UJI KUANTITATIF PROTEIN URINE METODE TES ESBACH
I. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang tanah yang letaknya retroperitonial di sebelah kiri dan kanan kolumna vertebralis. Fungsi ginjal yang sangat penting adalah mengeluarkan bahan yang tidak diperlukan tubuh melalui pembentukan dan ekskresi urin. Urin merupakan cairan hasil metabolisme tubuh yang pembentukannya melalui 3 tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan), dan augmentasi (penambahan) (Frandson, !!"). Urin adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. #ksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul$molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. %ebanyakan obat dan &at$&at yang tidak digunakan lagi oleh tubuh akan diekskresikan melalui ginjal dalam bentuk urin dan la&imnya obat diekskresi berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam bentuk utuh, proses pengeluaran urin disebut diuresis. 'airan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial (jay dan ahardja, "**+ 'hernecky and -erger, "**+). Urin bukan hanya merupakan cairan hasil metabolisme akan tetapi dapat digunakan untuk mendeteks i adanya suatu penyakit atau infeksi di dalam tubuh. alah satu yang mengindikasikan adanya ketidaknormalan fungsi organ dalam tubuh yaitu ditemukannya protein dalam urin (proteinuria). /arah akan mele0ati glomerulus pada ginjal untuk disaring melalui dinding kapiler. 1asil ultrafiltrasi tersebut mengandung semua substansi plasma kecuali protein yang bobot molekulnya lebih dari 2+.*** gmol. 4roteinuria merupakan indikasi adanya kerusakan pada epitel tubulus proksimal yang menyebabkan kegagalan untuk mereabsorbsi protein tersebut sehingga protein akan keluar bersama dengan urin (5aderi, et.al., "**+).
/alam percobaan ini dilakukan pemeriksaan urin secara kuantitatif dengan menggunakan tes esbach. es ini penting diketahui karena menguji kadar protein dalam urin "6 jam melalu i reaksi penge ndapan protei n (protein loss) setelah penambahan reagen pengendap (/e0i, dkk., "*2).
II. TUJUAN
". Untuk dapat mengetahui kadar protein dalam urin dengan metode tes esbach
III. METODE YANG DIGUNAKAN
3. 7lat8 $ abung esbach $ 4ipet tetes $ -eaker glass $ issue $ puit 3." -ahan8 $ ampel urine "6 jam $ 7sam pikrat
*
$ 7sam sitrat
"*
$ 79uadest ad
:
3.3 ;etode8 ;etode yang digunakan untuk uji kuantitatif protein dalam urine adalah es #sbach
IV. CARA KERJA
ampel urin "6 jam dikumpulkan dan diukur volumenya (dalam satuan :"6 jam).
/icek p1 urin dengan menggunakan kertas lakmus
/iisi tabung #sbach dengan urin sampai tanda
/itambah reagen #sbach sampai tanda =>.
abung ditutup dan dibolak$balik hingga homogen. /itambah -a?6 lalu ditutup dan dibolak$balik hingga homogen dan dibiarkan selama 3* menit pada suhu kamar.
/iamati dan dibaca tinggi endapan yang dihasilkan (dalam satuan gram:).
V. HASIL
@.
@."
1asil 4engamatan No.
Pengamatan
Ha!"Pengamatan
.
inggiendapan
*,3@g:
".
Aolumeurine
,@:"6jam
4erhitungan 4rotein :oss /iketahui 8 ampel n. Gd. 7rsana (@@ th) inggi endapan (t) B *,3@ g: Aolume urine (A) B ,@ :"6 jam
/itanya
8
-erapakah jumlah protein yang terdapat di dalam ampel n. Gd. 7rsana (@@ th) B CD Ea0ab 8 4rotein :oss B t.A B *,3@ g: ,@ :"6 jam B *,@"@ g"6 jam VI. INTERPRETASI HASIL
4embacaan hasil pengujian sampel n. Gd. 7rsana (@@ th) yang merupakan sampel urine "6 jam dengan metode #sbach dapat dilakukan setelah 3* menit, dan diperoleh hasil berupa endapan seperti gumpalan$gumpalan nyata dengan tinggi *,3@ g: yang dapat diinterpretasikan sebagai protein yang terkandung dalam sampel urine n. Gd. 7rsana (@@ th). 1asil perhitung an protein loss menyatakan bah0a di dalam sampel urine n. Gd. 7rsana (@@ th) terkandung *,@"@ g"6 jam protein. 4embacaan dapat dilakukan dengan cepat karena ke dalam sampel ditambahkan -a?6 yang merupakan garam yang jika dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan protein dalam urine mengalami proses salting out
dan
pengendapan menjadi lebih cepat (copes, "*3). Eumlah protein *,@"@ g"6 jam dalam sampel n. Gd. 7rsana (@@ th) menunjukkan bah0a jumlah protein tersebut melebihi normal (*,@ g"6 jam) (-aburaj, "**+). VII. PEMBAHASAN
Urin merupakan suatu cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. #kskresi urin diperlukan untuk membuang molekul$molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh (/e0i,dkk, "*2). Urine normal mengandung sampai @* mg protein hari. 4rotein tersebut secara alami berasal dari ultrafiltrasi plasma dan dari saluran kemih individu (-run&el, "*3). 7danya kelebihan jumlah protein di dalam urine dapat diinterpretasikan sebagai adanya gangguan pada ginjal atau disebabkan oleh intensitas olahraga tertentu. ?lahraga sedang secara intensif dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus sehingga protein dengan ukuran sedang akan diekskresikan dalam jumlah yang lebih banyak, sedangkan olahraga berat secara
intensif dengan durasi yang singkat juga akan meningkatkan ekskresi protein berbobot molekul rendah akibat terjadinya fungsi yang tidak normal dari tubular (Gao, "*@). es #sbach merupakan salah satu metode kuantitatif pemeriksaan protein dalam urin. 4rinsip tes #sbach yaitu protein (albumi n) dalam urin direaksikan dengan asam pikrat dalam medium atau suasana asam akan membentuk 7lbumin pikrat yang mengendap ('hakravarti dan -hattacharya, "**@). 1asil positif dalam pengujian ini, ditunjukkan dengan adanya kekeruhan akibat terbentuknya endapan dan endapan yang terbentuk sesuai dengan kuantitatif atau jumlah protein yang terdapat dalam urin tersebut. es #sbach dapat digunakan untuk menunjukkan adanya kelainan atau penyakit pada saluran kemih terutama ginjal yang tidak mampu memfiltrasi protein, sehingga terdapat protein yang lolos dan keluar bersama
urin.
Urin
yang
digunakan
sebagai
sampel
dalam
pengujian
menggunakan tes #sbach adalah urin "6 jam, yaitu urin yang dikumpulkan selama "6 jam (/jojodibroto, "**). ampel urin yang digunakan yaitu ampel urin "6 jam yang telah terkumpul diukur volumenya. 1asil positif dilihat dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan tingkat kekeruhan sesuai dengan kuantitatif protein. 4ada tahap a0al, p1 sampel urine diukur dengan menggunakan kertas lakmus merah. /imana hasil menunjukkan bah0a tidak terjadi perubahan 0arna pada kertas lakmus. 4emeriksaan urin dengan menggunakan es #sbach diharapkan memiliki p1 2. ;aka dilakukan penambahan asam asetat yang bertujuan untuk membuat p1 urin dalam kondisi asam (p12). ampel urin harus dalam kondisi asam kira$kira p1 2, untuk mencegah terjadinya perubahan stabilitas reagen #sbach yang digunakan. eagen #sbach yang digunakan cenderung bersifat asam karena terdiri dari campuran asam pikrat dan asam sitrat dalam air. elain itu, p1 sampel urine penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh pada proses pengendapan protein di dalam urine. 4engendapan protein akan terjadi dengan adanya proses salting out. 4engendapan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti garam anorganik, pelarut organik, polietilen glikol, perubahan p1, atau suhu. 41 larutan kemungkinan mempengaruhi kelarutan dari protein. 4ada nilai
p1 netral, protein mengandung muatan dalam jumlah maksimum dan oleh karena itu protein akan ada dalam bentuk terlarut dalam larutan tersebut (5igam dan 7yyagari, "**H). 4rotein memiliki kelarutan minimum pada titik isoelektriknya. 4ada p1 titik isoelektrik, terjadi kesetimbangan antara muatan positif dan negatif pada molekul protein yang menimbulkan jumlah tolakan menjadi minimum sehingga terbentuk agregat tidak larut (Ghosal dan rivastava, "**!). ampel urine yang telah diperiksa sifat asam basanya, dimasukkan ke dalam tabung dan ditambah reagen #sbach serta -a? 6, lalu dibolak$balik beberapa kali. ujuan proses pengocokan campuran sampel dengan dibolak$balik adalah untuk membentuk suatu campuran yang homogen sehingga meminimalkan kesalahan hasil. 4ada pemeriksaan dengan metode #sbach tanpa penambahan -a? 6, diperlukan 0aktu selama "6 jam untuk memperoleh terbentuknya endapan yang sempurna. ujuan penambahan -a? 6 adalah untuk mempercepat proses pembentukan endapan dari protein yang terdapat dalam sampel. #ndapan sempurna dapat terbentuk dengan pendiaman selama 3* menit. -a? 6 merupakan salah satu garam anorganik yang dapat mempengaruhi kelarutan protein. %euntungan penggunaan garam anorganik dibandingkan dengan pelarut organic dalam mempercepa t pembentukan endapan protein adalah lebih aman (toksisitas rendah), rentang suhu yang dapat digunakan adalah suhu kamar, sedangkan denga pelarut organik suhu sangat mempengaruhi sehingga harus diatur pada * *' (Ghosal dan ricastava, "**!). 7danya penambahan -a? proses salting out dengan mekanisme seperti pada gambar .
6
akan mempercepat
Gambar . ;olekul air mengelilingi permukaan hidrofobik protein (copes, "*3) 4enambahan -a?6 ke dalam sampel urine, mengakibatkan kadar garam dalam sampel tinggi dan mengakibatkan jumlah molekul air juga menurun dengan terjadinya proses pelarutan -a?6, kemudian molekul$molekul air akan melekat pada patch permukaan hidrofobik protein (Ghosal dan rivastava, "**!) yang ditunjukkan pada gambar . 4eristi0a tersebut mengakibatkan protein yang semula larut akan membentuk endapan. %elompok$kelompok hidrofobik protein yang mengendap tidak spesifik sehingga di dalam endapan tersebut terdapat beberapa jenis protein (copes, "*3). -erdasarkan pengamatan diperoleh tinggi endapan *,3@ g:. /ari data tersebut dilakukan perhitungan Protein Loss. 4ada perhitungan Protein Loss diperoleh hasil *,@"@ g"6 jam. 5ilai ini berada diatas nilai normal yaitu *,@ g"6 jam. 1al ini disebabkan oleh protein yang tidak berhasil difiltrasi oleh glomerolus ginjal. /imana hasil yang diperoleh dari perhitungan loss protein tersebut menunjukkan adanya indkasi kerusakan pada ginjal terutama pada kebocoran tubulus yang mungkin menyebabkan penurunan kemampuan ginjal untuk mereabsorpsi protein. VIII. KESIMPULAN
4ada perhitungan Protein Loss diperoleh hasil *,@"@ g"6 jam. 5ilai ini berada diatas nilai normal yaitu *,@ g"6 jam. /imana hasil yang diperoleh dari perhitungan loss protein tersebut menunjukkan adanya indkasi kerusakan pada ginjal terutama pada kebocoran tubulus yang mungkin menyebabk an penurunan kemampuan ginjal untuk mereabsorpsi protein.
/74U -aburaj, 4. "**+. Hari’s Essentials of Clinical Medicine. 5e0 /elhi8 Eaypee -rothers ;edical 4ublisher :td. -run&el, 5.7. "*3. Fundamentals of Urine and -ody Fluid 7nalysis hird #dition. U78 #lsevier aunders.
'hernecky, '. '. dan -. E. -erger. "**+. Laboratory Tests and Diagnostic
Procedures @th #dition. U78 #lsevier aunders. /e0i, /.7.4.., /.G./. /harma ., 7.7.5. anta 7.4 . "*2. Penuntun Kiia
Klini! "Pedoan Pra!ti!u untu! #$%. -agian 4atologi %linik Fakultas %edokteran Universitas Udayana. /jojodibroto, /. "**. #elu! &elu! Peeri! saan Kesehatan. Eakarta8 4ustaka 4opuler ?bor. Frandson, ./. !!". 'natoi dan (isiologi Terna! Edisi Keepat. Iogyakarta8 Gadjah ;ada University 4ress. Gao, I. "*@. )rine Proteoics in Kidney Disease &ioar!er Disco*ery . 5e0 Iork8 pringer cience. Ghosal, ., dan 7. %. rivastava. "**!. (undaental of &ioanalitical Techni+ues
and nstruentation. 5e0 /elhi8 41J :earning 4rivate :imited. 5aderi, 7..7., ;./., and .F. eilly. "**+. 4rimary 'are 7pproach to 4roteinuria. -'&(M. Aol."(2). 4p8 @2!$@H6. 5igam, 7. dan 7. 7yyagari. "**H. Lab Manual n &iocheistry, unology and
&iotechnology. 5e0 /elhi8 ;cGra0$1ill 4ublishing 'ompany :imited. copes, . %. "*3. Protein Purification Principle and Practice hird #dition. 5e0 Iork8 pringer cience. jay, . 1. dan %. ahardja. "**+. /bat0/bat Penting "Khasiat, Penggunaan dan
Efe!0Efe! #apingnya% #disi %eenam. Eakarta8 4. #leK ;edia %omputindo.