasan seorang mukallaf yang ucapan dan perbuatannya diperhitungkan oleh syara’. 1ekira apabila keluar dari padanya akad (contract tasharruf (pengelolaan , maka menurut syara akad atau tasharruf itu bisa diperhitungkan adanya, dan terjadi tertib hukum atasnya. !pabila mukallaf mendirikan shalat, atau puasa atau mengerjakan ke4ajiban apa saja, maka semua itu menurut syara’ bisa diperhitungkan, dan bisa menggugurkan ke4ajiban mukallaf. Dan apabila mukallaf membuat pidana atas orang lain dalm soal ji4a, harta, kehormatan, maka dia dihukum sesuai dengan pidananya itu dengan bentuk fisik dan harta. !dapun syarat-syarat seseorang di katakana mukallaf< . :erakal #. :aligh dan $. Faham dengan apa yang dibebani.
. 1eaaan Manusia Dihu#ungkan engan 1e(aji#an-ke(aji#an &ang Aa Aan&a 2Ahli&&atul 'uju#3 Beadaan manusia bila dihubungkan kepada !hliyyatul 6ujub mempunyai dua keadaaan, yaitu < a. Badang-kadang manusia mempunyai keahlian 4ajib dengan tidak sempurna, apabila patut baginya atasnya beberapa ke4ajiban, atau
15 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
sebaliknya. Aontohmya adalah janin yang ada dalam perut ibunya, dia mempunyai ketetapan beberapa hak, karena dia bisa menerima harta pustaka dan bisa menerima 4asiat, dan bisa menerima hak dalam seperempat (0%harta 4akaf, tetapi tidak 4ajib atasnya ke4ajibanke4ajiban terhadap orang lain. adi keahlian 4ajib 4ajib yang tetap bagi dia yang tidak sempurna. b. Badang-kadang manusia mempunyai
keahlian
4ajib
secara
sempurna,apabila patut baginya beberapa hak,dan atasnya beberapa ke4ajiban, keahlian ini tetapi bagi setiap manusia sejak dari dia dilahirkan. adi manusia itu mulai dari kekanak-kanakanya sampai usia remaja dan sesudah de4asanya dalam keadaan bagaimanapun, menurut perkembangan hidupnya, dia mempunyai keahlian 4ajib secara sempurna. 1eperti telah kami urauikan diatas ,tidak ada manusia yang tidak mempunyai keahlian 4ajib. Beadaan 'anusia Dihubungkan Bepada :eban 'elaksanakan (!hliyyatul !da’. 'anusia itu bila dihubungkan kepada keahlian melaksanakan (!hliyyatul !da’ mempunyai tiga keadaan yaitu< a. Badang-kadang manusia itu tidak mempunyai keahlian melaksanakan sama sekali, atau kehilangan melakukan keahlian sama sekali. Gnilah anak-anak =aman kekanak-kanakannya dan orang gila pada usia berapa saja. 'aka masing masing anak dan orang gila itu, karena tidak mempunyai akal, mereka tidak mempunyai keahlian melaksanakan, dan dari pada masing-masing mereka, tidak terjadi pengaruh-pengaruh syara’ atas ucapannya dan tidak pula atas perbuatannya. Gnilah arti pendapat fuqaha yang berbunyi <
> < > b56 7@ 9o 7 Q >; 7? p 5> ` 5q 7O ;? V 9Q 7> 8 kesenjangan anak-anak atau orang gila, adalah keliru (luput 8 Barena selam tidak ada akal, tidak terdapat tujuan, amak tidak terdapat pula unsur kesenjangan.
16 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
b. Badang-kadang manusia itu tidak sempurna keahliannya melaksanaka. aitu anak usia remaja sebelum dia baligh. 3ermasuk pula orang yang kurang akal itu tidak cacat akalnya dan tidak pula kehilangan akalnya. 3etapi ndia itu lemah dan kurang akal. 'asing-masing dari anak yang kurang akal itu, karena da dan tetapnya asal keahlian melaksanakan baginya lantaran keremajaan. !mak sahlah pengelolaannya yang berguna baginya secara murni. c. Badang-kadang manusia itu sempurna keahliannya ,melaksanakan. aitu orang telah sampai pada usia de4asa dan berakal. 'aka keahlian melaksanakn yang sempurna dapoat terealisir dengan kede4asaan manusia dan berakal.
/. 1*relasi antara Al-Hakim engan Mahkum Alaih Hubungan antara hakim dengan mahkum alaih adalah bah4a hakim adalah sang pembuat hukum sedangkan mahkum alaih adalah subjek yang terkena suatu tuntutan hukum dari hakim tersebut. adi apabila tanpa adanya hakim maka mahkum alaih tidak akan nyata, dan apabila orang mahkum alaih melakukan suatu pelanggaran baik berkaitan dengan !llah (hakim langsung atau berkaitan dengan sesama mahkum alaih maka yang menghukumi adalah hakim.
17 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
BAB III PENUTUP A. 1ESIMPULAN Al-Ahkam
(hukum merupakan titah !llah 14t., yang menyangkut
tindakan mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan berbuat atau tidak, atau dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang lain. !l !hkam di bagi menjadi dua, yakni Al Ahkam Taklifi dan Al Ahkam adh%i . ahkum *ih adalah
objek hukum,yaitu perbuatan seorang mukalaf
yang terkait dengan perintah syari’(!llah dan rosulnya. Al +akim
(pembuat hukum merupakan pembuat syari’at secara
hakiki, yakni !llah 14t. (pengertian dalam Gslam, yang telah disepakati oleh para ulama. ang menyoroti perbedaan pendapat adalah ketika kita membahas mengenai kemampuan (fungsi akal dalam mengetahui tahsin (baik dan ta,bih (buruk suatu hal. ahkum Alaih adalah
seseorang yang perbuatannya dikenai khitab
allah 163 yang disebut mukalaf.
B. SARAN 5enulis menyadari bah4a dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan, karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. Untuk itu, demi untuk memperbaiki makalah ini penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga penulis dalam membuat makalah bisa lebih baik lagi.
18 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih
DA!TAR PUSTA1A
!tmaja, ?ifa’i. 'oh, shul *i,ih, (:andung< 53 !lma’arif, % 1yafe’i ?achmat, .lmu shul *i,ih, (:andung< 5ustaka 1etia, #>> 6ahab Bhallaf !bdul, .lmu sul *ikih, (akarta< 53 ?ineka Aipta, & 5rof. Dr. H. !mir 1yarifuddin, shul *i,h /ilid 1, (akarta< 53.ogos 6acana Glmu, #>>> Drs. Ahaerul Umam, dkk., shul *i,ih .& (:andung< A. 5usaka 1etia, #>>> Bamal muchtar, Dkk, sul *i,h, (ogyakarta< 53. Dana :hakti 6akaf 1yarifuddin, !mir.. shul *i,h /ilid . .Aiputat<1 6acana Glmu http<00444.rijalhabibulloh.com0#>&0>0makalah-ushul-fiqih-tentang-hukum.html diakses pada tanggal march #>C
19 | Ushul Fiqh – Al-Ahkam, Al-Hakim, Mahkum Fih, Mahkum ‘Alaih