ZAT ADITIF PADA MAKANAN (IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KANDUNGAN BORAKS DAN BENZOAT PADA MAKANAN) Reka Permata Zalen*, Debby Silvana, Fujha Dwi Herman, Handri Naldi, Intan Nadia Putri, Mivtahul Dina, Putra Kurniawan, , Rido Fatoni, Sandonela Anggini, Siska Sonia Ningsih dan Yoga Mandra Putra *1611122053, Kelompok D2
ABSTRAK Pangan yang aman untuk dikonsumsi adalah pangan yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manu sia misalnya bahan yang dapat menimbulkanpenyakit atau keracunan.Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapatmengganggu,merugikandan membahayakankesehatan manusia. Untuk itu, maka dilakukan uji kualitatif dan kuantitatif kandungan boraks boraks dan asam benzoate pada pada makanan. Dilakukan Dilakukan uji kualitatif boraks dengan dua cara yaitu dengan metode uji nyala api dan metode uji kertas tumerik.Pengujian tumerik.Pengujian kadar atau banyaknya boraks dalam sampel dilakukan dengan cara uji kuantitatif dengan metode spektrofotometri sinar tampak.Natrium benzoat adalah salah satu jenis bahan pengawet organik pada makanan, dimana natrium benzoat merupakan garam atau ester dari asam benzoat (C6H5COOH) yang secara komersial dibuat dengan sintesis kimia.Hasil yang diperoleh Kedua jenis sampel mengandung boraks (bakso 1 dan bakso 2), kadar asam benzoate pada saus melebihi Jumlah maksimum maksimum asam benzoat yang boleh digunakan adalah 1000 ppm atau 1 gram per kg bahan (permankes No 722/Menkes/per/1X/1998). Key word ; ; boraks, asam benzoate,bahan benzoate,bahan tambahan makanan, uji kualitatif dan kuantitatif
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berupa positif maupun negative bagi masyarakat. Penyimpanan dan penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Saat ini, bahan tambahan pangan sulit untuk kita hindari karena kerap terdapat dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari, khususnya makanan olahan. Apalagi penggunaan bahan tambahan makanan yang melebihi batas maksimum penggunaan dan bahan tambahan kimia yang dilarang penggunaannya (berbahaya) yang kerap menjadi isu hangat di masyarakat. Sama halnya seperti bahan pengawet lainnya, bahan tambahan pangan seperti formalin dan boraks merupakan salah satu bahan yang dilarang digunakan dalam makanan namun keberadaannya di sekitar kita sudah tidak dapat dihindari karena begitu banyaknya produsen yang dengan sengaja menggunakan formalin dan boraks dalam mengolah produksi pangan misalnya seperti produk olahan daging yakni bakso maupun siomay, guna tujuan tertentu tanpa memperdulikan dampak yang akan ditimbulkan. Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan again dati baku pangan tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat (Syah, 2005). Zat adiktif makanan adalah bahan yang di tambahakan dan di campurkan sewaktu pengolahan makanan untuk menigkatkan mutu atau bahan yang di tambahkan pada makanan ataupun minuman pada proses atau pembuautannya dan terdapat pada hasil akhirnya (Pardiazi, 1980). Bahan kimia berbahaya lain yang sering digunakan pada produk olahan pangan adalah boraks. Boraks merupakan garam natrium Na2B4O7.10H2O serta asam borat yang tidak merupakan kategori bahan tambahan pangan food grade, biasanya digunakan dalam industri nonpangan seperti industri kertas, gelas, keramik, kayu, dan produk antiseptik toilet (Didinkaem, 2007). Di industri farmasi, boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat seperti bedak, larutan kompres, obat oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci mata. Bahan industri tersebut tidak boleh diminum karena beracun (Winarno, 1997). Asam boraks merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis.Baik boraks ataupun asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan juga untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Khamid, 2006). Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan (Vepriati, 2007). Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar uapnya, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Tentu sebelumnya telah diketahui bahwa serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakan menghsilkan warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks(Yellashakti, 2008). Menurut
peraturan
Menteri
Kesehatan
R.I.No.329/Menkes/PER/XII/76,
yang
dimaksudkan dengan adiktif makanan adalah bahan yang di tambahkan dan di campurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu termasuk kedalam aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat dan pengental ( Winarno, 1992).
Salah satu bahan pengawet yang sering digunakan dalam makanan adalah asam benzoate (C6H5COOH). Pengawet ini sangat cocok digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam seperti saos tomat. Bahan ini bekerjasangat efektif pada pH 2,5 – 4,0 untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Mekanisme penghambatan mikroba oleh benzoat yaitumengganggu
permeabilitas
membran
sel,struktur
sistem
genetik
mikroba,
danmengganggu enzim intraseluler (Branen, et. al.,1990). Benzoat yang umum digunakan adalah benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut dibanding asamnya. Dalam bahan pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tidakterdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racunpada pemakaian berlebih terhadap konsumen,sehingga pemberian bahan pengawet ini tidakmelebihi 0,1% dalam bahan makanan (Winarno,1992). Penelitian yang dilakukan olehRohadi dan tim peneliti Fakultas TeknologiPertanian Semarang, yang melaporkan bahwamayoritas saos tomat mengandung pengawet(benzoat) yang melebihi standar mutu yangditentukan (1000 mg/kg), yaitu berkisar 1100 – 1300 mg/kg. Oleh
sebab
itu
hatimengkonsumsi
maka saos
pada
diskusiilmiahnya
tomat.
Apabila
dihimbau
agar
tubuhmengkonsumsi
masyarakat bahan
berhati-
pengawet
ini
secaraberlebih, dapat mengganggu kesehatan, terutamamenyerang syaraf (Rohadi, 20002). Melihat kenyataan tersebut maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang kandungan boraks dan benzoat pada saos tomat dan bakso dari beberapa merk yang beredar dan sering kita konsumsi. Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan dan kandungan bahan pengawet non-pangan (boraks dan benzoat) dalam sampel makanan.
METODE PRAKTIKUM Prosedur kerja
I dentifikasi boraks Dilakukan uji kualitatif dengan dua cara yaitu dengan metode uji nyala api dan metode uji kertas tumerik. Uji nyala api dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dipijarkan dalam tanur pada suhu 800°C selama 3 jam. Sebagian besar dari hasil pemijaran ditambahkan 1 -2 tetes asam sulfat pekat dan 5-6 tetes metanol, kemudian dibakar. Bila timbul nyala hijau maka menandakan adanya senyawa boron sebagai metal boraks
Uji kertas tumerik dilakukan dengan cara, ditimbang ±50mg serbuk boraks pada kaca arloji lalu diteteskan beberapa tetes aquades, kemudian diaduk dengan pengaduk kaca. Di celupkan kertas boraks dan diamati perubahan warna pada kertas boraks tersebut. Perubahan warna digunakan sebagai pembanding (I) yang menandakan kepositifan mengandung boraks. Lalu digunakan aquades beberapa tetes yang diteteskan pada kertas boraks sebagai pembanding (II) yang menandakan kenegatifan boraks. Selanjutmya pengujian sampel dilakukan dengan cara, sampel hasil pijar yang telah menjadi abu ditimbang ±100mg pada kaca arloji, teteskan 4 -5 tetes aquades. kemudian diaduk dengan pengaduk kaca dan celupkan kertas tumerik kedalamnya. Amati warna kertas setelah dicelupkan kedalam larutan. Bandingkan warna kertas tumerik sampel dengan pembanding. Bila menunjukan perubahan warna menjadi kuning-kecoklatan dari warna asli kertas tumerik sebelum dicelupkan yaitu kuning, maka bisa dikatakan sampel positif mengandung boraks. Analisis Kadar boraks dalam makanan
Pengujian kadar atau banyaknya boraks dalam sampel dilakukan dengan cara uji kuantitatif dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Pertama dibuat larutan baku induk Natrium tetraborat, ditimbang seksama 50mg dimasukkan kedalam labu ukur 100mL. Ditambahkan aqua dem ineralisatasecukupnya sampai batas tanda dan dihomogenkan. Lalu dipipet 2,5mL lalu dimasukkan ke dalam labu 50mL. Ditambahkan aquades secukupnya sampai batas tanda dan dihomogenkan. Dilakukan penetapan λmaks boraks dengan cara, larutan baku kerja dipipet 0,2 mL dan dimasukkan ke dalam cawan porselen, lalu ditambahkan 4 mL pereaksi kurkumin dan digoyang-goyangkan cawan dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Cawandil etakkan diatas penangas air, diatur pada suhu 55±2 oC dan dibiarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu berwarna merah kecoklatan. Cawan diangkat dan didinginkan. Setelah cawan dingin pada suhu kamar, ditambahkan 10 mL etanol 96%, diaduk dengan hati-hati sampai semua residu terlarut, dimasuk kan ke dalam labu ukur 25 mL . Cawan dibilas dengan sedikit etanol 96% dan dimasukkan air bilasannya ke dalam
labu ukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 96% hingga garis tanda lalu larutan dihomogenkan. Lalu diukur serapan pada λmax yang diperoleh.Dengan cara yang sama dilakukan penentuan linearitas dan juga penetapan kadar dari boraks.
I dentifikasi Asam Bezoat dalam makanan Analisis Kadar asam benzoat dalam makanan
Penyiapan sampel Masing-masing sampel saos tomat ditimbang dengan neraca analitik50 g dan ditambahkan 7,5 g NaCl, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL. Selanjutnya ke dalam labu ukur tersebut ditambahkan 150 mL larutan NaCl jenuh dan NaOH 10% hingga di peroleh larutan yang bersifat alkalis yang diuji dengan kertas lakmus. Kemudian larutan tersebut diencerkan dengan larutan NaCl jenuh sampai tanda batas dan dibiarkan selama 1 jam. Larutan tersebut dikocok setiap 15 menit dan selanjutnya disaring dengan kertas saring. Ekstraksi Sampel. Filtrat yang diperoleh pada penyiapan sampel dipipet 50 mL dan dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl 5% dan ditambahkan lagi 2,5 mL HCl 5% sesudah keadaan netral tercapai. Selanjutnya diekstraksi dengan pelarut dietil eter beberapa kali dengan volume 35, 25, 20 dan 15 mL. Untuk mencegah emulsi digoyang goyang secara kontinyu setiap kali ekstraksi dengan gerakan memutar atau rotasi. Lapisan dietil eter kemudian ditampung dari setiap ekstraksi dengan volume pelarut tersebut. Semua lapisan dietil eter setiap ekstraksi dikumpulkan dan didistilasi dengan vakum rotary evaporator pada suhu 30 - 50 0C hingga ekstrak menjadi pekat. Ekstrak tersebut dikeringkan diatas watherbath, Selanjutnya ekstrak kering (asam benzoat) tersebut dilarutkan dalam labu ukur 25 mL ditambahkan akudes sampai tanda batas. Larutan asam benzoat hasil ekstraksi dipipet sebanyak 10 mL dengan pipet volume, kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL. Larutan tersebut ditambah 2-3 tetes indikator PP dan selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH yang telah dibakukan dengan
larutan asam oksalat sampai terjadi peru bahan dari tidak berwarna menjadi merah muda yang stabil selama 15 detik. Volume larutan NaOH yang digunakan dicatat. Lakukan pengulangan titrasi masing - masing sebanyak 2 kali. Kadar Benzoat Benzoat (mg/kg) = V x N x BE x fp (12.5) x 1000 / W Keterangan : V = Volume NaOH yang terpakai pada saat titrasi N = Normalitas rata- rata NaOH BE natrium benzoat = 144 W = Berat sampel (g) Uji Kualitatif
Larutan asam benzoat hasil ekstraksi diambil sebanyak 10 mL dan ditambahkan larutan NH3 sampai larutan tersebut menjadi basa. Larutan tersebut diuapkan di atas penangas air. Residu yang diperoleh, dilarutkan dengan air panas dan disaring. Selanjutnya ditambahkan 3 4 tetes FeCl3 0.5%. Adanya endapan yang berwarna kecoklatan menunjukkan adanya asam benzoat. Zat Warna Pada Makanan Prinsip: Serat wool digunakan untuk analisis zat warna karena sifatnya yang dapat mengabsorpsi zat
warna baik yang asam maupun yang basa. Serat wool dan sutra menggandung protein amfoter yang mempunyai affinitas terhadap asam maupun basa dengan membentuk garam. Dengan mengamati perubahan warna dari benang wool yang telah dicelupkam dalam berbagai pereaksi, jenis zat warna dapat ditentukan Pereaksi: 1. HCl encer(1+9) 2. NaOH 10% 3. HCl pekat 4. H2SO4 pekat 5. NH4OH 12%
Bahan: Bahan yang digunakan adalah minuman/makanan komersial yang memiliki warna yang mencolok(masing-masing kelompok tidak boleh memiliki sampel yang sama) Peralatan: 1. Gelas piala, 2. Lempeng tetes, 3. Pipet tetes Cara Penetapan: 1. 30-50 ml sampel cairan diasamkan sedikit dalam larutan HCL encer. Jika padatan, campur 25 g sampel dengan air kemudian homogenkan baru diambil 30-50ml seperti diatas 2. Masukan ke dalam larutan benang wool (20 cm), didihkan selama 20 menit 3. Benang wool diangkat,cuci dengan air dingin 4. Keringkan, dipotong menjadi 4 bagian 5. Tempatkan keempat potongan benang wool diatas lempeng tetes (atau masing2 potongan dalam satu gelas piala kecil), kemudian masing-masing potongan ditetesi dengan NaOH 10%, HCl pekat, NH4OH 12%, H2SO4 pekat 6. Perubahan warna yang terjadi, bandingkan dengan literatur/standar pada daftar warna Tabel perubahan warna pewarna sintetik dalam beberapa jenis reagen: Pewarna Sintetik
Reagen HCl pekat
H2SO4 pekat
NaOH 10%,
NH4OH 12%,
carmoisine
Sedikit berubah
ungu
Merah
Merah
Amaranth
Sedikit lebih gelap
Ungu hingga kecoklatan
Erytrosine
Orange-kuning
Orange-kuning
Dull brownish Sedikit hingga orange- berubah merah Tidak berubah Tidak berubah
Sunset yellow
Lebih merah
Lebih merah
Lebih coklat
Tartrazine
Sedikit lebih gelap
Sedikit lebih gelap Sedikit berubah
Sedikit berubah
Quinoline yellow
Sedikit lebih gelap
Kuning kecoklatan
Sedikit lebih pucat
Sedikit berubah
Intigotine
Sedikit lebih gelap Kuning
Biru gelap
Kuning kehijauan Tidak berubah
Biru kehijauan
Biru
Biru
Briliant blue FCF Fast Green FCF
Orange
Kuning Hijau hingga coklat
Tidak berubah
Tidak berubah
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Boraks dalam Makanan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Uji nyala api dan uji kertas tumerik pada bakso Sampel
Nyala api
Bakso biasa
Nyala api normal
Bakso + Boraks
Nyala hijau
Pada praktikum ini, untuk mengidentifikasi boraks dalam makanan ada dua uji yang digunakan,yaitu uji nyala api dengan mereaksikan H 2SO4 metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur dan uji kertas tumerik. Untuk uji nyala api diperoleh hasil bahwa bakso yang diredam dengan boraks nyala api nya berwarna hijau dan bakso yang tidak direndam dengan boraks (bakso biasa) nyala apinya berwarna merah. Sedangkan dengan menggunakan uji kertas tumerik tidak bisa dilakukan karena kadar abu yang didapat dari pengabuan sangant sedikit bahkan hampirn hilang sehingga uji kerta tumerik tidak dapat dilakukan, dari data kelompok lain yang melakukan uji kertas tumerik menyatakan bahwa, hasil dari uji kertas tersebut yaitu, bakso yang telah direndam dengan boraks menghasilkan warna pada kertas kuning kecoklatan dan bakso yang tidak direndam boraks menghasilkan warna tetap (kuning). Jadi, untuk bakso biasa telah terbukti bahwa bakso tersebut negative mengandung boraks. Hasil praktikum ini sesuai dengan literature, dimana beberapa uji kualitatif untuk boraks, antara lain: reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia dengan penambahan H 2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan sampel. Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah diabukan dalam tanur akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua kehitaman (Balai Besar POM, 2007). Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan sampel yang bersifat asam. Jika terdapat Na2B4O7 atau H3BO3, maka kertas berwarna merah akan berubah menjadi hijau biru terang (Cahyadi, 2006). Pencelupan kertas tumerik ke dalam larutan asam dari sampel menghasilkan coklat merah intensif ketika kertas mengering, yang berubah menjadi hijau kehitaman jika diberi larutan amonia; reaksi dengan penambahan H 2SO4 dan etanol pada sampel, akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar (Clarke, 2004). Reaksi dengan H2SO4 dan metanol pada larutan sampel dalam akuades bebas CO 2 akan menghasilkan nyala hijau jika dibakar; dan penambahan phenolftalein ke dalam larutan sampel dalam akuades bebas CO2 menghasilkan warna merah yang hilang dengan penambahan 5ml gliserol (British Pharmacopoeia, 1988). Reaksi dengan H2SO4 (P) dan metanol pada sampel yang telah disentrifugasi akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar; reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 1% dalam metanol dengan penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam akan menghasilkan warna merah cemerlang yang berubah menjadi hijau tua kehitaman ( Modifikasi Balai Besar POM, 2007).
2. Analisis Boraks dalam Makanan
Gambar 1. Kurva standar boraks
Series1
Linear (Series1)
6 y=4 R² = #N/A
n a 4 b r o s b 2 A
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
Sampel
Terdapat kesalahan dalam pembuatan kurva standar boraks karena tidak didapatkan nilai R dan terdapat error sehingga untuk uji kuantitatif boraks dibandingkan dengan kurva standar kelas C yakni: Kurva 2. Kurva standar larutan boraks kelas C Series1 2.5 2 n a b 1.5 r o s 1 b A 0.5 0
Linear (Series1)
y = -1.537x + 1.8037 R² = 0.0806
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Sampel
Penetapan kadar boraks dengan spektrofotometri, dengan mengukur serapan dari destilasi larutan sampel yang diberi larutan kurkumin dan etanol menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 542 nm (Zulharmita, 1995). Berdasarkan uji menggunakan alat spektrofotometer, kedua jenis sampel mengandung boraks. 3. Analisis Kadar Asam Benzoat dalam Makanan a. Uji kuantitatif
Tabel 2. Uji kuantitatif kadar benzoate dalam saos Sampel
Kadar asam benzoat (mg/kg)
Saus sedap rasa
2000
Saus sedap roso
1620
Berdasarkan hasil perhitungan praktikum yang telah dilakukan,kadar asam benzoate yang terdapat pada kedua macam saus yang kami analisis, kadar asam benzoatnya melebihi dari jumlah maksimum asam benzoate didalam makanan. Jumlah maksimum asam benzoat yang boleh digunakan adalah 1000 ppm atau 1 gram per kg bahan (permankes No 722/Menkes/per/1X/1998). Pembatasan penggunaan asam benzoat ini bertujuan agar tidak terjadi keracunan. Konsumsi yang berlebihan dari asam benzoat dalam suatu bahan makanan tidak dianjurkan karena jumlah zat pengawet yang masuk dalam tubuh bertambah semakin banyak dan seringnya mengkonsumsi (www.chem-is-try.org). 4. Uji Kualitatif Asam Benzoat pada Makanan
Tabel 3. Uji Kualitatif Asam Benzoat pada Saus Sampel
Endapan
Saus sedap rasa
Endapan kecoklatan
Saus sedap roso
Endapan kecoklatan
Diperoleh hasil bahwa kedua saus mengandung bahan tambahan makanan yaitu asam benzoate. 5. Uji Zat Warna dalam Makanan
Tabel 4. Uji Zat Warna Minuman
Reagen HCl pekat
Ale-ale ungu
Torpedo
Erytrosine
Tartrazine
Brilliant blue FCF
Quinoline yellow Intigotine
H2SO4 pekat
Cormoisine
Quinoline yellow Brilliant blue FCF
NaOH 10%
Quinoline yellow
Erytrosine Brilliant blue FCF
NH4OH
Amaranth
Brilliant blue FCF
Tartrazine
Sunset yellow
Quinoline yellow
Erytrosine
Berdasarkan data yang didapat dari praktikum yang dilakuakn terlihat bahwa setiap produk berwarna mengandung pewarna sintetik. Batas wajar menurut DepKes RI yaitu <300 mg/kg berat sampel. Pewarna sisntetik digunakan dalam industri adalah karena harga yang relatif murah dan mudah didapatkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Boraks bukan termasuk kedalam bahan tambahan makanan. 2. Asam benzoate merupakan bahan tambahan makanan yang kadarnya didalam makanan adalah 1000 ppm atau 1 gram per kg bahan. 3. Kedua jenis sampel mengandung boraks (bakso 1 dan bakso 2) 4. Jenis zat warna pada pangan dapat diuji dengan menggunakan beberapa reagen yaitu HCl, H2SO4, NaOH 10%, dan NH 4OH.
DAFTAR PUSTAKA
Branen, A. L., Davidson P. M., and Salminen S.,1990, Food Additives, Marcel DekkerInc., New York Cahyadi, wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Kedua. Cetakan Kedua. Bumi Aksara, Jakarta. Rohadi, 2002, Menyikapi Banjirnya ProdukProduk Pangan di Pasaran Menjelang Lebaran, Natal dan Tahun Baru, DiskusiIlmiah Fakultas Teknologi Pangan,Universitas Semarang, Semarang Vepriati, 2007. Dasar teknologi pembuatan dendeng dan bakso. Universitas Sebelasmaret. Surakarta. Winarno FG, Rahayu TS. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1994. Winarno, F.G., 1992,Kimia Pangan dan Gizi,Gramedia, Jakarta Winarno, F. G. 1997. Keamanan pangan, Naskah Akademis Institut Pertanian Bogor. Bogor